• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PETA LOKASI PENELITIAN HARIMAU TRANSLOKAS

4.6. Analisis Data 1 Analisis foto

5.1.1. Pergerakan Harimau Translokasi Berdasarkan GPS Collar

Berdasarkan data GPS Collar yang dipakai, pergerakan harimau translokasi dapat dilihat pada Gambar 2. Dimulai dari titik awal (tanda segitiga kuning) yaitu daerah padang rumput dataran tinggi, dan berakhir di daerah dekat pemukiman penduduk (tanda segitiga hijau) yang berjarak sekitar 24 km dari titik pelepasliaran.

Gambar 2. Peta pergerakan harian harimau translokasi

Harimau translokasi bertahan hidup selama 213 hari, tetapi jarak tempuh yang tercatat adalah 191 hari, yaitu dilepasliarkan pada Desember 2008 dan berakhir pada bulan Juni 2009. Data GPS Collar selama bulan Juli mengalami gangguan hingga harimau translokasi mati pada pertengahan bulan. Pergerakan harimau translokasi disajikan dalam Tabel 3.

Titik pelepasliaran harimau Titik ditemukan mati

Koordinat harian harimau translokasi Jalur pergerakan harimau Sungai

Savana Batas kecamatan

Tabel 3. Rekapitulasi data pergerakan harimau hasil translokasi

Bulan Des

‘08 Jan ‘08 Feb ‘09 Mar ‘08 Apr ‘08 Mei ‘08 Jun ‘08 Total

Total (km) 31,63 52,04 41,65 45,43 54,71 60,26 64,98 350,70 Jumlah hari 10 31 28 31 30 31 30 191 Max (km) 6,34 4,41 5,15 5,81 5,19 6,46 6,89 6,89 Median (km) 2,09 1,51 0,62 1,27 1,60 1,37 1,29 1,41 Min (m) 25 3,16 0 10,05 0 0 20,52 0 Rataan harian (km) 3,16 1,68 1,49 1,47 1,82 1,94 2,17 1,84 SD 2,02 1,27 1,38 1,20 1,30 1,52 1,57 1,41

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan informasi dan data bahwa pergerakan harimau bervariasi. Total jarak yang ditempuh oleh harimau ini selama 191 hari adalah 350,7 km. Setiap harinya, harimau ini mampu berpindah antara 0 hingga 6,89 kilometer. Rataan pergerakan yang didapat adalah 1,84±1,41 km/hari.

Pola pergerakan harimau translokasi didapatkan melalui rataan pergerakan tiap bulan. Pada awal pergerakannya, harimau translokasi cenderung melakukan pergerakan yang cukup jauh, mencapai 3,16 km/hari. Hal ini menunjukkan bahwa harimau translokasi melakukan eksplorasi di daerah barunya. Kemudian menurun pada bulan selanjutnya menjadi 1,68 km/hari dan mencapai titik terendahnya pada bulan Maret dengan 1,47 km/hari ketika harimau translokasi mendapatkan daerah jelajah di Selatan. Namun demikian pergerakannya kembali naik pada bulan April hingga Juni ketika harimau translokasi berpindah ke Utara.

Gambar 3. Grafik pola pergerakan harimau 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

Jar ak (k m ) Bulan

Pola pergerakan tersebut menjadi penanda bahwa harimau translokasi ini tidak serta-merta mendapatkan wilayah jelajah. Dibutuhkan waktu sekitar 4 bulan untuk menemukan daerah jelajah yang sesuai dengan harimau tersebut. Sankar et al. (2010) menemukan hal yang sama dalam penelitiannya di Sariska, India. Bahasan selanjutnya, pergerakan harimau dipisah menjadi dua bagian untuk membedakan pergerakan pada awal dilepasliarkan dengan pergerakan setelah berpindah ke Utara.

5.1.1.1. Awal pergerakan harimau translokasi

Pada awalnya, harimau yang ditranslokasi mencari daerah yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Setelah dilakukan analisis, didapatkan peta dari pencarian daerah jelajah harimau hasil translokasi seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Peta pergerakan awal harimau translokasi

Sejak dilepaskan pada bulan Desember, hanya dalam waktu 10 hari harimau ini telah menjelajahi wilayah sejauh 31,63 km atau mencapai 3,16 km/hari. Pada bulan selanjutnya, pergerakan harimau cenderung menurun, menjadi 1,68 km/hari pada Januari, 1,49 km/hari pada Februari, dan 1,47 km/hari

PETA PERGERAKAN HARIMAU TRANSLOKASI

DI UTARA pada Maret. Hal ini menunjukkan bahwa harimau telah mendapatkan daerah jelajah sementara. Pada peta (Gambar 4) terlihat garis pergerakan yang sempat berulang sebanyak dua kali. Titik-titik pergerakan mengumpul yang mengindikasikan bahwa harimau sedang tidak banyak bergerak di suatu tempat dalam waktu yang lama, biasanya terjadi ketika harimau mendapatkan mangsa. Kondisi ini bertahan hingga bulan Maret dan kemudian harimau ini berpindah ke daerah Utara sejauh 23 km.

5.1.1.2. Berpindah ke Utara

Harimau translokasi kemudian berpindah ke Utara sejauh 23 km (Gambar 5). Bermula pada bulan Maret, harimau translokasi terus bergerak dan berulang hingga berakhir pada bulan Juni. Data pergerakan menunjukkan rataan pergerakan yang cukup stabil, dimulai pada 1,82 km/hari pada bulan April, 1,94 km/hari pada Mei, dan 2,17 km/hari pada Juni.

Gambar 5. Peta pergerakan harimau translokasi di Utara

Besarnya pergerakan pada daerah Utara ini lebih besar dari pergerakan awal, tetapi arahnya ternyata membuat daerah jelajah menjadi lebih sempit karena

Koordinat harimau translokasi PETA PENGGUNAAN

RUANG TOTAL HARIMAU TRANSLOKASI

beberapa kali terjadi pengulangan jalur. Jika dibandingkan dengan daerah Selatan, sempitnya daerah jelajah menunjukkan bahwa habitat di daerah Utara lebih bagus daripada daerah Selatan. Namun jarak tempuh yang semakin jauh kemungkinan menunjukkan kesulitan menemukan mangsa. Daerah ini kemungkinan lebih bebas dari persaingan dibandingkan dengan daerah Selatan, tetapi kelimpahan satwa mangsa harimau lebih kecil.

5.1.2. Penggunaan Ruang

5.1.2.1. Penggunaan Ruang Total oleh Harimau Translokasi

Penggunaan ruang total perlu diketahui untuk menentukan ukuran sebenarnya yang dipakai oleh harimau sumatera hasil translokasi sejak dilepasliarkan. Besar tidaknya ukuran ruang total tergantung adaptasi harimau terhadap habitat barunya. Untuk mengetahui cakupan daerah total yang dijelajahi oleh harimau translokasi, dibuat peta dari hasil interpolasi titik-titik keberadaan harimau ini. Berikut adalah peta MCP (Minimum Convex Polygon) total dari harimau translokasi.

0 200 400 600

Des-Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Penambahan Penggunaan Ruang

Luas (km2) Dengan menggunakan metode MCP 100% seperti yang terlihat pada gambar 6, ternyata luas total area yang digunakan oleh harimau translokasi adalah sebesar 540,60 km2. Detail penggunaan ruang tiap bulan dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 7. Penggunaan ruang total tiap bulan

Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa penggunaan ruang terbesar pada periode Desember hingga Januari, atau awal pelepasliaran harimau translokasi. Pada masa ini, harimau sedang berusaha untuk mencari daerah jelajahnya sehingga ia akan mengeksplorasi areal seluas mungkin. Maret hingga April adalah masa transisi harimau, yaitu ketika melakukan perpindahan ke Utara. Proporsi luasan di bulan Maret adalah terbesar kedua, hal ini terjadi karena pada waktu inilah harimau mulai melakukan perpindahannya dan memulai pergerakannya di Utara pada bulan April.

Gambar 8. Grafik penambahan penggunaan ruang total harimau translokasi 183,48 94,04 150,74 82,79 101,86 79,62

Luas penggunaan ruang tiap bulan (km

2

)

Des-Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Ukuran total ruang yang dipakai setiap bulannya bertambah, dari awalnya hanya seluas 183,48 km2 terus bertambah hingga pada bulan April menjadi seluas 540,6 km2. Gambar 8 menunjukkan grafik penambahan penggunaan ruang oleh harimau translokasi.

Setiap hari harimau translokasi memanfaatkan daerah yang berbeda, tergantung pada kebutuhan harimau translokasi saat itu. Rataan luasan MCP bulanan dihitung untuk mengetahui luasan daerah harian yang digunakan tiap bulan.

Gambar 9. Grafik rataan luas wilayah jelajah harian tiap bulan

Berdasarkan Gambar 9, didapatkan informasi bahwa dua angka besar pada rataan bulanan, yaitu 4,48 km2/hari pada bulan Desember-Januari dan 4,86 km2/hari pada bulan Maret. Sesuai dengan pergerakannya, dua bulan ini adalah bulan pencarian daerah jelajah. Bulan Februari bernilai rendah sebab harimau telah menemukan daerah jelajah di Selatan. Sedangkan pada bulan Maret kembali menjadi besar sebab harimau sedang berpindah ke Utara. Terbukti pada bulan- bulan setelahnya, nilai rataan luas harian kembali rendah.

5.1.2.2. Daerah Jelajah Harimau Translokasi

Berdasarkan pola penggunaan ruang total oleh harimau translokasi, ditemukan bahwa harimau translokasi telah melakukan dua kali pencarian daerah jelajah. Hal ini dapat terlihat dari pergerakan memutar di suatu areal yang dilakukan oleh harimau translokasi. Besaran luas areal yang dipakai oleh harimau

4,48 3,36 4,86 2,76 3,29 2,65 0 1 2 3 4 5 6

Des-Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Lu as (k m 2)/ h ar i Bulan

PETA DAERAH JELAJAH HARIMAU TRANSLOKASI

translokasi berbeda di kedua daerah. Perbandingan kedua daerah jelajah sementara harimau translokasi dapat dilihat pada peta (Gambar 10).

Daerah jelajah harimau translokasi di daerah Selatan berukuran 225,54 km2. Angka tersebut adalah hasil dari eksplorasi yang dilakukan oleh harimau translokasi pada bulan awal dilepasliarkan. Setelah berpindah ke Utara, besaran daerah jelajah mengecil menjadi sebesar 153,50 km2. Menurut Sherpa & Makey (1998), harimau yang tinggal di habitat baik dan mendukung memiliki wilayah teritori yang lebih kecil dibandingkan harimau yang tinggal di wilayah yang kurang mendukung. Kemungkinan daerah Utara memiliki kondisi habitat yang lebih baik dibanding daerah Selatan, dalam artian di Utara tidak terjadi kompetisi yang ketat dengan harimau residen seperti di Selatan.

Gambar 10. Peta Daerah Jelajah Harimau Translokasi

5.1.3. Faktor Habitat Penentu Pergerakan Harimau Translokasi 5.1.3.1.Harimau Residen

Harimau residen adalah harimau yang telah mendiami daerah yang menjadi lokasi pelepasan. Keberadaan harimau residen diidentifikasi dengan menggunakan metode perangkap kamera dan metode survei jalur. Perangkap

kamera menangkap 5 individu di 4 kamera berbeda. Satu dari kelima individu harimau yang terekam berjenis kelamin jantan, sedangkan 4 lagi betina. Rekapitulasi harimau tertangkap perangkap kamera disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Individu harimau sumatera tertangkap kamera

Individu Jenis kelamin Perkiraan umur Lokasi temuan

Agam Jantan dewasa RC 02

Ineung 1 Betina dewasa RC 02

Ineung 2 Betina dewasa RC 07

Ineung 3 Betina dewasa RC 03

Ineung 4 Betina dewasa RC 11

Identifikasi individu harimau berdasarkan loreng pada bagian tubuhnya yang berfungsi seperti sidik jari pada manusia. Dalam keseluruhan kamera tidak ditemukan harimau yang melewati satu kamera sebanyak dua kali. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa tingkat perjumpaan harimau (ER) adalah sebesar 0.93 foto/100 hari.

Gambar 11. Harimau residen tertangkap kamera a. Ineung 4, dan b. Agam

Kemudian temuan berdasarkan metode survei cepat, terdapat cukup banyak temuan tanda-tanda keberadaan harimau di lapangan. Tanda-tanda keberadaan harimau dapat dengan mudah dibedakan dari jenis lain. Tapak kaki dan kotoran umumnya digunakan untuk mengidentifikasi individu harimau. Kemudian perilaku khusus harimau seperti cakaran di tanah (scrape) dan di pohon (scratch) juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi jenis harimau. Tanda-tanda seperti ini penting sebab harimau adalah satwa yang sangat sensitif dan pemalu sehingga jarang sekali ditemukan secara langsung. Bahkan dalam penelitian ini tidak ditemukan harimau dengan perjumpaan langsung sama sekali melalui metode survei, hanya beberapa kali terdengar suara auman harimau. Tanda-tanda keberadaan harimau residen direkapitulasi dalam Tabel 5.

a b

c d

Gambar 12. Temuan tidak langsung harimau residen a. tapak kaki, b. tulang sisa mangsa, c. feses, dan d. cakaran (scratch).

Secara keseluruhan terdapat 5 jenis jejak yang menunjukkan keberadaan harimau. Jejak berupa tapak kaki ditemukan paling banyak dan sebesar 59 buah ditemukan pada jalur pemasangan kamera, sedangkan 2 buah ditemukan di pinggir sungai. Sebanyak 18 dari 22 buah kotoran ditemukan masih utuh sedangkan 4 buah lagi sudah cukup lama dan mulai rusak. Kemudian cakaran yang ditemukan terdiri dari 4 buah cakaran di tanah (scrape), 2 buah cakaran di pohon (scratch), dan 4 buah cakaran bekas tempat duduk harimau. Cover sejumlah 2 buah ditemukan dalam bentuk cerukan batu yang biasa digunakan harimau untuk tidur dan berlindung.

Tabel 5. Temuan tanda-tanda keberadaan harimau residen

No Tanda keberadaan Jumlah tanda

1 Tapak kaki 61 buah

2 Kotoran 22 buah

3 Cakaran 10 buah

4 Cover 2 buah

Seluruh data penemuan tersebut, baik melalui kamera perangkap maupun jejak dicatat menggunakan GPS. Setelah direkapitulasi, dihasilkan peta sebaran harimau residen seperti pada gambar 13. Terlihat bahwa sebagian besar titik temuan harimau lokal berada di sepanjang jalur utama. Jalur ini pun digunakan oleh harimau translokasi ketika meninggalkan titik pelepasliaran.

Savana merupakan lokasi ditemukannya empat dari lima harimau residen. Hal ini menunjukkan bahwa daerah ini disukai oleh harimau. Namun harimau translokasi terlihat tidak memotong daerah savana dan memilih untuk menghindari daerah tersebut.

5.1.3.2.Pakan Harimau

Berdasarkan foto-foto hasil perangkap kamera yang berhasil diidentifikasi serta penemuan pada survei cepat, diketahui terdapat 32 spesies satwa liar dari 20 suku yang berpotensi menjadi satwa mangsa harimau. Penemuan pada survei cepat meliputi perjumpaan langsung maupun temuan berupa jejak satwa. Perjumpaan langsung banyak dijumpai untuk jenis yang berada di pohon seperti siamang, kedih, dan julang. Sebagian besar jenis satwa pakan mudah dijumpai

secara langsung di daerah padang rumput. Rusa dan gajah bisa terlihat dengan mudah dari jauh karena tidak tertutup oleh pohon.

Temuan jejak banyak dijumpai di jalur pemasangan perangkap kamera. Rusa dan kijang biasanya meninggalkan jejak berupa jejak kaki, kotoran dan bekas rumput yang dimakan. Satwa karnivora seperti beruang atau kucing emas meninggalkan jejak berupa cakaran di pohon.

Jenis pakan utama seperti rusa dan kijang sering dijumpai secara langsung. Babi jarang dijumpai di hutan tetapi banyak dijumpai di daerah pinggiran ladang. Selain itu, di kawasan hutan Blangraweu juga dijumpai pendukung habitat satwa pakan berupa kubangan dan salt lick. Satwa pakan khususnya jenis ungulata seperti rusa sambar dan gajah membutuhkan garam mineral yang bisa didapatkan di tempat tersebut.

Tabel 6. Tingkat perjumpaan satwa pakan potensial harimau berdasarkan perangkap kamera

Suku Nama Jenis Nama Ilmiah ER

Cercopithecidae Beruk Macaca nemestrina 6,17

Cervidae Rusa sambar Cervus unicolor 11,26

Cervidae Kijang Muntiacus muntjak 13,58

Felidae Kucing hutan Felis bengalensis 0,31

Felidae Kucing emas Catopuma teminkii 0,93

Hystricidae Landak Hystric brachyura 2,47

Mephitidae Sigung Mydaus javanensis 0,15

Suidae Babi jenggot Sus barbatus 1,70

Tragulidae Napu Tragulus napu 1,08

Viverridae Binturong Arctictis binturong 0,46

Viverridae Linsang Prionodon linsang 0,62

Viverridae Musang Diplogale derbianus 1,08

Khusus jenis satwa pakan yang didapat dari perangkap kamera bisa dihitung tingkat perjumpaannya untuk mengukur keberlimpahan suatu jenis di kawasan hutan Blangraweu. Dari Tabel 6 diketahui bahwa kijang dan rusa sambar merupakan satwa pakan harimau yang paling melimpah dengan ER masing- masing sebesar 13,58 foto/100 hari dan 11,26 foto/100 hari. Diikuti beruk yang sering berpose di depan kamera dengan ER 6,17 foto/100 hari.

Gambar 14. Satwa pakan potensial harimau. a. babi jenggot (Sus barbatus), b. beruk (Macaca nemestrina), c. rusa sambar (Cervus unicolor), dan d. kijang (Muntiacus muntjak).

5.1.3.3.Tutupan Lahan

Berdasarkan tutupan lahannya, terdapat enam jenis cover yang menyusun wilayah jelajah harimau translokasi, yaitu hutan primer, hutan sekunder, padang rumput, ladang, sawah, badan air dan lahan terbuka. Bagi harimau, tidak ada kebutuhan khusus untuk jenis pohon atau hutan tertentu sebagai habitatnya. Harimau hanya membutuhkan tutupan lahan yang bagus ketika berteduh karena harimau tidak tahan panas menyengat (Lekagul & McNeely 1977). Berdasarkan hal tersebut, tutupan lahan di hutan Blangraweu dibedakan menjadi tiga macam, yaitu kawasan berhutan, ladang dan padang rumput.

Harimau dilepasliarkan di daerah padang rumput, kemudian mengeksplorasi daerah berhutan di sekitar lokasi pelepasliaran. Setelah berpindah ke Utara, harimau tinggal di kawasan berhutan yang berbatasan langsung dengan ladang. Ladang adalah daerah yang cukup rawan bagi harimau meskipun daerah ini potensial untuk didatangi babi hutan. Masyarakat banyak memasang jerat babi dengan kabel sling sehingga jika harimau terkena jerat maka tidak akan bisa

a b

a

b c

melepaskan diri. Untuk itu pada Tabel 7 dibandingkan jarak harimau translokasi dengan ladang.

Gambar 15. Tipe tutupan lahan lokasi penelitian. a. padang rumput dataran tinggi, b. perbatasan hutan dan ladang, dan c. kawasan berhutan.

Tabel 7. Jarak titik lokasi harimau translokasi dengan ladang Jarak dari ladang

(km)

Total Selatan Utara

N NR (%) N NR (%) N NR (%) <0 30 15,63 7 7,45 23 23,47 0-0,5 23 11,98 3 3,19 20 20,41 0,5-1 18 9,38 1 1,06 17 17,35 1-1,5 13 6,77 0 0,00 13 13,27 1,5-2 3 1,56 1 1,06 2 2,04 >2 105 54,69 82 87,23 23 23,47

Keterangan: N = Jumlah titik lokasi harimau translokasi NR= N Relatif

! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !!!!!!!!!! ! ! ! ! ! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !!!!! ! ! ! !! ! ! ! ! ! ! ! !!!!!!! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! ! ! ! ! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !!! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! 96,100000 96,100000 96,200000 96,200000 96,300000 96,300000 5 ,0 0 0 0 0 0 5 ,0 0 0 0 0 0 5 ,1 0 0 0 0 0 5 ,1 0 0 0 0 0 5 ,2 0 0 0 0 0 5 ,2 0 0 0 0 0 Legenda ! Koordinat harimau Ladang dan pemukiman Savana Hutan

±

0 2 4 8Kilometers 1:5.000.000 PETA TUTUPAN LAHAN Sumber: 1. Data GPS Collar Harimau Translokasi FFI Aceh Programme 2. Peta Kecamatan Badan Pusat Statistik

3. Peta Kontur Bakosurtanal

PETA KEBERADAAN HARIMAU TRANSLOKASI BERDASARKAN TUTUPAN LAHAN Pada awal pelepasliaran, harimau translokasi menghabiskan waktunya di daerah berhutan yang jauh dari ladang. Sebanyak 87,23% titik harimau translokasi ditemukan di daerah tersebut. Hanya sebesar 7,45% titik yang berada di daerah ladang di Selatan yang berupa daerah kosong bekas pemukiman. Namun, sejumlah 23,47% titik lokasi harimau translokasi ternyata berada di daerah ladang sehingga dimungkinkan harimau menggantungkan hidupnya di daerah perbatasan.

Gambar 16. Peta keberadaan harimau translokasi berdasarkan tutupan lahan

5.1.3.4.Keberadaan Air

Perbukitan barisan merupakan daerah yang sangat bergelombang sehingga banyak terbentuk aliran sungai di dalamnya. Hutan Blangraweu pun demikian, dialiri oleh banyak sungai kecil dan beberapa sungai besar. Kondisi seperti ini sangat dibutuhkan harimau untuk bertahan hidup seperti dinyatakan oleh Lekagul & McNeely (1977). Lebih dari itu, ketika cuaca sangat panas ia berendam di air sampai batas leher. Harimau memang sering dijumpai sedang duduk berendam atau berdiri sebagai cara untuk menyejukkan badan (McDougal 1979).

a

b

c

Harimau translokasi selalu berjalan di jalur yang tidak jauh dari sungai. Tercatat 55% titik lokasi terletak pada jarak kurang dari 1 km. Hanya 8% harimau berada sejauh lebih dari 3 km dari sungai. Akan tetapi selain sungai besar yang terpetakan, masih banyak terdapat sungai kecil serta kubangan yang bisa memenuhi kebutuhan harimau translokasi ketika jauh dari sungai besar.

Gambar 17. Tipe sumber air di lokasi penelitian a. sungai kecil, b. kubangan, dan c. sungai besar.

Tabel 8. Jarak titik lokasi harimau translokasi dengan sungai besar

Jarak sungai Jumlah titik (N) N Relatif (%)

<1 km 106 55,21

1-2 km 45 23,44

2-3 km 26 13,54

>3 km 15 7,81

Berdasarkan Tabel 8, didapatkan informasi bahwa harimau translokasi tidak bisa hidup jauh dari air. Ketersediaan air yang melimpah di hutan Blangraweu membantu harimau untuk bertahan hidup dan memudahkannya mencari mangsa. Gambar 18 menunjukkan peta hubungan harimau translokasi dengan sungai besar di hutan Blangraweu.

a b

c

PETA KEBERADAAN HARIMAU TRANSLOKASI BERDASARKAN

SUNGAI BESAR

Gambar 18. Peta keberadaan harimau translokasi berdasarkan sungai besar: a. Sungai Pantairaja, b. Sungai Meureudu, dan c. Sungai Tangse

5.1.3.5. Potensi Gangguan

Kondisi hutan di daerah pelepasliaran harimau tampak masih memiliki pohon-pohon berdiameter besar serta berbagai jenis satwa liar yang dapat dijumpai secara langsung. Namun bukan tanpa gangguan, kawasan hutan Blangraweu secara turun temurun telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan. Bentuk pemanfaatan berupa pengambilan hasil hutan kayu maupun non kayu, perburuan satwa liar, serta alih fungsi hutan menjadi ladang atau pemukiman. Tabel 9 menunjukkan potensi gangguan tersebut.

Tabel 9. Potensi gangguan pada kawasan penelitian.

Kriteria Daerah Selatan Daerah Utara

Perburuan harimau √ √√

Perburuan pakan √√√ √√√

Penebangan liar √√ √√

Perambahan √ √√√

Kebakaran √√ √

Pencari hasil hutan non kayu √√√ √√

Keterangan : √ : potensi gangguan rendah

√√ : potensi gangguan sedang

Pemanfaatan tersebut rupanya berpotensi menimbulkan gangguan bagi habitat harimau. Harimau dan manusia hidup berdampingan, dan ketika manusia memanfaatkan secara berlebihan maka habitat harimau akan timpang dan mempengaruhi kemampuan hidup harimau di habitat tersebut. Jika manusia mengambil satwa mangsa harimau secara berlebihan, harimau tidak akan mampu memenuhi kebutuhan makannya. Selain itu, gangguan berupa penebangan liar dan pemanenan hasil hutan non kayu secara berlebihan akan mengganggu habitat harimau serta mempengaruhi kehidupan satwa mangsa harimau.

Aktivitas manusia di daerah Selatan ternyata cukup intens. Daerah ini, juga di banyak tempat di hutan-hutan Aceh, merupakan lahan bagi masyarakat daerah sekitar untuk mencari ikan, rotan, gaharu, serta hasil hutan non kayu lainnya. Meskipun daerah ini berjarak sekitar dua hari perjalanan dari desa Geumpang, daerah ini masih kaya akan hasil bumi sehingga masyarakat cukup sering melintasi daerah ini. Perburuan terhadap mangsa harimau juga masih ada, tetapi hanya sebatas konsumsi lokal saja. Harimau tidak terlalu terganggu dengan aktivitas manusia di daerah Selatan.

Gambar 19. Potensi gangguan habitat di lokasi penelitian. a. pencari hasil hutan non kayu, b. penebangan liar, c. pemburu rusa tertangkap kamera, dan d. penemuan perangkap rusa oleh ranger.

a b

Namun di Utara, masyarakat lebih ekspansif dalam memanfaatkan lahan. Daerah Utara dekat dengan Kecamatan Meureudu yang memiliki akses yang jauh lebih bagus dari daerah Selatan sebab dilintasi jalan provinsi. Masyarakat di daerah ini mengembangkan lahannya hingga masuk jauh mendekati kawasan ekosistem Ulu Masen. Harimau hasil translokasi mati di daerah ini karena terjebak di jerat yang dipasang di perbatasan ladang untuk menghalau babi. Masyarakat di daerah Utara belum memiliki kesadaran mengenai pentingnya harimau sehingga tidak memperhatikan cara yang digunakan untuk melindungi ladangnya. Jerat yang dipasang berupa jerat kabel sehingga jika harimau terjebak tidak akan bias melepaskan diri. Salah satu jerat ini mengenai harimau translokasi, akan tetapi alih-alih dilaporkan kepada pihak yang berwajib, harimau translokasi dibunuh dan kulitnya dijual. Hal ini membuktikan bahwa masih ada perburuan harimau di daerah Utara.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pergerakan Harimau Hasil Translokasi

Jarang sekali ditemukan harimau yang memiliki pergerakan harian rendah mengingat harimau adalah salah satu mamalia besar yang biasanya bergerak aktif dengan jangkauan yang cukup jauh. Smith (1993) menyatakan bahwa harimau betina mampu menjelajah sejauh 10-33 km. Sedangkan untuk pergerakan harian, Sunquist (1981) menemukan bahwa harimau betina di Nepal bergerak hingga 2,2 km/hari. Angka ini relatif karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti daya tahan tubuh, tipe habitat serta ketersediaan kebutuhan hidupnya. Harimau hasil translokasi yang diamati hanya bergerak paling jauh 6,89 km dalam sehari dengan rataan pergerakan harian 1,84 km/hari. Mengingat kondisi harimau yang baru dilepasliarkan setelah mendapat kepastian tubuh yang fit maka yang menjadi kemungkinan terbesar penyebab rendahnya angka pergerakan ini adalah ketersediaan kebutuhan hidup yang melimpah.

Pada kenyataannya, tidak mudah bagi harimau ini untuk beradaptasi dengan daerah barunya. Gambar 2 menunjukkan bahwa pada awal dilepasliarkan, harimau ini cenderung bergerak aktif dengan rataan pergerakan harian 3,16 km/hari dengan jarak tempuh terjauh dalam sehari mencapai 6,34 km. Angka

pergerakan ini cenderung menurun untuk bulan-bulan berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa ketika dilepasliarkan, harimau ini langsung berusaha untuk

Dokumen terkait