BAMBU RUNCING DI TENGAH SERGAPAN BEDIL JEPANG
A. Awal Pertempuran
Tanda-tanda Jepang akan kalah perang sudah nampak sejak pertengahan tahun 1944. Dalam keadaan ini Jepang melakukan berbagai
tindakan upaya untuk tetap bisa menguasai Indonesia.107 Pihak Jepang
memanfaatkan para pemimpin Indonesia untuk mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri, tetapi para pemimpin Indonesia tersebut lebih dulu mengambil keuntungan dari Jepang, Soekarno berhasil dalam memanfaatkan situasi ini dan memperkokoh poisisnya sendiri sebagai
pemimpin utama kekuatan rakyat.108 Tahun 1945 tanda-tanda kehancuran
Jepang semakin nampak, namun Jepang tidak menyerah. Akhirnya pada 8 dan 14 Agustus 1945 dua kota terkemuka di Jepang, Hirosima dan Nagasaki di bom oleh sekutu, hal ini membuat Jepang rugi dan
menyerahkan semua Negara jajahannya termasuk Indonesia.109 Tepat
tanggal 15 Agustus 1945 Jepang pun menyatakan menyerah tanpa
syarat.110 Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi, Ir. Soekarno dan Moh
Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.111
Meskipun secara kedaulatan Indonesia telah merdeka, akan tetapi ketentraman dan kedamaian belum didapatkan secara penuh oleh rakyat Indonesia, sebab penjajah ingin menguasai dan menjajah kembali
107
Muhaiminan Gunardho, Bambu Runcing Parakan, (Yogyakarta: Kota Kembang, 1986), hlm. 11
108
M.C. Ricklefs, Sejarah Inonesia Modern 1200-2008, hlm. 436. 109
Muhaiminan Gunardho, Bambu Runcing Parakan, hlm. 11. 110
M.C. Ricklefs, Sejarah Inonesia Modern 1200-2008, hlm. 443. 111
39
Indonesia. Hal ini membuat bangsa Indonesia tidaklah diam menghadapi
situasi peralihan kekuasaan ini.112
Masa Jepang merupakan masa kebangkitan nasional. Pendudukan selama tiga setengah tahun merupakan periode yang menentukan bagi sejarah Indonesia. Jepang banyak melakukan perubahan baru terhadap masyarakat pribumi yang akhirnya memungkinkan terjadinya revolusi
Indonesia. Terutama di Jawa, mereka (golongan Jepang)
mengindoktrinasi, melatih dan mempersenjatai banyak generasi muda serta memberi kesempatan kepada para pemimpin yang lebih tua untuk menjalin hubungan dengan rakyat. Di seluruh Nusantara sampai ke pelosok desa telah diguncang oleh tekanan politik keras dan menindas. Namun hal inilah yang akhirnya membangkitkan semangat nasionalisme
Indonesia untuk menuju kemerdekaan dari kolonialisme.113
Ada banyak antisipasi tentang kedatangan Jepang. Selagi Belanda dan sebagian orang Indonesia menyembunyikan kekuatan dan ketidakpercayaan di balik keberaniannya, bagi sebagian muslim dan pemimpin nasionalis lainya pendaratan pasukan Jepang adalah mimpi
yang menjadi kenyataan.114 Selebihnya lagi Jepang telah menyebarkan
kabar bahwa ia adalah “cahaya asia”. Jepang adalah bangsa asia yang telah berhasil melakukan transisi ke masyarakat modern, masyarakat
teknologi pada akhir abad ke-19.115
Terbukti pada saat Indonesia masih dalam kekuasaan Belanda, pada tahun 1942 terjadi petempuran seru di laut Jawa yang membawa keunggulan Jepang, selain itu dengan jatuhnya kekuasaan Hindia Belanda di berbagai daerah, memudahkan tentara Jepang untuk menundukan pusat
112
Ahmda Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, tidak di publikasikan, hlm. 7.
113
M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, hlm. 421. 114
Adrian Vickers, Sejarah Indonesia Modern, Cet. I (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hlm. 132.
115
40
kekuasaan Hindia Belanda yang berada di Batavia. Devisi ke-2 adalah Jepang yang mendarat untuk pertama kalinya di Jawa Barat dan devisi ke-48 di Jawa Tengah. Menyebarnya militer Jepang di seluruh daerah Jawa yang sekaligus menunjukan jumlah yang lebih besar, membuat kekalahan di pihak Belanda. Tepatnya pada tanggal 1 Maret 1942 tentara keenam belas Jepang berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus, yakni
Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat), dan Kragan (Jawa Tengah).116
Sejak Jepang menguasai Indonesia, banyak terdapat orang-orang sekutu atau serikat di Indonesia yang ditawan oleh Jepang yang termasuk kaum sekutu di dalam masa perang antara lain Inggris, Amerika Serikat. Mereka meringkuk di dalam kamp-kamp tawanan Jepang dalam keadaan
yang menyedihkan dan menderita.117 Wilayah Indonesia pada akhir
perang Dunia II menurut ketentuan sekutu kepada tanggung jawab Inggris di bawah pimpinan Marsekal Mountbatten, setelah Mc. Arthur menyerahkan wilayah itu kepadannya. Ketentuan itu dibuat ketika perang sedang berkorbar, dan masih terus dilanjutkannya setelah perang itu selesai. Dengan demikian maka tugas pengawasan dan penguasaan
wilayah Indonesia jatuh ke tangan Inggris.118
Setelah peristiwa perang dunia II tentara Inggris memberikan perintah kepada tentara Jepang agar menjaga dan memelihara keamanan serta ketertiban sampai sekutu datang sendiri untuk mengambil alih kekuasaan tersebut. Atas dasar perintah sekutu inilah maka jepang di Indonesia selalu menghalang-halangi usaha rakyat dan lascar-laskar rakyat mengambil alih kekuasaan di daerah-daerah atau di kota-kota. Akibatnya banyak terjadi pertempuran antara rakyat beserta laskar-laskar
Indonesia dalam usaha merebut senjata dari tentara Jepang.119
116
G. Moedjanto, Indonesia abad Ke-20 jilid I: Dari Kebangkitan nasional Sampai Linggarjati, (Kanius, 1988), hlm. 98-99.
117
Nyoman Dekker, Sejarah Revolusi Nasional, hlm. 29. 118
Ibid, hlm. 29. 119
41
Dilihat dari berbagai peristiwa di Indonesia pendudukan penjajah telah silih berganti datang untuk menguasai Indonesia. Peristiwa serupa juga nampak pada daerah-daerah yang ada di daerah Jawa Tengah.
Tepatnya di Magelang, Magelang diduduki tentara Inggris
kedatangannya di Indonesia atas nama Palang Merah Internasional, dengan tugas akan melucuti senjata Jepang yang ada di Indonesia, akan tetapi tentara Belanda dan Nica membonceng dibelakang Palang Merah Internasional tujuannya sebenarnya akan menjajah kembali di
Indonesia.120 Keuntungan Indonesia atas masuknya Jepang ke tanah air
adalah dengan adanya berbagai peristiwa yang mana rakyat Jepang menaruh simpai kepada rakyat Indonesia dengan berbagai cara. Pengaruh lain untuk rakyat Indonesia adalah pengaruh kebijakan militer. Bangsa Indonesia mengikuti pendidikan dan latihan militer merupakan keuntungan besar karena mereka memperoleh pengetahuan dan pengalaman militer baik secara strategi tulang punggung dalam upaya
perjuangan bahkan mempertahankan kemerdekaan.121
Pada tanggal 22 Agustus 1945 dibentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang menjadi inti di dalamnya ialah pemuda-pemuda bekas: PETA, HEIHO. Selain itu bermunculan laskar-laskar rakyat
seperti Barisan Benteng, Barisan Pelopor, Hisbullah.122 Sementara di
daerah Temanggung lahir sebuah laskar Barisan Muslimin Temanggung (BMT) yang lahir atas pemikiran KH Subchi. Pengaruh Barisan Muslimin Temanggung (BMT) memang nampak setelah pasukan TKR yang dipimpin oleh Kolonel Sudirman (Divisi V), berusaha memasuki Magelang lewat Parakan. Barisan Muslimin Temanggung (BMT)
120Anasom, Kiai dan Bambu Runcing “Mengungkap peran Kiai dan Bambu
runcing pada masa perang kemerdekaan”, (Semarang: Balai penelitian dan
pengembangan Agama 2010), hlm. 53. 121
Yasmis, Jepang dan perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Jurnal Sejarah Lontar, Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2007, hlm. 30.
122
42
kemudian ikut serta dengan pasukan TKR menyerbu Magelang lewat Secang. Pada saat Magelang dihuni oleh Inggris dan Belanda, mengalami pukulan yang berat dari Yogyakarta dan Purwakarta serta laskar Barisan Muslimin Temanggung (BMT). Pada tanggal 21 November 1945 pasukan Inggris dan Belanda yang berada di Magelang mudur ke arah
Semarang.123