i
BIOGRAFI DAN PERAN KH SUBCHI PARAKAN-TEMANGGUNG PADA TAHUN 1858-1959
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora (S. Hum)
Oleh :
MEI RINA DEWI RAHAYU 216-14-005
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN
KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Mei Rina Dewi Rahayu
NIM : 216-14-005
Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora
Jurusan : Sejarah Peradaban Islam
Menyatakan bahwa naskah skripsi saya berjudul “Biografi dan Peran KH
Subchi Parakan-Temanggung Pada Tahun 1858-1959” adalah benar-benar
hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya berdasakan kode etik ilmiah, dan bebas dari plagiatisme. Jika kemudian hari terbukti ditemukan plagiarisme, maka saya siap ditindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Salatiga, 08 Oktober 2018 Yang menyatakan,
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama : Mei Rina Dewi Rahayu
NIM : 216-14-005
Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora
Program Studi : Sejarah Peradaban Islam
Judul : Biografi dan Peran KH Subchi
Parakan-Temanggung Pada Tahun 1858-1959
telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.
Salatiga, 10 September 2018
Pembimbing
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi Saudara Mei Rina Dewi Rahayu dengan Nomor Induk Mahasiswa 21614005 yang berjudul Biografi dan Peran KH Subchi Parakan-Temanggung Pada Tahun 1858-1959 telah dimunaqosyahkan dalam Sidang Panitia Ujian Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada Hari Jum’at 21 September 2018 dan telah
diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
pada Program Studi Sejarah Peradaban Islam..
Salatiga, 08 Oktober 2018 Panitia Ujian
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. Benny Ridwan, M. Hum. Haryo Aji Nugroho, S. Sos., M. A NIP. 19730520 199903 1006 NIP.NIP. 19731104 199903 1002
Penguji I Penguji II
Dr. M. Ghufron, M. Ag. Yedi Efriadi, M. Ag.
NIP. 19720814 200312 1001 NIP. 19720721 200112 1002
Dekan Fakultas
Ushuluddin Adab dan Humaniora
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Wong iku kudu duwe jiwa Nasionalis”
(KH Maimun Zubair)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya tercinta yang telah memberi dukungan materi dan moral serta tak pernah lelah
mendoakan saya.
Untuk Bapak Haryo Aji yang selalu sedia membimbing disetiap kesulitan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Teruntuk adik-adikku Mukhammad Irvan KHabibi dan Ubayyu Putra Asysyffa.
Teruntuk keluarga besar Bani Muhtarom yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada saya.
Teruntuk keluarga KH Subchi, khususnya Bapak Muhammad Asrof yang telah membantu saya dalam menggali Informasi tentang KH Subchi.
Teruntuk orang terkasih yang selalu mensuport dan membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini, Dedi Maisuri.
Teruntuk sahabat dan keluargaku mahasiswa Sejarah Peradaban Islam angkatan 2014.
vi
ABSTRAK
Mei Rina Dewi Rahayu, 2018. Biografi KH Subchi Parakan-Temanggung
pada tahun 1858-1959.Skripsi. Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin Adab, dan Humaniora. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2018. Pembimbing: Haryo Aji Nugroho, S. Sos., MA.
Kata kunci: KH Subchi, Bambu Runcing, dan Barisan Muslimin Temanggung (BMT).
Penelitian ini berusaha membahas tentang biografi KH Subchi tahun 1858-1959 M. Penelitian ini juga membahas tentang beberapa peran perjuangan KH Subchi dalam merebut kemerdekaan di wilayah Parakan Temanggung. Dalam penelitian ini juga akan dipaparkan mengenai kondisi daerah Parakan dan Temanggung pada massa revolusi tahun 1945-1949.
vii
KATA PENGANTAR
ميحرلا همحرلا الله مسب دّمحم اوديس ىلع ّلص ّمهللا
Alhamdulillah penulis curahkan syukur atas kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan nikmat, taufik dan hidayah, serta inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini tanpa ada halangan suatu apapun serta membuat penelitian skripsi ini harus berhenti. Sholawat dan salam senantiasa penulis panjatkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan hidayah kepada kita semua hingga dapat keluar dari zaman jahiliyah hingga menuju zaman terang benderang dan senantiasa kita nantikan syafaatnya di yaumil kiyamah amin.
Skripsi ini ditulis untuk memperoleh gelar sarjana Humaniora dari jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga. Proses penyusunan telah melibatkan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
Pertama-tama rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, MPd selaku Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, Bapak Haryo Aji Nugroho, S. Sos, MA. selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam dan selaku pembimbing Skripsi yang banyak memberikan kritik dan saran terhadap penulisan Skripsi ini, sehingga membuat skrispi ini menjadi lebih baik. Serta seluruh staf pengajar Jurusan Sejarah Peradaban Islam yang telah memberi ilmu pengetahuan selama kuliah, walaupun namanya tidak disebutkan satu persatu, terima kasih juga ilmu yang didapat.
viii
penulis serta selalu sabar menanti keberhasilan penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada adik-adikku tersayang Mukhammad Irvan Khabibi dan Ubayyu Putra Asysyffa.
Penulis juga berterima kasih pula kepada semua teman-teman Jurusan Sejarah Peradaban Islam, keluarga KH Subchi khususnya Bapak Muhmmad Asrof yang telah membantu penulis menggali informasi-informasi tentang KH Subchi, teman-teman keluarga besar Nurul Asna yang telah memberikan semangatnya kepada penulis dan menyusun laporan penelitian Skripsi ini. Serta semua pihak yang bersangkutan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dari segi moril material demi kelancaran penyelesaian laporan penelitian skripsi ini.
Semoga mereka terbalaskan semua jasa-jasanya dengan balasan yang lebih baik lagi. Penulis berharap, skripsi ini bermanfaat khususnya bagi saya selaku penulis dan penyusun dan umumnya bagi para pembaca.
Salatiga 8 Oktober 2018
Penyusun
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Keaslian Tulisan ... ii
Halaman Persetujuan Pembimbing ... iii
Halaman Pengesahan ... iv
A. Kondisi Geografis Kecamatan Cepogo ... 15
B. Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat Cepogo ... 16
C. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Kejawen ... 21
III. PERKEMBANGAN TAREKAT QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH DI CEPOGO ... 30
A. Sejarah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ... 30
B. Masuknya Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Cepogo ... 37
C. Masa Konsolidasi ... 38
D. Peran Mursyid dalam Meyebarkan tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah: Damanhuri ... 40
IV. PENGARUH TAREKAT QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH TERHADAP MASYARAKAT KEJAWEN DI CEPOGO ... 30
x
dan Kejawen ... 50
B. Perkembangan Islam di Cepogo Dengan Tarekt Qadriyah wa Naqsyabandiyah ... 52
V. PENUTUP ... 56
A. Kesimpulan ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57 DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak 1 Agustus 1901 Karesidenan Kedu yang dibentuk dengan penggabungan Magelang. Karesidenan Kedu terdiri dari beberapa kabupaten salah satunya adalah Kabupaten Temanggung yang terdiri dari
tiga distrik, yaitu: Temanggung, Parakan dan Candiroto.1 Parakan adalah
wilayah kecamatan di bawah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah yang memiliki luas wilayah kurang lebih 1,60 kilometer persegi dan dibagi menjadi dua wilayah yaitu ParakanTimur dan Parakan Barat yang sering disebut Kauman. Keluarahan Parakan Kulon atau Kauman ini banyak berdiam beberapa Kyai dan hampir seluruhnya adalah santri baik santri pendatang maupun asli warga Temanggung maupun Parakan, hal ini dapat digambarkan setiap desa terdapat masjid atau mushola dan
terdapat banyak pondok pesantren yang berdiri.2
Penduduk Parakan memiliki latar belakang ekonomi sebagai petani seperti tembakau, kopi dan berbagai sayuran. Penghasilan penduduk Parakan pada zaman sebelum penduduk Jepang dikatakan cukup, dalam artian hasil dalam bercocok tanam dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun, keadaan tersebut mulai berubah saat Jepang mulai masuk ke wilayah-wilayah Indonesia tidak terkecuali Parakan, Temanggung. Bangsa Jepang mulai menguasai dan merampas
hasil bumi penduduk Parakan secara paksa.Rakyat Parakan
diwajibkanuntuk bekerja dibawah perintah Jepang mulai dari tanam kopi, teh, nila atau rosella, temabakau tebu dan kina.Selain itu, rakyat
1Nur Laela, “ Skripsi: Perjuangan Rakyat Parakan
-Temanggung dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-146)”, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014), tidak dipublikasikan, hlm. 28.
2Ahmad Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”,
2
Parakandiwajibkan untuk romusha. Mereka dikerahkan untuk
membangun jalan raya, jembatan, rumah pejabat, bahkan dikerhkan sampai ke Ambarawa untuk membangun benteng. Hal ini menyebabkan keresahan tersendiri bagi penduduk Parakan sebab banyak yang
meninggal kelaparan akibat terlantar dan kerja yang berat.3
Perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Parakan merupakan sebuah simbol dari pembelaan hak-hak mereka yang telah dirampas oleh para penjajah. Indonseia berhasil memproklamasikan kemerdekaan pada tanggl 17 Agustus 1945. Meskipun Indonesia telah dinyatakan merdeka, namun hal itu tidaklah merubah kondisi Indonesia yang terbebas dari jajahan. Karena pada saat itu penjajah Belanda datang ke Indonesia yang bertujuan untuk menjajah Indonesia. Dalam hal ini penduduk Parakan
mempersiapkan diri untuk melawan penjajah Belanda.4
Penduduk Parakan mulai resah dan ketakutan akan adanya penjajah Jepang, sehingga mereka mulai melakukan perlawanan terhadap Jepang. Penduduk Parakan yang banyak berdiam Kyai, maka banyak kyai yang ikut berperan dalam melawan penjajah. Kepemimpinan kyai memiliki pengaruh yang besar di kalangan rakyat Parakan. Selain itu peranan kyai atau ulama dengan rakyat memiliki ikatan yang erat, sebab ulama memiliki identitas yang sama dengan petani, sehingga kyai
menjadi pengayom rakyat.5Beberapa ulama memberikan do’a-do’a dan
wejangan kepada pejuang. Beberapa kyai memiliki keahlian dalam memberi do’a dan wejangan tersebut, diantaranya KH Sumomihardho,
KH Muhammad Ali, dan KH Subchi.6
Beberapa kyai Parakan yang ikut berperan melawan penjajah diantranya, KH Subchi, KH Sumomihardho, KH Muhammad Ali, KH
Nur Laela, “Skripsi: Perjuangan Rakyat Parakan-Temanggung dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-146)”, hlm. 41.
6Istahori Syam’ani, “Sejarah Barisan Bambu Runcing”,
3
Abdurrahman, KH Sahid Baidawi dan masih banyak lagi. Masing-masing
kyai mempunyai keahlian sendiri.7 Akan tetapi, penulis hanya melakukan
penelitian terhadap biografi serta peran KH Subchi karena beliau berperan cukup besar di wilayah Kabupaten Temanggung terutama di Parakan dalam perjuangan melawan penjajah. Hal ini terbukti beliau merupakan penggerak semangat juang para rakyat Temanggung dalam melawan penjajah. Selain itu beliau merupakan pelopor sekaligus pemimpin Barisan Muslimin Temanggung (BMT).
Alasan penulis memilih topik tersebut karena KH Subchi merupakan salah satu tokoh ulama (kyai) di Parakan yang masih keturunan dari kerjaan Yogyakarta, yang memiliki peran penting dalam perjuangan melawan penjajah di Temanggung dan sekitarnya. Selain itu beliau juga pelopor berdirinya Barisan Muslimin Temanggung (BMT) dan sekaligus sebagai pemimpin Barisan Muslimin Temanggung, selain KH Subchi pernah menjadi anggota Sarekat Islam (SI) bahkan pernah mengikuti kongres SI di Temanggung 1921.
Selain itu, menurut peneliti dengan mengetahui sejarah para leluhur, merupakan sebuah batu loncatan sekaligus cermin masa lalu dimana kesejarahan yang jelek jangan sampai terulang dimasa sekarang maupun mendatang dan yang baik harapannya bisa mengulangnya dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
Mengenai ruang lingkup temporal yang diambil yaitu pada tahun 1858-1959. Di mana pada tahun 1858 merupakan tahun kelahiran KH Subchi. Peran KH Subchi baik dalam bidang politik KH Subchi termasuk pelopor lahirnya BMT di Temanggung serta keterlibatan KH Subchi dalam Sarekat Islam di Temanggung sekitar tahun 1921. Dipilihnya tahun 1959 sebagai batas akhir karena pada tahun tersebut KH Subchi wafat dan juga berakhirnya perannya dalam perjuangan kemerdekaan. Melalui penelitian peran serta biografi KH Subchi inilah penulis
7
4
mempunyai tujuan untuk menjadikan bahan penelitian skripsi dengan
judul Biografi dan Peran KH Subchi Parakan Temanggung pada
tahun 1858-1959.
B. Rumusan Masalah
Setelah dijelaskan ruang lingkup persoalan yang termasuk dalam penelitian, maka dapat ditetapkan pokok masalah yang menjadi focus kajian dalam penelitian ini. Sehingga fokus permasalahan akan menjadi lebih jelas dan akan lebih mudah merumuskannya.
1. Bagaimana kondisi Parakan Temanggung pada tahun 1945-1949?
2. Bagaimana riwayat hidup KH Subchi?
3. Bagaimana peran perjuangan KH Subchi dalam Kemerdekaan
Indonesia?
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah:
1. Menguraikan kondisi Parakan Temanggung pada masa revolusi
fisik.
2. Mendeskripsikan riwayat hidup KH Subchi.
3. Menjelaskan bagaimana perjuangan KH Subchi dalam
kemerdekaan Indonesia.
D. Kajian Pustaka
Penelitian atau penulisan karya ilmiah diperlukan adanya kajian pustaka, yang berupa literatur yang menjadi landasan dalam penulisan. Tidak banyak literatur yang membahas tentang KH Subchi, akan tetapi ada beberapa literatur yang bisa dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini, di antaranya:
Buku karya Saifudin Zuhri yang berjudul Guruku orang-orang
5
menjelaskan tentang keikutsertaan para Kyai dalam memepertahankan kemerdekaan. Tetapi dalam buku Saifudin Zuhri tidak menjelaskan bagaimana biografi serta peran secara menyeluruh yang dilakukan oleh KH Subchi.
Karya ilmiah yang dilakukan oleh Anasom dosen UIN Walisongo
Semarang tahun 2012, yang berjudul Kyai dan Bambu Runcing dalam
karyanya Anasom lebih membahas tentang sejarah bambu runcing di Parakan yang digunakan untuk melawan penjajah. Dalam pembahasan ini Anasom mengungkapkan bahwa bambu runcing yang digunakan dalam pertempuran melawan penjajah sebelumnya telah disepuh oleh beberapa kyai terkemuka yang ada di kota Parakan saat itu, di antaranya adalah KH Muhammad Ali, KH Muhaiminan Gunardho dan KH Subchi. Dalam penelitian Anasom belum memaparkan dengan jelas bagaimana perjuangan KH Subchi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia khususnya di wilayah Parakan.
Dalam buku karya Ahmad Zaini Hasan yang berjudul Perlawanan dari Tanah Pengasingan: Kiai Abbas, Pesantren Buntet dan Bela Negara terbitan LKis, Yogyakarta, dalam buku ini memaparkan tentang perjuang para kyai yang mendirikian sebuah pondok pesantren pada masa penjajah Belanda. Namun di sisi lain, para kyai dan para santri tidak hanya pembinaan spirirtual, melainkan juga sebagai pusat aktivitas menanamkan kesadaran cinta tanah air. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh para kyai dan santri dalam mengusir penjajah (Belanda dan Jepang). Dalam buku ini di khususkan membahas Kyai Abbas dan Pondok Pesantren Buntet, Cirebon. Buku ini belum memaparkan secara khusus tentang KH Subchi dan santri di Parakan.
6
kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam tulisan skripsi ini mempunyai kesamaan dalam ruang lingkup spasial, namun belum ada yang menjelaskan bagaimana peran KH Subchi serta biografi KH Subchi, yang ada pada saat itu merupakan tokoh ulama penggerak perjuangan rakyat Parakan dalam melawan penjajah secara rinci.
Karya tulis, laporan penelitian Ahmad Adaby Darban tahun 1988, “Sejarah Bambu Runcing”. Dalam laporan ini membahas tentang keadaan Parakan pada masa penjajahan dan sejarah lahirnya bambu runcing. Dalam bahasan-bahasan laporan ini dipaparkan pula tentang peran Kyai Subchi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Parakan. Dalam laporan ini, belum dipaparkan mengenai biografi KH Subchi serta latar belakang keluarga, riwayat pendidikan KH Subchi.
Dari beberapa sumber yang digunakan penulis, tidak banyak data yang menjelaskan mengenai biografi KH Subchi serta perannya baik dalam perpolotikan maupun yang lainnya. Sehingga penulis dapat menjadikan satu data-data yang diperoleh untuk mengambil data yang sesuai dengan tema.
E. Kerangka Konseptual
Sehubungan dengan kepribadian tokoh, sebuah biografi perlu memperhatikan adanya latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan
sosial-budaya, dan perkembangan diri.8 Setidaknya peneliti temukan dua
macam biografi, yaitu portrayal (portrait) dan scientific (ilmiah), yang
masing-masing mempunyai metodologi sendiri. Biografi disebut portrayal bila hanya mencoba memahami dalam bentuk kategori biografi
(politik,bisnis,seni dan sebagainya dan prosopography (biografi
kolektif).
8
7
Sedangkan biografi scientific orang berusaha menerangkan
tokohnya berdasarkan analisis ilmiah. Dalam hal ini penggunaan konsep
dan teori dari psychoanalysis (sejarah kejiwaan).9 Sejarah kejiwaan
secara subtantif sudah dimulai pada 1910 ketika Sigmund Freud melakukan analisin atas kepribadian Leonardo da Vinci. Namun secara formal sejarah kejiwaan baru dikukuhkan pada tahun 1960an. Sejarah kejiwaan peleburan psikoanalisis dan sejarah, menurut Bruce Mazlish. Jadi bukan saja penerapan psikoanalisis pada sejarah saja, tetapi peleburan antara keduanya. Sejarah kejiwaan dapat diidentifikasi menurut latar belakang kehidupan, latar belakang agama, latar belakang
sosial dan latar belakang keluarga.10 Dalam hal ini, penulis menggunakan
konsep di atas untuk mengungkap KH Subchi baik dalam latar belakang pribadi, kehidupan sosial, kehidupan agama dan latar belakang politik.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah mempunyai empat langkah, yaitu:
1. Heuristik
Heuristik adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Penulis mengumpulkan sumber-sumber baik berupa tulisan seperti buku, arsip, hasil laporan penelitian, skripsi dan lain sebagainya, berupa rekaman seperti wawancara
maupun video, dan benda seperti artefak. 11 Penulis
mengumpulkan sumber dari perpustakaan pusat UGM, perpusatkaan UIN Sunan Kalijaga, Monumen Jogja Kembali (MONJALI), perpustakaan Kota Magelang, melakukan pencarian
8
sumber pribadi ke Kauman, Parakan, Temanggung, wawancara dengan cicit KH Subchi. Data sumber yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah “Sejarah Barisan Bambu Runcing” yang ditulis oleh KH Istachori Syam’ani yang
merupakan pelaku sejarah (sekretaris BMT), buku “Guruku
Orang-orang dari Pesantren” karya tulis KH Saifuddin Zuhri yang
merupankan salah satu saksi sejarah (yang melihat langsung dan pernah bertemu dengan KH Subchi), dan “Bambu Runcing Parakan” yang tulis oleh KH Muhaiminan Gunardho yang merupakan anak dari pelaku sejarah dan sebagai saksi sejarah.
Sedangkan sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: Hasil laporan penelitian Ahmad
Adaby Darban yang berjudul Sejarah Bambu Runcing, buku
karya Samsul Munir Amir yang berjudul Karomah Para Kyai,
serta laopran penelitian Anasom yang berjudul Kai dan Bambu
Runcing dan skripsi Nur Laela yang berjudul Perjuangan Rakyat
Parakan-Temanggung dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1946.
2. Verifikasi (kritik Sumber)
Verifikasi atau kritik sumber adalah usaha dan upaya penyelidikan apakah jejak-jejak yang ditemukan, setelah heuristik
benar adanya, betul–betul dapat dijadikan bahan penulisan.
Kritik sumber ada dua macam, yaitu :
a) Kritik Eksternal
Kritik ekstern menurut Helius Sjamsudin12, kritik
eksternal adalah melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Apakah fakta
12
9
peninggalan atau dokumen itu merupakan yang sebenarnya, bukan palsu. Berbagai tes dapat dipergunakan untuk menguji keaslian tersebut, misalnya meneliti otensitas sumber dengan meneliti keaslian buku meliputi sumber tanggal waktu dan pengarangnya. Dari sejauh ini, yang penulis gunakan untuk kritik eksternal itu mepiluti kualitas suatu sumber dan bentuk serta kondisi suatu sumber secara kasat mata. Dan ada beberapa sumber yang penulis kritik dengan menyamakan data-data arkeologisnya.
b) Kritik Internal
Setelah mendapat suatu dokumen dan dengan diuji melalui kritik eksternal maka selanjutnya dilakukan dengan
Kritik internal, menurut Daliman13 adalah kegiatan menguji
jejak-jejak masa lampau sehingga diketahui kebenarannya. Meskipun dokumen itu asli, tetapi apakah mengungkapkan gambaran yang benar, bagaimana mengenai penulis dan penciptanya, apakah ia jujur, adil dan benar-benar memahami faktanya, dan banyak lagi pertanyaan yang bisa muncul seperti diatas. Maka sejarawan bisa memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang sangat berharga untuk ditelah secara serius. Untuk kritik internal dokumen ini, penulis mengujinya dengan mempertimbangkan aspek isi dari semua sumber yang diperoleh dari lapangan tentang KH Subchi serta peran kepahlawanan yang dilakukan ketika masa penjajahan. Informasi tentang KH Subchi tidak bisa semua terlacak dari beberapa sumber yang ditemukan. Akan tetapi penulis terpaksa harus menggunakan sumber sekunder. Diantaranya dengan melakukan wawancara kepada informan
13
10
yang tidak sezaman dengan KH Subchi. Wawancara dilakukan dengan Asrof yang merupakan cicit dari KH Subchi.
3. Interprestasi
Menurut Daliman, interpretasi adalah menafsirkan atau memberi makna terhadap fakta-fakta ataupun bukti-bukti sejarah untuk kemudian dilanjutkan ke proses historiografi.14 Dalam tahap ini dilakukan analisis berdasarkan data-data yang diperoleh, yang akhirnya dihasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penulisan yang utuh, atau disebut dengan historiografi. Setelah penulis mengkomunikasikan hasil penelitiannya, maka disebut tulisan atau karya sejarah. Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagai fakta yang ada, kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan, sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, selanjutnya untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interpretasi yang bersifat deskriptif saja belum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan penafsiran yang digunakan dan berusaha menganalisis peristiwa tersebut. Agar menjadi sebuah penelitian yang menarik, peneliti harus menyajikannya dengan penelitian berbasis deskriptif analitis. Setelah peneliti mendapatkan sumber dan melakukan kritik, semua sumber yang dianggap relevan dengan penelitian tentang KH Subchi ini, peneliti melakukan interpretasi dengan kaidah-kaidah yang sesuai dengan prosedur yang berlaku.
14
11
4. Historiografi
Setelah melakukan proses interpretasi dan analisis, proses kerja mencapai tahap akhir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Proses penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas atau sama lain dapat disatukan, sehingga menjadi satu perpaduan yang logis dan sistematis dalam bentuk narasi kronologis. Menulis sejarah merupakan suatu kegiatan
intelektual dan ini suatu cara utama untuuk memahami sejarah.15
Historiografi atau penyajian ada;ah lukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa masa lalu yang disebut sejarah. Penyajian penelitian ini hendaknya mampu memberikan gambaran mengenai proses penelitian dari awal sampai penarikan kesimpulan. Historiografi merupakan tahap akhir dalam penulisan sejarah. Pada tahap ini penulis sejarah memerlukan kemampuan-kemampuan tertentu untuk menjaga standar mutu citera sejarah. Tahap ini merupakan tahap akhir untuk menyajikan semua fakta ke dalam bentuk tulisan skripsi yang berjudul Biografi KH Subchi Parakan Temanggung pada tahun 1858-1959.
G. Sistemati Penulisan
Sistematika ini disusun sebagai penjabaran dari daftar isi atau outline. Dalam Bab pertama peneliti akan menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Ruang Lingkup, Kajian Pustaka, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. Itu semua merupakan proposal yang berisi gambaran dan penjabaran secara singkat tentang penelitian yang akan peneliti lakukan.
15
12
Bab kedua menjelaskan tentang, setting atau keadaan di nasional dan sekitarnya (Indonesia), keadaan sosial Parakan pada masa revolusi di mulai dari kondisi sosial keagamaan di Parakan kemudian menjelaskan bagaimana kehadiran penjajah Jepang ke Parakan Temanggung.
Bab ketiga menjelaskan tentang biografi KH Subchi dan latar belakang kelaurga KH Subchi muali dari latar pendidikan sampai karir KH Subchi dalam politik dalam Nahdhotul Ulama (NU) sampai pernah menjadi anggota Sarekat Islam di Temanggung.
Bab keempat menjelaskan tentang pertempuran antara rakyat Parakan, Temmanggung dan penajajah Jepang, serta perjuangan rakyat Parakan Temanggung dalam perlawanan penjajah. Dalam bab ini akan dijelaskan tentang perjuangan K H Subchi dalam perlawan penjajah yang menggunakan senjata sederhana yaitu Bambu Runcing.
13
BAB II
SETTING SOSIAL POLITIK NASIONAL DAN DAERAH PARAKAN TEMANGGUNG PADA MASA REVOLUSI (1945-1949)
A. Kondisi Nasional Pada Masa Revolusi (1945-1949)
Masa pendudukan Jepang selama tiga setengah tahun merupakan salah satu periode yang paling menentukan dalam sejarah Indonesia. Karena sebelum serbuan Jepang, tidak ada satu pun tantangan yang serius terhadap kekuasaan Belanda di Indonesia. Namun di sisi lain pada waktu Jepang menyerah, banyak perubahan yang luar biasa di Indonesia. Jepang telah memberi sumbangan langsung pada perkembangan-perkembangan di daerah Indonesia terutama di Jawa dan Sumatera. Jepang mendoktrinasi, melatih, dan mempersenjatai banyak generasi muda serta memberi kesempatan kepada pemimpin yang lebih tua untuk menjalin hubungan dengan rakyat. Selain itu, Jepang mempolitisasi bangsa Indonesia sampai pada tingkat desa dengan senjata dan dengan menghadapkan Indonesia pada renzim kolonial yang bersifat menindas
dan merusak bangsa Indonesia.16 Pihak Jepang tentu saja bermaksud
memanfaatkan rakyat Indonesia untuk mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri, akan tetapi rakyat Indonesia lebih dulu mengambil keuntungan dari Jepang.17
Jepang mulai menyadari akan kalah dalam perang dan kehilangan kendali atas kekuatan rakyat Indonesia, terjadilan perlawan-perlawan serius antara Jepang dan Indonesia pada bulan Februari 1944. Di tahun yang sama Negara Jepang mendapat serangan bom dari pasukan sekutu,
hal ini adalah titik awal kekalahan Jepang.18 Pihak Jepang meminta
bantuan kepada rakyat Indonesia untuk mempertahankan benteng
14
pertahanan Jepang. Sebagai tanda terimakasih Jepang terhdap Indoneisa,
Jepang menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia.19
Kemudian pihak Jepang terancam kehilangan kekuasaan karena pihak Sekutu berhasil menguasai Jepang. Dan pada bulan Juli 1945 Jepang menyerah tanpa syarat, Jepang tidak dapat lagi memikirkan kemenangan ataupun mempertahankan wilayah-wilayah kekuasaannya. Tujuan Indonesia selanjutnya adalah mebentuk sebuah Negara yang merdeka dalam mencegah berkuasanya kembali Belanda. Jatuhnya bom atom di Hirosima dan Nagasaki pada bulan Agustus 1945 mempercepat penyerahan Jepang kepada Sekutu. Tepatnya ada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat. Dan kemudian tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno memproklamirkan kemerdekaan
bangsa Indonesia.20
Meskipun bangsa Indonesia secara kedaulatan sudah merdeka pada 17 Agustus 1945, namun pemerintahan Indonesia masih
menghadapi penjajah dan berbagai masalah.21 Di sisi lain berita tentang
proklamasi kemerdekaan Indonesia belum diketahui oleh rakyat Indonesia yang berada di wilayah terpencil. Mereka baru mengetahui pada bulan September 1945. Namun sesudah hal itu diketahui, timbullah
masalah kesetiaan. Keempat penguasa kerajaan22 yang ada di Jawa
Tengah menyatakan dukungan mereka terhadap Republik Indonesia,
akan tetapi raja-raja di luar Jawa tidak tertarik kepada Revolusi.23
Di Indonesia “revolusi” mempunyai makna yang khas, kondisi politik, social ekonomis, kebudayaan menyebabkan pengertian revolusi
Mangkunegaran, Kesultanan, dan Pakualaman Yogyakarta. Lihat. http://aminhidayatcenter.blogspot.com/2013/03/dukungan-terhadap-proklamasi.html
23
15
itu erat hubungannya dengan kemerdekaan. Tiada kemerdekaan tanpa
revolusi, dan tiada revolusi tanpa kemerdekaan.24 Di Indonesia sendiri,
revolusi memang terjadi suatu perubahan yang fundamentil25 dan dalam
waktu yang singkat. Setelah kemerdekaan diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia merasa tidak akan pernah terjadi peperangan yang terus bergejolak terhadap Negara Indonesia. Akan tetapi, kemerdekaan yang dicapai bangsa Indonesia tidak secara mulus diterima, bahkan Belanda menyatakan bahwa kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tidak sah. Alasan Belanda menyatakan bahwa kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia tidak sah adalah dengan merebut kembali. Akibat dari hal itu terjadilah peperangan diantara kedua Negara. Masa perang kemerdekaan ini berlangsung dari tahun 1945-1949. Pada akhir 1949 Belanda dengan resmi mengakui
kedaulatan bangsa Indonesia.26 Sejalan dengan itu peristiwa revolusi
yang terjadi di Indonesia peristiwa lainya juga ditandai dengan peristiwa kembalinya Belanda bersama Sekutu, pertempuran Ambarawa, berpindahan ibukota ke Yogyakarta, perjanjian linggarjati, konferensio meja bundar dan lain sebagainya.
B. Kondisi Parakan Temanggung Pada Masa Revolusi (1945-1949) Kabupaten Temanggung termasuk ke dalam wilayah Karesidenan Kedu bersama dengan Kabupten Magelang yang mana sebelumnya merupakan bagian dari Pemerintah Kerajaan Mataram. Ketika pada tanggal 13 Februari 1755 sesuai dengan Perjanjian Giyanti, Mataram pecah ke dalam wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kesunaanan
Surakarta, wilayah Kedu masuk dalam wilayah Kesultanan Yogyakarta.27
24
Nyoman Dekker, Sejarah Revolusi Nasional, Cet. I (Jakarta: Balai Pustaka, 1980), hlm. 14
25
Artinya perubahan dari bangsa yang terjajah beralih menjadi bangsa yang merdeka. Lihat. Nyoman dekker, hlm. 15.
26
Ibid, hlm. 15.
27
16
Setelah tahun 1901 bergabunglah Kabupaten Bagelan, Kabupaten
Wonosobo, Kabupaten Purworejo, dan Kabupaten Kebumen.
Pemerintahan daerah Temanggung menjadi kabupaten kedua di Karesidenan Kedu setelah sebelumnya muncul Kabupaten Magelang
pada tahun 1818.28
Pada saat Raffles memimpin di Jawa, Karesidenan Kedu (Magelang-Temanggung) berpenduduk sekitar 300.000 jiwa. Residen membawahi para bupati dan para demang. Karesidenan Kedu terdapat 10 demang, 42 pembantu demang dan sekitar 2800 dusun. Baru pada tahun 1820 setelah Jawa kembali ke pemerintahan kolonial hindia Belanda, sebutan demang dibakukan menjadi wedana yang memimpin wilayah distrik, sedangkan pembantu demang menjadi asisten Wedana dengan
daerah kekuasaan yang disebut Onderdistrick.29
Temanggung sendiri sebagai Kabupaten memiliki beberapa distrik, Distrik Jetis, Kedu, Lempuyang, Prapak (Kranggan), Sumowono.
Distrik-distrik tersebut membawahi sejumlah onderdistricten
(kecamatan) yaitu Temanggung, Kemirirejo, Tembarak, Parakan, Kedu,
Ngadirejo, Medayu, Muntung, Jumo, Bejen, Tretep, Pringsurat, Pingit,
Prapak (Kranggan), Muncar, Tlogopucang, dan Sumowono. 30 Dari
beberapa wilayah kecamatan yang paling banyak menjadi basis kolonial terdapat di daerah wilayah Parakan.
Parakan merupakan salah satu kecamatan di bawah Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan ini terletak di ketinggian 760 m dari permukaan laut dan di tengah-tengah lereng
28
BPS Temanggung dan Bagian Kesra Sekretaris Daerah Temanggung, Profil Statistik dan Indikator Gender Kabupaten Temanggung (Temanggung:BUMD Aneka Usaha, 2005), hlm. 6.
29
Djuliati Saroyo, Eksploitasi Kolonial Abad XIV: Kerja Wajib Karesidenan Kedu 1800-1890, (Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2000), hlm. 213-214.
30
17
Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Luas wilayah kecamatan Parakan
sekitar kurang lebih 51,96 , yang dibagi menjadi 36 desa. Mayoritas
masyarakat Parakan berprofesi sebagai petani, karena daerah persawahan dan perkebunan di Parakan subur. Kecamatan Parakan dibagi menjadi dua wilayah yaitu, wilayah Parakan Kulon atau disebut juga Kauman, dan Parakan Wetan. Mayoritas masyarakat Parakan beragama Islam sebab di daerah Parakan terdapat banyak masjid dan pondok pesantren selain itu, di daerah Parakan juga banyak berdiam para Kyai dan banyak
santri terutama di wilayah Kauman.31
Sekitar tahun 1925 Parakan mulai ada pondok pesantren. Rakyat Parakan sendiri sebagian besar merupakan santri, mereka nyatri di pondok pesantren di daerah Parakan maupun di luar Parakan. Hal ini membuktikan bahwa Parakan pada waktu itu sudah menjadi pusat Islam
di Kabupaten Temangung.32 Selain itu ada juga wihara, gereja dan
klenteng yang membuktikan ekstensi pemeluk agama lain di wilayah ini,
namun toleransi antar umat beragama di Parakan sangat tinggi.33
Pada tanggal 8 Desember 1941 pasukan Jepang menyerang Pearl Harbour, pusat pertahanan Amerika Serikat di Pasifik. Selama enam bulam sejak jatuhnya Pearl Harbour, Jepang melakukan gerakan ofensif. Sejak saat itu pula serangan diarahkan ke Indonesia untuk melumpuhkan pasukan Hindia Belanda. Pada bulan Januari 1942 terjadi pertempuran di
laut Jawa yang membawa keunggulan armada Jepang.34
Pada tanggal 1 Maret 1942 pasukan Jepang di bawah panglima tertinggi, Letnan Jendral Imamura Hitsoji memasuki di Teluk Banten,
31
Ahmad Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, hlm. 5.
32 Nur Laela, “ Skripsi: Perjuangan Raky
at Parakan-Temanggung dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-146)”, hlm. 40.
33
Ahmad Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, tidak di publikasikan, hlm. 6.
34
18
Eretan Wetan, dan Kragan (Rembang). 35 Dari catatan tersebut
pendudukan Jepang secara cepat meluas hingga daerah pelosok desa-desa di Jawa. Sebelum Jawa diduduki oleh pemerintahan Jepang, Jawa diduduki oleh pemerintahan Hindia Belanda yang pada saat kepemimpinan Raffles. Tetapi kekalahan Hindia Belanda dirasa pada saat tentara Hindia Belanda mengumumkan menyerah tanpa syarat kepada
angkatan perang Jepang yang ditandai dengan adanya Perjanjian Kalijati
pada tanggal 8 Maret 1942.
Setelah adanya perjanjian Kalijati dengan dibarengi kekalahan tentara Hindia Belanda, perjanjian Kalijati memberikan perubahan warna yang besar bagi pemerintahan Jepang, karena sebelum Jepang memasuki wilayah Indonesia, Indonesia menggunakan system pemerinthan sipil. Akan tetapi setelah pendudukan Jepang mulai, Indonesia terbagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer. Antara lain pemerintahan tersebut adalah:
1. Jawa dan Madura diletakkan di bawah angkatan darat XVI
dengan berpusat di Jakarta.
2. Kalimantan dan Indonesia Timur diletakkan di bawah angkatan
Laut Armada elatan II.
3. Sumatra diletakkan di bawah angkatan darat XXV dengan
berpusat di Bukittinggi.36
Jepang memusatkan kekuasaanya di Jawa. Tujuan utama penyerbuan Jepang ke Jawa karena untuk mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di tanah Jawa, terutama di daerah desa-desa di Jawa yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan subur. Kondisi ini tentu
sangat menguntungkan Jepang untuk keperluan perangnya.37
35
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nuggroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia VI”, (Jakarta: Balai Pustaka,1993), hlm. 1. 36
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994), hlm. 297.
37
Delta Lindina Putri, Skirpsi “Kebijakan wajib pajak di Temanggung Ke Masa
19
Tepat pada tanggal 7 Maret 1942 pasukan Jepang berhasil
menduduki wilayah Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta. 38 Di
Yogyakarta pasukan Jepang dibagi menjadi dua pasukan. Pasukan yang pertama dipimpin oleh Matsutomo yang maju melewati daerah Magelang kemudian Temanggung hingga daerah Banyumas. Pasukan kedua dipimpin oleh Yammoto dan Kaaneuyi yang ditugaskan menguasai Jawa
Tengah bagian selatan.39
Tentara Jepang tiba di Temanggung pada tanggal 7 maret 1942 sehari setelah menguasai Magelang pada tanggal 6 Maret 1942. Sebelum kehadiran Jepang di Kabupaten Temanggung, Jepang telah berhasil memulai pergerakan awalnya dari daerah Pati, kemudian melawati daerah Sumowono hingga masuk ke Kaloran, Kecamatan Temanggung yang
terletak di sisi paling Timur daerah Temanggung.40 Tentara disambut
oleh ratusan orang Belanda di alun-alun Temanggung. Orang-orang Belanda berkumpul dengan memakai selempang putih di tubuh mereka dan senjata dalam keadaan turun tanda menyerah. Kehadiran Jepang
disambut baik oleh masyarakat Temanggung.41
Jepang yang awalnya sangat ramah dan bersahabat, berubah sebaliknya menjadi kasar. Keramahan Jepang di Temanggung berlangsung sekitar 6 bulan, kemudian setelah itu pemerintah Jepang mengeluarkan sebuah informasi bahwa merekan akan mengendalikan semua struktur yang ada. Jepang mulai menerapkan kebijakan-kebijakan seperti membatasi adanya jam malam dan terutama dalam hal pertanian. Selain itu Jepang juga mengharuskan masyarakat Temanggung untuk menggunakan bahasa Jepang untuk berkomunikasi sehari-hari, untuk
38
Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional, dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-1945, hlm. 119.
39
Delta Lindina Putri, Skirpsi “Kebijakan wajib pajak di Temanggung Ke Masa Pendudukan Jepang 1942-1945”, hlm. 22.
40
Ibid, hlm. 23. 41
20
lebih memudahkan Jepang beribteraksi dengan masyarakat.42 Jepang
memanfaatkan sambutan baik tersebut untuk menguasai Temanggung. Karena Jepang telah mengetahui bahwa Temanggung merupakan daerah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama di daerah Parakan yang sebgaian besar masyarakat Parakan merupakan petani dan mempunyai sawah yang ditanam berbagai tanaman, seperti padi, sayur, kopi, dan tembakau. Dengan perlahan Jepang berhasil menaklukan rakyat Temanggung. Selain itu secara administratif berdasarkan letaknya, Temanggung yang berada di tengah-tengah pulau Jawa Tengah, Temanggung merupakan daerah yang cukup strategis karena menjadi jalur utama penghubung kota-kota besar di Jawa Tengah seperti
Semarang, Magelang, Purworejo, dan Yogyakarta.43 Hal inilah yang
membuat Jepang lebih mudah untuk keluar masuk dari kota satu ke kota yang lainnya.
Jepang ingin menguasai Temanggung dan di Parakan. Jepang merampas hasil bumi penduduk seperti padi, kopi, dan sayur-sayuran, mereka mengharuskan rakyat menyerahkan sebagian besar hasil buminya kepada Jepang. Selain itu Jepang juga mempekerjakan rakyat Parakan
untuk membangun jalan tanpa digaji (romusha). Kondisi ini
menyebabkan rakyat Parakan miskin sehingga rakyat terkena busung
lapar, bahkan tidak sedikit yang mati karena kelaparan.44
Meskipun kemerdekaan Republik Indonesia telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, namun kemerdekaan tersebut belum dirasakan betul oleh rakyat Parakan. Sebab pihak Jepang masih ingin berkuasa di Parakan dan sekitar. Hal ini membuat rakyat Parakan tidak
bisa diam menghadapi perlakuan Jepang.45 Karena Jepang sendiri tidak
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nuggroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, hlm. 1.
45
21
bisa menerima begitu saja kemerdekaan Indonesia. Jepang masih ingin
menguasai Indonesia, termasuk Temanggung. Bala tentara Dai Nippon
belum mau menyerahkan diri.46
Di Temanggung masih terdapat satu peleton tentara Jepang lengkap dengan persenjataannya. Mereka bermarkas di Mungseng,
Banyutarung, dan Gedung Seng47. Kemarahan rakyat Temanggung pun
memuncak dan terjadi pertempuran kecil antara para gerliyawan melawan sisa-sisa tentara Jepang. Di Parakan misalnya, tiga tentara Jepang tewas ditangan para pemuda yang bergabung dalam
BKR-AMRI.48 Hingga akhirnya tentara Jepang tidak bisa berkutik saat
menghadapi tentara Inggris yang datang dari Magelang, pada saat itu Inggris datang ke Indonesia untuk melucuti persenjataan tentara Jepang. Namun tentara Inggris yang saat itu datang ke Indonesia ternyata
dibonceng oleh NICA49 yang menginginkan daerah jajahannya kembali
(Indonesia).50
Konsolidasi kekuatan rakyat dalam menghadapi Jepang saat itu dipelopori oleh ulama yang dipimpin oleh KH Subchi. KH Subchi merupakan salah satu kyai di daerah Parakan yang terkenal akan perjuangannya melawan penjajah Jepang dan dikenal sebagai seorang ulama yang merakyat dan berwawasan luas. Pada tahun 1945 KH Subchi mengadakan pertemuan di Masjid Kauman dengan ulama-ulama Parakan dan sekitarnya di antaranya KH Sumagunarda, KH Nawawi, KH Ali, KH Suwardi, selain mengajak para ulama Kyai Subchi juga mengajak para pemuda Parakan untuk menusun strategi dalam melawan penjajah.
46
Pemerintah Temanggung, Kesaksian Progo Kisah Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950, (Temanggung: Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Temanggung, 2012), hlm 16.
NICA (Netherlands Indies Civil Administration) atau Pemerintah Sipil Hindia Belanda.
50
22
Pertemuan yang diadakan pada tanggal 30 Oktober 1945 menghasilkan putusan pembentukan Barisan Muslimin Temanggung (BMT) yang dipimpin oleh KH Subchi dan bermarkas di timur masjid Kauman Parakan. Tujuan dibentuknya BMT adalah untuk pertahanan Negara
Republik Indonesia di daerah Temanggung dan sekitarnya.51
Situasi peralihan dari pendudukan Jepang ke tangan bangsa Indonesia di Temanggung tidaklah begitu lancar, karena Jepang masih ingin menguasai Temanggung dan sekitarnya (Parakan). Pasukan Badan Keaamanan Rakyat (BKR) yang dipimpin oleh Bambang Sugeng dan Suyoto, mengadakan pelucutan senjata terhadapa pasukan Jepang yang dipimpin oleh Letnan Jamakawa. Meskipun pelucutan senjata tersebut berjalan dengan lancer di Banyutarung, namun masih terdeapat tentara Jepang yang bersembunyi di Pegunungan dan mendiami gua-gua untuk
menyelamatkan diri.52 Meskipun demikian rakyat Temanggung tidak
pernah menyerah untuk mengusir dan melawan pasukan tentara Jepang yang tersisa.
Hingga akhirnya pemuda-pemuda Parakan, Ngadirejo dan Temanggung memperoleh informasi bahwa sisa-sisa tentara Jepang yang bersembunyi akan melakukan perjalanan ke Ngadirejo dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Ketika tentara Jepang tersebut melewati Parakan para pemuda Parakan, Ngedirejo dan Temanggung langsung bertindak untuk menangkap pasukan tersebut, namun terjadi perlawanan. Tiga tentara diantaranya terbunuh dan sisanya melarikan diri ke gunung,
karena Temanggung diapit oleh gunung Sumbing dan Sindoro.53
Para pemuda Parakan, Ngadirejo dan Temanggung khawatir karena bisa saja Jepang akan melakukan balas dendam terhadap rakyat Temanggung, karena tentara Jepang dilengkapi senjata yang lengkap. Namun, di satu sisi, peristiwa ini menguntungkan pihak rakyat Parakan,
51
Ibid, hlm. 8.
52
Ahmad Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, tidak di publikasikan, hlm. 7.
53
23
Ngadirejo dan Temanggung untuk berkonsolidasi dalam mengahadapi
tentara Jepang.54 Rakyat Parakan, Ngadirejo dan Temanggung
bersiap-siap untuk menghadapi Jepang apabila balas dendam.
BAB III
BIOGRAFI KH SUBCHI PARAKAN
A. Masa Kecil KH Subchi
Muhammad Benjing adalah nama kecil dari KH Subchi, Muhammad Benjing adalah anak dari KH Harun Ar-Rasyid dari delapan
bersaudara55 yang merupakan ulama terkemuka di daerah Parakan
Temanggung.56 Muhammad Benjing lahir di Parakan Kauman pada tahun
1858 Masehi. Nama Muhammad Benjing tidak berlangsung lama karena
pada saat menjelang dewasa, Muhammad benjing menikah 57 dan
selanjutnya berganti nama menjadi R. Sumowardojo hingga nama
Muhammad Benjing sudah tidak lagi digunakan.58
Menurut Muhammad Solikhin dalam buku Ritual dan Tradisi Islam Jawa, orang tua memberikan nama kepada anaknya tidak lain sebagai do’a dan harapan. Tentu hal ini juga tidak terlepas dari rasa cinta kepada sang anak, dan menginginkan agar anaknya menjadi lebih baik
54 Nur Laela, “Skripsi: Perjuangan Rakyat Parakan
-Temanggung dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-146)”, hlm. 44.
55
Delapan bersaudara itu diantannya: KH Subchi, Wongsodimejo, Cokrowardoyo, Kartowardoyo, Abdurrahman, Alfiyah, Siti Maryam, Siti Badriyah.
56 Istachori Syam’ani al
-Hafidh, “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan
Temanggung”, (Parakan, 1995), hlm. 54. 57
Catatan mengenai pernikahan KH Subchi tidak di ketahui secara jelas, akan tetapi penulis hanya merujuk pada data-data yang telah ditulis sebelumnya.
58 Istachori Syam’ani,
24
dari dirinya. Selain itu diharapkan agar anaknya kelak mampu tumbuh
dewasa sesuai dengan nama yang diberikannya.59
Muhammad Benjing sejak kecil dibesarkan oleh ayahnya di lingkungan ulama di daerah Parakan. Sekitar tahun 1825-1830 terjadi
Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.60 Dalam bukunya
Istachori Syam’ani menjelaskan bahwa ayah KH Subchi, KH Harun Ar -Rosyid dan kakeknya KH Abdul Wahab ikut pelarian bersama Pangeran Diponegoro dari Yogyakarta dan menetap di daerah Parakan
Temanggung.61 Kakek Muhammad Benjing, Kyai Abdul Wahab, adalah
putra Tumenggung Bupati Suroloyo Mlangi Yogyakarta, merupakan seorang anggota pasukan Perang Diponegoro yang ikut serta dalam
perang Jawa (1825-1830) melawan penjajah Belanda.62 Hidup dalam
lingkungan para ulama membentuk mental Muhammad Benjing dalam perjuangan dakwahnya.
Selain diwarnai semangat ulama, kehidupan Muhammad Benjing juga dipengaruhi komunitas masyarakat Parakan waktu itu yang mayoritas masih berprofesi sebagai petani. Hal ini tersebut juga dikuatkan oleh catatan Muhaiminan Gunardho dalam bukunya Bambu Rucing, Muhammad benjing adalah seorang petani rajin dalam menjalankan kegiatannya, jujur, pemberani dan disegani masyarakat serta
mengamalkan syariat Islam.63 Jawa 1785-1855, (Jakarta: Gramedia, 2016). hlm. 440-441.
61Istachori Syam’ani, Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan Temanggung
, hlm. 54.
62
http://www.nu.or.id/post/read/65488/KH-subchi-parakan-kiai-bambu-runcing-guru-jenderal-soedirman, Rabu, 3 Februari 2016, pukul 13.01, diakses pada hari Kamis 26 April 2018, pukul 12:52.
63Muhaiminan Gunardho, “Bambu Runcing”, (Yogyakarta: Kota Kembang), h
25
Saat Muhammad Benjing menikah dan berganti nama menjadi R. Sumowardojo. Muhammad Benjing dikaruniai delapan orang putra-putri diantaranya:
Setelah istri pertamanya65 meninggal, R. Sumowardojo kemudian
menikah lagi dengan seorang janda namun tidak memiliki keturunan. Pernikahannya dengan istri kedua tidak dikaruniai anak, namun dari istri
keduanya sudah mempunyai 2 orang anak 66 dari pernikahan
sebelumnya.67 Jadi jumlah putra R. Sumowrdojo berjumlah 10 anak yang
masing-masing dari istri pertama dan kedua.
Meskipun Muhammad Benjing sejak kecil bekerja sebagai petani di daerah Parakan, akan tetapi usaha dan semangat hidup Muhammad Benjing terbilang cukup baik. Terbukti saat Muhammad Benjing mampu
dipanggil dengan sebutan Bunyai Subchi. Karena orang-orang dulu memanggilnya dengan nama suaminya. Wawancara tanggal 8 Agustus 2018 pukul 15:10 dikediaman Bapak Asrof Parakan Temanggung.
66
Kedua anak tersebut adalah Bapak Walimin atau KH Nur Ngadirejo, ayah dari KH Mubasyir, yang juga mertua dari K Ali Parakan. Sedangkan anak yang kedua bernama Ny. Walimah (yang akhirnya dikawinkan dengan puteranya KH Subchi dari istri yang pertamanya, yaitu Bapak Syadzali). Lihat Muhaiminan Gunardho, Bambu Runcing, hlm. 50
67
26
menunaikan ibadah haji ke Makkah.68 Nampaknya usaha yang dilakukan
oleh Muhammad Benjing untuk terus maju dan berkembang menjadi seorang yang menginginkan untuk melanjutkan perjuangan pendahulu sudah mulai nampak ketika perjalanannya menunaikan ibadah haji.
Sepulang menunaikan ibadah haji R. Sumowardojo berganti
nama menjadi KH Subchi.69 Selama hidupnya, KH Subchi mempunyai
peran penting dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Samsul Munir Amin dalam bukunya yang berjudul Karomah Para Kyai menyebutkan bahwa dalam usia 90 tahun KH Subchi masih ikut serta dalam perjuangan
fisik kemerdekaan Republik Indonesia di Parakan Temanggung.70 KH
Subchi tergabung dalam laskar Barisan Muslimin Temanggung (BMT)
yang dipelopori olehnya.71
Belum diketahui secara pasti kisah wafatnya KH Subchi72 namun
dalam bukunya Samsul Munir Amin pada tahun 1959 peran KH Subchi dalam perjuangan kemerdekaan dalam menghadapi penjajah terhenti karena wafat. Samsul Amin menyebutkan bahwa pada saat wafat KH
Penulis tidak menemukan catatan mengenai tahun berapa Muhammad benjing melakukan ibadah haji ke Mekkah akan tetapi nama Muhammad Benjing sudah tidak digunakan karena setelah pulang menunaikan ibadah haji berganti nama menjadi KH Subchi. Lihat Muhaiminan Gunardho., hlm. 49.
69Istachori Syam’ani,“Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan Temanggung”
, hlm. 54. Fakultas Sastra UGM, 1987-1988), tidak di publikasikan, hlm. 8.
72
Menurut Muhammad Asrof (cicit KH Subchi), KH Subchi wafat karena memang usia yang sudah tua.
73
27
dimakamkan di pemakaman Sekuncen Desa Parakan Kauman,
Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung.74
B. Pendidikan KH Subchi
Tidak ada catatan mengenai pendidikan formal KH Subchi. Dimungkinkan masa kecil KH Subchi mendapat pengaruh pendidikan Islam langsung oleh ayahnya yang seorang ulama di Parakan Temanggung. KH Subchi belajar ilmu agama sesuai dengan tradisi ajaran
agama yang ada di keluarga tersebut.75 Sesuai sumber penulis yang
didapat, KH Subchi pernah belajar agama di salah satu pondok pesantren KH Subchi pernah nyantri di Pondok Pesantren Punduh Magelang yang merupakan asuhan dari KH Maksum. Di pondok pesantren Punduh Magelang KH Subchi belajar selama kurang lebih 2 tahun.
Setelah lulus dari Pondok Pesantren Punduh Magelang kurang lebih 2 tahun nyantri di pondok pesantren Punduh Magelang, KH Subchi melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Somolangu Kebumen
asuhan Syekh Abdurrahman. 76 Selain itu, sesuai sumber yang
diungkapkan cicit KH Subchi, ketika KH Subchi nyantri di Pondok Pesantren Sumolangu, KH Subchi belajar cukup lama di pondok pesantren ini. Ditambahkan pula, sewaktu di pondok Sumolangu KH
Subchi pernah menjadi Lurah pondok77 di pondok pesantren Sumolangu.
Pernyataan tersebut juga dikuatkan oleh Istichori Syam’ani78
, ketika KH Subchi berada di pondok Sumolangu KH Subchi melakukan amalan wirid.
74 Istachori Syam’ani, “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan Temanggung”, tdk
dipublikasikan, hlm. 54.
75
Ibid, hlm.
76
Sumber lisan (wawancara) dengan Muhammad Asrof yang merupakan cicit dari KH Subchi yang, pada hari Selasa 1 Mei 2018 pukul 11:30 di Rusun Parakan.
77
Lurah Pondok merupakan jabatan ketua (di pondok). Biasanya dipilih oleh Kyai karena kemampuan akademik dan organisatoris yang dimilikinya.
28
Perjalanan pendidikan agamanya tidak hanya berhenti di Pondok Sumolangu saja, akan tetapi KH Subchi melanjutkan belajarnya di salah
satu Pondok di Surabaya.79 Namun di pondok pesantren Surabaya
tersebut KH Subchi tidak lama belajar di pondok tersebut. Setelah
mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren Surabaya.80
Kegiatan wirid yang dilakuakn KH Subchi dikuatkan oleh M. Adbul Mujib dalam bukunya yang berjudul Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, menurutnya wirid artinya do’a atau amalan-amalan lainnya yang bisa atau diamalkan setelah sholat yang dikerjakan secara rutin. Pada abad ke 2 Hijriyah wirid dilakukan oleh beberapa orang dangan
berkumpul untuk membaca al-Qur’an sebagai dzikir kepada Allah SWT.
Kemudian dzikir berkembang menjadi upacara ritual yang terperinci pada
masa-masa berikutnya.81 Di Jawa amalan berupa wirid juga berkembang
di daerah Kebumen tepatnya di Pondok Pesantren Sumolangu tempat KH Subchi mengenyam pendidikan agama. Di Pondok Pesantren Sumolangu
ini KH Subchi melakukan wirid setiap malam dan tadarus kitab suci
Al-Qur’an sebanyak satu juz, sehingga sebulan KHatam 30 juz.82
Atas saran dari orang tuanya, KH Subchi belajar di pondok sehingga KH Subchi sementara waktu tinggal di Mekkah. Selama tinggal di Mekkah dapat diperkirakan bahwa KH Subchi juga belajar agama
80
Menurut Bapak Asrof tidak ada catatan nama pondok dan mengenai sejak kapan dan berapa lama KH Subchi menimba ilmu agama dipondok pesantren. Wawancara pada tanggal 8 Agustus 2018 pukul 14:34. Dikediaman Parakan Temanggung.
81
M Abdul Mujib dkk, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, (Jakarta: Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika), 2009)), hlm. 574.
82
29
secara mendalam. KH Subchi berada di Mekkah selama kurang lebih tujuh tahun karena KH Subchi menunaikan ibadah haji tidak hanya sekali.83
Meskipun hanya melalui didikan dari ayahnya KH Harus Rasyid serta didikan dari Pondok pesantren Sumolangu, KH Subchi memiliki kepribadian yang jujur serta pemberani. Kiprah KH Subchi juga bisa dilihat sebelum Indonesia merdeka. Pada tahun 1913 daerah Parakan
menjadi tempat terselenggranya kongres Sarekat Islam. 84 Kongres
berlangsung dengan dihadiri oleh HOS Cokroaminoto yang mana sebagai ketua Organisasi tersebut serta berbagai kalangan ulama di wilayah
Parakan seperti KH Subchi.85 Selain itu kiprah dalam masa kemerdekaan
Indonesia juga terlihat di tahun 1945 dimana banyak para pejuang
kemerdekaan yang datang ke Parakan untuk menemui KH Subchi.86
KH Subchi mendirikan sebuah pondok pesantren87 di daerah
Kauman, Parakan. Pondok pesantren tersebut didirikan dengan tujuan supaya masyarakat Parakan yang saat itu (masa penjajah Belanda dan Jepang) belum mengerti tentang agama Islam, mereka bisa belajar di tempat tersebut. pondok pesantren tersebut di khususkan KH Subchi untuk masyarakat Parakan yang ingin belajar agama Islam. Namun, H Subchi tidak mendidiknya secara langsung, namun pondok pesantren tersebut diserahkan kepada KH Ali. Menurut KH Subchi KH Ali mempunyai ilmu yang lebih darinya, yang bisa mendidik masyarakat Parakan belajar agama Islam. Sampai saat ini pondok pesantren tersebut masih digunakan untuk belajar agama Islam. Tak hanya santri dari daerah Parakan dan Temanggung saja, namun dari luar daerah parakan,
83
Sumber lisan (wawancara) dengan keturunan KH Subchi yang merupakan cicit atau keturunan ketiga dari KH Subchi yang bernama Muhammad Asrof, pada hari Selasa 1 Mei 2018 pukul 11:30 di Rusun Parakan.
84Muhaiminan Gunardho, “Bambu Runcing”, hlm. 50. 85
Ibdi. Hlm. 50
86
Samsul Munir Amin, Karomah Para Kiai, hlm. 134.
30
Temanggung juga banyak yang belajar agama Islam di pondok pesantren tersebut.88
C. Kiprah Politik KH Subchi
1. Keterlibatan dalam Sarekat Islam
Sejak Sarekat Islam (SI),di dirikan pada tahun 1912 oleh H
Samanhudi, seorang pengusaha batik di kampung Lawean, Solo. Tujuan SI didirikan adalah untuk menghidupkan kegiatan ekonomi pedagang Islam Jawa yang diikat dengan agama. Namun tujuan utama SI untuk mengembangkan perekonomian yang selalu
ditekankan oleh pemimpin SI.89 Menurut Sartono Kartodirdjo dalam
bukunya yang berjudul Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional menyebutkan bahwa SI tidak hanya pada satu orientasi tujuan tetapi juga mencakup berbagai aktifitas, yaitu ekonomi, sosial, politik, dan kultural. Tambahan pula di dalam gerakan itu agama Islam berfungsi sebagai ideologi sehingga gerakan itu lebih merupakan suatu kebangkitan (hidupnya kembali
kepercayaan dengan jiwa atau semangat berkobar-kobar).90
Dalam waktu kurang dari satu tahun sejak lahirnya SI, SI sudah tumbuh menjadi organisasi besar dan berkembang di seluruh
Indonesia, 91 tidak terkecuali di Parakan Temanggung. Di
Temanggung KHususnya daerah Parakan awal abad 20 menjadi
88
Sumber lisan (wawancara) dengan keturunan KH Subchi yang merupakan cicit atau keturunan ketiga dari KH Subchi yang bernama Muhammad Asrof, pada hari Senin tanggal 3 September 2018, pukul 13.00, di Kauman, Parakan.
89Suhartono, “Sejarah Pergerakan Nasional, dari Budi Utomo sampai Proklamasi
1908-1945”, Cet. II (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 33.
90
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), hlm. 124.
91
31
basis pergerakan SI yang dipelopori oleh H Samanhudi.92 Bisa
dilihat eksisnya SI juga membawa pengaruh tersendiri ke berbagai pelosok daerah Khususnya di Parakan.
Berbicara mengenai gerakan-gerakan modern Islam di Indonesia, tentunya tidak terlepas dengan gerakan-gerakan Islam
lainya seperti Nahdlatul Ulama yang dipelopori KH Hasyim Asy’ari,
Muhammadiyah yang dipelopori oleh KH Ahmad Dahlan serta organisasi lainnya. Perlu dicatat, bahwa KH Subchi mengawali politiknya ketika KH Subchi mengikuti kongres Sarekat Islam (SI) pada tahun 1913 di Temanggung yang dihadiri oleh HOS Cokroaminoto. Proses kongres tersebut dihadiri ulama-ulama dan
santri-santriyang ada di daerah Parakan.93 Menurut pernyataan cicit
KH Subchi yang bernama Muhammad Asrof, KH Subchi pada tahun
1913 sudah bergabung dan tercatat menjadi anggota Sarekat Islam.94
Ditambahkan pula saat keadaan genting terjadi di Parakan, KH Subchi melakukan pembentukan keamanan atau disebut dengan Barisan Muslimin Temanggung (BMT).
2. Nahdlatul Ulama (NU)
Di Indonesia beberapa organisasi tumbuh baik organisasi social kebangsaan maupun kegamaan yang bertujuan untuk memajukan kehidupan umat, seperti Budi Oetomo (20 Mei 1908), Sarekat Islam (11 November 1912) yang sebelumnya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI), dan kemudian disusul Muhammadiyah (18 Novemver 1912).
92
https://plus.google.com/collection/0gyclB, 11 Januari 2017, dan diakses pada hari Kamis 26 April 2018 pukul 08:30.
93 Muhaiminan Gunardho, “Bambu Runcing Parakan”,(Yogyakarta: Kota
Kembang, 1986), hlm. 50.
94
32
Setelah beberapa organisasi di atas lahir kemudian disusul dengan lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) yang dipelopori oleh KH Hasyim Asy’ari. Seperti yang diungkapkan Ahmad Zahra bahwa
Nahdlatul Ulama adalah suatu jam’iyyah diniyyah Islamiyyah
(orgaisasi keagamaan Islam) yang didirikan di Surabaya pada 16
Rajab 1344 H/ 31 Januari 1926 M.95 Sebagai salah satu organisasi
keagamaan, NU memiliki prinsip dalam membina hukum Islam terkesan hati-hati, bahkan tidak secara terbuka mengembalikan
langsung pada Al-Qur’an dan Hadist.96 Selain mengamalkan ajaran
Islam NU juga memiliki prinsip-prinsip untuk memperjuangkan kemerdekan. Dalam hal ini NU mengajak masyarakat Indonesia untuk melawan penjajah yang telah merebut kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 September 1945, Kota Magelang diduduki tentara Inggris dan Gurka, kedatangannya ke Indoneisa atas nama PALANG MERAH INTERNASIONAL yang katanya tugasnya akan melucuti senjata Jepang yang ada di Indonesia, tetapi tentara colonial Belanda, serta NICA, dan tentara Inggris bonceng di belakang Palang Merah Internasional, tujuannya sebetulnya adalah akan
menjajah Indonesia kembali.97 Inggris memanfaatkan keadaan ini
untuk menguasai kembali Indonesia.
Dengan keadaan seperti ini rakyat Magelang dan Temanggung tidak tinggal diam. Pemerintahan Daerah Kabupaten Temanggung mengadakan musyawarah dengan Alim Ulama NU dan tokoh masyarakat Parakan di Pendopo kawedanan Parakan, pihak PEMDA diwakili oleh Patih Soetikwo, dan Barisan Sabilillah
95
Ahmad Zahra, Tradisi Intelektual NU, Cet. I, (Yogyakarta: LKis, 2004), hlm. 15.
96
Muhammad Ulil Absor, Dinamika Ijtihad Nahdlatul Ulama (Analisis Pergeseran Paradigma dalam Lembaga Bahtsul Masail NU), Millati, Journal of Islamic Studies and Humanities, Vol. 1 No. 2, DOI: 10.18326/millati.vlil.227-242, Desember 2016, hlm. 229.
97Istachori Syam’ani al
-Hafidh, “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan
33
Magelang yang di hadiri oleh K.H. Siraj Payaman, Magelang. Dalam musyawarah ini mereka mengajak untuk membentuk “pertahanan rakyat”, yang terdiri dari berbagai kalangan seperti para Alim Ulama, Pemuda dan seluruh rakyat Temanggung dan Magelang. Ajakan tersebut sangat diperhatikan dan ditanggapi oleh para Alim Ulama di Temanggung yang dipimpin oleh K.H Subchi. K.H Subchi
mengadakan musyawarah dengan pengurus jam’iyyah Nahdlatul
Ulama cabang Temanggung yang berkedudukan di Parakan. Pertahanan rakyat dibentuk untuk mengusir tentara Belanda dan Nicanya, dan untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia
yang telah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.98
NU di Temanggung sendiri lahir atas perintah dari KH Hasyim As’ary kepada KH Subchi untuk medirikan NU di Temanggung. KH Subchi pun mengadakan pertemuan dengan alim ulama dan beberapa tokoh masyarakat Parakan untuk mendirikan
NU di Temanggung. 99 Pengurus NU cabang Temanggung di atau keturunan ketiga dari KH Subchi yang bernama Muhammad Asrof, pada hari Selasa 1 Mei 2018 pukul 11:30 di Rusun Parakan.
100Istachori Syam’ani al
-Hafidh, “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan
34
Situasi Indonesia setelah kemerdekaan Republik Indonesia tidaklah berubah keadaan Indonesia yang bebas dari penjajah. Pertanyataan tersebut diperkuat dalam tulisan hasil penelitian Adaby Darban yang menyatakan penjajah Jepang masih ingin berkuasa wilayah Indonesia. Namun rakyat Indonesia tidaklah diam menghadapi situasi ini. Pasukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dipimpin oleh Bambang Sugeng dan Suyoti, mengadakan
geaakan pelucutan senjata terhadap pasukan Jepang.101
Dua kota di Jepang, yaitu kota Hirosima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 8 Agustus 1945 dibom atom oleh tentara Sekutu, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada pada tanggal 15 Agustus 1945. Pemerintah Indonesia mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan Bangsa Indonesia. Selang dua hari, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945
Sokearno memproklamirkan Kemerdekaan dan berdirilah
101
35
Pemerintahan Republik Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno-Hatta.102
Meskipun sudah dinyatakan merdeka, masyarakat tetap siaga dengan segala kemungkinan yang terjadi setelah proklamasi. Untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi, maka masyarakat Parakan membentuk Komite Nasional Indonesia (KNI) yang dipimpin oleh Subroto dan Angkatan Mudaa Republik Indonesia (AMRI) yang dipimpin oleh Maidin, serta Barisan Keamanan Rakyat (BKR) yang dipimpin oleh Samsi Atmodjo bekas Cudanco103 PETA (Pembela tanah Air)104.
Pada akhir bulan Oktober 1945 di Ngdirejo terjadi peristiwa pertempuran rakyat dengan sisa-sisa tentara Jepang. Dalam pertempuran tersebut pihak Jepang terbunuh tiga orang dan yang lainnya melairkan diri ke gunung (Sumbing). Peristiwa itu dikenal sebagai insiden Ngadirejo, yang kemudian membawa manfaat untuk konsolidasi rakyat Ngadirejo, Parakan dan Temanggung, bersiap-siap menghadapi Jepang. Konsolidasi kekuatan rakyat dalam menghadapi Jepang tersebut dipelopori oleh para alim ulama yang dipimpin K.H Subchi. KH Subchi terkenal sebagai ulama yang merakyat dan berwawasan luas. Hal ini terbukti bahwa KH Subchi tidak tinggal diam ketika Parakan dan Temanggung sekitarnya dikuasai oleh penjajah. KH Subchi mengadakan pertemuan pada tanggal 30 Oktober 1945 yang dihadiri tidak hanya dari kalangan para ulama saja, KH Subchi juga mengajak para pemuda Parakan dan Temanggung sekitarnya serta dari Pemerintah Kabupaten Temaanggung. Pertemuan tersebut diadakan di Masjid Kauman
102
Istachori Syam’ani, “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan Temanggung”, hlm. 3.
103
Cudanco (komandan kompi) dipilih dari mereka yang bekerja, tetapi belum memiliki jabatan yang tinggi seperti para guru, juru tulis, dan sebagainya.
104