• Tidak ada hasil yang ditemukan

B UNUH D IRI DAN E UTHANASIA

Dalam dokumen Kajian Fiqh Kontemporer (Halaman 156-164)

9

útau paling banter ha sekanyr baed alerobata kadarnyaûTidak lain karena mereka tidak cukup pai bnyuiaya untuk berobatû üa kiaye dter dkon haarga oýatbn semobataakin mahal

û Semen ý tara utuk mnemenuhi keban sehuhtuariýhari saja mereka saý n g at kesulitanû

þahalÿadjika dibiarkan býerlarutlarut penyakit itu akan m

en jad

i semakin parahûLebih-lebih, manakala penyakit yang

diderita tergolong penyakit yang membahayakan. Misalnya, AIDS, tumor ganas, kanker, jantung, penyakit yang menahun, dan lain sebagainya. Bisa jadi penyakit tersebut masuk dalam kategori penyakit yang idak bisa disembuhkan/ditolong . Da- lam kondisi semikian tentu si penderita yang kelabakan, dalam posisi yang dilematis. Sebab, jika dibiarkan akan muncul rasa kasihan, bila diobati ternyata tidak ada harapan untuk sembuh; apalagi jika ternyata keluarga tidak ada biaya untuk pengoba- tan. Sementara penyakitnya sudah cukup akut.

Kalau diamati secara lebih serius apa pun yang terjadi dalam hidup dan kehidupan ini sebenarnya merupakan kete- tapan Tuhan. Termasuk dalam hal ini adalah hidup dan mati seseorang, kaya miskin, sehat dan sakit, bahagia atau pun su- sah dan sebagainya. Di dalam al-Qur an surat al-Mulk [67] ayat 2 disebutkan bahwa:                       

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun .1

1 Al-Qur an dan Terjemahnya, (Madinah al-Munawwarah: Mujamma Khadim al-Haramain al-Syarif al-Malik Fahd li Tiba at al-Mushhaf al- Syarif, t.t), h. 955.

9 at tersebyut mkank bjunuenahwa hidup dan mati ada

lah

di tangan Tuhanangya ciptakan untuk menguji iman am

alan dan ketaatan manusia terh Tapaduhanarena itu

s la

m sangat merhatikan kemp hntaameselaidup dn kaanehidup m an usia sejak ia berada di rahim ibunya sampai sepanjang h id u p n y a an uk mgntui kn hnundamataelip deseluid kanehi d u p an mnusia itua mslama bnketapeni nerbagaa hormukum p erd ata dan pidana beserta sanksisansi hkukumannyabaik d

i dnia buerupa hnukuma hadnda qishashtermasuk hukuman m

at i

diyatdenda atau ta zir, hahialman yukuang ditetapkan o

leh

lembaga peradilan ulul amri m hnupauukuman di akhi rat berupa siksaan Tuhan di neraka kela

am kalna daitanyn bagena keberapisi dndoi asta biasa n

y a seorang dokter menempuh ja eulanthanasia dan tennatuy a ta

s kakatan kesepeluarga pasienYaitu menghilangkan derita

si sakit dengan jalan mengakhiri kehidupannya. Secara medis, euthanasia baru dilaksanakan jika penyakit tersebut tidak mungkin disembuhkan lagi. Demikian juga faktor ketidak- mampuan biaya menjadi pertimbangan dalam pelaksana- annya. Akan tetapi, bagaimanakah pandangan Islam terhadap euthanasia tersebut? Dalam hal ini jelas bahwa karena hidup dan mati itu ada di tangan Tuhan dan merupakan karunia dan wewenang Tuhan, maka Islam melarang orang melakukan pembunuhan, baik terhadap orang lain (kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh agama) maupun terhadap dirinya sen- diri (bunuh diri) dengan alasan apa pun.2

0

alilalil sydari yang melarang bunuh diri dengan alasan

apa pun, ialah:3

1. Firman Allah dalam surat an-Nisâ [4] ayat 29-30:

                                      

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat de- mikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan me- masukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.4

Imam Fakhrurrazi menyatakan bahwa secara fitrah, manu- sia beriman tidak akan melakukan tidakan bunuh diri. Akan tetapi, dalam kondisi tertentu, misalnya karena frustasi, me- ngalami kegagalan dan sebagainya, akan terbuka peluang cukup besar untuk melakukannya. Dalam rangka itulah al- Qur an melarang keras kaum mukminin untuk melakukan bunuh diri.5

Di sisi lain, seseorang juga dilarang keras membunuh orang lain. Sebagai bukti keseriusannya, Islam memberikan an- caman dan sanksi yang sangat tegas bagi pelakunya. Allah Swt. berfirman dalam surat an-Nisâ [4] ayat 93:

                       3 Ibid.,h. 161-163. 4 Al-Qur an,h. 122.

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya .6

2. Hadits Nabi Muhammad Saw.:







ÆÆ



Barang siapa menghempaskan diri dari sebuah bukit, lalu ia me- newaskan dirinya, maka ia akan masuk neraka dalam keadaan terhem- pas di dalamnya, kekal lagi dikekalkan dalam neraka untuk selama- lamanya. Dan barang siapa meneguk racun lalu menewaskan dirinya, maka racun itu tetap di tangannya sambil ia menegukkannya di dalam neraka jahannam, kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Dan barang siapa membunuh dirinya dengan sepotong besi, maka be- sinya itu terus berada di tangannya, ia tikamkan ke perutnya di dalam api nereka jahannam selama-lamanya .





ÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆ

 

Telah ada di antara orang-orang sebelum kamu seorang lelaki yang mendapat luka, lalu keluh kesahlah ia, maka ia mengambil pisau lalu memotong tangannya dengan pisau itu. Kemudian tidak berhenti- henti darahnya keluar sehingga ia mati. Maka Allah bersabda, Ham- baku telah menyegerakan kematiannya sebelum Aku mematikan. Aku mengharamkan surga untuknya .

yat alQur an dan hadits tersebut di atas, dengan jelas

menunjukkan bahwa bunuh diri itu dilarang keras oleh Islam dengan alasan apa pun. Sebagaimana yang dicontohkan di atas, seorang menderita AIDS atau kanker tahap akhir yang sudah tidak ada harapan sembuh secara medis dan telah kehabisan harta untuk biaya pengobatannya, Islam tetap tidak membo- lehkan si penderita menghabisi nyawanya, baik dengan ta- ngannya sendiri maupun dengan bantuan orang lain, sekali- pun dokter. Sebab penderita yang menghabisi nyawanya dengan tangannya sendiri atau dengan bantuan orang lain itu berarti ia mendahului atau melanggar kehendak dan wewenang Tuhan. Padahal seharusnya ia bersikap sabar dan tawakal me- nghadapi musibah, seraya tetap berikhtiar mengatasi musibah dan berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa, semoga Allah berkenan memberi ampunan kepadanya dan memberi keseha- tan kembali, apabila hidupnya masih bermanfaat dan lebih baik baginya. Dan sebaliknya mohon kematian segera apabila kema- tiannya itu lebih baik baginya.

Itulah yang disebut dengan euthanasia, yaitu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa me- rasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringan- kan penderitaan orang yang sakit, baik dengan cara positif maupun negatif. Cara positif maksudnya tindakan memudah- kan kematian orang yang sakit yang dilakukan dokter dengan menggunakan alat. Sedangkan cara negatif yaitu tidak mem- pergunakan alat-alat untuk mengakhiri hidup orang yang sakit, tetapi hanya dibiarkan tanpa diberi pengobatan.7

7 Yusuf Qardhawi,Fatwa-fatwa Kontemporer,(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 749-751. Muhammad Ibrahim Salim,Fiqih Orang Yang Berhalangan, penj. Saifuddin Zuhri, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), h. 208.

lam dunia medisa tigada macam euthanasiaaituy:

a. Euthanasia aktif; disebut euthanasia aktif apabila dokter atau tenaga kesehatan lainnya dengan sengaja melakukan suatu tindakan untuk memperpendek (mengakhiri) hidup pasien.

b. Euthanasia tak langsung; euthanasia ini terjadi apabila dok- ter atau tenaga medis lainnya tanpa maksud mengakhiri hi- dup pasien melakukan suatu tindakan medis untuk meri- ngankan hidup pasien. Walaupun mereka mengetahui bahwa tindakan tersebut dapat memperpendek hidup pasien.

c. Euthanasia pasif; yakni apabila dokter atau tenaga medis lainnya secara sengaja tidak lagi memberikan bantuan yang

dapat memperpanjang hidup pasien.8

Dalam kaitannya dengan ayat 93 surat al-Nisa dan ma- cam-macam euthanasia, maka euthanasia aktif bisa masuk da- lam kategori pembunuhan sengaja. Karena dokter atau tenaga medis lainnya melakukan hal itu secara sengaja dan jelas-jelas menggunakan obat yang biasanya dapat mempercepat kema- tian seseorang. Konsekuensinya, dokter atau tenaga medis lain- nya dikenakan hukumanqishash. Dan bahkan, jika ada ahli waris

yang turut mendukung praktek tersebut, maka dia tidak akan

dapat memperoleh harta warisan. Sebagaimana kaidah fiqh:9



Barangsiapa mempercepat sesuatu sebelum waktunya, maka terha- lang sebab tindakan mempercepat itu .

!enurut hukum pidana "sla#$orang yang menganjur% k

an

/menyetujui atau membantu seseorang yang membunuh

diri adalah berdosa dan dapat dikenakan hukuman ta zir.

Demikian pula apabila orang gagal melakukan bunuh diri, se- kalipun dibantu orang lain, maka semuanya dapat dikenakan

hukumanta zir.Hukuman ta zir ialah hukuman terhadap suatu

tindak pidana yang tidak ditentukan macam hukumannya oleh al-Qur an dan hadits. Berat/ringannya hukuman ta zir itu dise- rahkan sepenuhnya kepada hakim yang mengadili perkara un- tuk menjatuhkan hukuman yang sesuai dengan tindak pidana- nya, pelakunya dan situasi dan kondisinya dimana tindak pidana itu terjadi.10

Penyebab utama terjadinya bunuh diri di masyarakat adalah karena kurang iman dan kurang percaya pada diri sen- diri. Karena itu untuk menangkalnya harus diintensifkan pen- didikan agama sejak masa kanak-kanak dan ditingkatkan dak- wah Islamiyah kepada seluruh lapisan masyarakat Islam guna peningkatan iman, ibadah, dan takwanya kepada Allah Swt.

9 Jalaluddin Abdurrahman Abu Bakr al-Suyuthi,Al-Asybah wa al-Nadhair, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995), h. 152.

(m mslaengajarkan) ba hahw krtaaaan ituekay bukan me*

rupakan tujuan hidup) tetapi sebagai wasilah untuk saling m em b eri mnfaat daan memenuhi ka+nuhtueb,agi orang yang b erw aw asan dikianem)maka harta kna akekaanyayan me-* b aw a kebaikan bagi dirina my bnupuaagi marakat)asydan se* b al ik n y a bagi orang yang m hgnaanemd kartaan sebyaaekagai tu ju an hidupna dyan sebagai suer kbmenikmatannya) maka a k a n berubah mdi inenjati syt yawhaang bplikasi merimerusak d an membuka berbagai kkaninugnem penderitaan+

.ranja(slam tid mka adaienyuka paynukan kenumpeka* y

aan/ taksid al-amwal0 hanya terpusat pada beberapa gelintir o

ran g saja d sualamatu marak)atasykarena akan melahirkan p o la kehidupan mewah pada sekelompok kecil) juga dapat m en d o ro n g tima pbulnyenindasan dan penderitaan+1leh ka* ren

a itu)sebagai makhluk sosial)sia anum/umat (slam0 harus

Dalam dokumen Kajian Fiqh Kontemporer (Halaman 156-164)