• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Inseminasi Buatan pada Manusia (Bayi Tabung) Sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolog

Dalam dokumen Kajian Fiqh Kontemporer (Halaman 122-130)

DAN I NSEMINASI B UATAN (H EWAN DAN M ANUSIA )

2. Hukum Inseminasi Buatan pada Manusia (Bayi Tabung) Sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolog

kedokteran dan biologi yang canggih, maka teknologi bayi ta- bung ini ditangani orang-orang yang kurang beriman dan ber- takwa, dikhawatirkan dapat merusak peradaban umat manu- sia, bisa merusak nilai-nilai agama, moral dan budaya bangsa serta akibat-akibat negatif lainnya yang tidak terbayangkan oleh kita sekarang ini. Sebab apa yang dihasilkan dengan tek- nologi, belum tentu bisa diterima dengan baik menurut agama, etika dan hukum yang hidup di masyarakat. Hal ini terbukti dengan adanya kasus bayi tabung atau inseminasi buatan.

Ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah di-

kembangkan dalam dunia kedokteran, antara lain:10

1. Fertilazation in Vitro (FIV) dengan cara mengambil sperma

suami dan ovum istri kemudian diproses divitro(tabung),

dan setelah terjadi pembuahan, lalu ditransfer di rahim istri.

10 Masjfuk Zuhdi,Masail,h. 20. Abd. Salam Arief,Pembaharuan Pemikiran Hukum Islam Antara Fakta dan Realita: Kajian Pemikiran Hukum Syaikh Mahmud Syaltut, (Yogyakarta: LESFI, 2003), h. 159.

2. Gamet Intra Felopian Tuba @GIFT) dengan cara mengambil

sperma suami dan ovum istri, dan setelah dicampur terjadi pembuahan, maka segera ditanam di saluran telur (tuba pa- lupi).

Masalah bayi tabung (inseminasi buatan) telah banyak dibicarakan di kalangan Islam dan di luar Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional. Misalnya Majelis Tarjih Mu- hammadiyah dalam muktamarnya tahun 1980 mengharamkan bayi tabung dengan donor sperma. Lembaga Fiqh Islam OKI (Organisasi Konferensi Islam) mengadakan sidang di Amman pada tahun 1986 untuk membahas beberapa teknik inseminasi buatan (bayi tabung) dan mengharamkan bayi tabung dengan sperma dan/atau ovum donor. Vatikan secara resmi pada tahun 1987 telah mengecam keras pembuahan buatan, bayi tabung, ibu titipan, dan seleksi jenis kelamin anak, karena dipandang tak bermoral dan bertentangan dengan harkat manusia. Kemu- dian Kartono Muhammad, Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia) mengharap agar masyarakat Indonesia bisa memahami dan menerima bayi tabung dengan syarat sel sperma dan ovum da- ri suami istri sendiri.

Dalam pandangan Islam, bayi tabung (inseminasi buatan) apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang ber- poligami), maka Islam membenarkan, baik dengan cara meng- ambil sperma suami, kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan di luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di

d alam rahim istriCasal keadaan kisi sundoami istri yang berD san g k u tan benarDbenar merluemkan cara inseminasi buatan u n tu k mperoleh aemnakCkarena dn cara penagembuahan alaD m i C suami istri tidak bsil maerhemperoleh akEna

11 Hal ini sesuai

dengan kaidah hukum Fiqh Islam:



Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti da- lam keadaan terpaksa. Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membo- lehkan melakukan hal-hal yang terlarang.

Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan de- ngan bantuan, donor sperma dan atau ovum, maka diharam- kan, dan hukumnya sama dengan zina. Dan sebagai akibat hu- kumnya, anak hasil inseminasi tersebut tidak sah dan nasabnya

hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya.12

Dalil-dalil syara yang dapat dijadikan sebagai dasar hu- kum untuk mengharamkan inseminasi buatan dengan donor ialah sebagai berikut:

                              

11 Masjfuk Zuhdi,Masail,h. 21. Ahmad Qodri A. Azizy,Islam dan Permasa- lahan Sosial: Mencari Jalan Keluar, (Yogyakarta: LKiS, 2000), h. 235-238. Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Muk- tamar, Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-1999 M),penj. M. Djama- luddin Miri, (Surabaya: LTN NU Jawa Timur bekerjasama dengan Di antama, 2004), h. 372.

12 Mahmud Syaltut,Al-Fatawa,h. 328. Azyumardi Azra (peny.),Islam dan Masalah-masalah Kemasyarakatan,(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 205- 206. Muhammad Tanthawi, dkk.,Problematika, h. 158. Ibrahim Muhammad al-Jamal,Tanya Jawab Fikih Wanita,penj. Irwan Kurniawan (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002), h. 158.

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-bak dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sem- purna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (QS. al- Isrâ [17]: 70).13            

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. at-Tîn [95]: 4).14



ÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆÆ (



)

Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain) .15

Dengan hadits ini para ulama madzhab sepakat meng- haramkan seseorang mengawini/melakukan hubungan sek- sual dengan wanita hamil dari orang lain yang mempunyai ika- tan perkawinan yang sah. Tetapi mereka berbeda pendapat apakah sah/tidak seorang pria mengawini wanita hamil dari orang lain akibat zina? Menurut madzhab Hanbali, wanita ter- sebut tidak boleh dinikahi oleh pria yang tidak menghamilinya sebelum anak yang dikandung itu lahir. Sebab pada masa itu, dia dalam masa iddah.

Sedangkan menurut madzhab Syafi i membolehkan wa- nita hamil tersebut dikawini oleh orang yang tidak mengha-

13 Al-Qur an,h. 435. 14 Ibid.,h. 1076.

m ilin y a tapa hnarus m laugengnu bayirnhayi yg dnaJandungik n y a K Sb aeba yakn tidng daygk anndaunaaik hda nannguuba sab d en g a n pria yang bina yerz mgnaamili ibenghaKuny

Larena ituM a d a n y a ja ituinn sama dn tidagenak aManyda sehgga tidinak perJ

lu

a mdaasaiddah. Sementara Abu Hanifah membolehkan jug a

seorang mengwini wanita hamil dari zina dengan orang lain (sah nikahnya), tetapi dengan syarat pria yang menjadi suami- nya itu untuk sementara tidak boleh melakukan hubungan sek- sual dengan istrinya sebelum bayi yang dikandungnya lahir.

Jelaslah, bahwa masalah mengawini wanita hamil karena zina itu merupakan masalah ijtihadiyah dan di kalangan ulama terdapat tiga pendapat. Menurut Masjfuk Zuhdi, pendapat yang paling membawa maslahah bagi masyarakat Islam di Indonesia ialah pendpaat Abu Hanifah yang membolehkan se- orang pria menikahi wanita hamil karena zina dengan pria lain yang tidak mau bertanggung jawab, dengan catatan si suami tidak boleh mensetubuhi si istri sebelum melahirkan berdasar- kan beberapa pertimbangan antara lain:16

1) Fatwa hukum Abu Hanifah telah mengandung unsur hu- kuman yang besifat edukatif dan kuratif terhadap wanita pelaku zina itu.

2) Untuk menjaga kehormatan anak yang tak berdosa yang lahir dari hubungan yang tidak sah. Sebab semua anak lahir sebagai anak yang suci, tidak membawa dosa.

3) Untuk menutup aib (cela) pada keluarga wanita itu, sebaba kehamilan si wanita dan kelahiran anaknya tanpa mempu- nyai suami/bapak yang rsmi adalah sangat tercela di ma-

sy a ra k a t P sednangkaQm mslark onanjuagenrang mau muRen tu p aib orang lainS

4) Sesuai dengan hadits Nabi Saw.



Ingatlah! Tidak boleh disetubuhi wanita-wanita hamil, sehingga mereka melahirkan dan tidak boleh pula disetubuhi wanita-wanita tidak hamil, sehingga jelas bersih rahimnya karena menstruasi.

Menurut Masjfuk Zuhdi, madzhab Hanbali yang meng- haramkan perkawinan antara wanita hamil karena zina dengan pria yang tidak menghamilinya sebelum habis masa iddahnya adalah mengandung hukuman yang cukup berat yang tidak hanya dirasakan oleh si wanita pelaku zina, melainkan juga oleh keluarganya, lebih-lebih nantinya akan dirasakan oleh si anak yang tidak berdosa akibat ulah ibunya. Sebaliknya, madzhab Syafi i yang membolehkan wanita hamil karena zina bisa dini- kahi pria lain tanpa syarat bisa membawa dampak negatif dalam masyarakat, yakni pria dan wanita tidak merasa takut melaku- kan hubungan seksual di luar nikah. Sebab kalau terjadi keha- milan, pria dan wanita tersebut bisa kawin dengan dengan pria lain tanpa menunggu iddah, kecuali kalau keduanya atau sa- lah satu dari keduanya masih terikat tali perkawinan dengan orang lain.17

Pada zaman imam-imam madzhab, masalah bayi tabung (inseminasi buatan) belum muncul, sehingga tidak diperoleh fatwa hukumnya dari mereka. Menurut hemat penulis, hadits tersebut bisa menjadi dalil untuk mengharamkan inseminasi

T T9 b

u ata n

dengan donor sperma dan/atau ovum, karena kata ma

dalam bahasa Arab dan juga di dalam al-Qur an bisa dipakai untuk pengertian air hujan atau air pada umumnya, dan bisa juga untuk pengertian benda cair atau sperma.

Sedangkan kaidah hukum fiqh Islam berbunyi:



Menghindari mahdarat (bahaya) harus didahulukan atas mencari atau menarik maslahah.

Kita dapat memaklumi bahwa inseminasi buatan atau bayi tabung dengan donor sperma dan atau ovum lebih men- datangkan madharatnya daripada maslahahnya. Maslahahnya adalah bisa membantu pasangan suami istri yang keduanya atau salah satunya mandul atau ada hambatan alami pada suami dan/atau istri yang menghalangi bertemunya sel sperma de- ngan sel telur. Misalnya karena saluran telurnya (tuba palupi) terlalu sempit atau ejakulasi (pancaran sperma) terlalu lemah. Sedangkan mafsadah inseminasi buatan atau bayi tabung itu jauh lebih besar, antara lain:18

a) Percampuran nasab, padahal Islam sangat menjaga kesuci- an/kehormatan kelamin dan kemurnian nasab.

b) Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam c) Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/zina,

karena terjadi percampuran sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah

d) Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sum- ber konflik di dalam rumah tangga, terutama bayi tabung

UV0 d enan bgantuan donor meru anpanakak yang sangat unik y an g b bisaerbeda sekali bk dtuenan sifatWsifat fisik dan kaW

rakter/mental si anak dengan bapak-ibunya

e) Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percam- puran nasabnya terselubung dan sangat dirahasiakan do- nornya adalah lebih jelek daripada anak adopsi yang pada umumnya diketahui asal/nasabnya

f) Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami, ter- utama bagi bayi tabung lewat ibu titipan yang harus menye- rahkan bayinya kepada pasangan suami istri yang punya benihnya, sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan antara anak dengan ibunya secara alami.

Mengenai status/anak hasil inseminasi dengan donor sperma dan/atau ovum menurut hukum Islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi. Pemerintah hendaknya melarang berdirinya bank sperma dan bank ovum untuk pembuatan bayi tabung, karena selain bertentangan de- ngan Pancasila dan UUD 1945, juga bertentangan dengan norma agama dan moral, serta merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang diinseminasi tanpa perlu adanya perkawi- nan. Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaat bayi tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa ditransfer ke dalam rahim wa- nita lain (ibu titipan), dan pemerintah hendaknya juga mela- rang keras dengan sanksi-sanksi hukumannya kepada dokter dan siapa saja yang melakukan inseminasi buatan pada manu- sia dengan sperma dan/atau ovum donor. []

Zcanengkokan[lantasisptran\ ialah pemindahan organ tu b u h yg manempunyai da hayid yupang sehat untuk men]^ g an tik a n organ tubuh y tidang sehkaat dan tidak berfungsi de^ n g an b_ `ai yang apabila diobati d penangrosedr muedis biasa` h arap an pderita uenntuk bertahan ha tidyidnpuak ada lagia

1

Terdapat beberapa tipe donor organ tubuh, dan masing- masing tipe tersebut mempunyai permasalahan sendiri, yaitu:2

Dalam dokumen Kajian Fiqh Kontemporer (Halaman 122-130)