• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia

Dalam dokumen PERKEMBANGAN DAN KONSOLIDASI (Halaman 150-154)

BRTI atau Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia sebenarnya setara dengan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)

yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun

ilm adalah penelitian dan penilaian terhadap ilm dan re-klame ilm untuk menentukan dapat atau tidaknya sebuah ilm dan reklame ilm dipertunjukkan dan/atau ditayangkan

kepada umum, baik secara utuh maupun setelah peniada-an bagipeniada-an gambar atau suara tertentu. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas

sin-ematograi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,

piringan ideo, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui pro-ses kimiawi, propro-ses elektronik, atau propro-ses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya.

Sebuah ilm yang lulus sensor apabila telah mendapat tanda lulus sensor surat yang dikeluarkan oleh Lembaga Sensor Film bagi setiap kopi ilm, trailer serta ilm iklan, dan tanda yang dibubuhkan oleh Lembaga Sensor Film bagi reklame ilm, yang dinyatakan telah lulus sensor. Tanda lulus sensor adalah berupa surat yang dikeluarkan oleh Lembaga Sensor Film bagi setiap kopi ilm, trailer serta ilm iklan, dan tanda yang dibubuhkan oleh Lembaga Sensor Film bagi reklame ilm, yang dinyatakan tidak lulus sensor.

Tugas LSF mencakup:

a. melakukan penyensoran terhadap ilm dan reklame ilm

yang akan diedarkan, diekspor, dipertunjukkan dan/atau ditayangkan kepada umum;

b. meneliti tema, gambar, adegan, suara dan teks

terjemah-an dari suatu ilm dterjemah-an reklame ilm yterjemah-ang akterjemah-an diedarkterjemah-an,

diekspor, dipertunjukkan dan/atau ditayangkan; c. menilai layak tidaknya tema, gambar, adegan, suara dan

teks terjemahan dari suatu ilm dan reklame ilm yang

akan diedarkan, diekspor, dipertunjukkan dan/atau ditayangkan.

berwe-2003 tentang Penyiaran. Bahkan, Badan Regulasi Telekomu -nikasi ini terbentuk lebih dulu daripada Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI). Badan ini dibentuk berdasarkan

Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, yaitu empat tahun lebih dulu daripada Undang-Undang tentang Penyiaran yang mengatur mengenai KPI.

Hanya saja, sifat kelembagaan badan ini tidak inde-penden seperti Komisi Penyiaran Indonesia. Karena itu, keberadaannya relatif kurang dikenal. Di samping diten-tukan dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi, keberadaan Badan Regulasi

Telekomu-nikasi Indonesia ini diatur lebih lanjut dalam Keputusan

Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 2003. Badan ini

dimaksudkan untuk untuk melaksanakan fungsi pengatur-an, pengawaspengatur-an, dan pengendalian penyelenggaraan tele-komunikasi di seluruh tanah air, yaitu di segenap wilayah hukum Republik Indonesia.

Lembaga-Lembaga Daerah

A. Lembaga Daerah

Di samping lembaga-lembaga tinggi negara dan lembaga-lembaga negara lainnya di tingkat pusat, ada pula beberapa lembaga daerah yang dapat pula disebut sebagai

lembaga negara dalam arti luas. Lembaga-lembaga seperti

Gubernur dan DPRD bukanlah lembaga masyarakat, tetapi

merupakan lembaga negara. Bahkan, keberadaannya di -tentukan dengan tegas dalam UUD 1945. Oleh karena itu, tidak dapat tidak, Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah itu termasuk ke dalam pengertian lembaga negara dalam arti yang luas. Namun, karena tempat kedudukannya adalah di daerah, dan merupakan bagian dari sistem pemer-intahan daerah, maka lembaga-lembaga negara seperti Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah itu lebih tepat disebut sebagai lembaga daerah.

Keberadaan lembaga-lembaga daerah tersebut diatur dengan beberapa kemungkinan bentuk peraturan, yaitu:

1. Lembaga Daerah yang dibentuk berdasarkan atau diatur

dalam Undang-Undang Dasar.

2. Lembaga Daerah yang dibentuk berdasarkan atau diatur

dalam undang-undang.

3. Lembaga Daerah yang dibentuk berdasarkan atau diatur

dalam peraturan perundang-undangan tingkat pusat lainnya.

4. Lembaga Daerah yang dibentuk berdasarkan atau diatur

dalam Peraturan Daerah Proinsi.

Pemerintah Daerah. Sedangkan pada leel ketiga, ada pula lembaga-lembaga daerah yang dibentuk dengan atau ber-dasarkan peraturan tingkat pusat di bawah undang-undang.

Misalnya, adanya Badan Layanan Umum (BLU) yang diatur

berdasarkan ketentuan Undang-Undang tentang Keuangan

Negara dan Peraturan Pemerintah tentang Badan Layanan

Umum.3

Sementara itu, pada lapis keempat, ada juga lembaga-lembaga daerah yang murni diatur dan dibentuk sendiri oleh pemerintahan daerah. Undang-Undang Dasar, undang-un-dang, ataupun peraturan tingkat pusat lainnya sama sekali tidak mengatur keberadaan lembaga-lembaga negara seperti ini, tetapi oleh daerah sendiri diadakan berdasarkan per-aturan daerah atau perper-aturan tingkat daerah.

Mengingat kompleksnya persoalan lembaga negara dan lembaga-lembaga daerah ini, saya berniat menulis dan menerbitkan buku kedua mengenai hal-hal yang belum

dibahas disini. Lembaga-lembaga daerah seperti tersebut

di atas jelas memerlukan pembahasan yang tersendiri. Demikian pula berbagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan undang-undang yang belum secara menda-lam dibahas damenda-lam buku ini, memerlukan pembahasan yang tersendiri dalam buku kedua. Dengan begitu, buku ini juga tidak terlalu tebal isinya, sehingga menyulitkan

pem-baca untuk menikmatinya. Lagi pula, penerbitan buku ini

menjadi tertunda hanya karena tuntutan keharusan untuk

peraturan perundang-undangan tentang Pilkada, (c) menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan Pilkada, (d) meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan kepada instansi yang berwenang, dan (e) mengatur hu-bungan koordinasi antar panitia pengawasan pada semua tingkatan.

3 Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4286) dan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

4 Ingat, dalam perkataan “Kepala Pemerintah” tidak terdapat akhiran “an”. Gu-bernur, Bupati, dan Walikota adalah Kepala Pemerintah Daerah, bukan Kepala Pemerintahan Daerah.

5 Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 berbunyi, “Gubernur, Bupati, dan Walikota, mas-ing-masing sebagai kepala pemerintah daerah proinsi, kabupaten, dan kota

dalam Peraturan Gubernur.

6. Lembaga Daerah yang dibentuk berdasarkan atau diatur

dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

7. Lembaga Daerah yang dibentuk berdasarkan atau diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota.

Kedudukan yang paling tinggi ialah jika keberadaan

organ dan functie atau kewenangannya diatur oleh Un-dang-Undang Dasar. Dalam kategori inilah organ negaranya disebut sebagai lembaga yang kewenangannya diberikan oleh undang-undang dasar. Dalam kategori ini, dapat kita sebut adanya beberapa lembaga seperti Gubernur, bupati, walikota, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, baik untuk proinsi maupun untuk kabupaten/kota. Di samping itu,

dalam Pasal 18B ayat (1) disebutkan pula adanya

satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau

is-timewa. Beberapa contoh pemerintahan daerah yang bersifat

khusus atau istimewa itu adalah seperti Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Otonomi Khusus Nangroe Aceh Darus-salam, dan Daerah Otonomi Khusus Papua.

Pada lapis kedua adalah lembaga daerah yang diben-tuk dan dibubarkan dengan atau berdasarkan undang-undang. Misalnya, Komisi Pemilihan Umum Daerah seb-agai penyelenggara pemilihan kepala daerah1 dan Panitia

Pengawas Pemilihan Kepala Daerah yang dibentuk oleh

DPRD2 berdasarkan ketentuan Undang-Undang tentang

1 Pasal 57 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae-rah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4437) juncto Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 072-073/PUU-II/2004 menentukan, “Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diselenggarakan oleh KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah)”. Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut diucapkan dalam Sidang Pleno Terbuka pada tanggal 21 Maret 2005, dan sejak itu berarti perkataan “yang bertanggung jawab kepada DPRD” dicoret dari ketentuan Pasal 57 ayat (1) tersebut, sehingga berubah menjadi seperti dikutip di atas. (Berita Negara Republik Indonesia No. 26, 1 April, 2005).

2 Pasal 66 ayat (3) huruf d yang menyatakan bahwa DPRD bertugas dan berwenang membentuk Panitia Pengawas yang oleh ayat (4)-nya ditentukan mempunyai tugas dan wewenang untuk (a) mengawasi semua tahapan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (Pilkada), (b) menerima laporan pelanggaran

han Gubernur kepala daerah proinsi secara langsung oleh

rakyat. Dalam Pasal 18 ayat (3) UUD 1945 juga disebutkan,

“Pemerintahan daerah proinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang ang-gota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum”. Artinya, di setiap pemerintahan daerah proinsi terdapat Dewan Perwakilan Rakyat daerah proinsi yang bersama-sama dengan Gubernur merupakan satu kesatuan pengertian pemerintahan daerah.

Masalahnya adalah apakah Gubernur dan DPRD proinsi itu secara sendiri-sendiri dapat kita sebut sebagai lembaga daerah menurut UUD 1945? Secara selintas, ke-duanya memang dapat disebut sebagai dua lembaga kon-stitusional yang berbeda dan dapat dipisahkan. Gubernur

adalah kepala pemerintah4 daerah proinsi, sedangkan

Dewan Perwakilan Rakyat daerah proinsi adalah lembaga pemerintahan daerah yang berfungsi sebagai lembaga perwa-kilan rakyat daerah yang mempunyai fungsi legislatif, fungsi

pengawasan, dan fungsi anggaran. Baik jabatan Gubernur

maupun institusi DPRD proinsi disebut eksplisit dalam Pasal 18 UUD 1945.

Seperti telah dikutipkan di atas, jabatan Gubernur, misalnya, disebut eksplisit sebagai kepala pemerintah dae-rah proinsi seperti yang terdapat dalam rumusan Pasal 18

ayat (4), yaitu “Gubernur ... sebagai kepala daerah pro­ vinsi.... dipilih secara demokratis”.5 Lembaga DPRD juga disebut secara eksplisit dalam Pasal 18 ayat (3) UUD 1945

dengan rumusan kalimat, “Pemerintahan daerah provinsi

... memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang ang­ gota­anggotanya dipilih melalui pemilihan umum”.6 dipilih secara demokratis”.

6 Pasal 18 ayat (3) UUD 1945 berbunyi, “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang ang­ gota­anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.”

7 Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 berbunyi, “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah­daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabu­

melengkapinya dengan data-data lain mengenai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan undang-undang, dan lembaga-lembaga daerah yang belum dibahas secara men-dalam disini. Daripada menunda-nunda informasi yang penting ini, lebih baik bukunya saja kita terbitkan dalam dua buku yang terpisah.

Dalam dokumen PERKEMBANGAN DAN KONSOLIDASI (Halaman 150-154)