• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Joko Tetuko – Anggota PP Wil.Bandung

Dengan fasilitas perumahan tersebut kiranya sekarang kita dalam menjalani pensiun akan dapat hidup tenang karena tidak harus memikirkan uang kontrak setiap tahunnya lagi, sekarang timbul pertanyaan apakah kita sudah memanfaatkan halaman rumah kita dengan maksimal dalam arti dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atau hanya dibiarkan begitu saja, sedangkan nmanya kita pensiun pasti banyak waktu untuk melakukan sesuatu. Memang untuk rekan-rekan yang kehidupannya dikota mungkin halaman rumahnya relatif kecil dibandingkan dengan rekan-rekan yang menikmati pensiun didaerah sehingga mempunyai halaman rumah dan kebun yang luas. Namun tidak ada alasan dengan keterbatasan luas halaman tersebut kita tidak dapat berbuat sesuatu yang dapat memberikan tambahan penghasilan, beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam memanfaatkan halaman rumah kita antara lain :

1. Untuk rekan-rekan yang mempunyai hoby menanam tanaman bunga atau tanaman hias dapat memanfaatkan luas lahan yang dimiliki dengan kegiatan menanam tanaman hias yang mempunyai nilai jual yang tinggi, dengan melakukannya dengan pola tanam di pot tidak harus ditanam langsung ditanah, sehingga tanaman yang dibudidayakan di pot tersebut disamping dapat diletakan dihalaman juga bisa ditempatkan di pagar atau media tanaman yang sudah ada misalnya tanaman-tanaman pohon besar yang sudah ada. Kalau kita dapat menata

Serba – Serbi

Untuk membudidayakan tanaman sayuran tersebut diperlukan sarana atau media sbb :

 Pot atau tempat bisa menggunakan pot yang dibeli atau memanfa’atkan bekas kaleng dan box plastik yang sudah tidak terpakai.

 Tanah sebagai media tanam yang sudah dicampur dengan pupuk organik yang bisa dibeli di toko-toko pertanian.

 Kebutuhan bibit sesuai dengan sayur yang akan ditanam bisa dibeli ditoko pertanian.

 Alat-alat pertanian lainnya mis cangkul, cetok dsb.

Cara menanamnya :

dan meninggalkan pikiran yang selalu membanding-bandingkan dengan kehidupan atau keberhasilan orang lain karena setiap orang akan berbeda-beda kehidupan dan kebahagiaannya, karena kebahagiaan itu sebetulnya ada pada diri kita sendiri dengan cara bagaimana menikmati dan mensyukuri hidup ini dengan menerima apa adanya, bukan lagi waktunya kita masih mempunyai ambisi untuk mencapai karier atau kekayaan yang berlimpah, kita sudah waktunya memperbanyak waktu untuk membimbing anak dan cucu dan mencari bekal untuk kehidupan nantinya.

Demikian sekelumit renungan dari kami sebagai pensiunan yang menjalani kehidupan di daerah dan meninggalkan keahlian yang kita miliki selama ini didunia perbankan dengan hidup sebagai petani, dan mencoba membuka usaha kecil – kecilan di daerah dengan maksud berbagi rejeki dengan orang lain untuk dapat maju bersama-sama, ada kenikmatan tersendiri kalau kita bisa memberikan penghasilan kepada sesama, karena selama ini kita hanya bisa menerima penghasilan dari pemberi kerja.

Selamat menikmati pensiun penuh dengan kebahagiaan bersama anak dan cucu.

(Joko Tetuko)

1. Media tempat yang sudah disiapkan ditempatkan tanah yang sudah cimapur dengan pupuk kandang dan disiram dengan air secukupnya, sebelum ditanam bibit media tersebut didiamkan selama 3 hari.

2. Setelah 3 hari baru ditabur bibit dalam satu media ditabur antara 3 – 5 butir bibit, selama pembibitan agar ditempatkan di tempat yang agak teduh dan tidak kena matahari langsung.

3. Setiap pagi dan sore disiram air secukupnya sampai bibit tumbuh dengan baik.

4. Setelah tumbuh bibitnya dipupuk sesuai dengan jenis pupuk, karena setiap jenis tanaman jenis pupuknya berbeda-beda, bisa dilihat dari bungkus pupuknya. 5. Pelihara dengan kasih sayang agar pertumbuhan

tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik, nikmati perkembangan tumbuhan ada sensasi tersendiri nikmatnya.

Marilah kita melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi keluarga kita, janganlah kita hanya selalu mengeluh dengan kendisi dari apa yang kita terima, kita harusnya selalu bersyukur dengan apa yang kita peroleh sampai hari ini, dimana kita masih diberikan kehatan, penghasilan walaupun kita sudah tidak bekerja, sudah waktunya kita

D

iantara kita mungkin ada yang bersikap alergi terhadap kata – kata “bid’ah”. Kita mungkin pernah mendengar orang berucap : “Sedikit – sedikit bid’ah, sedikit – sedikit bid’ah!. Kalau begitu orang azan menggunakan microphone juga bid’ah dong, karena pada jaman Rasulullah, Bilal tidak menggunakan microphone pada waktu azan!”. Sementara ada yang mengatakan bahwa hal itu bukan bid’ah, karena microhone hanya sarana untuk mengumandangkan azan!.

Jadi, bid’ah itu apa sih?

Menurut bahasa, bid’ah adalah sesuatu yang baru, yang diada – adakan tanpa ada contoh (dari Rasulullah) sebelumnya. Berdasarkan istilah agama (syara’), bid’ah itu artinya adalah sesuatu yang baru, yang diada – adakan atau diciptakan oleh manusia didalam urusan agama, yang dijadikan sebagai suatu cara yang menyerupai syari’at (karena telah ditentukan cara, jumlah, waktu dan bentuknya), yang diniatkan untuk berlebih – lebihan dalam urusan agama saat melaksanakannya.

Dengan demikian, sebuah perkataan atau amalan dapat dikatakan bid’ah dalam agama (syara’) jika tidak ada dalil yang mendasarinya dan diniatkan mencari pahala dan bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.

Ringkasnya, bid’ah itu juga dapat dikatakan sesuatu yang menyalahi sunnah. Bid’ah itu adalah lawan dari Sunnah Nabi Muhammad SAW (Shalallahu Alaihi Wassalam).

Didalam Hadits Riwayat (HR) Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad – Daarimi dan Hakim, Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang hidup diantara kamu sesudah (wafat) ku, niscaya dia akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Maka wajiblah kamu berpegang – teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafa Ar – Raasyidin yang diberi petunjuk setelahku. Berpeganglah dengannya dan gigitlah (kuat – kuat) dengan gigi gerahammu!. Dan hati – hatilah kamu dengan perkara – perkara atau urusan – urusan yang baru (di dalam agama), karena sesungguhnya

setiap urusan yang baru (didalam agama) itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka”.

Al – Imam Malik Rohimahullah berkata : “Barang siapa yang membuat bid’ah dalam Islam yang dianggapnya baik, sungguh dia telah menyangka bahwa Nabi Muhammad SAW telah mengkhianati risalah, karena Allah telah berfirman di dalam QS. Al – Maaidah (5) : 3 (yang artinya) : “Pada hari ini telah aku sempurnakan agamamu untukmu dan telah kucukupkan nikmat – Ku untukmu dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”.

Kemudian HR. Abu Dzaar mengatakan, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : “Tidaklah tertinggal sesuatupun yang mendekatkanmu ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepadamu.”

Didalam HR. Aisyah R.A, katanya Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang mengada – ada urusan agama kami yang kami tidak pernah mengadakannya, maka hal itu ditolah”.

Imam Asy – Syafi’i sangat terkenal dengan konsistennya beliau terhadap sunnah dan sangat berat penolakan / pengingkarannya terhadap Bid’ah. Di antara ucapan beliau yang terkenal juga adalah : “Barang siapa yang menganggap sesuatu hal yang baru (dalam agama) itu baik, maka sesungguhnya ia telah membuat syari’at”. Berdasarkan uraian yang sederhana di atas, dapat disimpulkan bahwa syariat agama kita ini telah lengkap / sempurna karena memang telah disempurnakan oleh Allah SWT., tidak perlu ditambah – tambah apatah lagi dikurang – kurangi. Sebagai orang beriman, terutama bagi yang berusia lanjut seperti kita, Pensiunan BNI, merupakan keharusan bagi kita untuk memagari diri kita dan keluarga kita dari perbuatan bid’ah.

Sebagai study case / bahan renungan kami sampaikan, bahwa sebagaimana telah kita pahami bersama, azan adalah tanda masuk waktu sholat dan untuk memanggil orang sholat berjama’ah di masjid / musholla. Jika memang begitu halnya, apakah mengumandangkan azan di pekuburan / pemakaman atau meng-azankan jenazah di kuburan itu bid’ah atau bukan?

Wallahu a’lam, semoga bermanfaat.

Bid’ah Itu Apaaa... Sih?

Galeri Foto

Dokumen terkait