• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha Peternakan ikan dan Restaurant (Fish 88)

Inspirasi

saat itu dibelikan kendaraan pick up dengan harga Rp. 10 juta untuk dipergunakan sebagai alat transportasi bisnis ini.

Menurut perhitungan ilmu perikanan penanaman 1 ton ikan keperluan pakannya adalah 3% per hari dari bobot penanaman ikan tersebut sehingga diperlukan 30 kg pakannya per hari, akan menghasilkan ikan yang siap panen dalam waktu 5 bulan sedangkan perhitungan menurut metode yang dilakukan oleh Bp. Endang, 1 ton ikan presentase pakannya adalah sebesar 5% dari bobot penanaman ikan. Misalnya menanam ikan 1 ton diperlukan pakannya 50kg/hari, akan menghasilkan panen dalam waktu 3 bulan, sehingga menghemat waktu dan biaya.

Pengalaman Bp. Endang dalam menetaskan ikan adalah memilih yang kualitasnya bagus, kalau ikan untuk konsumsi waktu pemeliharaannya ± 3 bulan, lalu setelah itu dipilih

lagi, yang kurang bagus langsung dijual dan yang bagus dipelihara kembali untuk konsumsi pemancingan sampai dengan berat 8, 9, 10 dan 11kg yang membutuhkan waktu pemeliharaan 1,5 sampai dengan 2 th (diatas 10kg). Kalau untuk ikan bagus yang super dan mencapai berat 8 sd 9kg pemeliharaannya memerlukan waktu selama 1,5 th. Dari pengalaman tsb beliau merasa tepat memilih usaha/bisnis ini yang dapat dilakukan

sambil bekerja di Bank BNI yang Alhamdulillah dapat menghasilan keuntungan yang sangat lumayan.

Pada tahun 1999 usaha Bp. Endang semakin maju akhirnya mengontrak lahan kolam untuk waktu 11 tahun dengan biaya Rp. 20 juta namun akhirnya dapat dibeli dengan diangsur dalam 2 tahun lunas dari hasil panen ikannya. Selain di Sumedang ini beliau juga menambah

lahan kolam di daerah Subang. Di kedua tempat inilah beliau berusaha/berbisnis sampai sekarang di Sumedang juga akhirnya membuka restoran (Fish 88) sejak tahun 2006.

Adapun Ikan yang di ternak/ ditanam ada sekitar 24 macam antara lain yaitu ikan mas, nila, gurame, biasanya untuk kebutuhan rumah makannya ada juga ikan kancra/ dewa (kalau di medan namanya ikan lihan), ikan koi, ikan patin, ikan jambal dll, termasuk juga ikan koleksi dari Brazil yang bibitnya dari Jakarta/Jatinegara, ikan patin putih dari Jatinegara, bahkan ada ikan Jenis Chan/ ikan hiu air tawar yang sudah dibeli oleh Walikota Bekasi dimana pada saat itu harganya mencapai Rp.4 juta /ekor dengan berat 3 kg

Hasil panen ikan dijual khusus ke rumah makan tertentu yaitu rumah makan Kartika dan juga untuk konsumsi restoran sendiri, beliau tidak mensuplai ke rumah makan

lain karena ada kekhususan dalam pemeliharaan ikan ini dari pakannya dan airnya sehingga mempunyai rasa yang lain daripada yang lain. Selain itu para pedagang datang langsung ke tempat beliau, sehingga tidak perlu memasarkan keluar.

Bp. Endang juga mensuplai ikan mas yang diprioritaskan untuk usaha pemancingan di Jakarta yang rutin di kirim ke Pantai Kapuk, Telaga Arwana Cibubur, Telaga Cibubur, Metro Cileduk, Telaga Kemayoran, Cileungsi, Bekasi (Telaga Tong yang dan Telaga di Pekayon) termasuk juga ke Surabaya. Untuk pemancingan harga jual ikan mas 1 ekor dengan ukuran 1kg Rp. 25ribu, 2kg Rp. 35ribu/kg, 3kg Rp. 50ribu/kg, 5kg Rp. 65ribu/kg, 6kg Rp.75ribu/kg, 7kg Rp.100ribu/kg, 8kg Rp.150ribu/kg, 9kg Rp.175ribu/kg, 10kg Rp.200ribu sd Rp.250ribu/kg, 11 sd 12 kg Rp.300ribu/kg berarti 1 ekor ikan yang beratnya 12 kg harganya mencapai Rp. 3,6 juta (biasanya untuk Bersama Tim DPBNI saat meninjau lokasi peternakan

Foto bersama saat Menikmati hasil “Panen” lomba mancing), Stok ikan yang ada sekarang 30 ton di

4 tempat, untuk dikonsumsi termasuk ikan nila dan ikan mas yang per kg nya berbeda – beda harganya, ada yang Rp.25ribu sampai dengan Rp.27ribu. Omzet dari bisnis ternak/tanam ikan ini sebesar Rp._300juta/bulannya, sedangkan untuk rumah makan tergantung dari tamu yang berkunjung, paling sepi sekitar Rp.2.200.000 perhari namun pernah juga sampai mencapai omzet sebesar Rp.30 juta pada saat hari raya Lebaran. Pelangganannya kebanyakan dari instansi – instansi pemerintah, perbankan, pemda, PLN sedangkan pada hari Minggu kebanyakan pelangganannya adalah orang – orang dari kota sekitar Sumedang yang khusus datang untuk mencicipi masakan restorannya.

Perjalanan bisnis Bpk Endang Mumuh juga pernah mengalami kendala yaitu pada tahun 2002 terkena musibah banjir yang waktu itu ikannya habis semua sehinga mengalami kerugian sampai ± Rp.150 juta dan pada tahun 2012 juga mengalami musibah banjir dan juga adanya kelalaian SDM nya yang di Subang sehingga sampai mengalami kerugian sekitar Rp.250 juta tetapi semua itu tidak membuat Bpk Endang berputus asa beliau tetap menjalani usaha/bisnis ikan ini.

Pengurusan peternakan ikan ini pada awalnya dibantu oleh seorang pegawai saja karena hanya mengurusi 2 kolam. Jumlah pegawai Bp. Endang sekarang sekitar 18 orang yang dibagi dua yaitu untuk di rumah makan sekitar 6 orang dan utuk pengurusan ternak ikan sekitar 12 orang dan besar penghasilan untuk pegawainya mengikuti UMR yang berlaku di daerah setempat sedangkan fasilitas lain yang didapat oleh pegawainya adalah THR, Bonus, uang lembur dan selalu diselenggarakan rekreasi keluarga untuk pegawainya.

Rencana ke depannya Bpk. Endang Mumuh akan membuka rumah makan lagi di kota Bandung untuk itu generasi penerusnya yaitu anaknya sedang mengelola peternakan ikan dulu supaya lebih berpengalaman setelah itu baru membuka rumah makan baru lagi yaitu

Fish 88 di kota Bandung.

Dari pemaparan usaha/bisnis ikan Bp Endang Mumuh, beliau memberikan kiat2 kepada kita semua yaitu antara lain :

• Kita harus mempunyai kemauan yang tinggi untuk berusaha dan selalu berdoa kepada Allah SWT karena dengan berdoa Insya Allah dikabulkan apa yang kita harapkan.

• Kita harus optimis dan selalu yakin dengan apa yang kita lakukan jangan takut dengan kegagalan.

• Kita harus bekerja keras dan ikhlas apapun hasilnya yang akan terjadi dan pasrah serta berserah diri kepada Allah SWT

• Kita harus selalu bersyukur dan bertawakal.

Demikianlah pengalaman dari usaha / bisnis peternakan ikan dan restaurant Bp. Endang Mumuh di daerah Sumedang.

Pada akhirnya kami dari Tim Dana Pensiun BNI mendoakan agar usaha Bp. Endang Mumuh semakin sukses dan menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Aamiin. (WRR/ONE)

Serba – Serbi

Pembentukan BPJS

Pendirian BPJS adalah dalam rangka memperluas cakupan pemberian jaminan sosial kepada segenap lapisan rakyat Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam Ps. 28H ayat 3 dan Ps. 34 ayat 2 UUD 45 yaitu :

Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat

yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah menerbitkan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Pasal 5 UU tersebut menyebutkan bahwa badan penyelengara jaminan sosial yang sudah ada yaitu : • PT Jamsostek (Persero),

• PT Asuransi Kesehatan Indonesia (Askes) Persero, • PT Taspen (Persero),

• PT Asabri (Persero),

dinyatakan sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Apabila diperlukan badan penyelenggaran jaminan sosial yang lain, dapat dibentuk dengan undang-undang.

Selanjutnya melalui UU No. 24 tahun 2011 dibentuklah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari :

1. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan : - Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),

- Jaminan Hari Tua (JHT), - Jaminan Kematian (JKm), - Jaminan Pensiun (JP).

2. BPJS Kesehatan : menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.

Melalui UU no. 24 / 2011, PT Askes bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan dan menyelenggarakan program

jaminan kesehatan mulai tanggal 1 Januari 2014. Dan bersamaan dengan itu, PT Jamsostek juga berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

Dokumen terkait