• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP & TEORI

2.3 Bagan Alur Pikir

Metro Jaya dalam upaya mensosialisasikan program SIAP PMJ?

2. Mengetahui apa saja hambatan dan permasalahan dalam sosialisasi program SIAP PMJ?

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Tiap penelitian pasti berpegang teguh pada paradigma tertentu. Paradigma adalah cara pandang mengenai realitas atau landasan pikiran. Adapun paradigm penelitian diartikan sebagai pola piker yang menunjukan hubungan atau variable, jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian serta teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Paradigma dapat diartikan dengan perspektif atau sudut pandang, ideology, atau kerangka. George Ritzer seperti yang dikutip Agus Salim dalam bukunya Teori Paradigma : Penelitian sosial menegaskan bahwa paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuan mengenai:

1. Hal yang menjadi pokok kajian yang semestinya harus dipelajari sebagai disiplin ilmu pengetahuan

2. Hal yang harus ditanyakan

3. Bagaimana cara menjawabnya. (Salim, 2006:5)

“Paradigma adalah basis kepercayaan utama atau metafisirkan dari sistem berpikir: basis dari ontology, epistemologi, dan metodologi” (Salim, 2006:96). Dalam pandangan filsafat, paradigma memuat pandangan-pandangan awal yang membedakan, memperjelas, dan mempertajam orientasi berpikir seseorang.

Dengan demikian paradigm membawa konsekuensi praktis bagi

37

perilaku. Dalam ilmu pengetahuan dikenal dengan empat jenis paradigm yaitu positivisme, post positivisme, critical theory, dan constructivisme.

Jenis-jenis paradigma ilmu pengetahuan, yaitu:

1. Positivisme

Paradigma yang muncul paling awal dalam dunia ilmu pengetahuan. Keyakinan dasar aliran ini berakar pada paham ontologi realism yang menyatakan bahwa realitas berada dalam kenyataan dan berjalan sesuai dengan hukum alam.

Penelitian berupaya mengungkap kebenearan realitas tersebut senyatanya berjalan.

2. Post-positivisme

Aliran ini juga memandang bahwa secara epistemologi hubungan antara periset dan objek yang diteliti tidak bisa dipisahkan. Namun, aliran ini menambah pendapatnya bahwa suatu kebenaran tidak mungkin bisa ditangkap apabila periset ada dibelakang layar, tanpa terlibat dengan objeknya secara langsung. Aliran ini menegaskan arti penting dari hubungan interaktif antara periset dan objek yang diteliti, sepanjang dalam hubungan tersebut periset bisa bersifat netral. Dengan cara ini, tingkat subjektivitas setidaknya dapat dikurangi.

3. Teori Kritis

Secara ontologis, cara pandang aliran ini sama dengan pandangan post-positivisme, khususnya dalam menilai objek atau realitas kritis (critical realism), yang tidak dapat dilihat secara benar oleh pengamatan manusia. Berangkat dari masalah ini, pada tataran metodologis, aliran ini mengajukan metode dialog sebagai saran transformasi bagi ditemukannya kebenaran realitas yang hakiki. Pada tataran epistemologis, aliran ini memandang hubungan antara periset dan objek sebagai hal yang tak terpisahkan. Lantaran berkeyakinan bahwa nilai-nilai yang dianut oleh periset ikut serta dalam menentukan kebenaran suatu hal, maka aliran ini sangat menekankan konsep subjektivitas dalam menemukan suatu ilmu pengetahuan.

4. Konsruktivisme

Aliran ini menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik, serta tergantung pada pihak yang melakukannya. Karena itu, realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang sebagaimana yang biasa dilakukan dikalanhan positivis atau

post-positivis. Atas dasar filosofis ini, aliran ini menyatakan bahwa hubungan epistemologis antara pengamat dan objek merupakan satu kesatuan, subjektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi diantara keduanya. (Salim, 2006 : 68-71)

Tabel 3.1

Tabel Tiga Paradigma Ilmu Sosial

(Dedy N. Hidayat, Paradigma & Metodology, 2003, hal. 102) Positivisme sosial sebagai proses kritis mengungkap “the real structure” dibalik ilusi dan kebutuhan

Apapun pengertiannya, paradigma mampu menggariskan hal yang seharusnya dipelajari, pernyataan-pernyataan yang harus dikemukakan agar kita tidak keluar dari kaidah-kaidah yang ada dalam memperoleh jawaban. Dalam menemukan hakikat realitas

atau ilmu pengetahuan yang sedang berkembang saat ini, maka paradigma yang digunakan oleh penulis adalah Post-positivisme.

Paradigma Post-positivisme ialah aliran yang memandang bahwa secara epistemologi hubungan antara periset dan objek yang diteliti tidak bisa dipisahkan. Namun, aliran ini menambah pendapatnya bahwa suatu kebenaran tidak mungkin bisa ditangkap apabila periset ada dibelakang layar, tanpa terlibat dengan objeknya secara langsung. Aliran ini menegaskan arti penting dari hubungan interaktif antara periset dan objek yang diteliti, sepanjang dalam hubungan tersebut periset bisa bersifat netral. Dengan cara ini, tingkat subjektivitas setidaknya dapat dikurangi. (salim, 2010:70)

3.2 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian dikenal dua jenis yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Terkait dengan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Untuk menjawab rumusan masalah utama yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.

Menurut Krik dan Milter yang dikutip oleh Lexy J.Moleong,

“penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalah peristilahannya”.

(Moleong, 2009:4)

Dalam penelitian kualitatif, penelitian menjadi alat kunci. Kepedulian utama peneliti kualitatif adalah bahwa keterbatasan objektivitas dan control sosial sangat esensial.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian dan kemudian ditarik suatu kesimpuilan berupa pemahanam umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.

3.3 Jenis / Format Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis / format penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi dan suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sifat dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, actual dan terpercaya mengenai fakta-fakta sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Pendekatan deskriptif kualitatif mencari teori, bukan untuk menguji teori. Ciri metode deskriptif kualitatif iala menitik beratkan

pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati dan mencatat.

Peneliti deskriptif timbul karena suatu peristiwa yang menarik perhatian peneliti, tetapi belum ada kerangka teoritis untuk menjelaskannya. “Metode deskriptif adalah bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat” (Rakhmat, 2007:22) penelitian hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa.

Sifat dari penelitian deskriptif adalah kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk:

1. “Mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melakukan gejala yang ada.

2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi praktek-praktek yang berlaku.

3. Membuat perbandingan atau evaluasi.

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan dating.” (Rakhmat, 2007:22)

Deskriptif terfokus pada suatu observasi dan suasana yang alamiah. Dalam metode deskriptif penulis bertindak sebagai pengamat. Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap,

pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang.

Pendekatan deskriptif juga merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta seadanya (fact finding). Gejala tersebut mengemukakan hubungan yang satu dengan yang lain. Pada tahap berikutnya, metode ini harus diberi bobot yang lebih tinggi. Karena metode ini tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan menyusun data, tetapi juha meliputu analisa dan interpretasi tentang arti data itu.

Dalam penelitian deskriptif, peneliti hanya memaparkan data yang ada dilapangan tentunya dengan teori yang ada. Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba meneliti mengenai bagaimana aktivitas humas Polda Metro Jaya dalam menyosialisasikan program SIAP PMJ.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan penelitian deskriptif kualitatif merupakan suatu penelitian yang tidak menggunakan perhitingan angka-angka namun menghasilkan data yang berupa kata-kata atau lisan dari suatu yang harus diamati serta penelitian kualitatif tidak harus mencerminkan permasalahan dan variable yang diteliti, tetapi lebih pada usaha untuk

mengungkapkan fenomenan dalam situasi sosial secara luas dan mendalam, serta menemukan hipotesis dan teori.

3.4 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, salah satu metode yang digunakan adalah Metode Deskriptif Kualitatif. Metode deskriptif kualitatif tidak jarang melahirkan sebagai penelitian yang insightmulating, yakni peneliti terjun ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori.

Ia tidak bermaksud menguji teori sehingga perspektifnya tidak tersaring. Ia bebas mengamati objeknya, menjelajah, dan menemukan wawasan-wawasan baru sepanjang penelitian.

Menurut Creswell, metode deskriptif kualitatif termasuk paradigma penelitian post-positivisik. Asumsi dasar yang menjadi inti paradigma penelitian post-positivisme adalah:

1. Pengetahuan bersifat konjektural dan tidak berlandaskan apa pun. Kita tidak akan pernah mendapatkan kebenaran absolut. Untuk itu, bukti yang dibangun dalam penelitian sering kali lemah dan tidak sempurna. Karena itu, banyak peneliti berujar bahwa mereka tidak dapat membuktikan hipotesisnya, bahkan tidak jarang mereka gagal untuk menyangkal hipotesisnya.

2. Penelitian merupakan proses membuat klaim-klaim, kemudian menyaring sebagian klaim tersebut menjadi klaim-klaim lain yang kebenarannya lebih kuat.

3. Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti dan pertimbangan logis. Dalam praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan instrumen pengukuran tertentu yang diisi oleh partisipan atau melakukan observasi mendalam dilokasi penelitian.

4. Penelitian harus mampu mengembangkan pernyataan yang relevan dan benar, pernyataan yang dapat menjelaskan situasi sebenarnya atau mendeskripsikan relasi kausalitas dari suatu persoalan.

5. Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif.

Para peneliti harus menguji kembali metode dan kesimpulan yang sekiranya mengandung bias. (Ardianto, 2010:60-61)

3.5 Objek dan Subjek Penelitian

Objek adalah apa yang akan diselidiki dalam kegiatan penelitian. Beberapa persoalan sekiranya perlu kita pahami agar bisa menentukan dan menyusun objek penelitian kita ini dengan bai, yaitu berkaitan dengan apa itu objek penelitian kualitatif, apa saja objek penelitian kualitatif dan kriteria apa saja yang layakdijadikan objek penelitian kita yaitu berkaitan dengan peran Humas Polda Metro Jaya dalam mensosialisasikan program SIAP PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya).

Sumber dalam penelitian ini adalah para narasumber yang terdiri atas pejabat Humas Polda Metro Jaya, beberapa anggota masyarakat.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus menerus. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data

kualitatif sehingga teknik analisa data yang digunakan belum ada pola yang jelas.

Teknik pengumpulan data merupakan “Langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data-data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak mendapatkan data yang ditentukan dalam memenuhi standar data yang ditentukan.” (Sugiyono, 2004:21)

Teknik pengumpulan data dibedakan menjadi 2, diantaranya ialah Data Primer dan Data Sekunder. Teknik data yang digunakan oelh penulis, ialah:

1. Data Primer, merupakan data-data yang digunakan oleh penulis sebagai acuan utama dalam melakukan penelitian. Data primer diperoleh secara langsung dengan upaya penulis sendiri. Untuk mendapatkan data yang lengkap dan bisa dipertanggung jawabkan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data primer sebagai berikut:

a. Wawancara Mendalam (indepth interview)

Wawancara mendalam adalah teknik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. (Ardianto, 2010:178)

Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Selanjutnya dibedakan

antara responden (orang yang akan di wawancarai hanya sekali) dengan informan (orang yang ingin peneliti ketahui/pahami dan yang akan diwawancarai beberapa kali).

Karena itu, wawancara mendalam disebut juga wawancara intensif (intensive interview). Pada wawancara mendalam ini, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respons informan. Artinya, informan bebas memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, dan mendalam.

b. Observasi

Observasi sebagai salah satu teknik pengumpulan data mempunyai ciri-ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara atau kuisioner. Kalau wawancara dan kuisioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas hanya pada orang saja.

Melainkan pada objek-objek alam lain. Sutrisno Hadi (2013:145) mengemukakan “bahwa observasi merupakan suatu proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.

Observasi harus dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan aspek-aspek tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang

dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai gejala yang tampak dari perilaku individu yang diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda ceklis pada kolom jawaban hasil observasi jika pedoman observasi yang dibuat talh disediakan jawabannya (berstruktur).

Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami konteksnya. Obsevasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek, selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

2. Data Sekunder, merupakan data melalui penelaahan dokumen-dokumen yang digunakan oleh penulis sebagai bahan tambahan dalam melakukan penelitian yang diperoleh dari buku-buku yang telah ada untuk mendukung teori-teori yang di perlukan oleh penulis.

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah,

laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik.

Pada penelitian ini penulis mengumpulkan buku-buku yang ada hubungannya dengan komunikasi serta bahan-bahan lain untuk memperoleh teori maupun data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Berdasarkan penjabaran tersebut, peneliti akan mengumpulkan data melalui wawancara mendalam kepada:

1. Kompol. Guruh Chandra Permana (Key Informan) 2. Kompol. Ni Ketut Admayani (Key Informan)

3. Sultan Aulia Syarief (Informan) 4. Marcel Jacinda, S.T (Informan)

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang memiliki karakteristik data yang dinyatakan berdasarkan keadaan sewajarnya atau sebagaimana mestinya tanpa mengubah kedalam bentuk simbol-simbol atau bilangan.

Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif mengutip dari Bogdan menyatakan bahwa:

“Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan,

dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain”. (Sugiyono, 2010:88) Miles dan Huberman yang dikutip oleh sugiyono (2010:88) dalam bukunya mengemukakan bahwa “Aktivitas dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaksi berlangsung secara terus menerus sampai datanya sudah jenuh”. Adapun aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1. Data Reduction

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya, dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Oleh karenanya dalam penelitian ini data akan terfokus hanya pada peran Humas Polda Metro Jaya saja hinhha dapat dicari data-data lain yang relevan dan mendukung terlaksananya strategi humas ini.

2. Data Display

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Menurut Miles dan Huberman yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing atau Verification

Langkah ketiga dalam menganalisa data kualitatif menuru Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan dan berikutnya.

Dalam penelitian ini ketiga langkah diatas digunakan untuk menganalisis data penelitian yang berupa naskah wawancara, hasil pengamatan serta dokumen hingga akhirnya didapatkan hasil analisis akhir yang dapat diceritakan kembali karena berupa narasi.

Gambar 3.1 Teknik Analisa Data

Sumber: Sugiyono, 2014:99

Koleksi Data Display Data

(Penyajian Data)

Kesimpulan/

Verifikasi Reduksi Data

3.8 Teknik Keabsahan Data

Untuk menguatkan data penelitian maka diperlukan teknik keabsahan data dengan menggunakan triangulasi. Menurut Sugiyono (2009:127-128), Triangulasi diartikan sebagau pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.

Penjelasan Triangulasi diatas sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kualitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda, dan mana spefisik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuisioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnta dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, sehingga akan memberikan data yang lebih valid dan lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulasi juga dapat dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum SIAP PMJ

Dalam situasi darurat, kehadiran polisi dalam waktu cepat sangat dibutuhkan. Menjawab keinginan ini, Bidang Humas Polda Metro Jaya pun meluncurkan program aplikasi SIAP PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya). SIAP-PMJ merupakan program terbaru dari Humas Polda Metro Jaya, dengan kemudahan serta kepraktisan aplikasi tersebut, diyakini memiliki daya tarik yang dapat menarik perhatian serta minat para masyarakat untuk mengetahui dan mempelajari aplikasi tersebut. Humas Polda Metro Jaya menjadikan seluruh masyarakat sebagai target sasaran penggunakan aplikasi tersebut. Dengan hadir nya aplikasi SIAP PMJ ditengah masyarakat diharapkan dapat memudahkan masyarakat luas untuk melapor secara praktis dan tanpa membuang-buang waktu kepada pihak berwajib.

Aplikasi ini memiliki konsep panic button yang dapat diunduh pada telepon pintar berbasis Android maupun IOS.

Dengan adanya aplikasi ini, masyarakat tidak perlu datang ke kantor polisi untuk melapor. Nantinya, para pengguna cukup meregistrasi nomor ponsel serta e-mail-nya. Data tersebut

54

akan dimasukkan ke dalam database yang dimiliki oleh Polda Metro Jaya.

Dalam aplikasi ini, akan ada beberapa fitur yang dapat digunakan oleh para pelapor. Misalnya, fitur tombol

"Lapor" yang dapat digunakan untuk mengirim laporannya dalam bentuk tertulis, foto, dan video yang berdurasi maksimal 10 detik. Laporan yang dibuat akan masuk ke command center yang ada di Polda Metro Jaya. Selanjutnya, laporan tersebut akan direspon dengan anggota yang ada di lapangan atau hanya ditanggapi cukup dengan aplikasi.

Lalu ada fitur "tombol" lokasi pos polisi. Tombol ini mempunyai fungsi ketika dalam keadaan darurat untuk dapat mengetahui keberadaan anggota polisi atau pos polisi terdekat. Selanjutnya, di aplikasi ini juga terdapat fitur "tombol"

alarm. Fitur ini berfungsi untuk mengaktifkan secara otomatis suara high frequency pada ponsel pengguna sehingga dapat menarik perhatian orang yang berada di sekitar.

Tombol alarm ini memiliki keuntungan tersendiri untuk para kaum hawa. Dengan tingginya frekuensi pelecehan seksual yang dialami oleh kaum wanita, maka tombol alarm tersebut sangat menguntungkan dan memudahkan para perempuan untuk mendapatkan perlindungan. Contohnya pada saat pelapor berada di bus atau KRL yang

Dokumen terkait