• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Polda Metro Jaya yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman kav. 55 RT 005 RW 003, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12190. Dengan alasan ketertarikan penulis terhadap terobosan Polda Metro Jaya yang membuat program baru untuk masyarakat, yaitu SIAP-PMJ agar dapat memudahkan masyarakat melapor kepada pihak kepolisian.

Dilakukan selama 3 bulan terhitung dari bulan Mei s/d Juli 2017.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP & TEORI

2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis

Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Fokus penelitian terdahulu dijadikan acuan dan relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini.

Pada penelitian terdahulu yang sejenis dari Universitas Indonesia adalah penelitian Widyanti Sri Lestari yang berjudul Evaluasi Penggunaan Saluran Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Salah satu Strategi Komunikasi Dalam Proses Adopsi Inovasi Program Pemerintah. Dan terdapat pula penelitian sejenis dari Universitas Sebelas Maret adalah penelitian Renia Karlina dengan judul Studi Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (persero) APJ Surakarta Terhadap Adopsi Inovasi Pada Masyarakat Surakarta. Lalu terdapat pula penelitian sejenis dari Universitas Mercu Buana, adalah penelitian milik Bintari Santi dengan judul Sosialisasi Humas Bank Indonesia pada Program Akselarasi Pengemba-ngan Perbankan Syariah. Selain itu terdapat penelitian dari Universitas Prof.

Dr. Moestopo (Beragama), adalah penelitian milik Faditia Aries Santoso dengan judul Strategi Humas Perum BULOG dalam Mensosialisasikan Andalan Ketahanan Pangan Di Indonesia.

10

Sedangkan penelitian peneliti dengan judul Aktivitas Humas Polda Metro Jaya Dalam Mensosialisasikan Program SIAP PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya). Kajian pustaka dalam penelitian berguna untuk bahan perbandingan antara penelitian sebelumnya. Sehingga penelitian yang akan dilakukan dapat lebih baik dari penelitian sebelumnya.

Tabel 2.1

rumusan pada Program Akselarasi Pengemba-ngan Sosialisasi Humas Bank Indonesia pada Program Akselarasi Pengemba-ngan

akses informasi.

2. Menganalisis penggunaan saluran komunikasi antarpribadi oleh agen perubahan sebagai salah satu strategi komunikasi dalam target sasaran untuk mengadopsi inovasi.

permasalahan dalam sosialisasi program SIAP-PMJ ini.

Teori Teori DIfusi Inovasi, Teori Agen

Perubahan

Teori Difusi Inovasi Teori Sosialisasi Teori Manajemen dan Stakeholder

Teori Difusi Inovasi, Teori Arus Dua Tahap (Two Step Flow Theory of Communication

14

Kesimpulan Saluran komunikasi

masyarakat luas khususnya masyarakat DKI Jakarta ialah dengan memanfaatkan kegiatan-kegiatan yang rutin hadir ditengah masyarakat seperti Car Free Day (CFD)

dengan membagikan pamflet serta brosur.

Selain itu Polda Metro Jaya juga selalu mengikuti event pameran untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan program aplikasi SIAP PMJ.

16

Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa pada penelitian terdahulu dengan penelitian peneliti memiliki persamaan. Adapun persamaannya yaitu penelitian yang dilakukan bermaksud menjelaskan sosialisasi suatu program tertentu kepada masyarakat atau khalayaknya.

Sedangkan perbedaan pada penelitian-penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu melalui wawancara tentang Aktivias Humas Polda Metro Jaya dalam Mensosialisasikan Program SIAP PMJ serta hambatan-hambatan yang terjadi selama proses sosialisasi berlangsung.

Penelitian yang dilakukan oleh Widyanti Sri Lestari dari Universitas Indonesia dengan judul “Evaluasi Penggunaan Saluran Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Salah satu Strategi Komunikasi Dalam Proses Adopsi Inovasi Program Pemerintah” bermaksud untuk menganalisis penggunaan saluran komunikasi antarpribadi oleh agen perubahan sebagai salah satu strategi komunikasi dalam target sasaran yang memiliki keterbatasan informasi untuk mengadopsi inovasi.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Renia Karlina yang berasal dari Universitas Sebelas Maret dengan judul “Studi Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (persero) APJ Surakarta Terhadap Adopsi Inovasi Pada Masyarakat Surakarta”

adalah inovasi program yang sudah dijalankan yakni layanan listrik

prabayar yang mampu diadopsi oleh masyarakat, khususnya masyarakat Surakarta.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Bintari Santi yang berasal dari Universitas Mercu Buana dengan judul “Sosialisasi Humas Bank Indonesia pada Program Akselarasi Pengemba-ngan Perbankan Syariah” adalah teori yang dipakai oleh Bintari Santi berbeda dengan yang digunakan oleh peneliti. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Faditia Aries Santoso dengan judul penelitian Strategi Humas Perum BULOG dalam Mensosialisasikan Andalan Ketahanan Pangan Di Indonesia” adalah bermaksud untuk mengetahui strategi Humas Perum Bulog dalam Mensosialisasikan Andalan Ketahanan Pangan Indonesia

2.2 Kerangka Konsep-Konsep Penelitian dan Teori 2.2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan antara individu maupun antar kelompok. Pada dasarnya manusia telah melakukan komunikasi sejak lahir didunia dan bahkan ketika diam pun kita melakukan komunikasi. Tindakan komunikasi ini terus menerus terjadi selama proses kehidupan. Dengan demikian, komunikasi dapat diibaratkan sebagai urat nadi dalam kehidupan manusia.

Melihat komunikasi adalah hal yang melekat dalam diri manusia dan bersifat hakiki, maka komunikasi sudah merupakan sudah merupakan sebiah kebutuhan bagi seorang manusia. Kebutuhan mendasar dari setiap manusia yang harus dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan akan komunikasi ini bisa dijelaskan dari definisi komunikasi itu sendiri.

Para ahli mendefinisikan komunikasi dalam berbagai bentuk, yakni:

1. Menurut Carl I. Hovland “Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas – asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”

(Effendy,2007:10).

2. Harold Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which To Whom With What Effect?

Dari paradigma Laswell diatas menunjukan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pernyataan yang diajukan itu, yakni:

a. Komunikator (Communicator)

Komunikator yang merupakan sumber yang akan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada para komunikan.

b. Pesan (Message)

Yaitu pesan yang disampaikan komunikator, dalam hal ini adalah segala bentuk informasi.

c. Media (Channel)

Media yang digunakan adalah sebagai pendukung dan melalui media cetak maupun elektronik, seminar dalam proses penyampaian informasi.

d. Komunikan (Communicant)

Pesan ditunjukan kepada public umum khususnya para masyarakat yang memiliki kecenderungan untuk memperhatikan informasi.

e. Efek (Effect)

Efek apa yang diharapkan oleh komunikan adalah terpenuhi nya seluruh kebutuhan informasi sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh publik.

Jadi dapat disimpulkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2003:12-13).

3. Menurut Everett M. Rogers “Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”. (Canggara, 2011:20)

Dari definisi-definisi tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan komunikator kepada komunikan, yang dimana keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni adanya perubahan pesan yang diterima ataupun yang disampaikan sehingga pesan yang disampaikan mempunyai makna yang sama.

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Setiap proses komunikasi yang dilakukan oleh setiap individu memiliki fungsi dan tujuan. R. Wayne Pace, Brent D.Paterson dan M.Dallas Burnett dalam bukunya, Techniques for Effective Communication, manyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri dari tiga tujuan utama, yaitu :

a. To secure understanding b. To estabilish acceptance

c. To motivate action (Effendy, 2007:32)

Sementara fungsi komunikasi sekurang-kurangnya mempunyai sepuluh arti yakni :

a. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada didalam benak pikirannya atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan sekitarnya.

c. Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau memberitahukan apa yang diketahuinya kepada orang lain.

d. Melalui komunikasi seseorang dapat mengetahui dan mempelajari menganai diri orang-orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi dilingkungan baik yang dekat maupun yang jauh.

e. Melalui komunikasi seseorang dapat mengenali mengenai dirinya sendiri.

f. Melalui komunikasi seseorang dapat memperoleh hiburan atau menghibur orang lain.

g. Melalui komunikasi seseorang dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan tegang karena berbagai permasalahan yang dihadapinya.

h. Melalui komunikasi seseorang dapat mengisi waktu luang.

i. Melalui komunikasi seseorang dapat menambah pengetahuan dan mengubah sikap serta perilaku kebiasaan.

j. Melalui komunikasi seseorang dapat membujuk dan atau memaksa orang lain agar berpendapat bersikap atau berperilaku sebagaimana yang diharapkan.

(Effendy, 2007:32)

Tommy Suprapto (2011:10-11) mengutip pendapat Babcock dalam Thoha (1977), mengatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi proses komunikasi:

1. The Act (Adegan)

Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang-lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubungan-hubungan yang dilakukan oleh manusia..

2. The Scene (Adegan)

Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini menkankan hubungan dengan lingkungan komunikasi.

3. The Agent (pelaku)

Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan komunikasi dinamakan pelaku-pelaku komunikasi.

4. The Agency (Perantara)

Alat-alat yang dipergunakan dalam komunikasi dapat membangun terwujudnya perantara.

5. The Purpose (Tujuan)

Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, akan menghasilkan umpan balik yang diinginkan oleh si penyampai pesan atau komunikator.

2.2.3 Humas

Public Relations merupakan suatu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, kepercayaan, penghargaan dari publik suatu badan khususnya dan

masyarakat umumnya. Dalam public relations terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara suatu badan dengan publiknya, menanamkan kesan yang menyenangkan, sehingga akan timbul opini public yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan tersebut.

Cutlip Center Broom mendefinisikan humas sebagai “the planned effort to influence opinion through good character ang responsible performance, based on mutually satisfactory two way communications (usaha terencana untuk mempengaruhi pandangan melalui karakter yang baik serta tindakan yang bertanggung jawab, didasarkan atas komunikasi dua arah yang saling memuaskan)” (Morissan. 2006)

Hubungan masyarakat menurut Frank Jefkins dalam buku Ardianto & Soemirat adalah “Sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayak dalam rangka mecapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian” (Jefkins, 2014:10)

Tahapan-tahapan kegiatan Humas menurut Cutlip and Center yaitu:

1. Mendefinsikan Masalah (Peluang) : mengumpulkan fakta dan data sebelum sesorang melakukan kegiatan atau tindakan komunikasi. Untuk berbicara didepan suatu masyarakat perlu dicari fakta dan data tentang masyarakat tersebut, keinginannya, komposisinya, dan sebagainya.

2. Perencanaan dan Pemrograman : berdasarkan fakta dan data itu dibuat rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan bagaimana mengemukakannya.

Bagi suatu masyarakat yang agraris tentu saja pengemukakan komunikasi haruslah menggunakan cara yang sesuai dengan ciri-ciri agraris.

3. Mengambil tindakan dan berkomunikasi : setelah rencana itu disusun dengan sebaik-baiknya sebagai hasil pemikiran yang mantap atau matang berdasarkan fakta-fakta atau data yang telah dikumpulkan, maka Humas mengadakan suatu komunikasi.

4. Mengevaluasi program : mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan adalah perlu untuk menilai apakah tujuan itu sudah tercapai, apakah perlu diadakakn dengan “operasi” atau perlu menggunakan cara-cara lain untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. (Scott, 2006:365)

James E. Grunig adalah tokoh yang sudah lama berkecimpung di dunia Public Relations. Beliau membagi 4 model PR sebagai berikut:

1. Press Agentry

Pada abad ke 19, agen pers bekerja untuk mempengaruhi opini public dengan menciptakan berita. Agen Pers berinvestasi waktu dalan penelitian namun kurang dalam pembahasan etika. Tujuannya adalah manipulasi. Menekan pada praktek PR yang fokus pada upaya promosi, publisitas, dan propaganda public (Lattimore dkk, 2010:63). Praktisi PR dalam model ini dihalalkan untuk melakukan segala cara demi mendongkrak nama organisasi atau orang yang diwakilinya.

2. Public Information

Model PR ini mulai muncul awal abad ke 20, yang bergeser kearah yang lebih benar dan tepat dalam berkomunikasi. Tetapi tidak lebih dari mendistribusikan informasi. Berbeda dengan model pertama, model ini tidak digunakan untuk memperalat public dan menekan pada pemberian informasi yang jujur (Butterick, 2012:32). Komunikasi ini lebih mengarah kepada komunikasi satu arah.

3. Two Way Communication Asymmetrical

Model komunikasi ini adalah model komunikasi dua arah. Tujuannya ialah keseimbangannya. Model ini tentang persuasi yang dapat memicu transaksi hingga popularitas dalam pemasaran. Dengan model ini tetap berusaha untuk memposisikan publik sebagai pihak yang harus berubah sesuai dengan keinginan organisasi dan bukan sebaliknya (Lattimore, dkk 2010:64).

4. Two Way Communication Symetrical

Model komunikasi ini menekan pada adanya kemauan dari kedua belah pihak untuk saling menyesuaikan diri. Model inilah yang kemudian diklaim oleh Grunig dan Hunt sebagai model yang paling baik yang dapat menentukan kesuksesan praktek PR dalam organisasi (Ruslan, 2014:60-61)

2.2.4 Peran Humas

Peran merupakan kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus.

Menurut Soekanto “proses dinamis kedudukan (status).

Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.

Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya”. (2009:212-213)

Mewujudkan visi dan misi sebuah institusi untuk menjadi besar dan maju bukanlah pekerjaan mudah, hambatan dari lingkungan internal maupun eksternal merupakan hal-hal yang

tidak dapat diduga. Oleh sebab itu, humas sebagai salah satu fungsi manajemen di perusahaan yang berperan untuk menyaring informasi yang berhubungan dengan perusahaan, menjembatani dan memfasilitasi kegiatan komunikasi untuk memberikan pemahaman kepada publik internal dan eksternalnya.

Menurut Cutlip, dkk (2006:46-47), peran humas terbagi atas 4 (empat) yaitu:

1. Penasehat Ahli (Expert Prescriber)

Seorang praktisi pakar Public Relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (public relationship).

2. Fasilitator Komunikasi (Communication Facilitator) Dalam hal ini, praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Di pihak lain, dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.

3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Fasilitator)

Peranan praktisi PR dalam proses pemecahan persoalan Public Relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.

4. Teknisi Komunikasi (Communication Techinician) Peranan communication technician ini menjadikan praktisi PR sebagai journalist in resident yang hanya

menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan method of communication. Sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Hal yang sama juga berlaku pada arus dan media komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu departemen dengan lainnya (employee relations and communication media model).

2.2.5 Fungsi Public Relations

Fungsi utama Public Relations adalah menumbuh kembangkan dan mengembangkan hubungan baik antar lembaga (organisasi) dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dam partisipasi public da;am upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga organisasi. (Nova, 2011:41)

Dalam kegiatannya, aktivitas Public Relations adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two ways communications) antara lembaga dengan public yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi, demu kemajuan lembaga atau citra positif lembaga bersangkutan. Kegiatan Public Relations erat kaitannya dengan

pembentukan opini public dan perubahan sikap dari masyarakat. (Nova, 2009:38)

Menurut Bertranf R. Canfield dalam buku Manajemen Public Relations (Mukarom, 2015:55-56) mengemukakan fungsi humas sebagai berikut:

1. Mengabdi Pada Kepentingan Umum

Suatu badan atau perusahaan dapat sukses apabila segala tindakannya merupakan pengabdian kepada kepentingan umum.

2. Memelihara Komunikasi yang Baik

Seorang pemimpin yang melakukan kegiatan public relations akan berhasil dalam kepemimpinannya apabila ia ikut bergaul dengan para karyawannya.

3. Menitikberatkan pada Moral dan Tingkah Laku yang Baik

Seorang pemimpin yang baik dalam tingkah lakunya akan mementingkan moralitas. Ia akan mempunyai wibawa apabila tidak cacat moral dan tingkah laku.

Ia juga harus menjadi teladan bawahannya.

2.2.6 Sosialisasi

Sosialisasi menurut Peter L.Berger (2008:11) adalah

“Proses dengan mana seseorang akan belajar menjadi seorang anggota suatu masyarakat, apanya yang dipelajari? Yang dipelajari adalah peranan-peranan yang terdapat di dalam masyarakat agar dia mengerti apa yang seharusnya dia lakukan dalam rangka berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat. Dengan kata lain, perkataan, melalui sosialisasi sesungguhnya masyarakat “dimasukkan” kedalam diri manusia.

Oleh karena itu, jangan heran apabila ada seseorang

mengatakan bahwa tindakan seseorang itu merupakan kekayaan psikis yang diperolehnya selama yang bersangkutan hidup didalam masyarakat”.

Berger (Bungin, 2008:21) memahami bahwa manusia menciptakan kenyataan sosial melalui tiga proses, yaitu : eksternalisasi, obyektivitas, dan internalisasi. Eksternalisasi adalah penyesuaian diri manusia dengan dunia sosio kultural sebagai produk dunia manusia. Proses kedua, obyektivitas merupakan interaksi sosial dalam dunia intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Proses terakhir adalah, internalisasi yaitu langkah manusia dalam mengindentifikasikan diri dengan lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya.

Berdasarkan pengertian diatas, sosialisasi digunanakn untuk mempelajari peranan-peranan yang terdapat di masyarakat agar dia mengerti apa yang harus dilakukan dalam berinteraksi. Sehingga sosialisasi dibutuhkan Humas Polda Metro Jaya dalam rangka menyampaikan pesan ke masyarakat untuk mendapatkan umpan balik yang diharapkan.

Keberhasilan sosialisasi suatu program, melalui aktivitas humas terlebih dahulu harus membangun kredibilitas nama perusahaan yang pada akhirnya akan memayungi product image dan menimbulkan kesan baik. Dan untuk mencapai

keberhasilan dalam melaksanakan suatu program, biasanya seorang PR harus menentukan tujuan yang hendak dicapai, menentukan sasarannya, menentukan ruang lingkupnya, menentukan efek yanf diinginkan, menentukan fasilitas, persiapan, dan sarananya serta pembentukan team work yang solid dan propesional.

2.2.7 Teori Difusi Inovasi (Diffusion Of Innovation Theory)

Pendekatan teori difusi inovasi berangkat dari studi bagaimana informasi dan efek komunikasi dapat disebarluaskan di masyarakat. Studi awal yang dilakukan oleh Katz dan Lazarsfeld menghasilakn hipotesis bahwa informasi mengalir dari media massa kepada pemimpin opini disuatu sistem sosial, yang kemudian menyampaikan informasi tersebut ke anggota dalam sistem sosial tersebut (Littlejohn, 2002 : 313). Hipotesis tersebut dikenal dengan model komunikasi dua tahap (The two-step flow model) yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Komunikasi Dua Tahap

Tahap 1 Tahap 2

Sumber: (Ruben, 2006 : 29)

Sumber Pesan Media

Massa Pemimpi

n Publik

Model komunikasi dua tahap tersebut memperkenalkan peran pemimpin opini, menghubungkan media massa dan komunikasi tatap muka, serta dasar pengembangan teori difusi inovasi yang menggambarkan bagaimana informasi dan inovasi disebarluaskan dan diadopsi oleh suatu sistem sosial.

Dalam teori difusi inovasi, komunikator yang mendapatkan pesan dari media massa, sangat kuat mempengaruhi orang-orang. Inovasi (penemuan), yang disebarkan (difusi) melalui media massa, akan mempengaruhi massa untuk mengikutinya. Dalam perkembangannya teori ini menempatkan peran pemuka pendapat dalam mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat (Ardianto, 2010 : 111)

Menurut rogers, difusi merupakan proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam suatu periode waktu kepada anggota-anggota suatu sistem sosial (Ardianto, 2010:111). Difusi termasuk kedalam jenis komunikasi khusus yang berkaitan dengan penyebaran pesan yang dianggap sebagai suatu ide baru. Empat elemen utama dalam difusi suatu ide baru adalah inovasi, saluran komunikasi, waktu, dan sistem sosial.

Menurut Rogers (1983) dalam (Ardianto 2011 : 122) proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:

1. Inovasi

Gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang.

2. Saluran Komunikasi

Alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima.

3. Jangka Waktu

Proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusuan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu.

4. Sistem Sosial

Dalam suatu sistem sosial, proses difusi inovasi dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, jenis keputusan inovasi, dan konsekuensi inovasi.

Teori difusi inovasi akhir-akhir ini banyak digunakan sebagai pendekatan dalam komunikasi pembangunan, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia atau dunia ketiga. Difusi adalah suatu jenis komunikasi khusus yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru.

Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama (Ardianto, 2010:111).

Dalam teori difusi inovasi, komunikator yang mendapatkan pesan dari media massa, sangat kuat mempengaruhi orang-orang. Inovasi (penemuan), yang disebarkan (difusi) melalui media massa, akan mempengaruhi massa untuk mengikutinya. Dalam perkembangannya teori ini

menempatkan peran pemuka pendapat dalam mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat.

Teori ini meneliti bagaimana ide-ide baru, hal praktis atau objek diadopsi oleh individu-individu dan organisasi. Sejak tahun 1950-an, Everett M. Rogers telah mengembangkan model yang sangat komprehensif tentang bagaimana inovasi-inovasi diadopsi. Berdasarkan tingkatan kesiapan dalam menerima ide-ide baru yang dikutip dalam Ardianto (2010:111), pengadopsi dikelompokan menjadi lima kelompok, yaitu:

a) Innivators, petualang yang paling awal mengadopsi

a) Innivators, petualang yang paling awal mengadopsi

Dokumen terkait