• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI

AKTIVITAS HUMAS POLDA METRO JAYA DALAM MENSOSIALISASIKAN PROGRAM SIAP-PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya)

Diajukan Oleh :

NAMA : MARISKA DWI DESTIANTIKA NIM : 2013 – 41 – 083

KONSENTRASI : HUBUNGAN MASYARAKAT

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi Jakarta

2017

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skrispsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganyam para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amiinn.

Skripsi ini berjudul “Aktivitas Humas Polda Metro Jaya Dalam Mensosialisasikan Program SIAP PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya”. Aplikasi ini menggunakan kecanggihan sistem nya yang berbasis Smartphone, sehingga dapat memudahkan masyarakat sebagi pelapor dan pengguna Adapun penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas humas Polda Metro Jaya dalam mensosialisasikan program inovasi terbaru milik polda yakni SIAP PMJ.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, oleh karenanya dengan lapang dada dan tang terbuka penulis siap untuk menerima kritik dan saran untuk perbaikan penulisan sikripsi ini.

Jakarta, 26 Juli 2017

Mariska Dwi Destiantika

i

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis berkeyakinan bahwa semua tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis, Mama Hj. Leny Kurniawati dan Papa H. Achmad S yang telah memberikan kasih sayang, kebahagiaan, dukungan, kesabaran, do’a, dan tidak pernah lelah dalam mendidik serta memberikan cinta yang tulus dan ikhlas keoada penulis sejak kecil.

2. Keluarga besar penulis yang telah memberikan keceriaan, semangat, dan dukunganpenuh untuk penulis menyelesaikan penelitian ini.

3. Prof. Dr. Dr. Dr. Rudy Harjanto, S.Ikom., MM., M.Sn. Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

4. Dr. Prasetya Yoga Santoso, MM. Dekan Fakultas Ilmu Komuniasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

5. Dr. Hendri Prasetya, S.Sos. M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

6. Dr. Lintang Jaya P, M.Si. Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan pengarahan dan membimbing penulis hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

ii

(7)

7. Dr. Hendri Prasetya, S.Sos. M.Si. Dosen pembimbing II, yang telah memberikan pengarahan dan membimbing penulis hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

8. Seluruh dosen dan tim pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) yang telah memberikan ilmu, pengarahan, dan pengalaman berharga kepada penulis.

9. Bapak Kompol. Guruh Chandra Permana selaku KAUR PULLAH INFODOK Bid. Humas Polda Metro Jaya dan Ibu Kompol. Ni Ketut Admayani selaku KAUR (Kepala Urusan) Monitoring Bid. Humas Polda Metro Jaya yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan informasi, data-data, semangat dan rela meluangkan waktu untuk penulis melakukan penelitian.

10. Sahabat-sahabat tersayang Marcell Jacinda, Bimo Gondo Kusumo, Alviony, Amanda Nandya, Githa ranisha Christine Bella, Ruben Barzali, Rizki Ardhianto, Angki Lebang yang selalu memberikan semangat, dukungan, motivasi yang tiada hentinya kepada penulis.

11. Teman-teman kuliah tersayang seperjuangan penulis Maudy Dyah, Reza Prasetyo, Hanif Rally, Anisa Damayanti, Desti Madarina, Raudina, Benhard, Rendy Aldiansyah, Arif Prasetya, Luthfi Nugraha, Rafiegi dan yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan, do’a motivasi, semangat, dan bantuan tenaga yang sudah diberikan kepada penulis.

iii

(8)

12. Semua pihak yang karena keterbatasan penulis tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terima kasih banyak semuanya atas kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang setimpal.

Akhir kata penulis berharap semoga penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berarti serta berguna, serta memberi refrensi baru dalam dunia Public Relations dan dalam kehidupan.

Jakarta, 26 Juli 2017

Mariska Dwi Destiantika

iv

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 7

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Signifikasi Penelitian ... 8

1.5.1 Signifikasi Teoritis ... 8

1.5.2 Signifikasi Praktis ... 8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP & TEORI 2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis ... 10

2.2 Kerangka Konsep-Konsep Penelitian dan Teori ... 18

v

(10)

2.2.1 Pengertian Komunikasi... 18

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi ... 21

2.2.3 Humas ... 22

2.2.4 Peran Humas ... 25

2.2.5 Fungsi Public Relations ... 27

2.2.6 Sosialisasi ... 28

2.2.7 Teori Difusi Inovasi (Diffusion Of Innovation Theory) ... 30

2.2.8 Teori Arus Dua Tahap (Two-Step Flow Theory) 33

2.3 Bagan Alur Pikir ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian ... 37

3.2 Pendekatan Penelitian ... 40

3.3 Jenis / Format Penelitian ... 41

3.4 Metode Penelitian ... 44

3.5 Objek dan Subjek Penelitian ... 45

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.7 Teknik Analisis Data ... 49

3.8 Teknik Keabsahan Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 54

4.1.1 Gambaran Umum SIAP PMJ ... 54

4.2 Deskripsi Subyek Penelitian ... 58

vi

(11)

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 60 4.3.1 Aktivitas Humas Polda Metro Jaya Dalam

Mensosialisasikan Program SIAP PMJ (Sistem Informasi Apliksi Pelapor Polda Metro Jaya) melalui Teori Difusi Inovasi (Diffusion Of Innovation Theory) ... 61 4.3.2 Aktivitas Humas Polda Metro Jaya Dalam

Mensosialisasikan Program SIAP PMJ (Sistem Informasi Apliksi Pelapor Polda Metro Jaya) melalui Teori Arus Dua Tahap (Two Step Flow Theory) ... 74 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 84 5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vii

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian ... 12 Tabel 3.1 Tabel Tiga Paradigma Ilmu Sosial ... 39

viii

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Komunikasi Dua Tahap ... 30

Gambar 2.2 Bagan Alur Pikir ... 36

Gambar 3.1 Teknik Analisis Data ... 51

Gambar 4.1 Aplikasi SIAP-PMJ ... 57

ix

(14)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

ABSTRAK Nama : Mariska Dwi Destiantika NIM : 2013 – 41 – 083

Konsetrasi : Hubungan Masyarakat

Judul Skripsi : Aktivitas Humas Polda Metro Jaya Dalam Mensosialisasika Program SIAP PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya)

Jumlah Isi : 5 Bab + 86 Lembar Bibliografi : 21 buku + 1 website Pembimibing I : Dr. Lintang Jaya P, M.Si Pembimbing II : Dr. Hendri Prasetya, M.Si

SIAP-PMJ merupakan program terbaru dari Polda Metro Jaya, yang memiliki kepanjangan yakni Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya. Mengingat dengan perkembangan zaman yang semakin modern, serta tinggi nya pelaporan masyarakat kepada pihak kepolisian, maka dengan ini polda mencanangkan sebuah program terbaru dengan berbasiskan aplikasi.

Penelitian ini menggunakan paradigma Post Positivisme, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data yakni wawancara mendalam (in depth interview). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas humas Polda Metro Jaya dalam mensosialisasikan program SIAP PMJ, serta mengetahui hambatan yang terjadi selama proses sosialisasi.

Pada penelitian ini landasan teori yang digunakan adalah Teori Difusi Inovasi yang memiliki 4 elemen yakni inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu, dan sistem sosial yang dikemukakan oleh Everett. M Rogers dan Teori Arus Dua Tahap yang dikemukakan oleh Katz dan Lazarsfeld.

Hasil penelitan menunjukan bahwa sosialisasi program SIAP PMJ berdasarkan teori difusi inovasi dan teori arus dua tahap menunjukan bahwa sosialisasi sedang terus menerus dilakukan oleh humas Polda metro jaya dengan dibantu oleh media. Selain itu para pemimpin dalam hal ini pimpinan Polda, Polsek, dan ikut turut terjun ke masyarakat selama melakukan sosialusasi prohram SIAP PMJ.

Kata Kunci: Aktivitas, Difusi Inovasi, SIAP PMJ

x

(15)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

ABSTRACT

Name : Mariska Dwi Destiantika NIM : 2013 – 41 – 083

Concern : Hubungan Masyarakat

Judul Skripsi : Aktivitas Humas Polda Metro Jaya Dalam Mensosialisasika Program SIAP PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya)

Jumlah Isi : 5 Bab + 86 Lembar Bibliografi : 21 buku + 1 website Pembimibing I : Dr. Lintang Jaya P, M.Si Pembimbing II : Dr. Hendri Prasetya, M.Si

Polda Metro Jaya Reporting Information System Application or also known as SIAP-PMJ, is the newest program launched by Polda Metro Jaya. With the rapid development of modern technology, Polda Metro Jaya designed their newest program with its main goal is to make a crime reporting procedure easy for citizens through an application.

This research uses a qualitative descriptive method, post positivism paradigm, and in depth interview as a data collection method.

The aim of this research is to get a comprehension of how Polda Metro Jaya socializing SIAP-PMJ and the obstacles throughout the socialization processes.

This research uses Diffusion of Innovation by Everett M. Rogers and Two Step Flow by Katz and Lazarsfeld to provide a conceptual framework. The Diffusion of Innovation theory has the four elements, which are : innovation, communication channel, time period, and social system.

Through Diffusion of Innovation and Two Step Flow framework, the result shows that the socialization of SIAP-PMJ program is being done from Polda, Polres, Polsek, to citizens. Every chief in Polda, Polres, and Polsek are also responsible to spread the information to every member and citizens. This research also finds that innovation triggers many pros and cons.

Key Word : Activity, Diffusion Innovation, SIAP PMJ

xi

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Hubungan masyarakat adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan, direncanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan saling pengertian antara sebuah lembaga/institusi dengan masyarakat. Sekaligus menganalisa kecenderungan, meramalkan konsekuensinya, memberikan pengarahan kepada pimpinan institusi/lembaga dan melaksanakan program-program terencana yang dapat memenuhi kepentingan baik institusi maupun lembaga tersebut maupun masyarakat yang terkait. Kegiatan humasdi pemerintahan diartikan sebagai pemberi informasi kepada masyarakat sekaligus penghubung antara pemerintah dan masyarakat.

Seorang humasharus bisa menangani setiap persoalan secara professional agar hasil akhir yang menjadi target humasyaitu memperoleh positive image building (pembentukan citra positif), good image (etikad baik) dan favorable public opinion (opini public yang menguntungkan) terhadap pemerintah menjadi tercapai. Humas dalam suatu pemerintahan secara garis besar mempunyai dua fungsi yaitu fungsi humas kedalam instasi pemerintahan dan fungsi humas keluar instasi pemerintahan.

Fungsi humas di dalam perusahaan menciptakan hubungan yang 1

(17)

harmonis sedangkan fungsi humas keluar perusahaan menjalin hubungan baik dengan masyarakat tidaklah mudah bahkan dapat dikatakan sangat berat, karena pekerjaan seorang humas sifatnya tidak statis, akan tetapi sangat kompleks dan dinamis.

Dalam instasi pemerintahan, Humas dituntut untuk bisa mejalankan profesinya dengan sentuhan-sentuhan komunikasi yang menarik. Karena sebagai komunikator pemerintah, humas sebagai ujung tombak informasi pemerintah dan publik dewasa.

Baik permasalahan internal maupun eksternal dalam pemerintahan mengakibatkan masyarakat menjadi anti pemerintah.

Tujuan humas adalah mengacu kepada kepentingan pencapaian sasaran (target) atau tujuan untuk menciptakan suatu citra dan reputasi postitif suatu lembaga. Pembentukan, pemeliharaan dan peningkatan citra dan reputasi positif harus didukung kebijakan dan komitmen pimpinan puncak. Kemampuan berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan adalah salah satu penyampaian pesan, ide, dan gagasan program kerja, dan sekaligus membentuk opini atau menguasai pendapat umum sesuai dengan yang diinginkan komunikator.

Menurut pendapat ahli komunikasi Bernard Berelson dan Garry A.S tainer dalam Deddy Mulyana (2005:68) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, ketrampilan dan sebagainya dengan menggunakan lambang-

(18)

lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik dan lain-lain.

Kegiatan atau penyampaiannya biasanya dinamakan komunikasi.

Sementara sosialisasi merupakan salah satu dari sekian banyak kegiatan komunikasi. Komunikasi sosial adalah “salah satu bentuk komunikasi yang lebih intensif, dimana komunikasi terjadi secara langsung antara komunikator dan komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung dua arah dan lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial, melalui kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah yang dibahas” (Bungin, 2013: 32). Dari pernyataan tersebut, lebih dikarenakan titik pangkal dari suatu komunikasi sosial adalah bahwa komunikator dan komunikan perlu seiya sekata tentang materi yang akan dibahas dalam kegiatan komunikasi yang akan dilangsungkan.

Sosialisasi komunikasi memberikan penerangan terus menerus serta pengertian dan memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang berkesinambung dan terencana untuk mencapai publisitas dan citra yang positif. Selain itu dilakukan secara berencana, sistematis, memotivasi, psikologis dan dilakukan berulang-ulang serta berlanjut. Salah satu kegiatan sosialisasi komunikasi yaitu yang dilakukan Humas Polda Metro Jaya kepada masyarakat untuk menyebarkan secara luas mengenai sebuah program aplikasi yang telah di buat Polda untuk membantu,

(19)

meringankan, dan mempraktiskan masyarakat apabila ingin melaporkan segala kejadian maupun tindakan kriminalitas yang terjadi disekitar kita. Upaya program yang di usung oleh Humas Polda Metro Jaya selain dapat memberikan kemudahan masyarakat dalam melaporkan suatu kejahatan dan dapat langsung direspon oleh anggota polri saat dibutuhkan, sosialisasi program tersebut pun dapat membantu kinerja Humas Polda Metro Jaya.

Dalam hal ini Aktivitas Humas Polda Metro Jaya dalam menyosialisasikan program SIAP-PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya).

SIAP-PMJ merupakan program terbaru dari Polda Metro Jaya, dengan kemudahan serta kepraktisan aplikasi tersebut, diyakini memiliki daya tarik yang dapat menarik perhatian serta minat para masyarakat untuk mengetahui dan mempelajari aplikasi tersebut. Humas Polda Metro Jaya menjadikan seluruh masyarakat sebagai target sasaran penggunakan aplikasi tersebut. Dengan hadir nya aplikasi SIAP PMJ ditengah masyarakat diharapkan dapat memudahkan masyarakat luas untuk melapor secara praktis dan tanpa membuang-buang waktu kepada pihak berwajib.

Aplikasi ini memiliki konsep panic button yang dapat diunduh pada telepon pintar berbasis Android maupun IOS. Dengan adanya aplikasi ini, masyarakat tidak perlu datang ke kantor polisi untuk melapor. Nantinya, para pengguna cukup meregistrasi nomor

(20)

ponsel serta e-mail-nya. Data tersebut akan dimasukkan ke dalam database yang dimiliki oleh Polda Metro Jaya.

Dalam aplikasi ini, akan ada beberapa fitur yang dapat digunakan oleh para pelapor. Misalnya, fitur tombol "Lapor" yang dapat digunakan untuk mengirim laporannya dalam bentuk tertulis, foto, dan video yang berdurasi maksimal 10 detik. Laporan yang dibuat akan masuk ke command center yang ada di Polda Metro Jaya. Selanjutnya, laporan tersebut akan direspon dengan anggota yang ada di lapangan atau hanya ditanggapi cukup dengan aplikasi.

Lalu ada fitur "tombol" lokasi pos polisi. Tombol ini mempunyai fungsi ketika dalam keadaan darurat untuk dapat mengetahui keberadaan anggota polisi atau pos polisi terdekat.

Selanjutnya, di aplikasi ini juga terdapat fitur "tombol" alarm. Fitur ini berfungsi untuk mengaktifkan secara otomatis suara high frequency pada ponsel pengguna sehingga dapat menarik perhatian orang yang berada di sekitar.

Tombol alarm ini memiliki keuntungan tersendiri untuk para kaum hawa. Dengan tingginya frekuensi pelecehan seksual yang dialami oleh kaum wanita, maka tombol alarm tersebut sangat menguntungkan dan memudahkan para perempuan untuk mendapatkan perlindungan. Contohnya pada saat pelapor berada di bus atau KRL yang berdesak-desakan dan mengalami pelecehan

(21)

seksual, enggan berteriak, sehingga bisa tekan tombol alarm.

Ponsel akan berbunyi seperti sirene yang dapat menarik perhatian orang yang berada di sekitar.

Kemudian juga ada fitur S.O.S yang berfungsi untuk mengaktifkan kondisi atau keadaan darurat ketika pengguna memerlukan pertolongan dengan segera dari pihak kepolisian.

Laporan yang dikirim akan dikonfirmasi melalui telepon dari command center ke pengguna.

Aplikasi tersebut sangat memudahkan masyarakat, karena aplikasi SIAP-PMJ terhubung langsung dengan semua kantor polisi. Laporan akan langsung diterima oleh pihak kepolisian, sehingga masyarakat tidak perlu lagi khawatir apabila melapor.

Karena pihak kepolisian akan dengan sigap membantu masyarakat, sehingga masyarakat tidak perlu menunggu waktu terlalu lama untuk mendapatkan respon balasan dari pihak kepolisian.

Sosialisasi ini juga untuk memperkenalkan program “Siap-PMJ”

yang digagas Humas Polda Metro Jaya dijadikan ajang bagi polisi untuk meningkatkan kinerja pihak kepolisian khusus nya meningkatkan pelayanan polisi kepada masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka timbulah ketertarikan penulis pada aktivitas sosialisasi program aplikasi SIAP PMJ yang diusung oleh Humas Polda metro Jaya. Maka penulis memilih judul Aktivitas Humas Polda Metro

(22)

Jaya Dalam Mensosialisasikan Program SIAP PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya).

1.2 Fokus Penelitian

Sesuai dengan judul maka fokus masalah pada penelitian ini adalah Aktivitas Humas Polda Metro Jaya dalam menyosialisasikan Program SIAP-PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya).

1.3 Pertanyaan Penelitian

Untuk lebih memfokuskan dan mempermudah dalam penelitian, maka penelitian memberikan batasan dengan memfokuskan pada aktivitas Humas Polda Metro Jaya dalam upaya menysosialisasikan program SIAP-PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya).

Berdasarkan dengan uraian tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: “Bagaimanakah aktivitas sosialisasi program SIAP PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya) yang dilakukan oleh Humas Polda Metro Jaya?”

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah “Pernyataan mengenai apa yang hendak kita capai” (Usman & Setiady, 2009:30).

(23)

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui bagaimana humas Polda Metro Jaya dalam upaya mensosialisasikan program SIAP-PMJ.

2. Mengetahui hambatan dan permasalahan dalam sosialisasi program SIAP-PMJ ini.

1.5 Signifikasi Penelitian 1.5.1 Signifikasi Teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan Ilmu Komunikasi mengenai sosialisasi program “SIAP-PMJ” dalam meningkatkan pelayanan untuk publik oleh Polda Metro Jaya, dan dapat dijadikan refrensi yang bermanfaat bagi penelitian yang sejenis serta untuk membuktikan teori-teori yang peneliti gunakan berhubungan dengan kenyataan yang ada dilapangan (obyek penulisan).

1.5.2 Signifikasi Praktis

Diharapkan bahwa hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam memperkaya pengetahuan dan wawasan dibidang humasterutama mengenai peran dan fungsi dalam menyosialisasikan program “SIAP-PMJ”. Selain itu memberikan manfaat bagi Polda Metro Jaya khususnya bagi humassebagai acuan atau refrensi dalam mengatasi

(24)

masalah ataupun informasi kepada masyarakat agar dapat memahami program “SIAP-PMJ” efektif.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Polda Metro Jaya yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman kav. 55 RT 005 RW 003, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12190. Dengan alasan ketertarikan penulis terhadap terobosan Polda Metro Jaya yang membuat program baru untuk masyarakat, yaitu SIAP-PMJ agar dapat memudahkan masyarakat melapor kepada pihak kepolisian.

Dilakukan selama 3 bulan terhitung dari bulan Mei s/d Juli 2017.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP & TEORI

2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis

Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Fokus penelitian terdahulu dijadikan acuan dan relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini.

Pada penelitian terdahulu yang sejenis dari Universitas Indonesia adalah penelitian Widyanti Sri Lestari yang berjudul Evaluasi Penggunaan Saluran Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Salah satu Strategi Komunikasi Dalam Proses Adopsi Inovasi Program Pemerintah. Dan terdapat pula penelitian sejenis dari Universitas Sebelas Maret adalah penelitian Renia Karlina dengan judul Studi Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (persero) APJ Surakarta Terhadap Adopsi Inovasi Pada Masyarakat Surakarta. Lalu terdapat pula penelitian sejenis dari Universitas Mercu Buana, adalah penelitian milik Bintari Santi dengan judul Sosialisasi Humas Bank Indonesia pada Program Akselarasi Pengemba-ngan Perbankan Syariah. Selain itu terdapat penelitian dari Universitas Prof.

Dr. Moestopo (Beragama), adalah penelitian milik Faditia Aries Santoso dengan judul Strategi Humas Perum BULOG dalam Mensosialisasikan Andalan Ketahanan Pangan Di Indonesia.

10

(26)

Sedangkan penelitian peneliti dengan judul Aktivitas Humas Polda Metro Jaya Dalam Mensosialisasikan Program SIAP PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya). Kajian pustaka dalam penelitian berguna untuk bahan perbandingan antara penelitian sebelumnya. Sehingga penelitian yang akan dilakukan dapat lebih baik dari penelitian sebelumnya.

(27)

Tabel 2.1

Perbandingan Penelitian Sejenis Sebelumnya

NO

Widyanti Sri Lestari Universitas

Indonesia

Renia Karlina Universitas Sebelas

Maret

Bintari Santi Universitas Mercu Buana

Faditia Aries Santoso Universitas Prof. Dr.

Moestopo (Beragama)

Penelitian Peneliti Mariska Dwi

Destiantika Judul Evaluasi

Penggunaan

Saluran Komunikasi Antar Pribadi

Sebagai Salah satu Strategi Komunikasi Dalam Proses Adopsi Inovasi Program Pemerintah

Studi Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT.

PLN (persero) APJ Surakarta Terhadap Adopsi Inovasi Pada Masyarakat Surakarta

Sosialisasi Humas Bank Indonesia pada Program Akselarasi Pengemba- ngan Perbankan Syariah

Strategi Humas Perum BULOG dalam

Mensosialisasikan Andalan Ketahanan Pangan Di Indonesia

Aktivitas Humas Polda Metro Jaya Dalam Mensosialisasikan Program SIAP PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya)

12

(28)

rumusan Masalah

Bagaimana saluran komunikasi

antarpribadi

digunakan sebagai salah satu strategi komunikasi dalam proses adopsi terhadap

masyarakat miskin yang memiliki keterbatasan akses infornasi?

1. Bagaimanakah proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta?

2. Sejauh mana inovasi Program Layanan Listrik Prabayar tersebut mampu di adopsi oleh masyarakat, khususnya masyarakat Surakarta?

Bagaimana sosialisai Humas Bak Indonesia pada Program Akselarasi Pengemba-ngan

Perbankan Syariah

Bagaimana strategi Humas Perum BULOG dalam mensosialisasikan ketahanan pangan di Indonesia?

Bagaimanakah aktivitas sosialisasi program SIAP PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor Polda Metro Jaya) yang dilakukan oleh Humas Polda Metro Jaya?”

Tujuan Penelitian

1. Menggambarkan penggunaan strategi komunikasi dalam

penyebarluasan informasi tentang inovasi program pemerintah kepada target sasaran yang memiliki keterbatasan

untuk mendapatkan gambaran proses difusi inovasi Program Layanan Listrik

Prabayar PT. PLN (persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi masyarakat Surakarta.

Untuk mengetahui Sosialisasi Humas Bank Indonesia pada Program Akselarasi Pengemba-ngan perbankan syariah.

Untuk mengetahui bagaimana strategi Humas Perum Bulog dalam Mensosialisasikan Andalan Ketahanan Pangan Indonesia.

1. Mengetahui apa yang dilakukan humas Polda Metro Jaya dalam upaya mensosialisasikan program SIAP-PMJ.

2. Bagaimana konsep sosialisasi yang dilakukan oleh Humas Polda Metro Jaya.

3. Mengetahui

hambatan dan

13 13

(29)

akses informasi.

2. Menganalisis penggunaan saluran komunikasi antarpribadi oleh agen perubahan sebagai salah satu strategi komunikasi dalam target sasaran untuk mengadopsi inovasi.

permasalahan dalam sosialisasi program SIAP-PMJ ini.

Teori Teori DIfusi Inovasi, Teori Agen

Perubahan

Teori Difusi Inovasi Teori Sosialisasi Teori Manajemen dan Stakeholder

Teori Difusi Inovasi, Teori Arus Dua Tahap (Two Step Flow Theory of Communication

14

(30)

Kesimpulan Saluran komunikasi antarpribadi

digunakan sebagai salah satu strategi komunikasi pada tahap menciptakan pengetahuan dan penyebarluasan informasi dalam proses adopsi inovasi. Saluran komunikasi antarpribadi memainkan peran yang hampir sama dengan saluran media massa dalam menciptakan

pengetahuan khalayak sasaran terhadap suatu program inovasi

Penyebaran (difusi) Program Layanan Listrik Prabayar PT.

PLN (persero) APJ Surakarta di Kota Surakarta berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan elemen dalam ilmu komunikasi yaitu pola, unsur, sistem, jenis, proses, sampai pada media komunikasi yang digunakan.

Semua elemen tersebut menjadi satu dalam sebuah proses difusi dan adopsi inovasi yang

dilakukan oleh pihak terkait.

1. Divisi Humas Bank Indonesia telah menerapkan empat langkah proses

hubungan masyarakat dalam sosialisasinya.

2. Humas memiliki hubungan dan kerjasama yang baik dengan pihak media.

3. Dengan sosialisasi komunikasi terlihat dalam hasil penelitian ini bahwa pesan dan tujuan dari sosialisasi

komunikasi yang dilakukan oleh Divisi Humas Bank Indonesia telah sampai kepada public sasaran khalayak dengan baik.

Dengan memahami upaya penanganan atas kendala yang dihadapi Perum BULOG dalam mensosialisasiskan andalan ketahanan pangan di Indonesia adalah salah satu titik yang dikehendaki Perum BULOG dalam segenap pelaksanaan sosialisasi yaitu Ketahanan Citra bangsa sebagai salah satu lembaga di Indonesia.

Upaya Humas Polda Metro Jaya dalam menyosialisasikan program aplikasi SIAP PMJ ialah dengan bersama-sama melakukan sosialisasi dari segala sektor internal maupun eksternal. Sosialisasi kepada sektor internal Polda Metro Jaya dalam hal ini seluruh anggota kepolisian ialah dengan

memberikan penjelasan secara jelas mengenai SIAP PMJ baik dari segi kegunaannya, history, maupun filosofi nya. Humas Polda Metro Jaya melakukan sosialisasi dari tingkat polda, kemudian diteruskan ke tingkat polres, sampai kesatuan tingkat terdepan yakni polsek.

sedangkan sosialisasi SIAP PMJ oleh humas Polda Metro Jaya kepada sektor eksternal Polda Metro Jaya dalam hal ini

15

(31)

masyarakat luas khususnya masyarakat DKI Jakarta ialah dengan memanfaatkan kegiatan-kegiatan yang rutin hadir ditengah masyarakat seperti Car Free Day (CFD)

dengan membagikan pamflet serta brosur.

Selain itu Polda Metro Jaya juga selalu mengikuti event pameran untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan program aplikasi SIAP PMJ.

16

(32)

Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa pada penelitian terdahulu dengan penelitian peneliti memiliki persamaan. Adapun persamaannya yaitu penelitian yang dilakukan bermaksud menjelaskan sosialisasi suatu program tertentu kepada masyarakat atau khalayaknya.

Sedangkan perbedaan pada penelitian-penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu melalui wawancara tentang Aktivias Humas Polda Metro Jaya dalam Mensosialisasikan Program SIAP PMJ serta hambatan-hambatan yang terjadi selama proses sosialisasi berlangsung.

Penelitian yang dilakukan oleh Widyanti Sri Lestari dari Universitas Indonesia dengan judul “Evaluasi Penggunaan Saluran Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Salah satu Strategi Komunikasi Dalam Proses Adopsi Inovasi Program Pemerintah” bermaksud untuk menganalisis penggunaan saluran komunikasi antarpribadi oleh agen perubahan sebagai salah satu strategi komunikasi dalam target sasaran yang memiliki keterbatasan informasi untuk mengadopsi inovasi.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Renia Karlina yang berasal dari Universitas Sebelas Maret dengan judul “Studi Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (persero) APJ Surakarta Terhadap Adopsi Inovasi Pada Masyarakat Surakarta”

adalah inovasi program yang sudah dijalankan yakni layanan listrik

(33)

prabayar yang mampu diadopsi oleh masyarakat, khususnya masyarakat Surakarta.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Bintari Santi yang berasal dari Universitas Mercu Buana dengan judul “Sosialisasi Humas Bank Indonesia pada Program Akselarasi Pengemba-ngan Perbankan Syariah” adalah teori yang dipakai oleh Bintari Santi berbeda dengan yang digunakan oleh peneliti. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Faditia Aries Santoso dengan judul penelitian Strategi Humas Perum BULOG dalam Mensosialisasikan Andalan Ketahanan Pangan Di Indonesia” adalah bermaksud untuk mengetahui strategi Humas Perum Bulog dalam Mensosialisasikan Andalan Ketahanan Pangan Indonesia

2.2 Kerangka Konsep-Konsep Penelitian dan Teori 2.2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan antara individu maupun antar kelompok. Pada dasarnya manusia telah melakukan komunikasi sejak lahir didunia dan bahkan ketika diam pun kita melakukan komunikasi. Tindakan komunikasi ini terus menerus terjadi selama proses kehidupan. Dengan demikian, komunikasi dapat diibaratkan sebagai urat nadi dalam kehidupan manusia.

(34)

Melihat komunikasi adalah hal yang melekat dalam diri manusia dan bersifat hakiki, maka komunikasi sudah merupakan sudah merupakan sebiah kebutuhan bagi seorang manusia. Kebutuhan mendasar dari setiap manusia yang harus dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan akan komunikasi ini bisa dijelaskan dari definisi komunikasi itu sendiri.

Para ahli mendefinisikan komunikasi dalam berbagai bentuk, yakni:

1. Menurut Carl I. Hovland “Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas – asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”

(Effendy,2007:10).

2. Harold Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which To Whom With What Effect?

Dari paradigma Laswell diatas menunjukan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pernyataan yang diajukan itu, yakni:

a. Komunikator (Communicator)

Komunikator yang merupakan sumber yang akan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada para komunikan.

b. Pesan (Message)

Yaitu pesan yang disampaikan komunikator, dalam hal ini adalah segala bentuk informasi.

(35)

c. Media (Channel)

Media yang digunakan adalah sebagai pendukung dan melalui media cetak maupun elektronik, seminar dalam proses penyampaian informasi.

d. Komunikan (Communicant)

Pesan ditunjukan kepada public umum khususnya para masyarakat yang memiliki kecenderungan untuk memperhatikan informasi.

e. Efek (Effect)

Efek apa yang diharapkan oleh komunikan adalah terpenuhi nya seluruh kebutuhan informasi sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh publik.

Jadi dapat disimpulkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2003:12-13).

3. Menurut Everett M. Rogers “Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”. (Canggara, 2011:20)

Dari definisi-definisi tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan komunikator kepada komunikan, yang dimana keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni adanya perubahan pesan yang diterima ataupun yang disampaikan sehingga pesan yang disampaikan mempunyai makna yang sama.

(36)

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Setiap proses komunikasi yang dilakukan oleh setiap individu memiliki fungsi dan tujuan. R. Wayne Pace, Brent D.Paterson dan M.Dallas Burnett dalam bukunya, Techniques for Effective Communication, manyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri dari tiga tujuan utama, yaitu :

a. To secure understanding b. To estabilish acceptance

c. To motivate action (Effendy, 2007:32)

Sementara fungsi komunikasi sekurang-kurangnya mempunyai sepuluh arti yakni :

a. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada didalam benak pikirannya atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan sekitarnya.

c. Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau memberitahukan apa yang diketahuinya kepada orang lain.

d. Melalui komunikasi seseorang dapat mengetahui dan mempelajari menganai diri orang-orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi dilingkungan baik yang dekat maupun yang jauh.

e. Melalui komunikasi seseorang dapat mengenali mengenai dirinya sendiri.

f. Melalui komunikasi seseorang dapat memperoleh hiburan atau menghibur orang lain.

g. Melalui komunikasi seseorang dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan tegang karena berbagai permasalahan yang dihadapinya.

h. Melalui komunikasi seseorang dapat mengisi waktu luang.

(37)

i. Melalui komunikasi seseorang dapat menambah pengetahuan dan mengubah sikap serta perilaku kebiasaan.

j. Melalui komunikasi seseorang dapat membujuk dan atau memaksa orang lain agar berpendapat bersikap atau berperilaku sebagaimana yang diharapkan.

(Effendy, 2007:32)

Tommy Suprapto (2011:10-11) mengutip pendapat Babcock dalam Thoha (1977), mengatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi proses komunikasi:

1. The Act (Adegan)

Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang-lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubungan-hubungan yang dilakukan oleh manusia..

2. The Scene (Adegan)

Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini menkankan hubungan dengan lingkungan komunikasi.

3. The Agent (pelaku)

Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan komunikasi dinamakan pelaku-pelaku komunikasi.

4. The Agency (Perantara)

Alat-alat yang dipergunakan dalam komunikasi dapat membangun terwujudnya perantara.

5. The Purpose (Tujuan)

Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, akan menghasilkan umpan balik yang diinginkan oleh si penyampai pesan atau komunikator.

2.2.3 Humas

Public Relations merupakan suatu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, kepercayaan, penghargaan dari publik suatu badan khususnya dan

(38)

masyarakat umumnya. Dalam public relations terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara suatu badan dengan publiknya, menanamkan kesan yang menyenangkan, sehingga akan timbul opini public yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan tersebut.

Cutlip Center Broom mendefinisikan humas sebagai “the planned effort to influence opinion through good character ang responsible performance, based on mutually satisfactory two way communications (usaha terencana untuk mempengaruhi pandangan melalui karakter yang baik serta tindakan yang bertanggung jawab, didasarkan atas komunikasi dua arah yang saling memuaskan)” (Morissan. 2006)

Hubungan masyarakat menurut Frank Jefkins dalam buku Ardianto & Soemirat adalah “Sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayak dalam rangka mecapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian” (Jefkins, 2014:10)

Tahapan-tahapan kegiatan Humas menurut Cutlip and Center yaitu:

1. Mendefinsikan Masalah (Peluang) : mengumpulkan fakta dan data sebelum sesorang melakukan kegiatan atau tindakan komunikasi. Untuk berbicara didepan suatu masyarakat perlu dicari fakta dan data tentang masyarakat tersebut, keinginannya, komposisinya, dan sebagainya.

(39)

2. Perencanaan dan Pemrograman : berdasarkan fakta dan data itu dibuat rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan bagaimana mengemukakannya.

Bagi suatu masyarakat yang agraris tentu saja pengemukakan komunikasi haruslah menggunakan cara yang sesuai dengan ciri-ciri agraris.

3. Mengambil tindakan dan berkomunikasi : setelah rencana itu disusun dengan sebaik-baiknya sebagai hasil pemikiran yang mantap atau matang berdasarkan fakta-fakta atau data yang telah dikumpulkan, maka Humas mengadakan suatu komunikasi.

4. Mengevaluasi program : mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan adalah perlu untuk menilai apakah tujuan itu sudah tercapai, apakah perlu diadakakn dengan “operasi” atau perlu menggunakan cara-cara lain untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. (Scott, 2006:365)

James E. Grunig adalah tokoh yang sudah lama berkecimpung di dunia Public Relations. Beliau membagi 4 model PR sebagai berikut:

1. Press Agentry

Pada abad ke 19, agen pers bekerja untuk mempengaruhi opini public dengan menciptakan berita. Agen Pers berinvestasi waktu dalan penelitian namun kurang dalam pembahasan etika. Tujuannya adalah manipulasi. Menekan pada praktek PR yang fokus pada upaya promosi, publisitas, dan propaganda public (Lattimore dkk, 2010:63). Praktisi PR dalam model ini dihalalkan untuk melakukan segala cara demi mendongkrak nama organisasi atau orang yang diwakilinya.

2. Public Information

Model PR ini mulai muncul awal abad ke 20, yang bergeser kearah yang lebih benar dan tepat dalam berkomunikasi. Tetapi tidak lebih dari mendistribusikan informasi. Berbeda dengan model pertama, model ini tidak digunakan untuk memperalat public dan menekan pada pemberian informasi yang jujur (Butterick, 2012:32). Komunikasi ini lebih mengarah kepada komunikasi satu arah.

(40)

3. Two Way Communication Asymmetrical

Model komunikasi ini adalah model komunikasi dua arah. Tujuannya ialah keseimbangannya. Model ini tentang persuasi yang dapat memicu transaksi hingga popularitas dalam pemasaran. Dengan model ini tetap berusaha untuk memposisikan publik sebagai pihak yang harus berubah sesuai dengan keinginan organisasi dan bukan sebaliknya (Lattimore, dkk 2010:64).

4. Two Way Communication Symetrical

Model komunikasi ini menekan pada adanya kemauan dari kedua belah pihak untuk saling menyesuaikan diri. Model inilah yang kemudian diklaim oleh Grunig dan Hunt sebagai model yang paling baik yang dapat menentukan kesuksesan praktek PR dalam organisasi (Ruslan, 2014:60-61)

2.2.4 Peran Humas

Peran merupakan kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus.

Menurut Soekanto “proses dinamis kedudukan (status).

Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.

Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah- pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya”. (2009:212-213)

Mewujudkan visi dan misi sebuah institusi untuk menjadi besar dan maju bukanlah pekerjaan mudah, hambatan dari lingkungan internal maupun eksternal merupakan hal-hal yang

(41)

tidak dapat diduga. Oleh sebab itu, humas sebagai salah satu fungsi manajemen di perusahaan yang berperan untuk menyaring informasi yang berhubungan dengan perusahaan, menjembatani dan memfasilitasi kegiatan komunikasi untuk memberikan pemahaman kepada publik internal dan eksternalnya.

Menurut Cutlip, dkk (2006:46-47), peran humas terbagi atas 4 (empat) yaitu:

1. Penasehat Ahli (Expert Prescriber)

Seorang praktisi pakar Public Relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (public relationship).

2. Fasilitator Komunikasi (Communication Facilitator) Dalam hal ini, praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Di pihak lain, dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.

3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Fasilitator)

Peranan praktisi PR dalam proses pemecahan persoalan Public Relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.

4. Teknisi Komunikasi (Communication Techinician) Peranan communication technician ini menjadikan praktisi PR sebagai journalist in resident yang hanya

(42)

menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan method of communication. Sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Hal yang sama juga berlaku pada arus dan media komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu departemen dengan lainnya (employee relations and communication media model).

2.2.5 Fungsi Public Relations

Fungsi utama Public Relations adalah menumbuh kembangkan dan mengembangkan hubungan baik antar lembaga (organisasi) dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dam partisipasi public da;am upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga organisasi. (Nova, 2011:41)

Dalam kegiatannya, aktivitas Public Relations adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two ways communications) antara lembaga dengan public yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi, demu kemajuan lembaga atau citra positif lembaga bersangkutan. Kegiatan Public Relations erat kaitannya dengan

(43)

pembentukan opini public dan perubahan sikap dari masyarakat. (Nova, 2009:38)

Menurut Bertranf R. Canfield dalam buku Manajemen Public Relations (Mukarom, 2015:55-56) mengemukakan fungsi humas sebagai berikut:

1. Mengabdi Pada Kepentingan Umum

Suatu badan atau perusahaan dapat sukses apabila segala tindakannya merupakan pengabdian kepada kepentingan umum.

2. Memelihara Komunikasi yang Baik

Seorang pemimpin yang melakukan kegiatan public relations akan berhasil dalam kepemimpinannya apabila ia ikut bergaul dengan para karyawannya.

3. Menitikberatkan pada Moral dan Tingkah Laku yang Baik

Seorang pemimpin yang baik dalam tingkah lakunya akan mementingkan moralitas. Ia akan mempunyai wibawa apabila tidak cacat moral dan tingkah laku.

Ia juga harus menjadi teladan bawahannya.

2.2.6 Sosialisasi

Sosialisasi menurut Peter L.Berger (2008:11) adalah

“Proses dengan mana seseorang akan belajar menjadi seorang anggota suatu masyarakat, apanya yang dipelajari? Yang dipelajari adalah peranan-peranan yang terdapat di dalam masyarakat agar dia mengerti apa yang seharusnya dia lakukan dalam rangka berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat. Dengan kata lain, perkataan, melalui sosialisasi sesungguhnya masyarakat “dimasukkan” kedalam diri manusia.

Oleh karena itu, jangan heran apabila ada seseorang

(44)

mengatakan bahwa tindakan seseorang itu merupakan kekayaan psikis yang diperolehnya selama yang bersangkutan hidup didalam masyarakat”.

Berger (Bungin, 2008:21) memahami bahwa manusia menciptakan kenyataan sosial melalui tiga proses, yaitu : eksternalisasi, obyektivitas, dan internalisasi. Eksternalisasi adalah penyesuaian diri manusia dengan dunia sosio kultural sebagai produk dunia manusia. Proses kedua, obyektivitas merupakan interaksi sosial dalam dunia intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Proses terakhir adalah, internalisasi yaitu langkah manusia dalam mengindentifikasikan diri dengan lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya.

Berdasarkan pengertian diatas, sosialisasi digunanakn untuk mempelajari peranan-peranan yang terdapat di masyarakat agar dia mengerti apa yang harus dilakukan dalam berinteraksi. Sehingga sosialisasi dibutuhkan Humas Polda Metro Jaya dalam rangka menyampaikan pesan ke masyarakat untuk mendapatkan umpan balik yang diharapkan.

Keberhasilan sosialisasi suatu program, melalui aktivitas humas terlebih dahulu harus membangun kredibilitas nama perusahaan yang pada akhirnya akan memayungi product image dan menimbulkan kesan baik. Dan untuk mencapai

(45)

keberhasilan dalam melaksanakan suatu program, biasanya seorang PR harus menentukan tujuan yang hendak dicapai, menentukan sasarannya, menentukan ruang lingkupnya, menentukan efek yanf diinginkan, menentukan fasilitas, persiapan, dan sarananya serta pembentukan team work yang solid dan propesional.

2.2.7 Teori Difusi Inovasi (Diffusion Of Innovation Theory)

Pendekatan teori difusi inovasi berangkat dari studi bagaimana informasi dan efek komunikasi dapat disebarluaskan di masyarakat. Studi awal yang dilakukan oleh Katz dan Lazarsfeld menghasilakn hipotesis bahwa informasi mengalir dari media massa kepada pemimpin opini disuatu sistem sosial, yang kemudian menyampaikan informasi tersebut ke anggota dalam sistem sosial tersebut (Littlejohn, 2002 : 313). Hipotesis tersebut dikenal dengan model komunikasi dua tahap (The two-step flow model) yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Komunikasi Dua Tahap

Tahap 1 Tahap 2

Sumber: (Ruben, 2006 : 29)

Sumber Pesan Media

Massa Pemimpi

n Publik

(46)

Model komunikasi dua tahap tersebut memperkenalkan peran pemimpin opini, menghubungkan media massa dan komunikasi tatap muka, serta dasar pengembangan teori difusi inovasi yang menggambarkan bagaimana informasi dan inovasi disebarluaskan dan diadopsi oleh suatu sistem sosial.

Dalam teori difusi inovasi, komunikator yang mendapatkan pesan dari media massa, sangat kuat mempengaruhi orang-orang. Inovasi (penemuan), yang disebarkan (difusi) melalui media massa, akan mempengaruhi massa untuk mengikutinya. Dalam perkembangannya teori ini menempatkan peran pemuka pendapat dalam mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat (Ardianto, 2010 : 111)

Menurut rogers, difusi merupakan proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam suatu periode waktu kepada anggota-anggota suatu sistem sosial (Ardianto, 2010:111). Difusi termasuk kedalam jenis komunikasi khusus yang berkaitan dengan penyebaran pesan yang dianggap sebagai suatu ide baru. Empat elemen utama dalam difusi suatu ide baru adalah inovasi, saluran komunikasi, waktu, dan sistem sosial.

Menurut Rogers (1983) dalam (Ardianto 2011 : 122) proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:

(47)

1. Inovasi

Gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang.

2. Saluran Komunikasi

Alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima.

3. Jangka Waktu

Proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusuan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu.

4. Sistem Sosial

Dalam suatu sistem sosial, proses difusi inovasi dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, jenis keputusan inovasi, dan konsekuensi inovasi.

Teori difusi inovasi akhir-akhir ini banyak digunakan sebagai pendekatan dalam komunikasi pembangunan, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia atau dunia ketiga. Difusi adalah suatu jenis komunikasi khusus yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru.

Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama (Ardianto, 2010:111).

Dalam teori difusi inovasi, komunikator yang mendapatkan pesan dari media massa, sangat kuat mempengaruhi orang-orang. Inovasi (penemuan), yang disebarkan (difusi) melalui media massa, akan mempengaruhi massa untuk mengikutinya. Dalam perkembangannya teori ini

(48)

menempatkan peran pemuka pendapat dalam mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat.

Teori ini meneliti bagaimana ide-ide baru, hal praktis atau objek diadopsi oleh individu-individu dan organisasi. Sejak tahun 1950-an, Everett M. Rogers telah mengembangkan model yang sangat komprehensif tentang bagaimana inovasi- inovasi diadopsi. Berdasarkan tingkatan kesiapan dalam menerima ide-ide baru yang dikutip dalam Ardianto (2010:111), pengadopsi dikelompokan menjadi lima kelompok, yaitu:

a) Innivators, petualang yang paling awal mengadopsi ide- ide baru. Menurut Rogers, kelompok ini lebih cosmopolitan dibandingkan anggota kelompoknya yang lain;

b) Early Adopter, tokoh-tokoh lokal (kurang cosmopolitan dibanding innovator), biasanya derajatnya tinggi sebagai pemuka pendapat dalam sistem sosial;

c) Early Majority, penuh pertimbangan, sering berinteraksi dengan anggota kelompoknya, kadangkala menempati posisi kepemimpinan;

d) Late Majority, skeptic (ragu-ragu), seringkali mengadopsi inovasi karena kondisi ekonomi tidak menentu atau meningkatnya tekanan jaringan;

e) Laggards, orang-orang lokal tradisional, termasuk nyaris terisolasi dan poin rujukannya selalu berorientasi ke masa lalu.

2.2.8 Teori Arus Dua Tahap (Two-Step Flow Theory)

Bagi para praktisi Public Relations (PR), Two-step flow theory of communication sangat penting dalam pengidentifikasian. Juga bagi pemuka pendapat dalam penyebaran pesan kepada khalayak melalui media massa.

(49)

Pada tahun 1944, Paul L. Lazarsfeld, Bernard R. Berelson dan Hazel Gaudet mempublikasikan makalahnya yang berjudul The People’s Choice, yang menganalisis pengambilan keputusan para pemilih selama kampanye pemilihan Presiden Franklin Roosevelt tahun 1940. Kajian ini mengemukakan temuan- temuannya bahwa pesan-pesan mengalir secara langsung dari media massa kepada khalayak yang menjadi target kampanye, seperti yang diasumsikan sebelumnya. Informasi dari media pertama kali sampai ke para Opinion Leaders (para pemuka pendapat) yang mengevaluasi informasi dan membentuk opini.

Kemudian Opinion Leaders menyampaikan kepada orang lain melalui saluran komunikasi antar personal. Kajian ini menunjukan hanya 5% para pemilih menerima pesan langsung dari media massa.

Berdasarkan kajian kampanye pemilihan presiden 1940 ini, Lazarsfeld dan Elihu Katz mengemembangkan mejadi two-step flow theory of communication, dengan mempublikasikan bukunya yang berjudul Personal Influence pada tahun 1955. Penelitian Katz dan Lazarsfeld ini menegaskan bahwa “interaksi tatap muka dengan pemuka pendapat lebih mempengaruhi penajaman gambaran orang lain dibanding media massa” (Ardianto, 2010:128). Kajian arus dua tahap yang dilakukan pada tahun 1940 memberikan dasar bagi

(50)

pengembangan teori lebih lanjut. Akademisi komunikasi, Hansbernd Brosius dan Gabriel Weimann dalam Heath tahun 2005 mengemukakan penetapan agenda public sebagai arus informasi antara media massa dan public. Teori difusi Everett M. Rogers merupakan bagian dari konsep arus dua tahap, perilaku inovasi mempengaruhi anggota kelompok terdekatnya dalam mengadopsi ide-ide baru oleh anggota-anggota kelompok dalam sistem sosial. Dalam penerapannya untuk perencanaan kampanye, tantangan para praktisi PR untuk mengetahui individu-individu yang bertindak sebagai para pemuka pendapat pada isu-isu spesifik dan mengembangkan pesan-pesan mencapai target khalayak, menstimulus komunikasi orang-orang yang mempengaruhi target khalayak.

(Ardianto, 2010:128-129)

(51)

2.3 Bagan Alur Pikir

Gambar 2.2

Paradigma Post-positivisme

Program SIAP PMJ 1. Pendekatan

kualitatif 2. Metode

deskriptif kualitatif 3. Triangulasi

Teori dan konsep:

1. Komunikasi 2. Fungsi dan

tujuan komunikasi 3. Humas 4. Peran humas 5. Fungsi public

relations 6. Sosialisasi 7. Teori difusi

inovasi

8. Teori arus dua tahap

Aktivitas Humas Polda Metro Jaya

dalam mensosialisasikan program SIAP PMJ

Hasil riset:

1. Mengetahui apa yang dilakukan humas Polda Metro Jaya dalam upaya mensosialisasikan program SIAP PMJ?

2. Mengetahui apa saja hambatan dan permasalahan dalam sosialisasi program SIAP PMJ?

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Tiap penelitian pasti berpegang teguh pada paradigma tertentu. Paradigma adalah cara pandang mengenai realitas atau landasan pikiran. Adapun paradigm penelitian diartikan sebagai pola piker yang menunjukan hubungan atau variable, jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian serta teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Paradigma dapat diartikan dengan perspektif atau sudut pandang, ideology, atau kerangka. George Ritzer seperti yang dikutip Agus Salim dalam bukunya Teori Paradigma : Penelitian sosial menegaskan bahwa paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuan mengenai:

1. Hal yang menjadi pokok kajian yang semestinya harus dipelajari sebagai disiplin ilmu pengetahuan

2. Hal yang harus ditanyakan

3. Bagaimana cara menjawabnya. (Salim, 2006:5)

“Paradigma adalah basis kepercayaan utama atau metafisirkan dari sistem berpikir: basis dari ontology, epistemologi, dan metodologi” (Salim, 2006:96). Dalam pandangan filsafat, paradigma memuat pandangan-pandangan awal yang membedakan, memperjelas, dan mempertajam orientasi berpikir seseorang.

Dengan demikian paradigm membawa konsekuensi praktis bagi

37

(53)

perilaku. Dalam ilmu pengetahuan dikenal dengan empat jenis paradigm yaitu positivisme, post positivisme, critical theory, dan constructivisme.

Jenis-jenis paradigma ilmu pengetahuan, yaitu:

1. Positivisme

Paradigma yang muncul paling awal dalam dunia ilmu pengetahuan. Keyakinan dasar aliran ini berakar pada paham ontologi realism yang menyatakan bahwa realitas berada dalam kenyataan dan berjalan sesuai dengan hukum alam.

Penelitian berupaya mengungkap kebenearan realitas tersebut senyatanya berjalan.

2. Post-positivisme

Aliran ini juga memandang bahwa secara epistemologi hubungan antara periset dan objek yang diteliti tidak bisa dipisahkan. Namun, aliran ini menambah pendapatnya bahwa suatu kebenaran tidak mungkin bisa ditangkap apabila periset ada dibelakang layar, tanpa terlibat dengan objeknya secara langsung. Aliran ini menegaskan arti penting dari hubungan interaktif antara periset dan objek yang diteliti, sepanjang dalam hubungan tersebut periset bisa bersifat netral. Dengan cara ini, tingkat subjektivitas setidaknya dapat dikurangi.

3. Teori Kritis

Secara ontologis, cara pandang aliran ini sama dengan pandangan post-positivisme, khususnya dalam menilai objek atau realitas kritis (critical realism), yang tidak dapat dilihat secara benar oleh pengamatan manusia. Berangkat dari masalah ini, pada tataran metodologis, aliran ini mengajukan metode dialog sebagai saran transformasi bagi ditemukannya kebenaran realitas yang hakiki. Pada tataran epistemologis, aliran ini memandang hubungan antara periset dan objek sebagai hal yang tak terpisahkan. Lantaran berkeyakinan bahwa nilai-nilai yang dianut oleh periset ikut serta dalam menentukan kebenaran suatu hal, maka aliran ini sangat menekankan konsep subjektivitas dalam menemukan suatu ilmu pengetahuan.

4. Konsruktivisme

Aliran ini menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik, serta tergantung pada pihak yang melakukannya. Karena itu, realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang sebagaimana yang biasa dilakukan dikalanhan positivis atau

(54)

post-positivis. Atas dasar filosofis ini, aliran ini menyatakan bahwa hubungan epistemologis antara pengamat dan objek merupakan satu kesatuan, subjektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi diantara keduanya. (Salim, 2006 : 68-71)

Tabel 3.1

Tabel Tiga Paradigma Ilmu Sosial

(Dedy N. Hidayat, Paradigma & Metodology, 2003, hal. 102) Positivisme

&

Post-positivisme

Konstruktivisme

(Interpretif) Teori Kritis Menempatkan ilmu

sosial seperti ilmu alam, yaitu metode teroganisir untuk

mengkombinasikan

“deductive logic” melalui pengamatan empiris, agar mendapatkan konfirmasi tentang hukum kausalitas yang dapat digunakan

memprediksi pola umum gejala sosial tertentu.

Memandang ilmu sosial sebagai analisis

sistematis atas “socially meaningful action”

melalui pengamatan langsung terhadap aktor sosial setting yang alamiah, agar dapat memahami dan

menafsirkan bagaimana aktor sosial mencipta dan memmelihara dunia sosial.

Mentakrifkan ilmu sosial sebagai proses kritis mengungkap “the real structure” dibalik ilusi dan kebutuhan

palsu yang

ditampakkan dunia

materi, guna

mengembangkan kesadaran sosial untuk memperbaiki kondisi kehidupan subjek penelitian.

Apapun pengertiannya, paradigma mampu menggariskan hal yang seharusnya dipelajari, pernyataan-pernyataan yang harus dikemukakan agar kita tidak keluar dari kaidah-kaidah yang ada dalam memperoleh jawaban. Dalam menemukan hakikat realitas

Gambar

Gambar 3.1   Teknik Analisa Data
Gambar 4.1  Aplikasi SIAP-PMJ

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa biaya overhead pabrik berpengaruh signifikan terhadap harga jual hasil produksi PT.Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik

Untuk proses penyinaran yang sangat lama telah dihasilkan produk terdegradasi yang semakin banyak sehingga produk tersebut dapat menghalangi interaksi antara

Dua jenis pertama juga merupakan produk dari penyulingan bahan bakar fosil sehingga juga tergantung pada cadangan minyak bumi, sedangkan methanol (methyl alcohol ) yang

Intensitas serangan hama wereng hijau dengan pemberian kompos gulma siam dan pupuk lainnya tidak menunjukkan berbeda nyata, tetapi tanaman cabai tidak menunjukkan

Dari hasil penelitian kemampuan lompat jauh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara dominan dalam kategori baik dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa atau

Untuk meningkatkan produktivitas etanol yang disertai dengan kualitas yang tinggi, maka dilakukan percobaan dengan teknik fermentasi dari molases secara kontinyu menggunakan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik dengan ANOVA tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap

Adapun faktor-faktor yang menjadi kendala dalam Pelaksanaan Program Profil Desa di Desa Dauh Puri Kangin Kecamatan Denpasar Barat Kota Denpasar bersumber pada