• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGAR HIU (BAGAR YU)

BENGKULU

Bagar Hiu adalah makan­ an lauk pauk bagi orang Melayu Bengkulu. Makanan ini merupa­ kan makanan pelengkap nasi yang biasa dimakan sehari-hari pada waktu makan siang hari ataupun malam hari. Orang Me­ layu Bengkulu menyukai ma­ kanan ini, karena dari kecil su­ dah terbiasa mengkonsumsi makanan yang bahan mentah­ nya berupa ikan. lkan merupakan hasil alam dari wilayah hunian­ nya. Seperti diketahui orang, orang Melayu Bengkulu yang menempati wilayah hun ian pan­ tai mata pencahariannya se­ bagai nelayan. Oleh karena itu

putih, kelapa goreng.

Peralatan yang diguna ­ kan untuk mem­ buat Bagar Hiu tidak terlalu ba­ nyak, cukup de­ ngan pisau ta­ jam untuk

me-Bagar Hiu nguliti dan

me-motong ikan hiu, ikan hasil tangkapannya, selain baskom atau panci, dan wajan mereka jual ke pasar juga atau kuali.Peralatan tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan umumnya terbuat dari alumu­ konsumsi keluarganya. nium, plat besi, stainless atau

Bagar Hiu sebagai makan- besi baja.

an lauk pauk pelengkap nasi ini, Untuk membuat makanan bahan pokoknya adalah ikan hiu lauk pauk bernama Bagar Hiu, yang kecil-kecil, karena ikan hiu semua bahan tersebut diolah ke cil lebih enak dan gurih sedemikian rupa. Pertama-tama daripada ikan hiu besar. Bahan ikan hiu yang sudah tersedia lain sebagai bahan pendukung dibersihkan dengan cara dikuliti yang diperlukan untuk membuat (dibuang kulitnya), dipotong­ makan Sagar Hiu berupa daun potong kemudian dicuci dengan mangkuk, cabe giling, asam ja- air bersih. Kemudian ikan ter­ wa, daun ruku-ruku, daun jeruk, sebut dimasukkan ke dalam daun salam, minyak goreng. baskom dan diamkan sejenak. Selain itu juga diperlukan bumbu- Lalu kelapa, adas man is, pala, bumbu berupa ketumbar, merica, cengkeh, jahe, laos, kunyit, se­ jinten, adas manis, pala, ceng- muanya digiling. Setelah halus, keh, jahe, laos, kunyit, kayu rna- masukkan ke dalam bask om nis, bawang merah dan bawang yang berisi ikan hiu yang sudah

dibersihkan tadi. Sagar Hiu biasanya dihidangkan atau disajikan bersama nasi putih dan dilengkapi dengan sayur mayur.Cara menghidangkan­ nya dengan memakai piring cembung yang diletakkan di meja makan bersama dengan makanan lainnya yang akan dikonsumsi.

Manfaat dari makanan tradisional Sagar Hiu, selain dapat dimakan bersama ke­ luarga, juga sangat baik untuk kesehatan. Sebagai makanan keluarga, yang mencerminkan nilai kebersamaan karena ma­ kanan tersebut mudah dibuat baik dalam segi materil maupun waktu. Hal ini, karena keluarga yang akan mengkonsumsi ma­ kanan Sagar Hiu lebih dahulu harus direncanakan dan dipersiapkan.

Sagar Hiu juga berfungsi sebagai makanan kesehatan, karena ikan hiu tidak me­ ngandung kolestrol yang tinggi, tetapi mengandung protein, sehingga sangat bermanfaat dalam pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak manusia. Sanyak mengkonsumsi Sagar

Hiu yang terbuat dari ikan hiu berarti bisa mengalami per­ tumbuhan tubuh dan otak yang maksimal. Oleh karena itu dari segi kesehatan tidak akan mengganggu kesehatan tubuh. Sahkan Sagar hiu ini dianggap makanan sehat. Sehingga bagi orang Melayu Sengkulu, sejak dini anak-anak sudah diper­ kenalkan dengan makanan khasnya yaitu Sagar Hiu yang berasal dari ikan Hiu. Pada masa perkem-bangannya, makanan Sagar Hiu yang dulu tidak mudah memperolehnya karena tidak dijual dan hanya terdapat di rumah untuk dikonsumsi bersama keluarga; kini makanan tersebut mudah didapat karena sudah diper jual belikan di rumah-rumah makan. Oleh karena itu, kini Sagar Hiu juga mempunyai nilai ekonomi, karena bisa dijual­ belikan. Mereka yang ingin mengkonsumsinya tidak perlu membuat di rumah, tetapi dapat membelinya di rumah makan.

Selain itu, sebagai ma­ kanan orang Melayu Sengkulu, Sagar Hiu atau Sagar Yu mempunyai nilai budaya, karena mencerminkan simbol 24 Ensik/opedia Makanan Tr�disional lndonesia

budaya orang Melayu Sengkulu dengan mengkonsumsi Sagar Hiu atau Sagar Yu mengingat akan makanan khas tradisinya. Sumber :

Ayatrohaedi, dkk 1989, Tatakrama di Beberapa Daerah di Indonesia, Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direkto rat

J enderal Kebudayaan,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek lnventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya(IPNB) Jakarta

Fajar, Thamrin, dkk, 1994/1995, Adat dan

Upacara Perkawinan Daerah Bengkulu. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat

J enderal Kebudayaan,

Depa r t emen Pendidikan dan Kebudayaan, B agian Proyek

Penelitian dan Pengkajian

Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Daerah B engkulu.

Hidayah, Zulyani, 1997, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia (P3FS) Jakarta.

Kustomo, Hasmaini. 198 4/1985, Makanan, Wujud Variasi dan Fungsi Serta Cara Penyajiannya Daerah Bengkulu, Jakarta:

Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya

Melalatoa, Yunus, 1985, Bengku/u,

Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, Jakarta: Direktorat

Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek lnventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya (IPNB) Jakarta

BEBAI MAGHING LAMPUNG

Sebai Maghing adalah sejenis makanan kecil yang dapat dijumpai pada masya­ rakat Lampung. Sebai Maghing sering juga disebut dengan

Biak

lnjak. Bebai

artinya 'wan ita',

Maghing

artinya 'malas'. Jadi,

Bebai Maghing

artinya 'wanita malas'. Kemudian,

Biak

artinya 'be rat',

lnjak

artinya 'bangun'. Jadi,

Biak lnjak

artinya 'berat bangun'. Dengan demikian, makna dari kue Bebai maghing a tau

Biak lnjak

adalah kue yang dibuat oleh sekelompok wanita atau ibu-ibu tanpa memerlukan gerakan ke sana kemari, cukup sambil duduk-duduk dan ber­ malas-malas. Bebai maghing tersebut dikonsumsi oleh masyarakat Lampung sebagai makanan atau selingan.

Bebai Maghing Masyarakat (etnis) Lam­ pung, secara keadatan bisa dibedakan menjadi dua, yaitu masyarakat lampung yang ber­ adat pepadun dan masyarakat

Lampung yang beradat Sai­ batin/ Peminggir. Masyarakat Lampung yang menganut adat

Pepadun, yaitu masyarakat yang ditan dai oleh suatu kemungkinan untuk seseorang

meningkatkan kedudukan

sebagai penyimbang (pim­ pinan adat). Mereka itu berkediaman di pedalaman, yaitu bagian Timur dan bagian Tengah dari Propinsi Lampung. Sedangkan masyarakat Lam­ pung yang mengan ut adat Saibatin/ Peminggir adalah

masyarakat yang ditandai hanya ada kemungkinan untuk seseorang mening­

katkan kedudu­

kannya sebagai

penyimbang Mar­ ga, karena penyim­ bang Marga ber­ langsung secara dinasti. Mereka itu menempati bagian barat dan selatan dari Propinsi Lampung, ter­ utama bagian pesisir pantai, sehingga sering disebut dengan masyarakat Lampung pesisir. Sistem kekerabatan pada masyarakat Lampung ber­ dasarkan prinsip bilineal (menurut garis keturunan laki­ laki dan perempuan) dengan kelompok sosial terkecil adalah keluarga batin (nuwo) atau

sangalamban (serumah).

Bentuk kekerabatan ini terdiri dari sebuah ibu, dan anak yang belum menikah, yang tinggal dalam sebuah rumah (menya­ nak/senuwo ). Kadang-kadang masuk pula dalam keluarga batin ini kakek dan nenek yang sudah dewasa.

Pada umumnya masya­ rakat Lampung adalah peng­ anut Islam yang taat, yang me­ ngenal adanya halal dan haram dalam makanan. Dengan demikian, Bebai Maghing yang bahan utamanya beras ketan merupakan makanan yang halal untuk mereka konsumsi. Bahan utama dalam pembuatan Bebai Maghing terse but diperoleh dari ladang sendiri, akan tetapi pada saat sekarang ini ada yang memperolehnya dengan cara membeli di pasar, di warung, di supermarket, atau dengan cara lain.

Selain beras ketan, dalam pembuatannya Bebai Maghing juga diperlu-kan bahan-bahan lain seperti pisang yang sudah matang sekali, gula putih atau gula merah, garam dan daun pisang untuk membungkus makanan tersebut. Pisang yang dipergunakan untuk pembuatan bebai maghing tersebut, bisa dari jenis pisang apa saja yang penting sudah matang sekali, seperti pisang tanduk, pisang raja, pisang kepok, pisang barangan atau pisang nangka. Sedangkan, daun pisang yang

biasa d ipergunakan untuk membungkus Bebai Maghing adalah daun pisang kepok atau daun pisang batu, kaarena daun-daun tersebut tidak mudah robek. Dulu, pisang dan daun pisang biasanya diperoleh dari kebun sendiri, tetapi pada saat sekarang ini, ada sebagian dari mereka yang membeli, karena tidak memiliki kebun atau halaman yang ditanami pohon pisang.

Cara pengolahan Bebai Maghing, diawai dengan men­ cuci beras ketan sampai bersih dan ditiriskan. Pisang dikupas dan dihancurkan. Cara meng­ hancurkan pisang tersebut bisa diremas-remas dengan tangan atau pada saat sekarang ini dengan menggunakan blender. Selanjutnya, beras ketan yang sudah ditiriskan diberi sedikit garam, gula putih atau gula merah yang sudah diiris-iris, kemudian dicampur dengan pisang yang sudah dihancurkan tadi dan diaduk sampai rata. Selanjutnya, siapkan daun pisang yang sudah dibersihkan, bungkus adonan dengan cara dilipat dan pertemukan kedua

ujung bungk.usan dan salah satu ujung bungkusan itu dimasukkan kedalam lubang bungkusan yang satunya dan kemudian dirapikan sehingga menjadi bentuk bungkusan yang pipih dengan ukuran kira­ kira 4 x 8 em.

Kemudian, apabila semua adonan sudah terbungkus dan ikat, yang setiap lima bung­ kusan menjadi satu dengan menggunakan tali yang terbuat dari suwiran (sobekan) daun pisang atau bisa juga dengan menggunakan tali yang lain, yang penting lembut, sehingga tidak merusak bungkusan tersebut. Tujuan dari pengikatan bungkusan tersebut, a gar bungkusan tidak rusak pada saat direbus. Setelah semua bungkusan terikat dengan rapi, masukkan bungkusan tersebut ke dalam khayoh, beri air SP�ukupnya dan rebus hingga matang kira-kira selama 1 jam. Apabila sudah matang angkat dan tiriskan, sesudah dingin lepaskan ikatan bungkusan, dan bebai maghing siap untuk dihidangkan.

Peralatan yang diperlukan

untuk membuat bebai maghing

adalah khayoh atau periuk untuk mencuci beras ketan, dan untuk merebus bebai maghing. Khayoh terbuat dari tanah liat atau logam. Kemudian jam­ bangan (baskom), yaitu alat yang digunakan untuk membuat adonan Bebai Maghing. Alat tersebut terbuat dari seng atau besi yang dilapisi cat warna­ warni bergambar bunga atau binatang, bentuknya bulat dan cembung. Apabila dalam mem­ buat Bebai Maghing tersebut menggunakan gula merah, maka pisau juga diperlukan, yaitu untuk mengiris gula merah tersebut. Berikutnya, yaitu sudu atau senduk yang fungsinya untuk mengambil adonan dari jambangan (baskom) untuk diletakkan ke daun pisang. Alat terse but terbuat dari tempurung kelapa, bambu, seng atau be­ ling. Semua peralatan tersebut kecuali sudu pada umumnya dapat dibeli di pasar atau dari pembu atannya, sedangkan sendok yang terbuat dari bahan kayu, bambu, seng atau beling bisa dibuat sendiri atau mem­ belinya di pasar. Peralatan­ peralatan terse but masih 28 Ensiklopedia Makanan Tradisionalf.ndonesia

bersifat tradisional, tetapi pada saat sekarang ini sudah banyak masyarakat lampung yang t elah menggunakan peralatan modern yang bisa diperoleh dengan cara membeli di pasar a tau super market, dan bisa juga dengan meminjam tetangga.

Bebai Maghing dibuat untuk dikonsumsi masyarakat Lampung sebagai makanan tambahan atau selingan pada waktu hajatan, arisan keluarga, ternan minum teh atau kopi di rumah pada pagi dan sore hari. Di samping itu, juga dapat di­ konsumsi pada waktu Lebaran.

Cara menghidangkan Be­ bai Maghing, baik sebagai tambahan atau selingan di ru­ mah, arisan keluarga, dan untuk hajatan bahkan juga untuk lebaran semuanya sama, yaitu setelah bebai maghing terse but ding in dihidangkan tetap dalam bungkusan di atas piring ceper, kemudian diletakkan di meja makan atau di atas tikar. Adapun cara mengkonsumsi­ nya, dengan cara mendatangi dan duduk di meja atau tempat di mana Bebai Maghing

disaji-kan. Setelah itu, dapat langsung mengambilnya dengan tangan, kemudian membuka bungku­ sannya. Bila bungkusannya telah terbuka kira-kira separuh dari bungkusan lalu dimakan sedikit demi sedikit dan di­ kunyah pelan-pelan, sampai habis. Setelah itu, dilanjutkan dengan minum teh atau k8pi, serta air putih.

Bebai Maghing selain ber­ fungsi sebagai makanan tam­ bahan atau selingan di rumah, di dalam arisan keluarga, ha­ jatan dan lebaran, juga ber­ fungsi untuk menambah variasi makanan kecil. Di samping itu, semua bahan yang terkandung dalam Bebai Maghing juga mempunyai fungsi bagi kekuat­ an dan kesehatan tubuh. Hal itu disebabkan karena bahan­ bahan yang dipergunakan da­ lam membauat bebai maghing mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Beras ketan misalnya mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Selain itu, di dalam beras ketan juga terkandung zat-zat logam seperti besi, kalsium, dan sulfat. Kemudian, pisang yang Ensiklopedia Makanan Tradis,ional lndonesia 29 .

juga merupakan bahan makan­

an dalam pembuatan Bebai

Maghing tersebut mengandung zat-zat, antara lain: karbohidrat,

dan vitamin C. Selanjutnya, gula merah atau gula putih selain memberikan rasa manis, juga mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh, karena gula merah mengandung zat, antara lain karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, protein, lemak, glukosa, kalsium, fasfor dan zat besi.

Selanjut garam, selain berfungsi memberikan rasa asin atau untuk memantapkan rasa makanan, garam juga mengan­ dung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Hal itu dikarenakan garam mengandung zat-zat, antara lain natrium, fluor, chlor,

dan yogium. Yodium juga dapat mencegah penyakit gondok. Kemudian fluor yang terdapat pad a garam dapur juga berguna untuk mencegah kerusakan pada gigi. Selanjutn¥a, natrium

yang terdapat dalam garam dapur, berguna untuk mengatur pengerutan otot jantung.

Pembentukan asam chlorida

oleh getah lambung pun juga

memerlukan bantuan chloryang terdapat dalam garam dapur.

Bebai Maghing yang ber­ fungsi sebagai makanan tam­ bahan atau selingan di rumah, di dalam arisan keluarga, hajat­ an, dan di waktu lebaran me­ nunjukkan adanya nilai sosial. Sebab, disamping mengkon­ sumsi Bebai Maghing, mereka juga dapat saling berinteraksi, menjalin hubungan sosial pada saat acara keluarga tersebut. Bahkan, dari segii pembuatan­ nya pun terutama di dalam hajatan biasanya melibatkan beberapa kerabat dan tetangga dari kalangan ibu-ibu. Hal tersebut menunjukkan adanya kerukunan dan kebersamaan, serta kegotong-royongan yang merupakan unsur-unsur dalam nilai sosial.

Di samping nilai sosial,

Bebai Maghing juga mem­ punyai nilai ekonomis, karena bahan-bahan yang diperlukan

dalam pembuatan Bebai

Maghing dapat diperoleh dari hasil ladang atau kebunnya sendiri, dan kalaupun ada yang diperolehnya dengan cara membeli, harganya masih dapat

terjangkau oleh masyarakat ekonomi lemah.

Selain nilai-nilai tersebut di atas, pada saat ini, juga sudah terjadi pergeseran nilai yang nampak pada bebai Maghing, yaitu bahwa seiring dengan kemajuan IPTEK, maka peran Bebai Maghing sebagai makanan kecil yang berfungsi sebagai makanan tambahan atau selingan, sudah banyak tersaingi oleh makanan kecil lainnya, sehingga saat ini Bebai Maghing sudah jarang didapatkan.

Sumber:

Arifin, Razi et al, 1986. lsi Dan Kelengkapan Rumah Tangga Tradisional Daerah Lampung.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Biro Pusat statistik Propinsi Lampung.

2001. Buku lndikitaor Kesejahteraan Rakyat Lampung.

Lampung: Biro Pusat Statistik. Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan. 1981. Pelajaran Bidang Makanan Untuk SMA.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hadi Kusuma, Hilman et al. 1983. Adat lstiadat Lampung. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumardi, Mulyanto et al. 1992. Profil Republik Indonesia: Lampung.

Jakarta: Yayasan Bhakti Wawasan Nusantara.

BIJI KHATIB BENGKULU

Biji Khatib adalah satu jenis makanan tradisional dari daerah Bengkulu. Tidak di­ peroleh informasi mengenai latar belakang nama makanan ini yang tergolong unik.

Bahan utama pembuatan biji khatib adalah tepung beras. Beras dalam bahasa Bengkulu disebut juga dengan beghas.

Beras Bengkulu terdiri dari tiga macam yaitu :

- beghas tutuak mesin

(beras giling)

- beghas basau (beras merah tumbuk)

- beghas pecah kulit (beras pecah kulit) Dari ketiga macam beras ini, beras pecah kulit merupakan beras yang jarang dijumpai. Hal ini karena beras ini jarang

Biji Khatib