TINJAUAN PUSTAKA
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan Agustus 2008, berlokasi di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman Institut Pertanian Bogor dan Kebun Percobaan IPB Tajur, Bogor. Kebun Percobaan IPB Tajur berada pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut (dpl).
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 11 galur harapan cabai (Capsicum annuum L.) yaitu 5 galur hasil persilangan antara varietas ‘Jatilaba’ dengan genotipe cabai AVRDC yaitu 0706-6580-1, 0706-6583- 1, 0706-6584-1, 0706-6584-2, 0706-6584-3, 4 galur murni AVRDC yaitu IPB C10, IPB C12, IPB C14 dan IPB C15, 1 galur murni dari Universitas Bengkulu yaitu 35C2 serta 1 galur murni dari Malaysia yaitu IPB C5 (Tabel 2).
Varietas pembanding yang digunakan yaitu ‘Tanjung’ dan ‘Tit Super’. Varietas Tanjung berasal dari Balitsa (Balai Penelitian Tanaman Sayuran) dan memiliki potensi hasil sebesar 12 ton/ha. Varietas Tit Super berasal dari PT. East West Seed Indonesia (Cap Panah Merah) dan memiliki potensi hasil sebesar 15-17 ton/ha.
Bahan lain yang digunakan adalah pupuk kandang, SP-36 (100 kg/ha), urea (200 kg/ha), KCl (100 kg/ha), Gandasil D (10% N, 12% P, 14% K dan 1% Mg), NPK mutiara (15-15-15), mulsa plastik hitam perak dan bahan insektisida dan fungisida. Insektisida dan fungisida terdiri dari Curacron 500 EC (profenos
500 g/l), Furadan (karbofuran 3%), Dithane-45 (mankozeb 80%), Siputox (metaldehida 5%), Antracol (propineb 70%), Agristik (alkilaril poligikol eter 400 ml/l) dan Agrept 20 wp (streptomisin sulfat 20%). Alat-alat yang digunakan adalah bak semai, ajir, cangkul, kored, label, meteran, timbangan digital dan hand sprayer.
8
Tabel 2. Silsilah dan Keunggulan Genotipe yang Diuji
No Kode Keunggulan Keterangan
1. 0706-6580-1 Tahan CVMV, CMV, BW, Antraknosa Jatilaba/0209-4//Jatilaba/PBC 495 2. 0706-6583-1 Tahan CVMV, CMV, BW, Antraknosa Jatilaba/0209-4//Jatilaba/PBC 495 3. 0706-6584-1 Tahan CVMV, CMV, BW, Antraknosa Jatilaba/0209-4//Jatilaba/PBC 495 4. 0706-6584-2 Tahan CVMV, CMV, BW, Antraknosa Jatilaba/0209-4//Jatilaba/PBC 495 5. 0706-6584-3 Tahan CVMV, CMV, BW, Antraknosa Jatilaba/0209-4//Jatilaba/PBC 495
6. IPB C5 Tahan Antraknosa, CVMV, Phytophthora Cilibangi 3 (PSPT C-05) 7. IPB C10 Tahan CVMV, Gemini Virus PBC 495
8. IPB C12 Tahan CVMV VC 211a
9. IPB C14 Tahan CVMV, CMV, PVY
CCA 321
10. IPB C15 Tahan Antraknosa, BC3F5 (C. acutatum), Layu Bakteri 0209-4 11. 35C2 Toleran terhadap tanah masam
Talang Semut x Tit Super
12. Tanjung Tahan hama pengisap Varietas Komersial 13. Tit Super Tahan Antraknosa,
Layu Bakteri
Varietas Komersial
Keterangan : CVMV: Chili Veinal Mottle Virus
CMV : Cucumber Mosaik Virus
BW : Bakterial Wilt
PVY : Potato Virus Y
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan menggunakan 13 genotipe cabai yang diulang sebanyak tiga kali.
9
Model matematis yang digunakan adalah: Yij = μ + αi + ßj +Σij
Yij = respon pengamatan dari genotipe ke-i dalam ulangan ke-j μ = nilai rataan umum
αi = tambahan nilai karena pengaruh genotipe ke-i, dimana i = 1, 2, 3,…13 ßj = tambahan nilai karena ulangan ke-j, dimana j = 1, 2, 3
Σij = galat percobaan dari genotipe ke-i dan ulangan ke-j
Jika data yang diperoleh berbeda nyata setelah dianalisis dengan uji F, maka akan dilakukan uji lanjut dengan uji Dunnett pada taraf 5%.
Pelaksanaan Percobaan
Penanaman
Benih cabai dikecambahkan dalam tray plastik. Satu lubang dalam tray plastik ditanami dua butir benih. Media yang digunakan adalah media siap pakai, yang disterilisasi dalam oven pada suhu 60°C selama 3 jam. Komposisi media terdiri dari campuran tanah, humus dan pupuk kandang. Pencegahan hama dan penyakit dilakukan ketika di persemaian dengan memberikan insektisida dan fungisida sesuai dosis yang dianjurkan.
Penyiapan lahan dilakukan dengan pembersihan gulma, penggemburan lahan penanaman, pemberian pupuk kandang dan SP36 yang ditebar merata diatas tanah, kemudian diaduk rata. Setelah itu, dilakukan pembuatan bedengan dan pemasangan mulsa plastik hitam perak. Penyiapan lahan dilakukan selama ± 4 minggu sebelum pindah tanam.
Penanaman dilakukan dengan cara transplanting (pindah tanam). Jarak dalam baris 50 x 50 cm. Jarak antara bedeng yaitu ± 30 cm. Setiap bedeng ditanami dua baris cabai (double rows). Jumlah bedeng yang dipakai adalah delapan bedeng.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman cabai meliputi penyiraman, pemasangan ajir, pewiwilan, pemupukan susulan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penyiraman dilakukan tergantung cuaca, jika musim kemarau penyiraman
10
dilakukan sehari dua kali. Pemasangan ajir dilakukan untuk menopang tanaman dan membuat tanaman lebih tegar ketika terjadi hujan angin. Pemasangan ajir dilakukan pada saat umur tanaman ± 2 minggu setelah pindah tanam. Ajir yang digunakan memiliki panjang 120 cm. Pada saat tanaman cabai berumur 7-30 hari dilakukan pembuangan tunas samping karena akan mengganggu pertumbuhan vegetatif tanaman cabai.
Pemberian pupuk susulan berupa NPK mutiara (15-15-15) dilakukan setiap minggu sebanyak 5 g/l. NPK mutiara diberikan sebanyak 250 ml per tanaman. Pemeliharaan terhadap tanaman cabai dilakukan secara rutin dan berkala, sehingga dapat mencegah berkembangnya hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan memberikan insektisida dan fungisida jika perlu.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada tanaman contoh yang sudah dipilih secara acak sebelumnya. Beberapa karakter yang diamati antara lain:
1) Karakter Kualitatif Pada Fase Vegetatif :
a) Bentuk daun : delta, oval, dan lanset, diamati ketika buah pertama mulai masak pada 50% populasi (Gambar 1).
Gambar 1. Bentuk Daun Cabai Berdasarkan IPGRI. 1) Delta, 2) Oval, 3) Lanset
b) Warna daun : hijau muda, hijau dan hijau tua, diamati ketika buah pertama mulai masak pada 50% populasi.
c) Bentuk batang : silindris, bersudut dan rata, diamati ketika tanaman dewasa.
d) Warna batang : hijau, hijau garis ungu, ungu dan lainnya, diamati setelah panen pertama.
11
e) Habitus tanaman : menyamping, kompak dan tegak, diamati ketika 50% populasi tanaman telah mempunyai buah masak (Gambar 2).
Gambar 2. Habitus Tanaman Cabai Berdasarkan IPGRI. 3) Menyamping, 5) Kompak, 7) Tegak
2) Karakter Kualitatif Pada Fase Generatif :
a) Jumlah helai mahkota : diamati saat anthesis.
b) Warna mahkota bunga : putih, kuning muda, kuning, ungu dengan dasar putih, putih dengan dasar ungu, ungu dan lainnya, diamati saat anthesis. c) Warna anther : ungu dan ungu muda, diamati saat bunga mekar.
d) Warna kepala putik : diamati saat bunga mekar.
e) Posisi bunga : pendant, intermediate dan erect, diamati ketika 50% populasi tanaman mempunyai bunga mekar (Gambar 3).
Gambar 3. Posisi Bunga Cabai Berdasarkan IPGRI. 3) Pendant, 5) Intermediate, 7) Erect
12
g) Warna buah masak : putih, kuning, lemon, oranye, merah terang, merah, merah tua, ungu, coklat dan hitam, diamati saat buah masak penuh.
h) Permukaan kulit buah : licin, semi keriting dan keriting diamati pada panen kedua.
i) Irisan melintang : sedikit berombak, intermediate dan berombak, diamati setelah berbuah (Gambar 4).
Gambar 4. Irisan Melintang Buah Cabai Berdasarkan IPGRI. 3) Sedikit Berombak, 5) Intermediate, 7) Berombak
j) Bentuk buah : Memanjang, bulat, segitiga, campanulate dan blocky, diamati pada panen kedua (Gambar 5).
Gambar 5. Bentuk Buah Cabai Berdasarkan IPGRI. 1) Memanjang, 2) Bulat, 3) Segitiga, 4) Campanulate, 5) Blocky
13
3) Karakter Kuantitatif Pada Fase Vegetatif :
a) Tinggi tanaman (cm) : diukur dari permukaan tanah sampai ujung tertinggi, setelah panen pertama.
b) Tinggi dikotomus (cm) : diukur dari permukaan tanah sampai percabangan pertama, setelah panen pertama.
c) Lebar kanopi (cm) : diukur pada kanopi terlebar, setelah panen pertama. d) Diameter batang (cm) : diukur pada pertengahan batang, setelah panen
pertama.
e) Panjang daun (cm) : diukur dari 10 daun dewasa, diamati ketika buah pertama mulai masak pada 50% populasi.
f) Lebar daun (cm) : diukur dari 10 daun dewasa, diamati ketika buah pertama mulai masak pada 50% populasi.
g) Bobot biomassa segar (g) : rata-rata bobot 10 tanaman contoh setelah selesai panen.
4) Karakter Kuantitatif Pada Fase Generatif :
a) Umur berbunga (HST) : jumlah hari setelah transplanting sampai 50% populasi mempunyai bunga mekar.
b) Umur panen (HST) : jumlah hari setelah transplanting sampai 50% populasi mempunyai buah masak.
c) Bobot 1000 biji (g) : rata-rata bobot 100 biji kemudian dikonversi menjadi bobot 1000 biji.
d) Panjang buah (cm) : rata-rata 10 panjang buah segar pada panen kedua. e) Diameter buah (cm) : diameter pangkal 10 buah segar pada panen kedua. f) Tebal kulit buah (cm) : rata-rata tebal kulit 10 buah segar pada panen
kedua.
g) Bobot per buah (g) : rata-rata bobot 10 buah segar pada panen kedua. h) Jumlah buah per tanaman : penjumlahan antara jumlah buah layak pasar
dan jumlah buah tidak layak pasar.
i) Bobot buah layak pasar (g/tanaman) : buah yang tidak terkena serangan hama atau penyakit sehingga layak dikonsumsi.
14
j) Bobot buah per tanaman (g) : hasil penjumlahan antara bobot buah layak pasar dengan bobot buah tidak layak pasar pada panen ke-1 hingga panen ke-8.
k) Produktivitas (ton/ha) : 80% populasi per hektar x 80% x bobot buah per tanaman (Komunikasi pribadi dengan Dr Muhamad Syukur).
15