EVALUASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF
SERTA DAYA HASIL 11 GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.)
DI KEBUN PERCOBAAN IPB TAJUR
Oleh
Hardini Nikamasari A34304044
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
EVALUASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF
SERTA DAYA HASIL 11 GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.)
DI KEBUN PERCOBAAN IPB TAJUR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Hardini Nikamasari A34304044
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
HARDINI NIKAMASARI. Evaluasi Karakter Vegetatif dan Generatif Serta Daya Hasil 11 Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) di Kebun IPB Tajur. (Di bawah bimbingan MUHAMAD SYUKUR dan SRIANI SUJIPRIHATI)
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakter vegetatif dan generatif 11 genotipe cabai (Capsicum annuum L.). Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat genotipe cabai yang memiliki karakter vegetatif dan generatif serta produktivitas lebih baik daripada varietas pembanding.
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Tajur pada bulan Februari 8 sampai Agustus 2008. Bahan yang digunakan adalah 11 genotipe cabai yaitu 0706-6580-1, 0706-6583-1, 0706-6584-1, 0706-6584-2, 0706-6584-3, IPB C5, IPB C10, IPB C12, IPB C14, IPB C15 dan 35C2, serta varietas Tanjung dan Tit Super sebagai varietas pembanding. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 11 genotipe cabai dan dua varietas pembanding sebagai perlakuan. Karakter yang diamati adalah karakter vegetatif dan generatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa genotipe yang diuji memiliki beberapa perbedaan karakter vegetatif dan generatif dengan kedua varietas pembanding. Pada karakter kualitatif perbedaan tersebut terdapat pada karakter bentuk daun, warna batang, habitus tanaman, warna mahkota bunga, warna
anther, posisi bunga, warna buah muda, permukaan kulit buah dan irisan
melintang.
Pada karakter tinggi tanaman, genotipe IPB C12, IPB C15 dan 35C2 memiliki tinggi tanaman lebih tinggi daripada varietas Tanjung dan Tit Super. Genotipe IPB C15 memiliki kanopi lebih lebar dibandingkan varietas Tanjung. Sementara itu, genotipe 0706-6580-1, IPB C14 dan IPB C15 memiliki tinggi dikotomus lebih rendah daripada kedua varietas pembanding. Genotipe IPB C15 dan 35C2 memiliki diameter batang lebih besar dibandingkan varietas Tit Super.
Genotipe 35C2 memiliki bobot segar biomassa lebih tinggi dibandingkan kedua pembanding.
Pada karakter umur berbunga dan umur panen, genotipe 0706-6580-1 dan IPB C14 memiliki umur berbunga dan umur panen lebih cepat daripada Tit Super. Sementara itu, genotipe IPB C15 memiliki umur berbunga lebih cepat daripada Tit Super dan genotipe 0706-6584-1 memiliki umur panen lebih cepat dibandingkan Tit Super.
Genotipe IPB C5 memiliki panjang buah yang tidak berbeda dengan kedua pembanding dan juga memiliki diameter buah yang lebih besar daripada Tit Super serta kulit buah yang lebih tebal daripada Tanjung. Sementara itu, genotipe 0706-6583-1 memiliki panjang buah yang tidak berbeda dengan kedua pembanding.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : EVALUASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF SERTA DAYA HASIL 11 GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) DI KEBUN PERCOBAAN IPB TAJUR
Nama : Hardini Nikamasari
NRP : A34304044
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dr. Muhamad Syukur, SP, MSi NIP: 132 258 034
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS NIP: 131 284 838
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP : 131 124 019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Juni 1986 di kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Penulis sebagai putri kedua dari pasangan Dr. Ir. Ichwantoari, MS (Alm) dan Herti Sasmita, SH.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Mexindo Bogor pada tahun 1992. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Polisi 4 Bogor pada tahun 1998. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 4 Bogor pada tahun 2001. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 6 Bogor pada tahun 2004.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Karakter Vegetatif dan Generatif Serta Daya Hasil 11 Genotipe Cabai (Capsicum
annuum L.) di Kebun Percobaan IPB Tajur” sebagai salah satu tugas akhir untuk
memperoleh gelar sarjana. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu berupa doa, tenaga dan pikiran atas tersusunnya skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Muhamad Syukur, SP, MSi dan Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Dr. Dewi Sukma, SP, MSi yang telah bersedia menjadi dosen pengujji pada ujian skripsi.
3. Anas D. Susila, Ph.D yang telah memberi bimbingan akademik kepada penulis.
4. Almarhum papa (Dr. Ir. Ichwantoari, MS) dan mama (Herti Sasmita, SH) tercinta, teteh (Herwita Andriamasari, SP), aa (Galuh Syahbana Indraprahasta, ST) dan neng Reihana Janna Az Zahra tersayang yang telah memberi kasih sayang dan cinta yang tidak ada habisnya kepada penulis. 5. Almarhum kakek Mitra Sasmita dan almarhum nenek Rohanah tersayang. 6. Keluarga Jalan Bangka yang selalu memberi semangat.
7. Andika Pambudi, SP. terima kasih atas semangat dan kasih sayangnya. 8. DE’ BISBUL : Dini Rizkyah, Eneng Nurhasanah (teman seperjuangan
kuliah), Febrina Yusyan Wardani (teman seperjuangan penelitian), Hana Immanuella Purba, Melly Siti Rahmawati dan Novita Novaliana, terima kasih untuk persahabatan dan kenangan yang indah.
9. Swisci Margaret, SP yang telah bersedia membantu penulis dalam segala hal yang berkaitan dengan penelitian.
11.Teman-teman Hortikultura 41: Renda, Prima, Chiqa, Ade, Chika, Rita, Sita, Anna, Heliana, Mega, Santi, Wulan, Nia, Indah, Purna, Mput, Cenra, Anita, Yayu, Lena, Yanti, Silvya, Putri, Tiwi, Kurnia & Dior, Awi, Cahya, Ardhana, Ratna, Wiwit, Abdi, Agus, Ibnu, Ceko, Septian, Dimas, Adji, Wacih, Rima, Yuli, Ari, Puspi dan Nopi.
12.Teman-teman Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih : Eva, Dita, Purwati, Taufik dan Rido (terima kasih sudah membantu pasang ajir). 13.Teman-teman KKP Cianjur kecamatan Cikalong Kulon desa Kamurang :
dHe, Rie, Dyan, Taufan and Pam, terima kasih untuk kenangan yang tak terlupakan.
14.Sahabat-sahabat SMA : Nindya Widiatri, Putri Diah Permanawati, Mersi Boku Mardiastuti, Resti Mariana dan Rani Rahmawati (almarhumah). 15.Sahabat-sahabat SMP : Rachmatika Dwitiani, Afini Juwitasari, Dwi Retno
Hapsari dan Fadila Ramadini.
16.Sahabat-sahabat masa kecil : Astira Bey dan Kardina Hadiati, saya akan selalu mengenang persahabatan kita sewaktu kecil.
Akhir kata, semoga penelitian ini dapat berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Bogor, Januari 2009
Rekapitulasi F-hitung, Peluang dan Koefisien Keragaman ... 18
Bobot Buah Layak Pasar ... 35
Bobot Buah Per Tanaman ... 35
Standar Mutu ... 36
Korelasi Beberapa Karakter Kuantitatif Terhadap Umur Berbunga dan Produktivitas ... 37
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39
Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 40
LAMPIRAN ... 42
EVALUASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF
SERTA DAYA HASIL 11 GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.)
DI KEBUN PERCOBAAN IPB TAJUR
Oleh
Hardini Nikamasari A34304044
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
EVALUASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF
SERTA DAYA HASIL 11 GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.)
DI KEBUN PERCOBAAN IPB TAJUR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Hardini Nikamasari A34304044
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
HARDINI NIKAMASARI. Evaluasi Karakter Vegetatif dan Generatif Serta Daya Hasil 11 Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) di Kebun IPB Tajur. (Di bawah bimbingan MUHAMAD SYUKUR dan SRIANI SUJIPRIHATI)
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakter vegetatif dan generatif 11 genotipe cabai (Capsicum annuum L.). Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat genotipe cabai yang memiliki karakter vegetatif dan generatif serta produktivitas lebih baik daripada varietas pembanding.
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Tajur pada bulan Februari 8 sampai Agustus 2008. Bahan yang digunakan adalah 11 genotipe cabai yaitu 0706-6580-1, 0706-6583-1, 0706-6584-1, 0706-6584-2, 0706-6584-3, IPB C5, IPB C10, IPB C12, IPB C14, IPB C15 dan 35C2, serta varietas Tanjung dan Tit Super sebagai varietas pembanding. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 11 genotipe cabai dan dua varietas pembanding sebagai perlakuan. Karakter yang diamati adalah karakter vegetatif dan generatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa genotipe yang diuji memiliki beberapa perbedaan karakter vegetatif dan generatif dengan kedua varietas pembanding. Pada karakter kualitatif perbedaan tersebut terdapat pada karakter bentuk daun, warna batang, habitus tanaman, warna mahkota bunga, warna
anther, posisi bunga, warna buah muda, permukaan kulit buah dan irisan
melintang.
Pada karakter tinggi tanaman, genotipe IPB C12, IPB C15 dan 35C2 memiliki tinggi tanaman lebih tinggi daripada varietas Tanjung dan Tit Super. Genotipe IPB C15 memiliki kanopi lebih lebar dibandingkan varietas Tanjung. Sementara itu, genotipe 0706-6580-1, IPB C14 dan IPB C15 memiliki tinggi dikotomus lebih rendah daripada kedua varietas pembanding. Genotipe IPB C15 dan 35C2 memiliki diameter batang lebih besar dibandingkan varietas Tit Super.
Genotipe 35C2 memiliki bobot segar biomassa lebih tinggi dibandingkan kedua pembanding.
Pada karakter umur berbunga dan umur panen, genotipe 0706-6580-1 dan IPB C14 memiliki umur berbunga dan umur panen lebih cepat daripada Tit Super. Sementara itu, genotipe IPB C15 memiliki umur berbunga lebih cepat daripada Tit Super dan genotipe 0706-6584-1 memiliki umur panen lebih cepat dibandingkan Tit Super.
Genotipe IPB C5 memiliki panjang buah yang tidak berbeda dengan kedua pembanding dan juga memiliki diameter buah yang lebih besar daripada Tit Super serta kulit buah yang lebih tebal daripada Tanjung. Sementara itu, genotipe 0706-6583-1 memiliki panjang buah yang tidak berbeda dengan kedua pembanding.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : EVALUASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF SERTA DAYA HASIL 11 GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) DI KEBUN PERCOBAAN IPB TAJUR
Nama : Hardini Nikamasari
NRP : A34304044
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dr. Muhamad Syukur, SP, MSi NIP: 132 258 034
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS NIP: 131 284 838
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP : 131 124 019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Juni 1986 di kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Penulis sebagai putri kedua dari pasangan Dr. Ir. Ichwantoari, MS (Alm) dan Herti Sasmita, SH.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Mexindo Bogor pada tahun 1992. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Polisi 4 Bogor pada tahun 1998. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 4 Bogor pada tahun 2001. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 6 Bogor pada tahun 2004.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Karakter Vegetatif dan Generatif Serta Daya Hasil 11 Genotipe Cabai (Capsicum
annuum L.) di Kebun Percobaan IPB Tajur” sebagai salah satu tugas akhir untuk
memperoleh gelar sarjana. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu berupa doa, tenaga dan pikiran atas tersusunnya skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Muhamad Syukur, SP, MSi dan Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Dr. Dewi Sukma, SP, MSi yang telah bersedia menjadi dosen pengujji pada ujian skripsi.
3. Anas D. Susila, Ph.D yang telah memberi bimbingan akademik kepada penulis.
4. Almarhum papa (Dr. Ir. Ichwantoari, MS) dan mama (Herti Sasmita, SH) tercinta, teteh (Herwita Andriamasari, SP), aa (Galuh Syahbana Indraprahasta, ST) dan neng Reihana Janna Az Zahra tersayang yang telah memberi kasih sayang dan cinta yang tidak ada habisnya kepada penulis. 5. Almarhum kakek Mitra Sasmita dan almarhum nenek Rohanah tersayang. 6. Keluarga Jalan Bangka yang selalu memberi semangat.
7. Andika Pambudi, SP. terima kasih atas semangat dan kasih sayangnya. 8. DE’ BISBUL : Dini Rizkyah, Eneng Nurhasanah (teman seperjuangan
kuliah), Febrina Yusyan Wardani (teman seperjuangan penelitian), Hana Immanuella Purba, Melly Siti Rahmawati dan Novita Novaliana, terima kasih untuk persahabatan dan kenangan yang indah.
9. Swisci Margaret, SP yang telah bersedia membantu penulis dalam segala hal yang berkaitan dengan penelitian.
11.Teman-teman Hortikultura 41: Renda, Prima, Chiqa, Ade, Chika, Rita, Sita, Anna, Heliana, Mega, Santi, Wulan, Nia, Indah, Purna, Mput, Cenra, Anita, Yayu, Lena, Yanti, Silvya, Putri, Tiwi, Kurnia & Dior, Awi, Cahya, Ardhana, Ratna, Wiwit, Abdi, Agus, Ibnu, Ceko, Septian, Dimas, Adji, Wacih, Rima, Yuli, Ari, Puspi dan Nopi.
12.Teman-teman Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih : Eva, Dita, Purwati, Taufik dan Rido (terima kasih sudah membantu pasang ajir). 13.Teman-teman KKP Cianjur kecamatan Cikalong Kulon desa Kamurang :
dHe, Rie, Dyan, Taufan and Pam, terima kasih untuk kenangan yang tak terlupakan.
14.Sahabat-sahabat SMA : Nindya Widiatri, Putri Diah Permanawati, Mersi Boku Mardiastuti, Resti Mariana dan Rani Rahmawati (almarhumah). 15.Sahabat-sahabat SMP : Rachmatika Dwitiani, Afini Juwitasari, Dwi Retno
Hapsari dan Fadila Ramadini.
16.Sahabat-sahabat masa kecil : Astira Bey dan Kardina Hadiati, saya akan selalu mengenang persahabatan kita sewaktu kecil.
Akhir kata, semoga penelitian ini dapat berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Bogor, Januari 2009
Rekapitulasi F-hitung, Peluang dan Koefisien Keragaman ... 18
Bobot Buah Layak Pasar ... 35
Bobot Buah Per Tanaman ... 35
Standar Mutu ... 36
Korelasi Beberapa Karakter Kuantitatif Terhadap Umur Berbunga dan Produktivitas ... 37
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39
Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 40
LAMPIRAN ... 42
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Produksi dan Produktivitas Cabai Indonesia ... 2 2. Silsilah dan Keunggulan Genotipe yang Diuji ... 8 3. Rekapitulasi F-Hitung, Peubah dan Koefisien Keragaman ... 18 4. Bentuk dan Warna Daun Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan
dengan Varietas Tanjung dan Tit Super ... 19 5. Bentuk Batang, Warna Batang dan Habitus Tanaman Genotipe Cabai
yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super ... 21 6. Jumlah Helai Mahkota, Warna Mahkota Bunga dan Warna Anther
Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super ... 22 7. Warna Kepala Putik dan Posisi Bunga Genotipe Cabai yang Diuji
Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super ... 23 8. Warna Buah Muda dan Warna Buah Masak Genotipe Cabai yang
Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super ... 24 9. Permukaan Kulit Buah, Bentuk Buah dan Irisan Melintang Genotipe
Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super ... 26 10. Rata-rata Tinggi Tanaman dan Lebar Kanopi Genotipe Cabai yang
Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super ... 27 11. Rata-rata Tinggi Dikotomus dan Diameter Batang Genotipe Cabai
yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super ... 28 12. Rata-rata Panjang Daun, Lebar Daun dan Bobot Segar Biomassa
Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super ... 30 13. Rata-rata Bobot 1000 Biji Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan
dengan Varietas Tanjung dan Tit Super ... 31 14. Rata-rata Umur Berbunga dan Umur Panen Genotipe Cabai yang
Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super ... 32 15. Rata-rata Panjang Buah, Diameter Buah dan Tebal Kulit Buah
Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super ... 33 16. Rata-rata Bobot Buah dan Jumlah Buah Genotipe Cabai yang Diuji
Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super ... 34 17. Rata-rata Bobot Buah Layak Pasar, Bobot Buah Per Tanaman dan
18. Klasifikasi Panjang dan Diameter Buah Genotipe Cabai yang Diuji Berdasarkan SNI Cabai Merah 01-4480-1998 ... 37 19. Korelasi antara Beberapa Karakter Kuantitatif dengan Umur
Berbunga dan Produktivitas ... 38
Lampiran
1. Data Klimatologi Tahun 2008 ... 43 2. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman Genotipe Cabai yang Diuji ... 43 3. Sidik Ragam Karakter Lebar Kanopi Genotipe Cabai yang Diuji ... 43 4. Sidik Ragam Karakter Tinggi Dikotomus Genotipe Cabai yang Diuji ... 43 5. Sidik Ragam Karakter Diameter Batang Genotipe Cabai yang Diuji ... 44 6. Sidik Ragam Karakter Panjang Daun Genotipe Cabai yang Diuji ... 44 7. Sidik Ragam Karakter Lebar Daun Genotipe Cabai yang Diuji ... 44 8. Sidik Ragam Karakter Bobot Segar Biomassa Genotipe Cabai yang
Diuji ... 44 9. Sidik Ragam Karakter Bobot 1000 Biji Genotipe Cabai yang Diuji ... 45 10. Sidik Ragam Karakter Umur Berbunga Genotip Cabai yang Diuji ... 45 11. Sidik Ragam Karakter Umur Panen Genotipe Cabai yang Diuji ... 45 12. Sidik Ragam Karakter Panjang Buah Genotipe Cabai yang Diuji ... 45 13. Sidik Ragam Karakter Diameter Buah Genotipe Cabai yang Diuji ... 46 14. Sidik Ragam Karakter Tebal Kulit Buah Genotipe Cabai yang Diuji ... 46 15. Sidik Ragam Karakter Bobot Buah Genotipe Cabai yang Diuji ... 46 16. Sidik Ragam Karakter Jumlah Buah Genotipe Cabai yang Diuji ... 46 17. Sidik Ragam Karakter Bobot Buah layak Pasar Genotipe Cabai yang
Diuji ... 47 18. Sidik Ragam Karakter Bobot Buah Per Tanaman Genotipe Cabai yang
Diuji ... 47 19. Persyaratan Mutu Cabai Merah Segar Berdasarkan SNI 01-4480-1998 ... 47
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Bentuk Daun Cabai Berdasarkan IPGRI ... 10 2. Habitus Tanaman Cabai Berdasarkan IPGRI ... 11 3. Posisi Bunga Cabai Berdasarkan IPGRI ... 11 4. Irisan Melintang Buah Cabai Berdasarkan IPGRI ... 12 5. Bentuk Buah Cabai Berdasarkan IPGRI ... 12 6. Gejala Buah yang Terserang Lalat Buah ... 16 7. Gejala Tanaman yang Terserang Layu Fusarium ... 17 8. Gejala Tanaman yang Terserang Penyakit ... 17 9. Bentuk dan Warna Daun 13 Genotipe Cabai yang Diuji ... 20 10. Warna Batang Genotipe Cabai yang diuji ... 20 11. Habitus Tanaman Genotipe Cabai yang Diuji ... 21 12. Posisi Bunga Genotipe Cabai yang Diuji ... 22 13. Warna Buah Muda Genotipe Cabai yang Diuji ... 24 14. Warna Buah Masak Pada Genotipe Cabai yang Diuji ... 25
Lampiran
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hortikultura merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budidaya tanaman yang intensif dan produknya dapat digunakan sebagai bahan pangan, bahan bumbu, bahan penyegar atau penyedap dan sebagai pelindung atau penyaman lingkungan. Hortikultura menekankan pada jenis tanaman sayur-sayuran, buah dan tanaman hias. Produk hortikultura bersifat mudah rusak (perishable), voluminous dan bulky (Ashari, 1995).
Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dan banyak digunakan di seluruh dunia. Cabai digemari oleh masyarakat Indonesia karena dapat digunakan sebagai bahan baku atau sayuran yang dimasak. Cabai dapat dikonsumsi dalam bentuk segar atau diolah sebagai bahan baku industri (Poulos, 1994).
Cabai mempunyai kandungan nilai gizi yang sangat beragam, dalam 100 g cabai merah mengandung protein 1.9 g, lemak 1.9 g, karbohidrat 9.2 g, Fe 1.2 mg, Ca 14.4 mg, vitamin A 700-21600 IU dan vitamin C 242 mg. Rasa pedas buah cabai disebabkan oleh suatu zat yang disebut capsicinoids (Poulos, 1994).
Menurut Kusandriani (1996), tanaman cabai dapat diusahakan di dataran tinggi maupun di dataran rendah, karena tanaman cabai memiliki daya adaptasi yang luas. Hal ini menyebabkan banyak petani di Indonesia yang bertanam cabai. Walapun demikian, produktivitas cabai merah masih tergolong rendah (6.30 ton/ha) jika dibandingkan dengan produktivitas cabai Malaysia. Menurut Poulos (1994), produktivitas cabai Malaysia mencapai 12.46 ton/ha dan menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997) di Cina produktivitasnya mencapai 14.5 ton/ha.
Berdasarkan data statistik tahun 2003-2007, produktivitas cabai Indonesia relatif tetap bahkan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Hal tersebut terlihat pada data produksi cabai dari tahun 2003 sampai tahun 2007 (Tabel 1).
2
et al., 2006), pemeliharaan tanaman cabai kurang intensif, pemanfaatan lahan
kurang efektif, pengambilan data yang tidak relevan dan varietas-varietas unggul yang tersedia di dalam negeri masih terbatas.
Tabel 1. Produksi dan Produktivitas Cabai Indonesia Tahun Produksi
(ton)
Luas Panen Cabai (ha)
Produktivitas (ton/ha) 2003 774 408 115 233 6.72 2004 714 705 110 170 6.49 2005 661 730 103 531 6.39 2006 736 019 113 079 6.51 2007 676 828 107 362 6.30 Sumber: Departemen Pertanian, 2008
Varietas unggul dapat dirakit melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Dalam program pemuliaan tanaman salah satu tahapannya adalah evaluasi daya hasil. Evaluasi daya hasil diperlukan untuk memperoleh galur-galur yang mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakter vegetatif dan generatif 11 genotipe cabai yang dibandingkan dengan dua varietas pembanding.
Hipotesis
1. Terdapat genotipe cabai yang memiliki karakter vegetatif dan generatif lebih baik daripada varietas pembanding.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Penyebaran Cabai
Cabai (Capsicum annuum L.) berasal dari Negara Mexico sedangkan spesies yang lainnya seperti C. frutescens, C. baccatum, C. fubescens dan C.
chinense berasal dari Amerika Selatan. Cabai diintroduksi ke Asia pada abad
ke-16 oleh Bangsa Portugal dan Spanyol melalui jalur perdagangan dari Amerika Selatan. Penyebaran C. annuum dan C. frutescens telah terjadi di seluruh benua (Poulos, 1994).
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman cabai diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Subkelas : Sympetale Ordo : Turbiflorae Famili : Solanaceae Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.
Spesies C. annuum sangat bervariasi dengan tinggi tanaman berkisar antara 0.5-1.5 m, tumbuh tegak dan bercabang banyak. Diameter batang tanaman cabai mencapai 1 cm. Tanaman cabai memiliki perakaran utama yang kuat dengan jumlah akar lateral yang banyak (Poulos, 1994).
Daun tanaman cabai yang relatif halus dengan bulu adalah daun tunggal dan tipis, mempunyai ukuran yang bervariasi dengan helaian daun lanset dan bulat telur lebar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Menurut Kusandriani (1996), daun cabai berwarna hijau atau hijau tua, tumbuh pada tunas-tunas samping berurutan pada batang utama dan tunggal tersusun secara spiral.
4
1995). Selanjutnya, menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), mahkota cabai mempunyai variasi warna yang berbeda dari putih, hingga putih kehijauan serta putih keunguan hingga putih. Begitu juga dengan warna kepala sari yang bervariasi dari warna biru, ungu, dan kuning, dan warna biji kuning muda, coklat atau hitam. Kelopak yang berbentuk bel biasanya membesar bersama dengan buah, dan menutup sebagian atau sebagian besar buah.
Ukuran buah cabai beragam dari pendek sampai panjang, sedangkan ujungnya runcing atau tumpul. Bentuk buah umumnya memanjang. Buah seringkali tumbuh tunggal pada setiap buku, dan buah jamak perbuku pada beberapa spesies lain (Kusandriani, 1996). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), buah cabai mempunyai warna yang bervariasi dari hijau, kuning, atau bahkan ungu ketika muda dan kemudian berubah menjadi merah, jingga, kuning, atau campuran warna ini, seiring dengan meningkatnya umur buah. Warna hijau pada cabai merupakan akibat klorofil, warna merah dan kuning disebabkan karotenoid, warna ungu disebabkan oleh antosianin, sedangkan warna cokelat merupakan keberadaan klorofil dengan sintesis likopen dan beta karoten.
Syarat Tumbuh
Persyaratan tumbuh tanaman cabai antara lain, suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 18-30°C (Poulos, 1994). Selanjutnya menurut Berke et al. (2005), suhu lingkungan di bawah 15°C dan di atas 30°C akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.
5
Budidaya Tanaman Cabai
Penggunaan mulsa pada budidaya cabai sudah dilakukan sejak awal tahun 1960. Mulsa dapat berfungsi untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi kehilangan unsur hara dan melindungi buah cabai dari gangguan mikroorganisme cabai (Bosland dan Votava, 2000). Menurut Soetiarso et al. (2006), penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan jumlah buah sehat per tanaman, bobot buah sehat per tanaman dan bobot buah per petak dan menekan serangan
Thrips sp.
Cara penanaman cabai bervariasi menurut jenis tanah dan ketinggian tempat. Pada tanah bertekstur liat, sistem penanaman dalam bedengan dengan 2-4 baris tanaman tiap bedengan lebih efisien, sedangkan tanah bertekstur sedang sampai ringan lebih cocok menggunakan sistem penanaman dengan barisan tunggal. Pemilihan waktu tanam cabai merah sangat penting, terutama dalam hubungannya dengan ketersediaan air, curah hujan dan gangguan hama dan penyakit. Kekurangan air pada masa pertumbuhan vegetatif menyebabkan tanaman cabai merah tumbuh kerdil, sedangkan pada masa generatif dapat menurunkan hasil buah bahkan dapat menggagalkan panen (Sumarni, 1996).
Waktu panen tanaman cabai umumnya ditentukan oleh ukuran buah dan warna buah cabai (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Menurut Bosland dan Votava (2000), buah cabai yang siap panen memiliki permukaan yang mengkilap, bersinar, dan lebih berlilin dibandingkan buah cabai yang masih muda.
Hama dan Penyakit Tanaman
Hama yang sering menyerang tanaman cabai adalah Aphids atau kutu,
Thrips sp., lalat buah, ulat Spodoptera sp. dan tungau. Menurut Ashari (1995),
Aphids atau kutu merupakan binatang pengganggu berwarna hijau, hitam atau
6
memakan daging buah dari dalam. Tungau menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan daun sehingga daun keriput menguning dan akhirnya rontok.
Penyakit yang sering menyerang tanaman cabai adalah bercak daun cabai yang disebabkan oleh Cercospora capsici dan busuk buah yang disebabkan oleh
Phytophthora spp. Sementara itu antraknosa cabai yang disebabkan oleh
Colletotrichum acutatum (Syukur, 2007). Menurut Semangun (2004), gejala
penyakit antraknosa pada buah cabai adalah mula-mula membentuk becak cokelat kehitaman, lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah becak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur. Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna jerami.
Pemuliaan Tanaman Cabai
Pemuliaan tanaman merupakan suatu ilmu untuk mengubah susunan genetik sehingga dapat memperbaiki bentuk atau sifat tanaman. Tujuan pemuliaan tanaman adalah memperbaiki daya hasil, menghasilkan varietas tahan hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman lingkungan dan memperbaiki kualitas (Poespodarsono, 1988).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan Agustus
2008, berlokasi di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman Institut
Pertanian Bogor dan Kebun Percobaan IPB Tajur, Bogor. Kebun Percobaan IPB
Tajur berada pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut (dpl).
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 11 galur
harapan cabai (Capsicum annuum L.) yaitu 5 galur hasil persilangan antara
varietas ‘Jatilaba’ dengan genotipe cabai AVRDC yaitu 0706-6580-1,
0706-6583-1, 0706-6584-0706-6583-1, 0706-6584-2, 0706-6584-3, 4 galur murni AVRDC yaitu IPB
C10, IPB C12, IPB C14 dan IPB C15, 1 galur murni dari Universitas Bengkulu
yaitu 35C2 serta 1 galur murni dari Malaysia yaitu IPB C5 (Tabel 2).
Varietas pembanding yang digunakan yaitu ‘Tanjung’ dan ‘Tit Super’.
Varietas Tanjung berasal dari Balitsa (Balai Penelitian Tanaman Sayuran) dan
memiliki potensi hasil sebesar 12 ton/ha. Varietas Tit Super berasal dari PT. East
West Seed Indonesia (Cap Panah Merah) dan memiliki potensi hasil sebesar 15-17
ton/ha.
Bahan lain yang digunakan adalah pupuk kandang, SP-36 (100 kg/ha),
urea (200 kg/ha), KCl (100 kg/ha), Gandasil D (10% N, 12% P, 14% K dan 1%
Mg), NPK mutiara (15-15-15), mulsa plastik hitam perak dan bahan insektisida
dan fungisida. Insektisida dan fungisida terdiri dari Curacron 500 EC (profenos
500 g/l), Furadan (karbofuran 3%), Dithane-45 (mankozeb 80%), Siputox
(metaldehida 5%), Antracol (propineb 70%), Agristik (alkilaril poligikol eter 400
ml/l) dan Agrept 20 wp (streptomisin sulfat 20%). Alat-alat yang digunakan
adalah bak semai, ajir, cangkul, kored, label, meteran, timbangan digital dan hand
8
Tabel 2. Silsilah dan Keunggulan Genotipe yang Diuji
No Kode Keunggulan Keterangan
1. 0706-6580-1 Tahan CVMV, CMV, BW, Antraknosa
Jatilaba/0209-4//Jatilaba/PBC 495
2. 0706-6583-1 Tahan CVMV, CMV, BW, Antraknosa
Jatilaba/0209-4//Jatilaba/PBC 495
3. 0706-6584-1 Tahan CVMV, CMV, BW, Antraknosa
Jatilaba/0209-4//Jatilaba/PBC 495
4. 0706-6584-2 Tahan CVMV, CMV, BW, Antraknosa
Jatilaba/0209-4//Jatilaba/PBC 495
5. 0706-6584-3 Tahan CVMV, CMV, BW,
11. 35C2 Toleran terhadap tanah masam
Talang Semut x Tit Super
12. Tanjung Tahan hama pengisap Varietas Komersial 13. Tit Super Tahan Antraknosa,
Layu Bakteri
Varietas Komersial
Keterangan : CVMV: Chili Veinal Mottle Virus
CMV : Cucumber Mosaik Virus
BW : Bakterial Wilt
PVY : Potato Virus Y
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT). Perlakuan menggunakan 13 genotipe cabai yang diulang sebanyak tiga
9
Model matematis yang digunakan adalah:
Yij = μ + αi + ßj +Σij
Yij = respon pengamatan dari genotipe ke-i dalam ulangan ke-j μ = nilai rataan umum
αi = tambahan nilai karena pengaruh genotipe ke-i, dimana i = 1, 2, 3,…13 ßj = tambahan nilai karena ulangan ke-j, dimana j = 1, 2, 3
Σij = galat percobaan dari genotipe ke-i dan ulangan ke-j
Jika data yang diperoleh berbeda nyata setelah dianalisis dengan uji F,
maka akan dilakukan uji lanjut dengan uji Dunnett pada taraf 5%.
Pelaksanaan Percobaan
Penanaman
Benih cabai dikecambahkan dalam tray plastik. Satu lubang dalam tray
plastik ditanami dua butir benih. Media yang digunakan adalah media siap pakai,
yang disterilisasi dalam oven pada suhu 60°C selama 3 jam. Komposisi media
terdiri dari campuran tanah, humus dan pupuk kandang. Pencegahan hama dan
penyakit dilakukan ketika di persemaian dengan memberikan insektisida dan
fungisida sesuai dosis yang dianjurkan.
Penyiapan lahan dilakukan dengan pembersihan gulma, penggemburan
lahan penanaman, pemberian pupuk kandang dan SP36 yang ditebar merata diatas
tanah, kemudian diaduk rata. Setelah itu, dilakukan pembuatan bedengan dan
pemasangan mulsa plastik hitam perak. Penyiapan lahan dilakukan selama ± 4
minggu sebelum pindah tanam.
Penanaman dilakukan dengan cara transplanting (pindah tanam). Jarak
dalam baris 50 x 50 cm. Jarak antara bedeng yaitu ± 30 cm. Setiap bedeng
ditanami dua baris cabai (double rows). Jumlah bedeng yang dipakai adalah
delapan bedeng.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman cabai meliputi penyiraman, pemasangan ajir,
pewiwilan, pemupukan susulan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman.
10
dilakukan sehari dua kali. Pemasangan ajir dilakukan untuk menopang tanaman
dan membuat tanaman lebih tegar ketika terjadi hujan angin. Pemasangan ajir
dilakukan pada saat umur tanaman ± 2 minggu setelah pindah tanam. Ajir yang
digunakan memiliki panjang 120 cm. Pada saat tanaman cabai berumur 7-30 hari
dilakukan pembuangan tunas samping karena akan mengganggu pertumbuhan
vegetatif tanaman cabai.
Pemberian pupuk susulan berupa NPK mutiara (15-15-15) dilakukan
setiap minggu sebanyak 5 g/l. NPK mutiara diberikan sebanyak 250 ml per
tanaman. Pemeliharaan terhadap tanaman cabai dilakukan secara rutin dan
berkala, sehingga dapat mencegah berkembangnya hama dan penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan memberikan insektisida dan
fungisida jika perlu.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada tanaman contoh yang sudah dipilih secara
acak sebelumnya. Beberapa karakter yang diamati antara lain:
1) Karakter Kualitatif Pada Fase Vegetatif :
a) Bentuk daun : delta, oval, dan lanset, diamati ketika buah pertama mulai
masak pada 50% populasi (Gambar 1).
Gambar 1. Bentuk Daun Cabai Berdasarkan IPGRI. 1) Delta, 2) Oval, 3) Lanset
b) Warna daun : hijau muda, hijau dan hijau tua, diamati ketika buah pertama
mulai masak pada 50% populasi.
c) Bentuk batang : silindris, bersudut dan rata, diamati ketika tanaman
dewasa.
d) Warna batang : hijau, hijau garis ungu, ungu dan lainnya, diamati setelah
11
e) Habitus tanaman : menyamping, kompak dan tegak, diamati ketika 50%
populasi tanaman telah mempunyai buah masak (Gambar 2).
Gambar 2. Habitus Tanaman Cabai Berdasarkan IPGRI. 3) Menyamping, 5) Kompak, 7) Tegak
2) Karakter Kualitatif Pada Fase Generatif :
a) Jumlah helai mahkota : diamati saat anthesis.
b) Warna mahkota bunga : putih, kuning muda, kuning, ungu dengan dasar
putih, putih dengan dasar ungu, ungu dan lainnya, diamati saat anthesis.
c) Warna anther : ungu dan ungu muda, diamati saat bunga mekar.
d) Warna kepala putik : diamati saat bunga mekar.
e) Posisi bunga : pendant, intermediate dan erect, diamati ketika 50%
populasi tanaman mempunyai bunga mekar (Gambar 3).
Gambar 3. Posisi Bunga Cabai Berdasarkan IPGRI. 3) Pendant, 5) Intermediate, 7) Erect
12
g) Warna buah masak : putih, kuning, lemon, oranye, merah terang, merah,
merah tua, ungu, coklat dan hitam, diamati saat buah masak penuh.
h) Permukaan kulit buah : licin, semi keriting dan keriting diamati pada
panen kedua.
i) Irisan melintang : sedikit berombak, intermediate dan berombak, diamati
setelah berbuah (Gambar 4).
Gambar 4. Irisan Melintang Buah Cabai Berdasarkan IPGRI. 3) Sedikit Berombak, 5) Intermediate, 7) Berombak
j) Bentuk buah : Memanjang, bulat, segitiga, campanulate dan blocky,
diamati pada panen kedua (Gambar 5).
13
3) Karakter Kuantitatif Pada Fase Vegetatif :
a) Tinggi tanaman (cm) : diukur dari permukaan tanah sampai ujung
tertinggi, setelah panen pertama.
b) Tinggi dikotomus (cm) : diukur dari permukaan tanah sampai percabangan
pertama, setelah panen pertama.
c) Lebar kanopi (cm) : diukur pada kanopi terlebar, setelah panen pertama.
d) Diameter batang (cm) : diukur pada pertengahan batang, setelah panen
pertama.
e) Panjang daun (cm) : diukur dari 10 daun dewasa, diamati ketika buah
pertama mulai masak pada 50% populasi.
f) Lebar daun (cm) : diukur dari 10 daun dewasa, diamati ketika buah
pertama mulai masak pada 50% populasi.
g) Bobot biomassa segar (g) : rata-rata bobot 10 tanaman contoh setelah
selesai panen.
4) Karakter Kuantitatif Pada Fase Generatif :
a) Umur berbunga (HST) : jumlah hari setelah transplanting sampai 50%
populasi mempunyai bunga mekar.
b) Umur panen (HST) : jumlah hari setelah transplanting sampai 50%
populasi mempunyai buah masak.
c) Bobot 1000 biji (g) : rata-rata bobot 100 biji kemudian dikonversi menjadi
bobot 1000 biji.
d) Panjang buah (cm) : rata-rata 10 panjang buah segar pada panen kedua.
e) Diameter buah (cm) : diameter pangkal 10 buah segar pada panen kedua.
f) Tebal kulit buah (cm) : rata-rata tebal kulit 10 buah segar pada panen
kedua.
g) Bobot per buah (g) : rata-rata bobot 10 buah segar pada panen kedua.
h) Jumlah buah per tanaman : penjumlahan antara jumlah buah layak pasar
dan jumlah buah tidak layak pasar.
i) Bobot buah layak pasar (g/tanaman) : buah yang tidak terkena serangan
14
j) Bobot buah per tanaman (g) : hasil penjumlahan antara bobot buah layak
pasar dengan bobot buah tidak layak pasar pada panen ke-1 hingga panen
ke-8.
k) Produktivitas (ton/ha) : 80% populasi per hektar x 80% x bobot buah per
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 2008. Penyemaian benih dilakukan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen AGH, Faperta, Institut Pertanian Bogor. Benih yang berkecambah mengalami etiolasi karena kekurangan cahaya matahari pada saat disemai, beberapa saat sebelum transplanting.
Penanaman bibit atau transplanting dilakukan pada saat bibit berumur 56 hari di Kebun Percobaan Tajur II IPB. Seharusnya penanaman bibit dilakukan ketika bibit berumur 30-40 hari, namun sebagian besar benih yang ditanam terlambat tumbuh. Hal ini diduga karena benih berasal dari AVRDC Taiwan, kemungkinan mengalami penyesuaian yang agak lama. Penanaman bibit dilakukan ketika pagi dan sore hari agar tanaman tidak mengalami stress. Berdasarkan data Stasiun Meteorologi dan Geofisika, Bogor (2008), pada bulan April sampai bulan Agustus 2008, di Kebun Percobaan IPB Tajur curah hujan rata-rata 188.34 mm/bulan, suhu 25.54°C dan kelembaban 82.1%.
Hama yang menyerang tanaman cabai selama di lapangan adalah siput, semut, aphid (Myzus persicae), tungau dan lalat buah (Bactrosela dorsalis). Siput menyerang tanaman pada saat awal penanaman dengan cara mematahkan batang bagian bawah. Pemberantasan hama siput dilakukan dengan cara pemberian siputok (metaldehida 5%) yang dicampur dengan tape singkong dan diletakkan disekeliling bedeng.
Hama lain yang menyerang adalah semut. Semut menyerang pangkal batang sehingga tanaman menjadi lunglai. Pemberantasan hama semut dilakukan dengan cara memberi furadan (karbofuran 3%) di sekeliling tanaman.
16
Lalat buah (Bactrosela dorsalis) menyerang hampir semua genotipe, kecuali genotipe AVRDC dengan kode 0706-6580-1. Gejala yang ditimbulkan oleh serangan lalat buah adalah terdapat tusukan dan titik hitam pada pangkal buah, jika buah dibelah terdapat belatung lalat buah dan buah menjadi busuk (Gambar 6). Pencegahan yang dilakukan untuk mengendalikan hama lalat buah adalah dengan memasang perangkap. Perangkap tersebut berupa botol plastik yang didalamnya digantungkan kapas yang sudah ditetesi metil eugenol atau protein hidrosilat. Bau pada metil eugenol merangsang lalat buah masuk ke dalam botol tersebut. Perangkap dipasang ± 3 minggu setelah tanam.
Gambar 6. Gejala Buah yang Terserang Lalat Buah (terdapat Tusukan Lalat Buah pada Buah Cabai)
Penyakit yang menyerang tanaman cabai adalah layu fusarium (Fusarium
oxysporum Schlecth), gemini virus, dan antraknosa (Colletotrichum acutatum).
Fusarium oxysporum menyerang tanaman dari awal penanaman sampai akhir
17
Gambar 7. Gejala Tanaman yang Terserang Layu Fusarium. a) Gejala Awal, Daun Terlihat Layu, b) Gejala Lanjut, Daun Mengering dan Berguguran
Terdapat genotipe AVRDC dengan kode 0706-6584-1 yang terserang gemini virus pada ulangan satu. Cara pengendaliannya adalah mencabut tanaman yang terkena penyakit dan membakarnya. Gejala penyakit pada tanaman dapat dilihat pada Gambar 8a.
Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletothricum acutatum
(Syukur, 2007) terdapat pada genotipe 0706-6584-1, 0706-6584-2, 0706-6584-3, dan IPB C14. Penyakit antraknosa dikendalikan dengan cara mengaplikasikan Antracol (propineb 70%). Konsentrasi yang digunakan sebanyak 2 g/l.
Gejala penyakit antraknosa pada buah adalah mula-mula membentuk becak cokelat kehitaman, lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah becak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur. Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna jerami (Semangun, 2004). Gejala penyakit pada buah dapat dilihat pada Gambar 8b.
18
Rekapitulasi F-hitung, Peluang dan Koefisien Keragaman
Berdasarkan analisis ragam, terdapat perbedaan sangat nyata antara genotipe yang diuji pada semua karakter yang diamati. Koefisien keragaman (kk) pada karakter yang diamati berkisar antara 4.83-30.23% (Tabel 3). Menurut Gomez dan Gomez (1995), nilai kk menunjukkan tingkat ketepatan dan merupakan indeks yang baik dari keadaan percobaan. Nilai kk semakin tinggi maka keandalan percobaan akan semakin rendah.
Tabel 3. Rekapitulasi F-hitung, Peubah dan Koefisien Keragaman
No Karakter F-hitung Peluang KK
1 Tinggi tanaman 85.39** 0.0001 5.89 2 Lebar kanopi 8.66** 0.0001 7.7 3 Tinggi dikotomus 24.45** 0.0001 10.43 4 Diameter batang 19.44** 0.0001 5.29 5 Bobot 1000 biji 60.60** 0.0001 5.18 6 Umur mulai berbunga 12.52** 0.0001 7.27 7 Umur mulai panen 6.69** 0.0001 4.83 8 Panjang daun 3.74** 0.0029 12.67 9 Lebar daun 6.00** 0.0001 9.87 10 Panjang buah 24.84** 0.0001 8.96 11 Diameter buah 85.46** 0.0001 5.17 12 Tebal kulit buah 23.48** 0.0001 11.95 13 Bobot per buah 64.39** 0.0001 12.34 14 Bobot buah layak pasar 8.02** 0.0001 18.84 15 Bobot buah tidak layak pasar 5.72** 0.0001 71.64 16 Produktivitas 5.83** 0.0001 20.37 17 Bobot biomassa segar 6.50** 0.0001 30.23
19
Evaluasi Karakter Kualitatif
Karakter Vegetatif
Karakter kualitatif pada fase vegetatif antara genotipe yang diuji dan varietas pembanding menunjukkan beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut terdapat pada karakter bentuk daun dan habitus tanaman, tetapi pada karakter warna daun, warna batang dan bentuk batang tidak menunjukkan perbedaan.
Genotipe AVRDC dengan kode 0706-6584-1, 0706-6584-2 dan 35C2 memiliki bentuk daun lanset dan IPB C10 memiliki bentuk daun delta. Bentuk daun genotipe lainnya tidak berbeda dengan kedua pembanding (Gambar 9). Warna daun genotipe yang diuji tidak berbeda dengan kedua pembanding. Hal ini terlihat pada Tabel 4, semua daun cabai berwarna hijau atau hijau tua.
Tabel 4. Bentuk dan Warna Daun Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super
Genotipe Bentuk Daun Warna Daun
0706-6580-1 Oval Hijau Tua
0706-6583-1 Oval Hijau Tua
0706-6584-1 Lanset Hijau Tua
0706-6584-2 Lanset Hijau Tua
0706-6584-3 Oval Hijau Tua
IPB C5 Oval Hijau Tua
IPB C10 Delta Hijau Tua
IPB C12 Oval Hijau Tua
IPB C14 Oval Hijau Tua
IPB C15 Oval Hijau Tua
35C2 Lanset Hijau Tua
Tanjung Oval Hijau Tua
Tit Super Oval Hijau Tua
20
Gambar 9. Bentuk dan Warna Daun 13 Genotipe Cabai yang Diuji. a) 6580-1, b) 6583-1, c) 6584-1, d) 6584-2, e) 0706-6584-3, f) IPB C5, g) IPB C14, h) IPB C15, i) IPB C12, j) IPB C10, k) 35C2, l) Tanjung dan m) Tit Super.
Warna batang genotipe yang diuji sama dengan varietas pembanding yaitu hijau dengan garis ungu, kecuali warna batang genotipe 35C2 berwarna hijau (Gambar 10a dan 10b). Bentuk batang genotipe cabai yang diuji sama dengan varietas pembanding, yaitu silindris (Tabel 5).
Gambar 10. Warna Batang Genotipe Cabai yang diuji. a) Hijau dengan Garis Ungu, b) Hijau (Genotipe 35C2)
21
Tabel 5. Bentuk Batang, Warna Batang dan Habitus Tanaman Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super
Genotipe Bentuk Batang Warna Batang Habitus Tanaman 0706-6580-1 Silindris Hijau dengan garis ungu Menyamping 0706-6583-1 Silindris Hijau dengan garis ungu Kompak 0706-6584-1 Silindris Hijau dengan garis ungu Kompak 0706-6584-2 Silindris Hijau dengan garis ungu Kompak 0706-6584-3 Silindris Hijau dengan garis ungu Kompak IPB C 5 Silindris Hijau dengan garis ungu Tegak IPB C10 Silindris Hijau dengan garis ungu Tegak IPB C12 Silindris Hijau dengan garis ungu Tegak IPB C 14 Silindris Hijau dengan garis ungu Tegak IPB C 15 Silindris Hijau dengan garis ungu Menyamping
35C2 Silindris Hijau Kompak Tanjung Silindris Hijau dengan garis ungu Kompak
Tit Super Silindris Hijau dengan garis ungu Tegak
Gambar 11. Habitus Tanaman Genotipe Cabai yang Diuji. a) Menyamping (0706-6580- 1), b) Kompak (Tanjung) dan c) Tegak (IPB C10)
Karakter Generatif
Karakter bunga pada genotipe AVRDC yang diuji tidak berbeda dengan pembanding. Jumlah helai mahkota genotipe yang diuji adalah 5-6 sama dengan jumlah helai mahkota pada varietas pembanding (Tabel 6).
22
Warna anther dari genotipe yang diuji menunjukkan perbedaan dengan varietas pembanding. Warna anther dari sebagian besar genotipe yang diuji berwarna ungu sedangkan warna anther dari varietas Tanjung dan Tit Super adalah biru keunguan dan biru pucat (Tabel 6).
Tabel 6. Jumlah Helai Mahkota, Warna Mahkota Bunga dan Warna
Anther Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan
Varietas Tanjung dan Tit Super
Genotipe Jumlah Helai
Mahkota Warna Mahkota Bunga Warna Anther
0706-6580-1 5 Putih Ungu
0706-6583-1 5-6 Putih Ungu
0706-6584-1 5 Putih Ungu
0706-6584-2 5 Putih Ungu
0706-6584-3 5 Putih Ungu
IPB C 5 5 Putih Biru kehijauan
IPB C10 5-6 Putih Hijau
IPB C12 5-6 Putih Biru kehijauan
IPB C 14 5 Putih Ungu
IPB C 15 5-6 Putih Biru kehijauan 35C2 5 Ungu dengan dasar putih Ungu
Tanjung 5-6 Putih Biru keunguan
Tit Super 5-6 Putih Biru pucat
Sebagian besar genotipe yang diuji memiliki posisi bunga pendant dan
intermediate (Tabel 7). Genotipe yang memiliki posisi bunga erect adalah
genotipe 0706-6580-1, IPB C10 dan 35C2 (Gambar 12). Berdasarkan hasil pengamatan warna kepala putik genotipe yang diuji tidak berbeda dengan varietas pembanding, yaitu kuning (Tabel 7).
23
Tabel 7. Posisi Bunga dan Warna Kepala Putik Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super Genotipe Posisi Bunga Warna Kepala Putik
0706-6580-1 Erect Kuning
0706-6583-1 Intermediate Kuning 0706-6584-1 Intermediate Kuning 0706-6584-2 Pendant Kuning 0706-6584-3 Intermediate Kuning
IPB C5 Pendant Kuning
IPB C10 Erect Kuning
IPB C12 Intermediate Kuning
IPB C14 Pendant Kuning
IPB C15 Intermediate Kuning
35C2 Erect Kuning
Tanjung Pendant Kuning
Tit Super Pendant Kuning
Pengamatan karakter kualitatif buah terdiri dari warna buah muda, warna buah masak, permukaan kulit buah, bentuk buah dan irisan buah melintang Pengamatan karakter ini tidak menunjukkan perbedaan dengan varietas pembanding (Tabel 8).
24
Gambar 13. Warna Buah Muda Genotipe Cabai yang Diuji. a) 0706-6580-1, b) 0706-6583-1, c) 0706-6584-1, d) 0706-6584-2, e) 0706-6584-3, f) IPB C5, g) IPB C14, h) IPB C15, i) IPB C10, j) 35C2 dan k) Tit Super
Warna buah masak genotipe yang diuji tidak berbeda dengan varietas pembanding yaitu berwarna merah (Gambar 14). Warna buah masak diamati pada saat buah masak penuh. Menurut IPGRI (1995), warna buah masak terdiri atas delapan warna yaitu putih, kuning lemon, oranye, merah terang, merah, merah tua, ungu dan cokelat.
Tabel 8. Warna Buah Muda dan Warna Buah Masak Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super Genotipe Warna buah muda Warna buah masak
0706-6580-1 Hijau tua Merah
0706-6583-1 Hijau tua Merah
0706-6584-1 Hijau tua Merah
0706-6584-2 Hijau tua Merah
0706-6584-3 Hijau tua Merah
IPB C5 Hijau Merah
IPB C10 Hijau Merah
IPB C12 Hijau Merah
IPB C14 Hijau muda Merah
IPB C15 Hijau Merah
35C2 Hijau Merah
Tanjung Hijau Merah
25
Gambar 14. Warna Buah Masak Pada Genotipe Cabai yang Diuji. a) 0706-6580-1, b) 0706-6583-0706-6580-1, c) 0706-6584-0706-6580-1, d) 0706-6584-2, e) 0706-6584-3, f) IPB C5, g) IPB C14, h) IPB C15, i) IPB C12, j) IPB C10, k) 35C2, l) Tanjung dan m) Tit Super.
Genotipe cabai yang diamati memiliki permukaan buah rata, semi keriting dan keriting. Genotipe yang memiliki permukaan buah licin adalah IPB C5, IPB C10 dan IPB C12 sama dengan varietas Tit Super. Genotipe yang memiliki permukaan buah semi keriting adalah 0706-6580-1, 0706-6583-1, 0706-6584-1, 0706-6584-2, 0706-6584-3, IPB C14 dan IPB C15 sama dengan varietas Tanjung. Genotipe yang memiliki permukaan buah keriting adalah 35C2 (Tabel 9).
26
Tabel 9. Permukaan Kulit Buah, Bentuk Buah dan Irisan Melintang Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super
Genotipe Permukaan kulit Buah Irisan Melintang Bentuk Buah 0706-6580-1 Semi keriting Sedikit berombak Memanjang 0706-6583-1 Semi keriting Sedikit berombak Memanjang 0706-6584-1 Semi keriting Sedikit berombak Memanjang 0706-6584-2 Semi keriting Sedikit berombak Memanjang 0706-6584-3 Semi keriting Sedikit berombak Memanjang IPB C5 Licin Sedikit berombak Memanjang IPB C10 Licin Sedikit berombak Memanjang IPB C12 Licin Sedikit berombak Memanjang IPB C14 Semi keriting Sedikit berombak Memanjang IPB C15 Semi keriting Sedikit berombak Memanjang
35C2 Keriting Intermediate Memanjang Tanjung Semi keriting Intermediate Memanjang Tit Super Licin Sedikit berombak Memanjang
Evaluasi Karakter Kuantitatif
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman genotipe cabai yang diuji berkisar antara 35.5-102.1 cm (Tabel 10). Genotipe yang tidak berbeda nyata dengan varietas Tanjung dan Tit Super adalah IPB C14. Genotipe IPB C12, IPB C15 dan 35C2 memiliki tinggi tanaman lebih tinggi daripada varietas Tanjung dan Tit Super, sedangkan genotipe IPB C5 dan IPB C10 memiliki tinggi tanaman lebih tinggi daripada varietas Tanjung. Genotipe 0706-6583-1 memiliki tinggi tanaman lebih rendah daripada varietas Tit Super. Sementara itu, genotipe 6580-1, 6584-1, 0706-6584-2 dan 0706-6584-3 memiliki tinggi tanaman lebih rendah daripada varietas Tanjung dan Tit Super.
27
sedang sehingga kualitas buah yang dihasilkan lebih baik daripada genotipe lainnya.
Lebar Kanopi
Lebar kanopi genotipe yang diuji berkisar antara 64.08-94.34 cm (Tabel 10). Genotipe IPB C15 memiliki lebar kanopi lebih besar daripada varietas Tanjung, sedangkan genotipe IPB C10 memiliki lebar kanopi lebih kecil daripada kedua varietas pembanding. Genotipe 0706-6580-1, 0706-6584-1, 0706-6584-2 dan 0706-6584-3 memiliki lebar kanopi lebih kecil daripada varietas Tit Super. Tanaman yang memiliki kanopi yang lebar dapat menghasilkan jumlah cabang yang banyak. Oleh karena itu, buah yang dihasilkan akan semakin banyak.
Tabel 10. Rata-rata Tinggi Tanaman dan Lebar Kanopi Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super
Genotipe Tinggi Tanaman (cm) Lebar Kanopi (cm)
0706-6580-1 35.59ab 68.15b
0706-6583-1 60.78b 84.21
0706-6584-1 40.50ab 68.87b
Tanjung 64.65 79.16
Tit Super 74.03 83.68
Keterangan : nilai yang diikuti huruf a artinya berbeda nyata dengan varietas Tanjung, huruf b artinya berbeda nyata dengan varietas Tit Super berdasarkan Dunnett’s taraf 5%.
Tinggi Dikotomus
28
dan IPB C12 memiliki tinggi dikotomus lebih tinggi sedangkan genotipe 0706-6580-1, IPB C14 dan IPB C15 memiliki tinggi dikotomus lebih rendah Sementara itu, genotipe lainnya memiliki tinggi dikotomus yang tidak berbeda dengan kedua varietas pembading.
Diameter Batang
Diameter batang genotipe yang diuji berkisar antara 0.95-1.41 cm (Tabel 11). Genotipe IPB C5, IPB C12 dan IPB C14 memiliki diameter batang yang tidak berbeda dengan kedua pembanding. Sementara itu, genotipe 0706-6580-1, 0706-6584-1, 0706-6584-2 dan 0706-6584-3 memiliki diameter batang lebih kecil daripada kedua pembanding. Tetapi, terdapat beberapa genotipe yang berbeda nyata dengan salah satu pembanding yaitu genotipe 0706-6583-1 dan IPB C10 yang memiliki diameter batang lebih kecil daripada varietas Tanjung serta genotipe IPB C15 dan 35C2 memiliki diameter batang lebih besar dibandingkan varietas Tit Super.
Tabel 11. Rata-rata Tinggi Dikotomus dan Diameter Batang Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super
Genotipe Tinggi Dikotomus (cm) Diameter Batang (cm)
0706-6580-1 12.03ab 0.95ab
0706-6583-1 20.56 1.09a
0706-6584-1 17.18 1.02ab
0706-6584-2 17.33 0.99ab
0706-6584-3 18.05 0.96ab
IPB C5 19.91 1.22
29
Panjang Daun
Panjang daun genotipe yang diuji berkisar antara 6.26-11.13 cm (Tabel 12). Genotipe yang diuji tidak ada yang berbeda nyata dengan Tanjung dan Tit Super, kecuali 0706-6580-1 yang memiliki panjang daun lebih rendah daripada kedua pembanding. Hal tersebut menunjukkan bahwa panjang daun genotipe yang diuji tidak berbeda dengan varietas pembanding.
Lebar Daun
Lebar daun genotipe yang diuji berkisar antara 2.90-4.33 cm (Tabel 12). Genotipe 0706-6584-3 dan 35C2 memiliki lebar daun lebih kecil daripada kedua pembanding. Sementara itu, genotipe 0706-6580-1, 0706-6583-1, 0706-6584-1 dan 0706-6584-2 memiliki lebar daun lebih kecil daripada varietas Tanjung. Beberapa genotipe yaitu IPB C5, IPB C10, IPB C12, IPB C14 dan IPB C15 memiliki lebar daun yang tidak berbeda dengan varietas pembanding.
Bobot Segar Biomassa
30
Tabel 12. Rata-rata Panjang Daun, Lebar Daun dan Bobot Segar Biomassa Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super
Genotipe Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Bobot Segar Biomassa (g)
Keterangan : nilai yang diikuti huruf a artinya berbeda nyata dengan varietas Tanjung, huruf b artinya berbeda nyata dengan varietas Tit Super berdasarkan Dunnett’s taraf 5%.
Bobot 1000 Biji
31
Tabel 13. Rata-rata Bobot 1000 Biji Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super
Genotipe Bobot 1000 Biji
(g)
Keterangan : nilai yang diikuti huruf a artinya berbeda nyata dengan varietas Tanjung, huruf b artinya berbeda nyata dengan varietas Tit Super berdasarkan Dunnett’s taraf 5%.
Umur Berbunga
Umur berbunga genotipe yang diuji berkisar antara 28.66-45.00 HST (Tabel 14). Genotipe 0706-6580-1, IPB C14 dan IPB C15 memiliki umur berbunga lebih cepat daripada Tit Super sedangkan genotipe 0706-6583-1, IPB C5 dan IPB C10 memiliki umur berbunga lebih lama daripada varietas Tanjung. Genotipe yang berbeda nyata dengan kedua pembanding hanya genotipe IPB C12 yang memiliki umur berbunga lebih lama dibandingkan varietas Tanjung dan Tit Super.
Umur Panen
32
Tabel 14. Rata-rata Umur Berbunga dan Umur Panen Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super
Genotipe Umur Berbunga (HST) Umur Panen (HST)
0706-6580-1 28.66b 72.00b
0706-6583-1 41.00a 87.00
0706-6584-1 31.66 73.33b
0706-6584-2 33.33 77.00
0706-6584-3 30.66 80.66
IPB C5 38.66a 85.66
Tanjung 31.33 80.33
Tit Super 36.66 83.00
Keterangan : nilai yang diikuti huruf a artinya berbeda nyata dengan varietas Tanjung, huruf b artinya berbeda nyata dengan varietas Tit Super berdasarkan Dunnett’s taraf 5%.
Panjang Buah
Panjang buah genotipe yang diuji berkisar antara 3.92-11.90 cm (Tabel 15). Genotipe yang berbeda nyata dengan Tanjung dan Tit Super hanya dua, yaitu genotipe IPB C10 dan IPB C12, sedangkan genotipe 0706-6580-1, 0706-6584-1, 0706-6584-2, 0706-6584-3, IPB C14 dan 35C2 hanya berbeda nyata dengan varietas Tanjung. Genotipe IPB C12 dan IPB C10 memiliki panjang buah lebih pendek daripada kedua varietas pembanding, sedangkan genotipe 0706-6580-1, 0706-6584-1, 0706-6584-2, 0706-6584-3, IPB C14 dan 35C2 memiliki panjang buah lebih pendek daripada varietas Tanjung. Disamping itu, genotipe 0706-6583-1 dan IPB C5 memiliki panjang buah yang tidak berbeda daripada kedua pembanding.
Diameter Buah
33
kecuali IPB C5. Genotipe tersebut hanya berbeda nyata dengan varietas Tit Super. Genotipe ini memiliki diameter buah lebih besar daripada Tit Super, sedangkan genotipe lainnya memiliki diameter buah lebih pendek daripada kedua pembanding.
Tebal Kulit Buah
Tebal kulit buah genotipe yang diuji berkisar antara 0.05-0.24 cm (Tabel 15). Sebagian besar genotipe yang diuji hanya berbeda nyata dengan salah satu pembanding, sedangkan genotipe IPB C10, IPB C12 dan 35C2 berbeda nyata dengan kedua pembanding. Genotipe-genotipe tersebut memiliki tebal kulit buah lebih kecil dibandingkan Tanjung dan Tit Super.
Tabel 15. Rata-rata Panjang Buah, Diameter Buah dan Tebal Kulit Buah Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super
Genotipe Panjang Buah (cm)
Keterangan : nilai yang diikuti huruf a artinya berbeda nyata dengan varietas Tanjung, huruf b artinya berbeda nyata dengan varietas Tit Super berdasarkan Dunnett’s taraf 5%.
Bobot per Buah
34
kecuali genotipe IPB C5 yang hanya berbeda nyata dengan varietas Tit Super. Semua genotipe yang diuji memiliki bobot buah lebih lecil daripada kedua pembanding sedangkan genotipe IPB C5 memiliki bobot buah lebih kecil dibandingkan varietas Tit Super.
Jumlah Buah
Karakter jumlah buah dihitung setiap panen. Jumlah buah genotipe yang diuji berkisar antara 43.43-240.87 buah (Tabel 16). Pada data terlihat bahwa genotipe 0706-6583-1, 0706-8, IPB C10, IPB C12, IPB C14, IPB C15 dan 35C2 memiliki jumlah buah lebih banyak daripada kedua pembanding. Sementara itu, genotipe 0706-6584-2 dan 0706-6584-3 hanya berbeda nyata dengan varietas Tanjung yang memiliki jumlah buah lebih banyak daripada varietas Tanjung. Meskipun genotipe IPB C10 memiliki jumlah buah lebih banyak daripada kedua pembanding, namun produktivitas genotipe tersebut lebih rendah daripada kedua pembanding, karena genotipe IPB C10 merupakan jenis cabai rawit.
Tabel 16. Rata-rata Bobot Per Buah dan Jumlah Buah Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super
Genotipe Bobot per Buah (g)
Jumlah Buah per Tanaman
0706-6580-1 6.83ab 71.79
0706-6583-1 9.02ab 91.10ab
0706-6584-1 6.54ab 91.07ab
0706-6584-2 6.59ab 80.77a
0706-6584-3 6.94ab 82.87a
IPB C5 14.28b 43.43
Tanjung 16.30 35.50
Tit Super 18.72 49.18
35
Bobot Buah Layak Pasar
Bobot buah layak pasar merupakan bobot buah yang tidak cacat akibat terserang hama dan penyakit sehingga layak untuk dikonsumsi atau dipasarkan. Bobot buah layak pasar dari genotipe yang diuji berkisar antara 199.47-657.29 g (Tabel 17).
Genotipe yang yang memiliki bobot buah layak pasar lebih tinggi daripada kedua pembanding adalah IPB C14. Genotipe IPB C14 memiliki warna buah muda yaitu hijau muda terang sehingga berpotensi mengalami serangan lalat buah yang lebih banyak. Walaupun demikian, karena jumlah buah genotipe 14 lebih banyak dibandingkan kedua pembanding, maka bobot layak pasar genotype IPB C14 lebih banyak daripada kedua pembnadingnya.
Bobot Buah per Tanaman
Bobot buah per tanaman merupakan total dari bobot buah layak pasar dengan bobot buah tidak layak pasar untuk mengetahui produktivitas suatu genotipe. Bobot buah per tanaman dari genotipe yang diuji berkisar antara 209.23-709.11 g (Tabel 17).
36
Tabel 17. Rata-rata Bobot Buah Layak Pasar, Bobot Buah Per Tanaman dan Produktivitas Genotipe Cabai yang Diuji Dibandingkan dengan Varietas Tanjung dan Tit Super
Genotipe Bobot Buah Layak Pasar (g) 0706-6583-1 445.3 509.93 13.05 0706-6584-1 456.68 492.45 12.60 0706-6584-2 379.45 420.52 10.76 0706-6584-3 395.34 428.79 10.97
IPB C 5 261.97 440.20 11.26
Tanjung 322.19 406.31 10.40
Tit Super 342.98 599.42 15.34 Keterangan : nilai yang diikuti huruf a artinya berbeda nyata dengan varietas
Tanjung, huruf b artinya berbeda nyata dengan varietas Tit Super berdasarkan Dunnett’s taraf 5%.
Standar Mutu
Kriteria mutu merupakan hal yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan tingkat kepuasan konsumen dan sasaran konsumen (Pradhana, 2006). Pada karakter panjang buah berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-4480-1998) sebagian besar genotipe yang diuji masuk dalam mutu II. Hanya 1 genotipe yang masuk dalam mutu I, yaitu IPB C15 dan kedua varietas pembanding (Tabel 18). Genotipe IPB C12 dan IPB C10 tidak dapat dimasukkan ke dalam SNI cabai besar karena kedua genotipe tersebut merupakan cabai rawit.
37
Tabel 18. Klasifikasi Panjang dan Diameter Buah Genotipe Cabai yang Diuji Berdasarkann SNI Cabai Merah 01-4480-1998
Genotipe
Panjang Buah (cm) Diameter Buah Mutu
Genotipe 35C2 merupakan cabai keriting, sehingga klasifikasi panjang dan diameter buah berdasarkan SNI untuk cabai keriting. Hasil klasifikasi berdasarkan SNI untuk cabai keriting, genotipe 35C2 masuk ke dalam mutu II.
Korelasi Beberapa Karakter Kuantitatif dengan Umur Berbunga dan Produktivitas
Karakter lebar kanopi dan diameter batang tidak berkorelasi terhadap umur berbunga. Tinggi tanaman dan tinggi dikotomus berkorelasi positif dengan umur berbunga (Tabel 19). Semakin tinggi tanaman dan dikotomus maka umur berbunga akan semakin lama.
Karakter tinggi tanaman, panjang dan lebar daun, umur berbunga, umur panen dan jumlah buah tidak berkorelasi dengan produktivitas. Sementara itu, karakter lebar kanopi, tinggi dikotomus, diameter batang dan tebal kulit buah berkorelasi dengan produktivitas tanaman (Tabel 19). Lebar kanopi berkorelasi positif dengan produktivitas tanaman. Kanopi semakin lebar maka produktivitas tanaman akan semakin tinggi sedangkan tinggi dikotomus berkorelasi negatif terhadap produktivitas. Dikotomus semakin tinggi maka produktivitas akan semakin rendah.
38
percabangan utama berkorelasi negatif dengan jumlah cabang dan jumlah daun, semakin pendek percabangan utama maka semakin banyak jumlah cabang dan jumlah daun yang dihasilkan. Bunga cabai muncul pada ketiak daun dan pangkal cabang sehingga dengan jumlah cabang dan daun yang banyak akan berpengaruh pada hasil pertanaman.
Tabel 19. Korelasi antara Beberapa Karakter Kuantitatif dengan Umur Berbunga dan Produktivitas
Umur Berbunga Produktivitas
Tinggi Tanaman 0.54** 0.05tn Lebar Kanopi 0.13tn 0.36* Tinggi Dikotomus 0.71** -0.40* Diameter Batang 0.11tn 0.50**
Panjang Daun - 0.26tn
Lebar Daun - -0.10tn
Umur Berbunga - -0.14tn
Umur Panen - 0.26tn
Tebal Kulit Buah - 0.57**
Jumlah Buah - -0.04tn
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata pada taraf 5% **: sangat nyata pada taraf 1%
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Terdapat beberapa genotipe yang mempunyai karakter kualitatif yang berbeda dengan varietas pembanding, yaitu pada karakter bentuk daun, warna batang, habitus tanaman, warna mahkota bunga, warna anther, posisi bunga, warna buah muda, permukaan kulit buah dan irisan melintang.
2. Genotipe VC 211a memiliki tinggi tanaman lebih tingggi daripada kedua varietas pembanding.
3. Genotipe IPB C15 memiliki lebar kanopi lebih besar daripada varietas Tanjung. Hal ini menyebabkan buah yang dihasilkan akan lebih tinggi daripada varietas Tanjung.
4. Genotipe 0706-6580-1, IPB C14 dan IPB C15 memiliki tinggi dikotomus lebih rendah daripada varietas pembanding. Hal ini menyebabkan umur berbunga akan lebih cepat.
5. Genotipe IPB C14, IPB C15 dan 35C2 memiliki produktivitas lebih besar daripada varietas Tanjung.
Saran
1. Genotipe IPB C14 dan IPB C15 layak direkomendasikan dan dilakukan uji multi lokasi karena memiliki umur panen lebih cepat daripada kedua pembanding dan memiliki produktivitas lebih besar daripada varietas Tanjung.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Edisi ke-1. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 485hal.
Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI Cabai Merah Segar. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. 9hal.
Berke, T, L.L Black, N.S Talekar, J.F Wang, P. Gniffke, S.K Green, T.C Wang and R. Morris. 2005. International Coorperators Guide: Suggested Cultural Practices for Chili Pepper. AVRDC. Taiwan. 8p.
Bosland, P. W. and E. J. Votava. 1999. Pepper: Vegetable and Spice Capsicums. Departemen of Agriculture. NMSU. Cabi Publishing Mexico. 240p.
Departemen Pertanian. 2008. Tanaman Sayuran di Indonesia. Departemen Pertanian. http://www.deptan.go.id. [20 November 2008]
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2003. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah. Direktorat Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman. Jakarta. 85hal.
Gomez, K. A and A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. (Terjemahan). E. Samsudin dan J. S. Baharsjah. UI Press. Jakarta. 698 hal.
Greenleaf, W.H. 1986. Pepper breeding, p.69-127. In: Bassett, M.J (Ed). Breeding Vegetable Crops. Avi Publishing Company Inc. Florida.
IPGRI. 1995. Descriptor for Capsicum. International Plant Genetic Resources Institute. Taiwan 47p.
Kusandriani, Y. 1996. Botani tanaman cabai merah. 20-27 hal. Dalam: A. S. Duriat, A. W. W. Hadisoegondo, T. A. Soetiarso dan L. Prabaningrum (Eds). Teknologi Produksi Cabai merah. Balai penelitian sayuran. Lembang. 113 hal.
Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor. Bogor. 169hal.
41
Pradhana, E. 2006. Evaluasi Enam Galur dan Lima Hibrida Cabai (Capsicum
annuum L.) dan Cabai Kecil (Capsicum frutescens L.) di Kebun Percobaan
IPB Tajur. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 62hal.
Rubatzky, V. E., and M. Yamaguchi. 1997. World Vegetables Principles, Production and Nutrictive Value, 2nd ed. Chapman and Hall. USA. 83p.
Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Edisi ke-5. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 850hal.
Soetiarso, T. A., et al. 2006. Pertumbuhan, hasil dan kelayakan finansial penggunaan mulsa dan pupuk buatan pada usahatani cabai merah di luar musim. Jurnal Hortikultura. 16(1):63-76.
Sumarni, N. 1996. Budidaya tanaman cabai merah. 36-47 hal. Dalam: A. S. Duriat, A. W. W. Hadisoegondo, T. A. Soetiarso dan L. Prabaningrum (Eds). Teknologi Produksi Cabai merah. Balai penelitian sayuran. Lembang. 113 hal.
Stasiun Meteorologi dan Geofisika. 2008. Data Klimatologi 2008. Stasiun Klimatologi Bogor. Bogor.
Syukur, M. 2007. Analisis Genetik dan Studi Pewarisan Sifat Ketahanan Cabai
(Capsicum annuum L.) Terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh
Colletotricum acutatum. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 149hal.