• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan di Gudang benih UPT. Benih Induk Hortikultura Kutagadung Berastagi, Dinas Tananaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Nopember 2018 sampai dengan Januari 2019.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Benzyl amino purine (BAP) sebagai sumber sitokinin, air, alkohol, fungisida, kertas koran dan benih kentang varietas Granola L kelas Benih Pokok (G1) yang baru dipanen.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, timbangan digital, ember, alat ukur panjang, hygrometer, thermometer, rak benih, alat tulis dan kamera.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, terdiri dari dua faktor yaitu:

Faktor 1: Bobot Benih Kentang (B) B1: 25 – 35 g

B2: 55 – 65 g B3: 85 – 95 g B4: 115 – 125 g

Faktor 2: Waktu Perlakuan Perendaman Sitokinin (W) W0 : Kontrol (tanpa perendaman sitokinin) W1 : 1 HSP (Hari Setelah Panen)

19

W2 : 15 HSP W3 : 30 HSP W4 : 45 HSP

Konsentrasi sitokinin yang digunakan : 100 mgL-1

Jumlah ulangan (blok) : 3

Jumlah plot/ulangan : 20

Jumlah plot seluruhnya : 60

Jarak antar blok : 50 cm

Jumlah umbi/plot : 10 umbi

Jumlah umbi/blok : 200 umbi

Jumlah umbi seluruhnya : 600 umbi

Jumlah sampel/plot : 10 umbi

Jumlah sampel seluruhnya : 600 umbi

Waktu perendaman : 1 jam

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linier sebagai berikut:

Y

ij =

µ

+

ɑ

i +

β

j + (

ɑβ

)ij +

Ԑ

ijk i = 1, 2, …, a; j = 1, 2, …, b

Y

ij : Hasil Pengamatan pada Blok ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan taraf ke-i dari faktor perlakuan bobot benih taraf ke-j dari faktor waktu perendaman sitokinin.

µ :

Nilai tengah

ɑi

: Efek perlakuan bobot benih taraf ke-i

20

(

ɑβ

)jk : Interaksi antara perlakuan bobot benih taraf ke-i dan waktu perendaman sitokinin taraf ke-j

Ԑ

ijk : Galat dari Blok ke-k, perlakuan bobot benih taraf ke-i dan waktu perendaman Sitonin taraf ke-j

Terhadap sidik ragam yang nyata, dilanjutkan analisi lanjutan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) dengan taraf 5% (Steel dan Torrie, 1995).

Pelaksanaan Penelitian Sterilisasi Gudang Benih

Gudang benih dibersihkan dengan cara disapu dan disiram dengan air bersih kemudian disemprot dengan insektisida jenis Curacron dengan bahan aktif profenofos 500g/l. Hal ini bertujuan mencegah serangan hama gudang.

Persiapan Umbi Kentang

Umbi kentang berasal dari panen benih kentang G1 varietas Granola L yang dipanen 90 hari setelah tanam (HST). Umbi kentang ditimbang dan dipisahkan sesuai dengan perlakuan. Kemudian dicuci dengan air bersih. Umbi kentang direndam selama 1 (satu) jam di dalam larutan sitokinin 100 mgL-1 sesuai dengan waktu perlakuan. Umbi yang tidak dilakukan perlakuan disimpan dalam rak benih yang telah disesuaikan dengan nomor plot. Umbi kentang yang telah selesai direndam dengan sitokinin disimpan di dalam gudang benih yang telah disterilisasi.

Perendaman Benih dengan Sitokinin

Benih kentang direndam dengan sitokinin 100 mgL-1 selama 1 (satu) jam sesuai dengan waktu perlakuan (W).

21

Parameter Pengamatan

Waktu pematahan dormansi (hari)

Waktu pematahan dormansi ditandai dengan munculnya tunas sepanjang 2 mm pada umbi kentang. Pengamatan dilakukan berdasarkan Rossouw (2008), pematahan dormansi terjadi apabila 80% benih kentang telah tumbuh tunas.

Persentase perkecambahan (%)

Perhitungan persentase perkecambahan dilakukan pada umur 7, 14, 21, 28 dan 35 hari setelah perlakuan, dengan menggunakan rumus berikut:

Laju perkecambahan (hari)

Laju perkecambahan dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

N1T1 + N2T2 + ... + NxTx Laju perkecambahan =

Total benih yang berkecambah dimana:

N = Jumlah kecambah yang muncul pada satuan waktu tertentu

T = Jumlah waktu awal pengujian sampai dengan akhir dari interval tertentu Jumlah tunas (tunas)

Jumlah tunas dihitung berdasarkan jumlah tunas yang keluar dari setiap benih kentang pada umur 7, 14, 21, 28 dan 35 hari setelah perlakuan.

Panjang tunas (mm)

Panjang tunas dinyatakan dalam milimeter (mm), panjang tunas diukur dari pangkal batang sampai ujung batang pada umur 7, 14, 21, 28 dan 35 hari setelah perlakuan.

Σ benih yang berkecambah

Persentase perkecambahan = x 100%

Σ benih yang dikecambahkan

22

Bobot tunas (mg)

Bobot tunas diukur dengan alat timbang dan dinyatakan dalam satuan miligram (mg) pada umur 35 hari setelah perlakuan.

Analisis aktivitas enzim α amilase

Analisis aktivitas enzim α amilase dilakukan pada saat awal umbi berkecambah setelah perlakuan. Analisis dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Analisis α amilase diamati berdasarkan metode yang dilakukan oleh Yaldagard et al (2008) dengan beberapa modifikasi.

Dibuat buffer fosfat (BP) pH 7,6 100 mM yang terdiri dari larutan A:

KH2PO4 sebanyak 1,3689 g + 80 ml akuades dan larutan B: K2HPO4 sebanyak 1,7418 gr + 80 ml akuades, kemudian Larutan A + Larutan B lalu ditera menjadi 200 ml. Dibuat buffer ekstrak (BE) yang terdiri dari larutan EDTA 1 mM sebanyak 10 ml dicampurkan dengan buffer fosfat (BP) pH 7,6 sebanyak 50 ml.

Kemudian ditambahkan akuades hingga 100 ml.

Tahap analisis dimulai dengan memotong umbi kentang secara vertikal sebanyak 3 bagian, selanjutnya yang digunakan sebagai sampel adalah bagian tengahnya dengan mengiris tipis-tipis. Kemudian ditimbang sampel umbi sebanyak 0,1 g dan digerus dengan N2 cair sampai menjadi serbuk. Ditambahkan PVP sebanyak 0,1 g dan digerus kembali. Kemudian ditambahkan bufer fosfat (pH 7.6) dan diinkubasi selama 30 menit pada waterbath suhu 300C, dimana selang setiap 5 menit di vorteks. Selanjutnya disentrifuse pada kecepatan 10.000 rpm dengan suhu 400C selama 20 menit. Supernatan yang didapat setelah proses sentrifugasi dijadikan sebagai substrat sampel.

23

Substrat sampel berupa larutan pati dengan variasi konsentrasi 10 mg/mL dan 20 mg/mL masing-masing sebanyak 5 ml, dan dicampurkan. Kemudian diambil enzim α-amilase Liquozyme supra sebanyak 1 mL ditambahkan ke dalam 7 mL campuran sampel tadi. Larutan kemudian diinkubasikan dalam inkubator pada temperatur 37oC selama 30 menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan HCl 1 N sebanyak 1 mL. Konsentrasi pati tersisa dalam larutan diukur secara tidak langsung melalui pengukuran nilai absorbansi larutan yang telah dicampur larutan iodin 1 mL. Larutan iodin disiapkan dengan melarutkan 5 gram KI dan 500 mg I dalam air 100 mL untuk diencerkan sebanyak 100 kali. Nilai absorbansi diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 620 nm. Konsentrasi yang terbaca kemudian ditentukan dari nilai absorbansi yang terbaca pada kurva kalibrasi. Jika nilai absorbansi tidak terbaca pada kurva kalibrasi, maka sampel diencerkan hingga nilai absorbansi terbaca pada kurva kalibrasi.

dimana:

OD620 kontrol = nilai absorbansi dari larutan sampel tanpa penambahan enzim α-amilase Liquozyme

OD620 sampel = nilai absorbansi sampel setelah penambahan enzim α-amilase Liquozyme

OD620 mg pati = nilai absorbansi yang didapat dari kurva standar t = lamanya waktu inkubasi

V = jumlah volume enzim α-amilase Liquozyme yang digunakan (OD620kontrol – OD620sampel)

Aktivitas enzim (U/mL) = x 100%

OD620 mg pati x t x V

24

Analisis protein

Analisis protein dilakukan pada saat awal umbi berkecambah setelah perlakuan. Analisis dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pengujian analisa protein dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl.

Bahan dihaluskan dan ditimbang sebanyak 1 gram, dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl (jika kandungan protein tinggi, misal kedelai, gunakan bahan kurang dari 1 g).Ditambahkan 7,5 g kalium sulfat dan 0,35 g raksa (II) oksida dan 15 ml asam sulfat pekat. Dipanaskan semua bahan dalam labu Kjeldahl dalam lemari asam sampai berhenti berasap dan teruskan pemanasan sampai mendidih hingga menjadi jernih. Ditambahkan pemanasan ± 30 menit, dan dibiarkan sampai dingin. Ditambahkan 100 ml aquadest ke dalam labu Kjeldahl yang didinginkan dalam air es dan beberapa lempeng Zn, ditambahkan 15 ml larutan kalium sulfat 4% (dalam air) dan terakhir tambahkan perlahan-lahan larutan NaOH 50% yang telah didinginkan dalam lemari es. Dipasang labu Kjeldahl dengan segera pada alat destilasi. Dipanaskan labu Kjeldahl perlahan-lahan sampai dua lapis cairan tercampur, kemudian dipanaskan dengan cepat hingga mendidih. Destilat ditampung dalam erlenmeyer yang telah diisi larutan baku HCl 0,1 N sebanyak 50 ml dan ditambah indikator MR 0,1% b/v (dalam etanol 95%) sebanyak 5 tetes, ujung pipa kaca destilator dipastikan masuk ke dalam larutan HCl 0,1 N. Proses destilasi selesai apabila destilat yang ditampung ± 75 ml. Sisa larutan HCl 0,1 N yang tidak bereaksi dengan destilat dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N.

Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari merah menjadi kuning. Dilakukan titrasi blanko.

25

Kadar protein dihitung dengan persamaan berikut :

dimana:

%N : 16

fk : faktor konversi

Kadar protein (%) = %N x faktor konversi

26

Dokumen terkait