• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN KIMIA RUMAH TANGGA BERBAHAYA

Dalam dokumen Kurikulum Mangrove dan Lamun yang Menakjubkan (Halaman 149-153)

Bahan Pembersih

Sebelum “revolusi kimia”, rumah tangga menggunakan bahan non-toxic sebagai pembersih. Di beberapa tempat bahkan masih menggunakannya. Bahan alternatif ini biasanya jauh lebih murah daripada produk-produk pembersih yang dibeli di toko. Bisakah anda temukan bahan pembersih alternatif di rumah anda?

• Baking Soda, adalah tepung pembersih yang tidak mengikis.

• Cuka untuk kaca jendela dan permukaan licin • Untuk membuat perabotan mengkilap, gunakan lilin

lebah atau dua sendok minyak jeruk yang dicampur dengan minyak mineral.

• Gunakan pasta gigi untuk menghilangkan noda di kayu. • Hindari bahan aerosol karena partikelnya bisa masuk

kedalam aliran darah. Gunakan botol yang memiliki pompa.

• Rebus kayu manis dan cengkih untuk penyegar udara. • Bersihkan noda pada karpet dengan segera menggnakan

air dingin atau soda.

• Saluran terbuka bisa dibersihkan dengan baking soda dan cuka. Bilas dengan air mendidih dan baking soda dua kali seminggu.

Cat dan Minyak Cat

• Gunakan lateks atau cat dengan bahan dasar air jika memungkinkan. Karena ia tidak memerlukan thiner atau minyak cat.

• Sebelum membuang cat yang berbahan dasar minyak atau kalengnya, buka penutupnya, biarkan mengering terlebih dulu.

• Daur ulang penggunaan thiner pembersih jika memungkinkan.

Di Halaman dan Kebun

Pupuk Kimiawi berpengaruh sangat cepat, lakukan

pemupukan dalam jangka pendek yang mungkin menghabiskan kapasitas tanah. Coba cara berikut ini:

• Gunakan sampah rumput, ampas, atau sisa ikan sebagai pupuk.

• Buat kompos dan gunakan untuk menyuburkan tanah. • Biarkan rumput yang dipotong membusuk, jangan

dikumpul dalam kantong.

Herbisida adalah bahan beracun yang dipakai untuk mengendalikan lumut. Coba cara berikut ini sebagai penggantinya:

• Gunakan teknik pertanian organik • Cabut rumput yang menggangu tanaman. • Tutup rumput dengan tarpal atau plastik.

Pengendali Hama

• Ulat: Gunakan campuran satu cangkir minyak rami dan dua sendok makan parafin cair. Oleskan disekeliling pohon. Usahakan tanaman tetap bersih karena sisa-sisa tumbuhan mengundang hama.

• Keong/siput: Tuangkan bir basi kedalam panci landai dan letakkan dikebun.

SEJARAH TENTANG SAMPAH

1. Afrika, 1,5 juta tahun yang lalu. Para pemburu

pra-historis biasa membuang sampah di sekitar tenda mereka. Sebagian memiliki tempat khusus untuk membuang sampah mereka. Sampah organik ini bisa terurai secara alami. Bahkan benda seperti peralatan dari batu tidak pernah menumpuk dalam jumlah besar karena manusia pada waktu itu hidup dalam kelompok kecil dn selalu berpindah-pindah.

2. Yunani Kuno, 500 tahun sebelum Masehi. Pada mulanya penduduk kota kuno di Yunani dan Romawi membuang sampah mereka di jalanan. Para pemulung memungut sampah ini untuk digunakan kembali, bahkan kegiatan pemulung seperti masih terjadi sampai saat ini di banyak tempat didunia. Lama kelamaan tumpukan sampah ini membuat permukaan jalan menjadi semakin tinggi. Reruntuhan rumah-rumah lama yang rusak dijadikan sebagai pondasi untuk membangun rumah baru. Akhirnya masyarakat di Yunanai mengatur suatu sistem pemungutan sampah, membuangnya jauh dari kota. 3. London, abad pertengahan, 1350 Masehi. Orang-orang

membuang sampah, bekas makanan, dan kotoran manusia ke jalan-jalan yang akhirnya menyebabkan masalah bagi kota London yang padat. Sampah menyebabkan penyebaran berbagai jenis penyakit. Wabah pes merupakan salah satu epidemik yang terjadi. Ia disebarkan oleh sejenis kutu dari tikus).

4. Lautan Atlantik, 1500 Masehi. Selama berabad-abad manusia beranggapan bahwa laut tidak ada batasnya sehingga mereka membuang sampah kelaut tanpa ragu. Sampah yang di buang pada masa lalu berupa sampah organik biasanya dapat diurai secara alami. Tapi sampah yang ada saat ini seperti plastik dan bahan berbahaya lain sangat menggangu dan membahayakan kehidupan.

5. New York, 1860. Pada masa revolusi industri, kota-kota besar di Amerika Serikat menjadi semakin kotor daripada kota-kota pada masa sebelumnya. Bangkai kuda, arang batu, dan abu dari kayu dari tungku dan dapur memenuhi jalanan. Ternak seperti babi bahkan berkeliaran dijalan, memakan sisa-sisa sampah. Tikus dan kecoa juga dimana-mana sehingga menimbulkan wabah penyakit. Akhirnya permerintah kota membuat suatu peraturan untuk mengatur pengumpulan dan pembuangan sampah. 6. Los Angeles, 1930. Pembakaran sampah dalam jumlah

besar di tempat pengolahan sampah telah diterapkan sejak tahun 1870 an. Meskipun pembakaran dapat mengurangi jumlah sampah, penduduk kota memprotes akibat berupa asap dan bau yang ditimbulkan oleh pembakaran ini. Kebanyakan tempat seperti ini sekarang sudah ditutup.

7. Amerika Utara dan Eropa, 1960. Periode setelah Perang Dunia II ditandai dengan peningkatan gaya hidup membuang sampah sembarangan, dan pengembangan bahan-bahan sintetis. Rumah tangga tidak lagi banyak menggunakan kayu dan batu bara, namun penggunaan material pembungkus seperti kertas dan plastik meningkat dan menciptakan banyak sampah. Juga pembuangan bahan-berbahaya langsung ke tanah. Bahan bahan ini terserap dan mencemari air tanah. Dan ketika tempat pembuangan sampah terbakar, asap beracun memenuhi udara. Akhirnya disadari, ketika tempat penimbunan telah penuh, sangat susah untuk mencari tempat baru yang aman.

8. Amerika Utara dan Eropa, 1973. Gerakan untuk mengendalikan peningkatan volume sampah kembali memunculkan ide pengurangan sampah dengan pembakaran. Teknologi baru difokuskan untuk

mengubah sampah menjadi energi melalui pembakaran. Pembakaran sampah dikenal dengan “penemuan kembali sumber energi”. Pusat pengolahan sampah ini tidak hanya mengurangi sampah, tapi juga menghasilkan energi. Ini menjadi nilai tampah setelah krisis minyak

asap yang mengganggu, mahal biaya pengoperasiannya, dan mengeluarkan abu beracun. Karena masalah ini, pembangkit listrik tenaga sampah ini tidak mendapat dukungan yang luas.

9. Amerika Utara dan Eropa, 1990. Warga Amerika Utara dan Eropa dan hampir diseluruh dunia mulai mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang untuk

mengurangi jumlah sampah yang mencemari air dan lingkungan.

10. Hampir di semua tempat di Indonesia saat ini

menghadapi permasalahan yang serius dengan sampah. Sampai saat ini belum ada sistem pengelolaan sampah yang benar-benar di terapkan dan berhasil menekan dan mengendalikan sampah dengan efektif. Selain itu kurangnya pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat juga memberikan sumbangan dalam masalah ini.

Aktifitas 3-C

Dalam dokumen Kurikulum Mangrove dan Lamun yang Menakjubkan (Halaman 149-153)

Dokumen terkait