• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Spraque Dawley (bobot ± 150-180 g, umur 6 minggu), tanaman rumput mutiara yang diperoleh dari Balitro, parasetamol yang diproduksi Indo Farma, reagen kit GPT dan GOT merk HUMAN, air destilata, etanol 99.8% dan 70%, pakan standar tikus.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang, alat-alat gelas,

stop watch, syringe, timbangan analitik, kertas saring, kuvet, vial, mikropipet, bulp, gegep, vorteks, oven, pH meter, eksikator, microfuge, rotavapor, penangas air, freezer, spektrofotometer, dan alat-alat bantu lainnya.

Metode Penelitian

Ekstraksi Tanaman Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa (L.) Lam)

Keseluruhan bagian tanaman digunakan, sebanyak 5 kg dicuci sampai bersih, kemudian dikeringkan di udara terbuka sampai cukup kering selama kurang lebih 7 hari. Pengeringan selanjutnya dalam oven pada suhu 40-60 ºC lalu dibuat serbuk. Serbuk kering tanaman sebanyak 100 g diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dengan perbandingan 1:10 selama 24 jam pada suhu ruang, sambil dikocok menggunakan inkubator bergoyang, maserasi ini dilakukan triplo. Setelah 24 jam sampel tersebut disaring untuk memisahkan filtrat dengan ampas. Masing-masing filtrat dievaporasi menggunakan evaporator vakum 40 oC untuk menguapkan ekstrak pekat yang diperoleh kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 40-60 ºC. Ekstrak yang diperoleh digunakan untuk uji fitokimia dan uji antihepatotoksik.

Uji Fitokimia (Harborne 1987)

Uji Flavonoid dan Senyawa Fenolik. Sebanyak 0.1 g ekstrak ditambah metanol sampai terendam lalu dipanaskan. Filtratnya ditambah NaOH 10% atau H2SO4.

Terbentuknya warna merah karena penambahan NaOH 10% menunjukkan adanya senyawa fenolik hidrokuinon sedangkan warna merah yang terbentuk akibat penambahan H2SO4 pekat menunjukkan

adanya senyawa flavonoid.

Uji Alkaloid. Sebanyak 0.1 gram ekstrak etanol rumput mutiara ditambahkan 5 mL kloroform dan 3 tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan 2 tetes H2SO4 2M. Fraksi Asam dibagi

menjadi tiga tabung kemudian masing-masing ditambahkan pereaksi Dragendorf, Meyer dan Wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih ada pereaksi Meyer, endapan merah pada perekasi Dragendorf, dan endapan coklat pada pereaksi Wagner.

Uji Tanin. Sebanyak 0.1 gram ekstrak etanol rumput mutiara ditambahkan 5 mL akuades kemudian dididihkan selama 5 menit. Kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan dengan 5 tetes FeCl3 1% (b/v). Warna biru tua

atau hitam kehijauan yang terbentuk menunjukkan adanya tanin.

Uji Saponin. Sebanyak 0.1 gram ekstrak etanol rumput mutiara ditambahkan 5 mL akuades lalu dipanaskan selama 5 menit. Kemudian dikocok selama 5 menit. Busa yang terbentuk setinggi kurang lebih 1 cm dan tetep stabil setelah didiamkan selama 10 menit menunjukkan adanya saponin.

Uji Steroid dan Terpenoid. Sebanyak 0.1 gram ekstrak etanol rumput mutiara kotok ditambahkan 5 mL etanol 30% lalu selama 5 menit dipanaskan dan disaring. Filtratnya diuapkan kemudian ditambahkan dengan eter. Lapisan eter ditambahkan dengan pereaksi Liebermen Burchard (3 tetes asetat anhidrida dan 1 tetes H2SO4 pekat). Warna merah atau

ungu yang terbentuk menunjukkan adanya triterprnoid dan warna hijau menunujukkan adanya steroid.

Pembuatan Dosis Ekstrak Rumput Mutiara

Dosis ekstrak rumput mutiara yang digunakan adalah 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB, hal ini berdasarkan penelitian Ardiningsih (1995) pada penggunaan dosis rumput laut Sargassum sp. Dosis 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB kemudian dikonversikan dengan rendemen hasil ekstraksi yang diinduksikan ke tikus.

(MDH) (GOT)

membutuhkan NADH dalam reaksi yang dikatalisisnya. Persamaan reaksi aktivitas GOT sebagai berikut:

α-ketoglutarat + L-aspartat Lglutamat + oksaloasetat

oksaloasetat + NADH +H+ L-malat + NAD+ Enzim GOT tidak spesifik untuk disfungsi hati karena enzim ini juga ditemukan pada otot rangka, ginjal, dan pankreas.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Spraque Dawley (bobot ± 150-180 g, umur 6 minggu), tanaman rumput mutiara yang diperoleh dari Balitro, parasetamol yang diproduksi Indo Farma, reagen kit GPT dan GOT merk HUMAN, air destilata, etanol 99.8% dan 70%, pakan standar tikus.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang, alat-alat gelas,

stop watch, syringe, timbangan analitik, kertas saring, kuvet, vial, mikropipet, bulp, gegep, vorteks, oven, pH meter, eksikator, microfuge, rotavapor, penangas air, freezer, spektrofotometer, dan alat-alat bantu lainnya.

Metode Penelitian

Ekstraksi Tanaman Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa (L.) Lam)

Keseluruhan bagian tanaman digunakan, sebanyak 5 kg dicuci sampai bersih, kemudian dikeringkan di udara terbuka sampai cukup kering selama kurang lebih 7 hari. Pengeringan selanjutnya dalam oven pada suhu 40-60 ºC lalu dibuat serbuk. Serbuk kering tanaman sebanyak 100 g diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dengan perbandingan 1:10 selama 24 jam pada suhu ruang, sambil dikocok menggunakan inkubator bergoyang, maserasi ini dilakukan triplo. Setelah 24 jam sampel tersebut disaring untuk memisahkan filtrat dengan ampas. Masing-masing filtrat dievaporasi menggunakan evaporator vakum 40 oC untuk menguapkan ekstrak pekat yang diperoleh kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 40-60 ºC. Ekstrak yang diperoleh digunakan untuk uji fitokimia dan uji antihepatotoksik.

Uji Fitokimia (Harborne 1987)

Uji Flavonoid dan Senyawa Fenolik. Sebanyak 0.1 g ekstrak ditambah metanol sampai terendam lalu dipanaskan. Filtratnya ditambah NaOH 10% atau H2SO4.

Terbentuknya warna merah karena penambahan NaOH 10% menunjukkan adanya senyawa fenolik hidrokuinon sedangkan warna merah yang terbentuk akibat penambahan H2SO4 pekat menunjukkan

adanya senyawa flavonoid.

Uji Alkaloid. Sebanyak 0.1 gram ekstrak etanol rumput mutiara ditambahkan 5 mL kloroform dan 3 tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan 2 tetes H2SO4 2M. Fraksi Asam dibagi

menjadi tiga tabung kemudian masing-masing ditambahkan pereaksi Dragendorf, Meyer dan Wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih ada pereaksi Meyer, endapan merah pada perekasi Dragendorf, dan endapan coklat pada pereaksi Wagner.

Uji Tanin. Sebanyak 0.1 gram ekstrak etanol rumput mutiara ditambahkan 5 mL akuades kemudian dididihkan selama 5 menit. Kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan dengan 5 tetes FeCl3 1% (b/v). Warna biru tua

atau hitam kehijauan yang terbentuk menunjukkan adanya tanin.

Uji Saponin. Sebanyak 0.1 gram ekstrak etanol rumput mutiara ditambahkan 5 mL akuades lalu dipanaskan selama 5 menit. Kemudian dikocok selama 5 menit. Busa yang terbentuk setinggi kurang lebih 1 cm dan tetep stabil setelah didiamkan selama 10 menit menunjukkan adanya saponin.

Uji Steroid dan Terpenoid. Sebanyak 0.1 gram ekstrak etanol rumput mutiara kotok ditambahkan 5 mL etanol 30% lalu selama 5 menit dipanaskan dan disaring. Filtratnya diuapkan kemudian ditambahkan dengan eter. Lapisan eter ditambahkan dengan pereaksi Liebermen Burchard (3 tetes asetat anhidrida dan 1 tetes H2SO4 pekat). Warna merah atau

ungu yang terbentuk menunjukkan adanya triterprnoid dan warna hijau menunujukkan adanya steroid.

Pembuatan Dosis Ekstrak Rumput Mutiara

Dosis ekstrak rumput mutiara yang digunakan adalah 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB, hal ini berdasarkan penelitian Ardiningsih (1995) pada penggunaan dosis rumput laut Sargassum sp. Dosis 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB kemudian dikonversikan dengan rendemen hasil ekstraksi yang diinduksikan ke tikus.

(MDH) (GOT)

Hewan Coba dan Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan lima kali ulangan. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Spraque-Dawley

dengan jenis kelamin jantan, sehat, mempunyai aktivitas normal, dengan berat badan ± 150-200 g, dan berumur ± 6 minggu (Gambar 4). Sebelum mendapatkan perlakuan, tikus diadaptasikan selama dua minggu untuk menyesuaikan kondisi fisiologis, menyeragamkan cara hidup dan makanannya, yaitu dengan memberi pakan standar dan air minum ad libitum. Selama perlakuan, tujuh minggu tikus diberi pakan standar dan air minum ad libitum.

Adapun pembagian kelompok perlakuan, yaitu kelompok A sebagai kontrol tikus diinduksi aquades selama 7 minggu; kelompok B sebagai kelompok hepatotoksik, tikus diinduksi parasetamol dosis 250 mg/kgBB selama 7 minggu; kelompok C tikus diinduksi parasetamol 250 mg/kgBB selama 7 minggu, awal minggu ke-5 sampai minggu ke-7 diberi ekstrak rumput mutiara 400 mg/kgBB; kelompok D tikus diinduksi parasetamol selama 7 minggu, awal minggu ke-5 sampai minggu ke-7 diberi ekstrak rumput mutiara 800 mg/kgBB; kelompok E tikus diinduksi parasetamol sampai minggu ke-4, awal minggu ke-5 sampai minggu ke-7 diberi ekstrak rumput mutiara 400 mg/kgBB; kelompok F tikus diinduksi parasetamol sampai minggu ke-4, awal minggu ke-5 sampai minggu ke-7 diberi ekstrak rumput mutiara 800 mg/kgBB.

Gambar 3 Tikus percobaan galur

Spraque-Dawley

Penimbangan Berat Badan dan Analisis Kadar SGPT dan SGOT

Penimbangan berat badan pada masa adaptasi dilakukan pada awal minggu pertama, akhir minggu pertama dan akhir minggu ke-dua. Setelah dilakukan perlakuan, penimbangan bobot badan dilakukan setiap hari untuk menyesuaikan dosis pemberian parasetamol dan ekstrak rumput mutiara. Pengambilan darah tikus dilakukan sebanyak lima kali, yaitu satu kali sebelum perlakuan, dan empat kali setelah perlakuan, yaitu akhir

minggu ke-empat, ke-lima, ke-enam dan ke- tujuh. Darah tikus diambil melalui pembuluh vena ekor, dan ditampung dalam tabung sentrifus kemudian disentrifus pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan serumnya (serum berada di bagian atas), serum berwarna kuning muda bening. Setelah itu dilakukan analisis kadar SGPT dan SGOT.

Prosedur analisis SGPT dan SGOT mengikuti metode dari International Federation of Clinical Chemystry (IFCC). Penentuan kadar GPT dan GOT caranya sama hanya berbeda jenis reagen yang digunakan. Metode analisis GPT dan GOT adalah serum darah tikus diambil sebanyak 100 μL dicampur dengan reagen GPT sebanyak 1000

μL, setelah itu campuran disimpan di penangas air suhu 37 0C kemudian absorbannya dibaca dengan menggunakan fotometer UV pada panjang gelombang 340 nm. Pembacaan dilakukan pada menit ke-1, 2 dan 3. Kadar GPT dicari dengan rumus Δ A/menit x 1745. Kadar GOT dicari dengan cara yang sama seperti GPT tetapi menggunakan reagen GOT.

Analisis Data Statistik

Analisis data terhadap kadar enzim SGPT dan SGOT menggunakan analisis ragam (ANOVA) rancangan acak lengkap (RAL) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0,05 dan kemudian dilanjutkan dengan uji duncan untuk melihat perbedaan pengaruh perlakuan antar kelompok percobaan. Data kadar SGPT dan SGOT dianalisis menggunakan program SAS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait