5 OPTIMASI PRODUKSI BENIH PADI HIBRIDA INDONESIA
BAHAN DAN METODE
Percobaan a: Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Benih Padi Hibrida
Metode Penelitian
Percobaan dilakukan pada bulan Desember 2012 hingga April 2013. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot design). Petak utama adalah empat pasang tetua padi hibrida, yaitu Hipa 6 (A2 dan B8094), Hipa 8 (A1 dan BP51-1), Hipa Jatim 3 (A6 dan PK88) dan Hipa 14 SBU (A7 dan BH33d-Mr-57-1-2-2) yang berasal dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi . Anak petak adalah konsentrasi GA3 terdiri atas empat taraf yaitu
tanpa GA3 (kontrol), 100 ppm GA3, 200 ppm GA3 dan 300 ppm GA3. Pelaksanaan Penelitian
Setiap kombinasi perlakuan dan kontrol dilakukan pada petak berukuran 4 m x 5 m, dengan jarak antar anak petak 60 cm dan jarak antar petak utama 1 m. Setiap perlakuan dan kontrol diulang tiga kali sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Pada masing-masing varietas di petak utama dipasang penghalang berupa plastik setinggi 1.5 m sebagai isolasi untuk menghindari serbuk silang dengan varietas yang tidak diinginkan. Rasio antara tanaman jantan dan betina adalah 2R:10A. Jarak tanam di dalam barisan adalah 20 cm x 20 cm, sedangkan antara baris tanaman A terluar dengan baris tanaman R terluar adalah 30 cm (Badan Litbang 2007).
Aplikasi GA3 dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan GA3 sesuai
dengan konsentrasi masing-masing dari bagian buku dibawah daun bendera sampai dengan ujung daun. Penyemprotan dilakukan dua kali yaitu saat 5-10% dari anakan telah mulai berbunga dan 3 hari setelahnya. Aplikasi dilakukan pagi hari (pukul 09.00-11.00 WIB) saat udara cerah dan tidak ada hujan. Volume semprot sebanyak satu liter setiap petak percobaan (setara dengan 500 lt ha-1).
Percobaan b: Pengaruh Frekuensi Aplikasi GA3 terhadap Peningkatan Produksi Benih Padi Hibrida
Metode Penelitian
Percobaan dilakukan pada bulan Mei hingga September 2013. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot design). Petak utama adalah empat pasang tetua padi hibrida, yaitu Hipa 6 (A2 dan B8094), Hipa 8 (A1 dan BP51-1), Hipa Jatim 3 (A6 dan PK88) dan Hipa 14 SBU (A7 dan BH33d-Mr-57- 1-2-2) yang berasal dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. Anak petak adalah waktu aplikasi GA3 terdiri atas tiga taraf yaitu kontrol (W0), dua kali
aplikasi GA3 (W1) (saat 5%-10% dari anakan telah mulai berbunga dan 3 hari
setelahnya) dan tiga kali aplikasi GA3 (W2) (seperti W1 ditambah aplikasi ke-3
pada 3 hari setelah aplikasi ke-2).
Pelaksanaan Penelitian
Percobaan dilakukan pada petak berukuran 4 m x 5 m, jarak antar anak petak 60 cm dan jarak antar petak utama 1 m. Setiap perlakuan dan kontrol diulang empat kali sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Dipasang penghalang berupa plastik setinggi 1.5 m pada petak utama untuk menghindari serbuk silang. Rasio antara tanaman jantan dan betina adalah 2R:10A. Jarak tanam di dalam barisan adalah 20 cm x 20 cm, sedangkan antara baris tanaman A terluar dengan baris tanaman R terluar adalah 30 cm (Badan Litbang 2007). Aplikasi GA3
dilakukan sesuai perlakuan dengan konsentrasi larutan 200 ppm (hasil terbaik pada percobaan 3a).
Aplikasi GA3 dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan GA3
konsentrasi 200 ppm dari bagian buku dibawah daun bendera sampai dengan ujung daun. Aplikasi penyemprotan GA3 dilakukan sesuai dengan perlakuan.
Perlakuan dua kali aplikasi dilakukan dengan cara menyemprot pada saat 5-10% dari anakan telah mulai berbunga dan 3 hari setelahnya. Perlakuan tiga kali aplikasi dilakukan sama seperti pada dua kali aplikasi dan penyemprotan ke-3 dilakukan 3 hari setelah penyemprotan ke-2. Aplikasi dilakukan pagi hari (pukul 09.00-11.00 WIB) saat udara cerah dan tidak ada hujan. Volume semprot sebanyak satu liter setiap petak percobaan (setara dengan 500 lt ha-1).
Pengamatan
Pengamatan berdasarkan Standard Evaluation System for Rice (SES) (IRRI, 2002). Pengamatan dilakukan sejak 20 HST meliputi variabel pertumbuhan dan produksi. Pengambilan contoh dilakukan secara acak masing- masing 3 tanaman contoh per ulangan. Variabel yang diamati adalah :
1. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai terpanjang (cm), pengukuran dilakukan saat stadia masak susu atau menjelang panen. 2. Jumlah anakan produktif diamati saat stadia masak susu atau menjelang
panen.
3. Panjang malai (cm), pengamatan panjang malai diukur dari buku terakhir sampai ujung malai.
4. Eksersi malai (%), pengukuran dilakukan pada malai yang berada di luar daun bendera dibandingkan dengan panjang total malai, pengukuran berasal dari minimal 5 contoh tanaman.
5. Eksersi stigma (%), merupakan persentase keluarnya stigma yang dihitung dari bunga yang mekar dari 5 contoh tanaman tiap ulangan dan 40 spikelet tiap tanaman.
6. Durasi membuka bunga (menit), diukur dari 5 contoh tanaman pada saat spikelet mulai membuka sampai menutupnya kembali (menit).
7. Seed set (%). Dihitung berdasarkan persentase gabah isi dibagi gabah total dari setiap 5 (lima) malai tanaman contoh.
8. Sudut bunga membuka, diukur pada saat bunga membuka secara maksimum, kemudian diukur menggunakan busur untuk menentukan besarnya sudut antara lemma dan palea (°).
9. Produktivitas (kg ha-1). Benih dari setiap plot percobaan dipanen, dirontokkan dan dibersihkan kemudian ditimbang (GKP). Bobot setiap plot kemudian dikonversi ke dalam bobot per hektar.
Analisis Data
Data dianalisis dengan bantuan SAS 9.0 untuk menghitung sidik ragam sesuai dengan rancangan yang digunakan. Apabila berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT) pada taraf nyata 5% (Steel & Torrie 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan a: Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Benih Padi Hibrida
Tinggi tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi GA3, pada konsentrasi 100
ppm laju peningkatan tinggi tanaman berkisar antara 11.7 sampai 13.6 cm. GA3
konsentrasi 200 ppm mampu meningkatkan tinggi tanaman sebesar 14.6 sampai 25.1 cm, sedangkan pada konsentrasi 300 ppm peningkatan tinggi tanaman sebesar 24.3 sampai 29.3 cm. Tinggi tanaman pada perlakuan konsentrasi GA3
200 dan 300 ppm berbeda nyata dibandingkan tinggi tanaman pada konsentrasi 0 dan 100 ppm GA3. Peningkatan tinggi tanaman disebabkan meningkatnya
aktivitas pembelahan, pembesaran dan terutama pemanjangan sel. Menurut Hedden dan Phillips (2000), Sakamoto et al. (2004), Sun (2004) dan Tiwari et al. (2011) giberelin merupakan zat pengatur tumbuh tanaman yang berperan dalam pengaturan berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yang secara khusus berperan penting dalam pemanjangan batang.
Panjang malai dipengaruhi oleh interaksi antara konsentrasi GA3 dengan
galur CMS. Antar galur CMS menghasilkan eksersi malai berbeda baik pada kontrol maupun pada perlakuan konsentrasi GA3. Konsentrasi GA3 100, 200 dan
300 ppm nyata meningkatkan panjang malai dibandingkan kontrol, namun respon antar galur CMS terhadap konsentrasi GA3 berbeda. Pada galur A1 panjang malai
galur A2, A6 dan A7 konsentrasi GA3 yang menghasilkan panjang malai
terpanjang adalah pada 300 ppm GA3 namun tidak berbeda dengan konsentrasi
200 ppm (Tabel 13).
Eksersi malai dipengaruhi oleh interaksi antara galur CMS dengan konsentrasi GA3. Aplikasi GA3 nyata meningkatkan eksersi malai dibanding
kontrol. Galur A6 menghasilkan eksersi malai tertinggi pada semua konsentrasi GA3 dibandingkan dengan galur CMS lainnya. Respon galur CMS berbeda
terhadap perlakuan konsentrasi GA3. Galur A1, A2 dan A7 dengan konsentrasi
GA3 300 ppm menghasilkan eksersi malai tertinggi namun tidak berbeda dengan
perlakuan 200 ppm GA3. Galur A6 dengan konsentrasi 300 ppm GA3
menghasilkan rataan eksersi malai tertinggi dan berbeda nyata dengan galur lainnya kecuali dengan galur A2 (Tabel 13).
Tabel 13 Karakter agronomi empat galur mandul jantan pada beberapa aplikasi konsentrasi GA3 yang berbeda
Galur Konsentrasi GA3 (ppm) Rata- rata 0 100 200 300 Tinggi tanaman (cm)* A1 84.3 97.0 109.4 113.7 101.1 A2 95.1 108.7 118.1 119.9 110.5 A6 96.2 109.8 110.8 122.9 109.9 A7 100.2 111.8 122.4 128.3 115.7
Rata-rata 94.0b 106.8ab 115.2a 121.1a
Jumlah anakan* A1 16.6 18.7 18.5 17.2 17.8b A2 24.8 24.6 23.1 23.4 24.0a A6 24.9 24.9 24.7 23.9 24.6a A7 21.8 19.7 18.7 22.3 20.6ab Rata-rata 22.00 21.97 21.3 21.7 Panjang malai (cm)* A1 25.7d 28.2b 28.7b 30.6a 28.3 A2 21.5g 24.4e 25.1de 25.8d 26.7 A6 23.0 f 25.7d 26.6cd 26.9c 25.6 A7 24.4e 27.2c 27.6bc 28.4b 26.9 Rata-rata 23.7 26.4 29.5 27.9 Eksersi malai (%)* A1 75.6f 83.3d 87.3c 88.7bc 83.7 A2 74.8f 83.3d 88.0bc 90.3ab 84.1 A6 77.4ef 86.2c 89.4b 92.4a 86.4 A7 79.8e 82.8d 86.4c 88.4bc 84.4 Rata-rata 76.9 83.9 87.8 90.00
*Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing variabel tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α=0.05
Tabel 14 Eksersi stigma, durasi membuka bunga, sudut membuka bunga dan
seed set pada beberapa aplikasi konsentrasi GA3 yang berbeda.
Galur
Konsentrasi GA3 (ppm)
Rata-rata
0 100 200 300
Eksersi stigma (%)*
A1 34.1e 48.6cd 54.7abc 57.1ab 48.6
A2 33.9e 42.1d 45.5d 52.8b 43.6
A6 47.5cd 56.8ab 58.3ab 61.4a 56.0
A7 41.7d 57.7ab 58.6ab 59.8ab 54.5
Rata-rata 39.3 51.3 54.3 57.8
Durasi membuka bunga (menit)*
A1 49.4 91.1 97.7 102.1 85.1ab
A2
63.1 63.2 65.0 67.9 65.0b
A6 65.7 82.3 97.2 120.1 91.3a
A7 39.1 62.2 64.2 82.3 62.1b
Rata-rata 54.4b 75.0ab 81.0a 93.2a
Sudut membuka bunga (o)*
A1 24.5 27.5 29.3 29.2 27.6
A2 24.4 28.6 30.8 32.9 29.2
A6 22.7 26.8 30.3 26.7 26.6
A7 25.6 30.6 32.5 32.4 30.3
Rata-rata 24.3b 28.4ab 30.8a 30.3a
Seed set (%)*
Hipa 8 17.3h 18.3h 23.7de 21.9ef 20.3
Hipa 6 13.3k 15.4i 17.6h 18.9gh 16.3
Hipa Jatim 3 16.3h 20.9fg 24.1d 23.2de 21.1
Hipa 14 SBU 24.5d 26.7c 34.8a 32.5b 29.5
Rata-rata 17.8 20.3 24.9 24.1
Produktivitas (kg ha-1)*
Hipa 8 830de 1240cd 1550b 1600b 1305
Hipa 6 333e 540de 950cd 900cd 681
Hipa Jatim 3 670de 1100cd 1450bc 1400bc 1155
Hipa 14 SBU 720de 980cd 2120a 1800ab 1405
Rata-rata 638 965 1518 1425
*Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing variabel tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf α=0.05
Eksersi malai akan meningkatkan peluang pembentukan benih (seed set) karena bagian malai yang tertutup daun bendera menjadi terbuka dan memungkinkan terjadinya persilangan. Hasil penelitian Yin et al. (2007) memperlihatkan bahwa GA3 dapat meningkatkan pemanjangan pangkal malai
pada galur mandul jantan sehingga malai dapat keluar penuh dari pelepah daun bendera. Hal ini akan memberi peluang pembentukan benih menjadi lebih besar. Demikian juga dengan hasil penelitian Jagadeeswari et al. (1998) yang menyatakan bahwa aplikasi GA3 pada galur mandul jantan dapat meningkatkan
eksersi malai sebesar 20%-30% sehingga meningkatkan hasil gabah lebih banyak (35% - 60%). Pada penelitian ini peningkatan seed set akibat aplikasi GA3
tertinggi dicapai oleh Hipa Jatim 3 pada perlakuan 200 ppm GA3 sebesar 10.3 %
dibandingkan dengan kontrol (Tabel 14).
Interaksi antara konsentrasi GA3 300 ppm dengan galur A6 menghasilkan
rata-rata eksersi stigma terbaik yaitu sebesar 61.4% namun tidak berbeda dengan konsentrasi 200 ppm (58.3%) dan 100 ppm (56.8%). Hasil tersebut juga tidak berbeda nyata dengan interaksi antara galur A7 pada semua konsentrasi GA3 dan
antara galur A1 pada konsentrasi 200 ppm dan 300 ppm. Galur yang paling responsif terhadap perlakuan GA3 adalah galur A2 yang menghasilkan
peningkatan sebesar 18.9% dibanding kontrol (Tabel 14).
Durasi membuka bunga serta sudut membuka bunga nyata dipengaruhi oleh konsentrasi GA3. Konsentrasi GA3 200 dan 300 ppm nyata meningkatkan
durasi membuka bunga masing-masing selama 81 menit dan 93.2 menit. Galur A6 menghasilkan durasi membuka bunga lebih lama (91.3 menit) dibandingkan galur A2 dan A7. Konsentrasi GA3 200 dan 300 ppm menghasilkan rata-rata
sudut membuka bunga lebih lebar dibanding kontrol, mencapai 30.8o dan 30.3o. Durasi serta sudut membuka bunga berpengaruh terhadap keberhasilan pembentukan biji (seed set). Durasi membuka yang lama serta sudut membuka bunga yang lebar memungkinkan penyerbukan akan lebih lama dan lebih besar. Penelitian Singh dan Shirisha (2003), Biradarpatil dan Shekargouda (2006) serta Gavino et al. (2008) menunjukkan bahwa tingkat persilangan yang tinggi pada padi hibrida dipengaruhi oleh durasi membuka bunga yang lama, permukaan stigma yang besar dan sudut membuka bunga sehingga memungkinkan terjadinya penyerbukan lebih lama.
Produktivitas dipengaruhi interaksi antara konsentrasi GA3 dengan
varietas hibrida. Konsentrasi GA3 100 ppm menghasilkan produktivitas tidak
berbeda nyata dengan kontrol pada semua varietas yang diuji, sedangkan konsentrasi GA3 200 dan 300 ppm nyata meningkatkan produktivitas pada semua
varietas dibandingkan kontrol. Interaksi varietas Hipa 6, Hipa Jatim 3 dan Hipa 14 SBU dengan konsentrasi GA3 200 ppm menghasilkan produktivitas tertinggi
berturut-turut sebesar 950 kg ha-1, 1450 kg ha-1 dan 2120 kg ha-1. Produktivitas tertinggi pada varietas Hipa 8 dicapai pada konsentrasi 300 ppm (1600 kg ha-1) namun tidak berbeda nyata dengan produktivitas pada konsentrasi GA3 200 ppm
(1550 kg ha-1) (Tabel 14).
Gambar 6 memperlihatkan pengaruh konsentrasi GA3 terhadap tinggi
tanaman dan eksersi malai pada CMS A6. Konsentrasi GA3 300 ppm
menghasilkan tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol maupun 200 ppm GA3. Panjang malai pada perlakuan GA3 300 ppm paling exerted
A B C Gambar 6. Pengaruh konsentrasi GA3 pada tetua Hipa Jatim 3 (A) perbedaan
tinggi kontrol dan 300 ppm pada CMS A6(B) perbedaan tinggi restorer PK 88 dan CMS A6 pada konsentrasi GA3 200 ppm (C)
eksersi malai CMS A6 pada konsentrasi 100, 200 dan 300 ppm.
Secara ekonomis penggunaan konsentrasi GA3 200 ppm lebih baik
dibanding 300 ppm. Rendahnya produktivitas benih pada konsentrasi GA3 300 ppm disebabkan tanaman banyak mengalami kerebahan sehingga produktivitas berkurang. Beberapa peneliti sebelumnya juga menemukan bahwa penggunaan GA3 dalam konsentrasi tinggi berpotensi meningkatkan kerebahan tanaman dan
malai patah. Prasad et al. (1988) dan Gavino et al. (2008) melaporkan bahwa peningkatan tinggi tanaman dan eksersi malai yang tinggi menyebabkan kerebahan terutama saat musim hujan. Oleh sebab itu penggunaan GA3 harus
disesuaikan dengan daya tanggap dari galur mandul jantan dan kondisi agroekologis serta musim.
Percobaan b: Pengaruh Frekuensi Aplikasi GA3 terhadap Peningkatan Produksi Benih Padi Hibrida
Hasil percobaan menunjukkan tinggi tanaman dipengaruhi oleh interaksi antara galur CMS dengan frekuensi aplikasi GA3. Interaksi antara frekuensi
aplikasi GA3 dua dan tiga kali pada semua galur CMS nyata meningkatkan tinggi
tanaman dibandingkan dengan kontrol. Penambahan tinggi tanaman akibat frekuensi aplikasi GA3 berkisar antara 24.2%-35.1% (A1), 20.7%-26.7% (A2),
22.3%-26.5% (A6) dan sebesar 17.4%-22.9% (A7) (Tabel 15). Rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan frekuensi GA3 tiga kali lebih tinggi dibandingkan
dengan frekuensi GA3 dua kali. Hal ini diduga karena tanaman menerima asam
giberelin lebih banyak pada perlakuan 3 kali aplikasi dibandingkan 2 kali aplikasi. Menurut Sarkar et al. (2002) jumlah GA3 eksternal yang diterima tanaman akan
berpengaruh terhadap proses pembelahan, pemanjangan dan pembesaran sel. Virmani dan Sharma (1998), Sarkar et al. (2002), Yuan et al. (2003) dan Sun (2004) menyatakan bahwa giberelin merupakan zat pengatur tumbuh tanaman yang berperan aktif dalam pemanjangan dan pembelahan sel, yang pengaruhnya dapat terlihat pada penambahan tinggi tanaman.
Frekuensi aplikasi GA3 tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan. Rata-
rata jumlah anakan antar galur CMS berbeda. Sebaliknya panjang malai tidak dipengaruhi oleh galur CMS tetapi dipengaruhi oleh frekuensi aplikasi GA3.
Frekuensi GA3 tiga kali nyata meningkatkan panjang malai dibanding dengan
kontrol (29.0 cm) (Tabel 15).
Tabel 15 Karakter agronomi empat galur mandul jantan pada frekuensi aplikasi GA3 yang berbeda Galur Frekuensi aplikasi GA3 Rata-rata 0 2 kali 3 kali Tinggi tanaman (cm)* A1 84.5g 105.0e 114.2d 101.2 A2 94.8f 114.5d 120.2bc 109.8 A6 96.1f 117.5cd 121.6b 111.7 A7 103.4e 121.3b 127.1a 117.3 Rata-rata 94.7 114.6 120.8
Jumlah anakan produktif*
A1 14.8 14.2 15.0 14.7c A2 24.8 24.6 24.9 24.8a A6 19.5 18.9 17.6 18.7bc A7 21.4 19.5 19.7 20.2b Rata-rata 20.1 19.3 19.3 Panjang malai (cm)* A1 26.0 27.9 30.1 28.0 A2 23.7 25.5 27.3 25.5 A6 25.4 26.8 28.4 26.9 A7 26.4 27.2 30.2 27.9
Rata-rata 25.4b 26.9ab 29.0a
Eksersi malai (%)* A1 63.0 82.3 91.9 79.0 A2 67.9 81.7 89.3 79.4 A6 72.4 80.7 95.3 82.8 A7 74.7 79.3 86.6 80.0 Rata-rata 69.5c 81.0b 90.8a
*Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing variabel tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf α=0.05
Frekuensi aplikasi GA3 dua dan tiga kali penyemprotan nyata
meningkatkan eksersi malai. Eksersi malai tertinggi pada semua galur mandul jantan dicapai pada perlakuan frekuensi tiga kali aplikasi GA3, persentase eksersi
malai mencapai 86.6%-95.3%. Eksersi malai meningkat melalui pemanjangan dan pembelahan sel akibat aplikasi GA3. Frekuensi GA3 tiga kali aplikasi
menyebabkan peningkatan eksersi malai lebih tinggi dibanding kontrol dan dua kali aplikasi (Tabel 15).
Frekuensi aplikasi GA3 nyata meningkatkan eksersi stigma dan durasi
membuka bunga (Tabel 16). Eksersi stigma (stigma exsertion), diamati dengan menghitung jumlah bunga yang mempunyai putik yang tetap berada di luar ketika
bunga sudah selesai mekar. Stigma yang keluar dari lemma dan palea memperbesar peluang terjadinya penyerbukan selama beberapa hari. Galur mandul jantan yang paling responsif terhadap frekuensi aplikasi GA3 adalah A1,
persentase peningkatan eksersi stigma mencapai 10% -15% dibanding kontrol. Namun secara genetik A6 menghasilkan eksersi stigma paling tinggi dibandingkan dengan CMS lainnya yaitu sebesar 45.6% (kontrol), 54.3% (2 kali aplikasi) dan 60.9% (3 kali aplikasi).
Durasi membuka bunga diukur pada saat spikelet mulai membuka sampai menutup kembali, lamanya bunga membuka akan menentukan waktu yang memungkinkan untuk terjadinya penyerbukan. Frekuensi aplikasi GA3
berinteraksi dengan galur CMS dalam mempengaruhi durasi membuka bunga. Frekuensi aplikasi GA3 tiga kali menghasilkan durasi yang tidak berbeda dengan
frekuensi dua kali aplikasi. CMS A6 menghasilkan durasi membuka bunga terlama frekuensi 2 kali aplikasi yang mencapai 113.2 menit (Tabel 16), sedangkan galur yang paling responsif terhadap frekuensi GA3 dibanding denga
kontrol adalah galur A1 sebesar 47.5% (2 kali aplikasi) dan 37.3% (3 kali aplikasi).
Tabel 16 Eksersi stigma dan durasi membuka bunga empat galur mandul jantan pada frekuensi aplikasi GA3 yang berbeda.
Galur Frekuensi aplikasi GA3 Rata-rata 0 2 kali 3 kali Eksersi stigma (%)* A1 33.4 43.3 48.4 41.7c A2 31.1 38.3 42.6 37.3c A6 45.6 54.3 60.9 53.6a A7 41.3 48.5 52.9 47.6b Rata-rata 37.9c 46.1b 51.2a
Durasi membuka bunga (menit)*
A1 52.4f 99.9abc 89.7bcd 80.7
A2 60.3ef 71.6def 95.7abc 75.9
A6 82.2cd 113.2a 112.2a 102.5
A7 73.6de 101.0ab 106.3ab 93.6
Rata-rata 67.3 96.4 101.0
*Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing variabel tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf α=0.05
Produktivitas yang dihasilkan secara nyata dipengaruhi oleh interaksi antara frekuensi aplikasi GA3 dengan varietas (Gambar 7). Frekuensi aplikasi
GA3 nyata menghasilkan produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Interaksi antara frekuensi aplikasi dua kali dengan varietas Hipa 14 SBU dan Hipa 8 menghasilkan produktivitas lebih tinggi dan berbeda dengan frekuensi 3 kali aplikasi berturut-turut mencapai 1683 kg ha-1 dan 1285 kg ha-1 (Gambar 7). Hal ini disebabkan peningkatan tinggi tanaman pada frekuensi 3 kali aplikasi terlalu tinggi yang mencapai 26 cm, sedangkan pada dua kali aplikasi GA3
peningkatan tinggi tanaman lebih rendah yaitu sebesar 19.9 cm. Curah hujan dan kecepatan angin selama fase pemasakan menjelang panen cukup tinggi, sehingga tanaman mudah rebah terutama pada petak yang diberi perlakuan frekuensi
aplikasi GA3 tiga kali. Kerebahan tanaman mengakibatkan terjadinya penurunan
hasil karena fotosintesis dan pengisian biji tidak optimal. Hasil penelitian Gavino
et al (2008) menunjukkan bahwa penambahan tinggi tanaman yang terlalu tinggi akan mengakibatkan tanaman mudah rebah karena angin dan hujan. Penambahan tinggi tanaman yang menghasilkan produktivitas terbaik pada galur Mestizo 1 dan Mestizo 2 adalah kurang dari 20 cm.
Hasil percobaan 1 memperlihatkan bahwa dalam produksi benih padi hibrida di Provinsi Banten produktivitas terbaik dicapai pada konsentrasi 200 ppm dengan frekuensi 2 kali aplikasi berturut-turut sebesar 1285 kgha-1 (Hipa 8), 853.3 kgha-1 (Hipa 6), 1196.7 kgha-1 (Hipa Jatim 3) dan 1683 kgha-1 (Hipa 14 SBU). Hasil yang didapat pada frekuensi 3 kali aplikasi lebih rendah dari perlakuan 2 kali aplikasi berturut-turut sebesar 980 kgha-1 (Hipa 8), 730 kgha-1 (Hipa 6), 1026.7 kgha-1 (Hipa Jatim 3) dan 1403.3 kgha-1 (Hipa 14 SBU). Hasil terendah didapat pada kontrol berturut-turut sebesar 840 kgha-1 (Hipa 8), 425 kgha-1 (Hipa 6), 640 kgha-1 (Hipa Jatim 3) dan 905 kgha-1 (Hipa 14 SBU).
Hasil diatas memperlihatklan bahwa produktivitas terbaik yang dicapai pada percobaan konsentrasi (percobaaan 5a) dan frekuensi aplikasi GA3
(percobaan 5b) adalah varietas Hipa 14 SBU, yaitu pada konsentrasi 200 ppm dengan dua kali aplikasi penyemprotan GA3. Hasil yang sama didapatkan dari
penelitian Yuan at al (2003) dimana pemberian GA3 terbaik dalam produksi benih
padi hibrida di China adalah dua kali aplikasi dengan konsentrasi setara 200 ppm.
Gambar 7 Produktivitas empat varietas padi hibrida pada perlakuan frekuensi aplikasi GA3
Semua varietas padi hibrida pada percobaan 2, menghasilkan rataan produktivitas lebih rendah dibandingkan hasil yang didapat pada percobaan pertama (konsentrasi GA3). Hal ini karena percobaan dilakukan pada dua musim
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Hipa 8 Hipa 6 Jatim 3 Hipa 14 SBU
Pr o d u kt iv itas kg h a -1 ) Varietas 0 2 kali 3 kali ef bc e h ef ef gh cd de ef a b 840 1285 980 425 853 730 640 1197 1027 905 1683 1403
yang berbeda dimana saat pelaksanaan percobaan 2 (frekuensi aplikasi GA3)
curah hujan dan kecepatan angin lebih tinggi dan lama penyinaran matahari lebih rendah (terutama saat fase pembungaan dan menjelang panen). Curah hujan pada saat pembungaan mencapai 243 mm dengan lama penyinaran matahari hanya 44.72%. Menjelang panen (pematangan) curah hujan mencapai 122 mm dan lama penyinaran matahari 49.29%. Kondisi ini menyebabkan penyerbukan tidak optimal dan banyak tanaman rebah. Hasil penelitian Xu dan Li (1988) menyebutkan bahwa faktor lingkungan dan iklim berpengaruh terhadap produktivitas benih padi hibrida di China.
Gambar 8. memperlihatkan lokasi percobaan perlakuan frekuensi aplikasi GA3 yang dilakukan di KP Singamerta BPTP Banten. Galur yang ditampilkan
adalah CMS A6 dengan PK 88 yang merupakan pasangan tetua padi hibrida Jatim 3 pada kontrol (tanpa perlakuan). Digunakan penutup plastik setinggi 1.5 meter sebagai isolasi untuk menghindari serbuk silang dengan galur yang tidak diinginkan.
Gambar 8 Petak percobaan perlakuan frekuensi aplikasi GA3.
Setiap petak percobaan berukuran 4 m x 5 m, jarak antar anak petak 60 cm dan jarak antar petak utama 1 m. Rasio antara CMS dan restorer adalah 2R:10A dengan jarak tanam di dalam barisan adalah 20 cm x 20 cm, dan jarak tanaman CMS terluar dengan restorer terluar adalah 30 cm. Pemasangan barier dilakukan saat tanaman berumur 25 HST setinggi 1.5 m pada petak utama untuk menghindari serbuk silang.
KESIMPULAN
1. Peningkatan konsentrasi GA3 100 sampai 300 ppm meningkatkan tinggi
tanaman, eksersi malai, eksersi stigma, durasi membuka bunga, sudut membuka bunga dan panjang malai. Konsentrasi GA3 200 ppm menghasilkan
produktivitas lebih tinggi pada varietas Hipa 6 (950 kg ha-1), Hipa Jatim 3 (1450 kg ha-1) dan Hipa 14 SBU (2120 kg ha-1). Produktivitas tertinggi pada varietas Hipa 8 dicapai pada konsentrasi 300 ppm (1550 kg ha-1) namun tidak berbeda konsentrasi GA3 200 ppm (1600 kg ha-1).
2. Frekuensi dua dan tiga kali aplikasi GA3 meningkatkan tinggi tanaman, eksersi
malai, eksersi stigma dan durasi membuka bunga. Perlakuan dua kali aplikasi GA3 mampu menghasilkan produktivitas lebih tinggi pada semua varietas
6 PENGARUH KECEPATAN BLOWER TERHADAP KEHILANGAN