• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2004 sampai Agustus 2005 yang dilakukan pada 5 (lima) stasiun terdiri dari: 1. Barrrang Caddi, Kepulauan Sangkarang, Selat Makassar. 2. Bone (Teluk Bone), 3. Rata (Teluk Tolo), 4. Gorontalo (Teluk Tomini) 5. Inobonto (Laut Sulawesi) (Gambar 6). Pengambilan data pada lokasi yang berbeda dengan mempertimbangkan posisi wilayah secara geografi sehingga lokasi tersebut dapat merepresentasikan wilayah perairan di Sulawesi.

1 2

3

4

5

Gambar 6. Lokasi penelitian

(Angka dalam gambar menunjukkan lokasi yaitu: 1. Barang Caddi, Kepulauan Sangkarang, Selat Makassar, 2. Bone (Teluk Bone), 3. Rata

Ikan te nggiri didapatkan dari hasil penangkapan secara tradisional dengan menggunakan panah, memancing dan pukat pada lima stasiun tersebut. Pengambilan sample dilakukan 2 kali pada stasiun I. Jumlah ikan yang digunakan pada setiap kali pengambilan sampel adalah 40 (empat puluh ekor) pada dua musim yang berbeda. Pengambilan sample ini untuk melihat pengaruh musim terhadap jenis parasit dan tingkat infeksi pada stasiun tersebut. Sedangkan stasiun yang lainnya dilakukan sekali pengambilan yaitu Stasiun II (Teluk Bone), dan Stasiun IV Gorontalo (Teluk tomini) masing-masing 40 ekor, sedangkan di Rata (Teluk Tolo) dan Inobonto (Laut Sulawesi) diambil yaitu 14 dan 3 ekor (Tabel 1). Perbedaan jumlah sampel yang didapatkan disebabkan keterbasan sampel yang tersedia dan kendala waktu serta transportasi untuk menjangkau daerah-daerah tersebut.

Tabel 1. Jumlah sampel yang didapatkan pada setiap stasiun dan waktu pengambilannya.

Stasiun Penelitian Musim Hujan Musim Kemarau

Kepulauan Sangkarang 40 40

Teluk Bone 40 -

Teluk Tolo 14 -

Teluk Tomini 40 -

Laut Sulawesi - 3

Ikan yang didapatkan dari nelayan yang mewakili stasiun yang diteliti dikemas dalam kotak gabus styrofoam utamanya dalam pengangkutan yang jauh. Pengepakan dilakukan dengan cara menyusun ikan-ika n tersebut dalam kotak gabus dan diselimuti dengan es yang dihancurkan. Ikan-ikan tenggiri tersebut diangkut dengan mobil bus sampai ke Laboratorium Parasit dan Penyakit ikan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, yang memakan wakt u beberapa jam seperti sampel yang diambil dari Kepulauan Sangkarang dan sampai 2 hari pada sampel yang diambil dari Teluk Tomini atau Teluk Tolo. Ukuran ikan yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai kisaran 56,00 cm dengan berat 1.200 g sampai 126,50 cm dengan berat 13,200 kg.

Bahan dan Metode Penelitian

Isolasi parasit dan identifikasi. Ikan yang tiba di Laboratorium, segera dipisahkan organ-organ yang terdapat dalam rongga perut serta insang dari tubuh ikan. Pengamatan untuk parasit pada jarin gan otot dengan membuat irisan daging yang dipotong pipih kemudian diamati. Parasit yang ditemukan tersebut dihitung, dikumpulkan serta dipisahkan sesuai dengan jenisnya. Untuk selanjutnya dilakukan untuk pembuatan preparat, melalui tahapan fiksasi, staining dan clearing (Reichenow et al. 1969 diacu dalam Palm 2004) (Gambar 7). Secara umum pengamata n yang dilakukan pada setiap kelompok parasit yaitu:

Monogenea: Parasit ini adalah endoparasit yang biasanya ditemukan pada permukaan tubuh dan permukaan insang. Untuk permukaan tubuh dilakukan dengan pengamatan visual dan jika ditemukan parasitnya ambil dengan pinset. Sedangkan untuk bagian insang dilakukan dengan cara memisahkan bagian dari tubuh kemudian setiap bagian tersebut dipotong-potong secara vertikal dari tulang insang kearah lamella (lembaran insang) dengan panjang sekitar 3 cm pada ukuran tulang insangnya. Sewaktu memisahkan potongan-potongan tersebut, harus hati-hati karena jangan sampai parasit hilang atau rusak. Lembaran-lembaran insang tersebut diletakkan di dalam cawan petri dan direndam di dalam larutan fisiologis. Selanjutnya digerus secara berlahan diatas cawan petri sehingga parasit yang lepas dari lamella insang terkumpul pada cawan petri kemudian dilakukan pemisahan menurut spesis dan selanjutnya disimpan dalam ethanol 70% untuk persiapan pengamatan selanjutnya.

Digenea: Digenea termasuk endoparasit yang biasa ditemukan dalam bentuk larva pada permukaan tubuh yang disebut metacercaria dan dalam bentuk dewasa terdapat di dalam usus. Digenea biasanya didapatkan pada permukaan tubuh sehingga pemeriksaan permukaan tubuh dilakukan dengan cara pengamatan secara visual. Untuk digenea yang endoparasit maka pengamatan dilakukan dengan melihat organ-organ tubuh yang berada di rongga tubuh seperti hati, splin, jantung, ginjal, gonad, dan usus. Pengamatan pada organ-organ ini dilakukan dengan melihat pada permukaan dan jaringan di dalamnya. Untuk usus dilakukan

dengan cara memisahkan bagian-bagiannya sebelum pengamatan dimulai. Pengamatan lambung dilakukan dengan cara visual, melihat permukaan luar dan dalam. Isi lambung diamati dengan streomikroskop dan permukaannya digerus dengan memakai pisau tumpul. Hasil gerusan dalam bentuk mukus diamati di bawah streomikroskop. P arasit dikeluarkan dan dimasukkan dalam larutan fisiologis. Selanjutnya tubuh parasit digenea tersebut dipipihkan dengan dengan menggunakan dek glass kemudian parasit tersebut dimatikan dengan meneteskan sedikit formalin 10%, sesudah itu di simpan dalam alkohol 70% untuk persiapan pembuatan preparat.

Cestoda: Termasuk endoparasit. Parasit ini biasanya ditemukan pada permukaan organ-organ tubuh yang berada dirongga rongga perut dan didalam jaringan-jaringan organ tubuh seperti jaringan-jaringan otot, hati, ginjal dan bahkan pada pembuluh darah. Pengamatan juga dilakukan secara visual pada jaringan-jaringan organ. Dengan cara menyayat jaringan-jaringan tersebut tipis utamanya pada jaringan otot, hati dan jantung kemudian diamati secara visual. Untuk pembuluh darah, pada pengamatan kami ditemukan salah satu spesies yang didapatkan pada pembuluh darah di tulang insang. Untuk mengamati parasit yang hidup dipembuluh darah tersebut dengan cara memasukkan ujung pingset atau kawat yang permukaannya tumpul yang ukurannya sebesar penampang pembuluh darah tersebut secara berlaha n. Apabila ada parasit maka parasit tersebut dikeluarkan dengan mendorong menggunakan pingset bersama kapsulnya . Parasit-parasit Cestoda yang ditemukan tersebut kemudian dikeluarkan dari kapsulnya. Untuk Tryphanorhync ha, sebelum disimpan didalam alkohol 70%, terlebih dahulu diusahakan agar parasit tersebut dikeluarkan dari blastocyst, kemudian dibuat agar sebelum disimpan dibuat agar menonjolkan probosisnya, dengan cara meletakkan parasit tersebut pada permukaan dek glass dengan setetes larutan fisiologis, kemudian ditekan dengan cover glass sehingga probosis tersebut keluar, kemudian ditetesi formalin 10% sehingga parasit tersebut mati dalam keadaan probosis menonjol dari tubuhnya. Parasit tersebut simpan didalam larutan ethanol 70% untuk persiapan pembuatan preparat.

Nemotoda: Nematoda adalah endoparasit. Parasit ini biasanya ditemukan pada jaringan otot, rongga tubuh dan saluran pencernaan. Untuk parasit Anisakis sp. pada umumnya ditemukan menempel pada organ-organ tubuh dirongga perut, utamanya lambung. Parasit yang ditemukan dikeluarkan dari blastocyst (jaringan pembungkus parasit) kemudian direndam didalam larutan fisiologis, selanjutnya di simpan dalam alkohol 70% untuk persiapan pembuatan preparat.

Copepoda: Copepoda pada umumnya hidup sebagai ektoparasit yang ditemukan pada permukaan tubuh dan insang. Pengamatan dilakukan secara visual pada seluruh bagian permukaan tubuh ikan tenggiri. Parasit yang ditemukan diambil secara hati-hati dengan menggunakan forceps (pinset). Parasit yang didapatkan direndam dahulu kedalam larutan fisiologis ( larutan 9 % NaCl di dalam aquades), sambil dibersihkan, kemudian disimpan dalam ethanol 70%.

Semua jenis parasit yang ditemukan di catat lokasi dan habitat pada jaring atau organ tubuh ikan dan dihitung jumlahnya. Untuk pembuatan preparat dilakukan dengan metode Mayer -Schumberg’s Aceto-Carmine (Reichenow et al.

1969 diacu dalam Palm 2004) sebagai berikut:

a. Siapkan pada cawan petri yang bersih kemudian tampung parasit yang disimpan dalam formalin atau alkohol 70%, untuk mengambil parasit digunakan pingset. Rendam selama kira-kira 15 menit untuk parasit yang besar direndam selama 30 menit atau lebih tergantung ukuran parasitnya.

b. Masukkan sampel parasit tersebut kedala m larutan Mayer -Schuberg’s. Pembuatan larutan ini adalah dengan cara: menambahkan 1,5 ml Asam chlorida (HCl) pekat ke dalam 15 ml air aquades dan 4 g carmin, dan panaskan larutan ini selama 30 menit di dalam suatu pemanas yang mempunyai sistem pendingin. Tambahkan 85 ml ethanol 95% kemudian saring. Hasil saringan merupakan stok larutan, yang bisa digunakan atau diencerkan lagi jika digunakan pada sampel yang berukuran kecil. Rendam selama 0,5 – 5 menit sampai sampel berwarna merah cerah.

Gambar 7. Skema pembuatan preparat parasit 70% Alkohol + 30 menit Mayer-Schuberg’s 0,5 – 5 menit 70% Alkohol hilangkan sisa stain 80% Alkohol 15 - 30 menit 70% Alkohol 2 ml HCl pekat Warna Terlalu gelap 90% Alkohol 15 - 30 menit 100% Alkohol: Eugenol (1:1) 100% Alkohol 15 - 30 menit Pewarnaan Dehidrasi 100% Eugenol Mounting dengan Canadabalsem Clering

c. Pindahkan sampel tersebut kedalam ethanol 70% untuk membersihkan hasil sisa stain.

d. Kalau warnanya terlalu gelap maka dapat dibuat menjadi lebih muda atau terang dengan merendam kedalam asam ethanol (2 ml HCl pekat di dalam 100 ml ethanol 70%). Untuk membuktikan gelap tidaknya, maka sample tersebut dilihat dibawah dissecting mikroskop. Tujuan dari stain ini adalah membuat agar sample tersebut berwarna merah terang.

e. Pindahkah sample kedalam 80% ethanol selama 15 - 30 menit. f. Pindahkan sample kedalam ethanol 90% selama 15 - 30 menit.

g. Pindahkan sample kedalam ethanol 100% selama 30 menit (dapat juga selama 1 malam tergantung ukuran sampelnya.

h. Pindahkan sample pada zat penjernih (clearing agent) yaitu Eugenol, methyl salicylate dan biarkan sampai berwarna jernih. Hasil ini memakan waktu beberapa menit sampai satu jam. Jika menggunakan eugenol, dianjurkan agar menggunakan secara bertingkat yaitu 50% eugenol 50% ethanol absolut dan kemudian menggunakan eugenol 100%.

j. Untuk membuat preparat dengan cara mempersiapkan canadabalsem pada glass preparat kemudian letakkan sampel tersebut didalam canadabalsem selanjutnya ditutup dengan cover glass. Hindari jangan sampai terdapat gelembung udara pada sample tersebut. Preparat siap diamati dan di indentifikasi. Identifikasi dilakukan menurut Palm 2004, Velasquez 1975, Yamaguti 1952 dan Yamaguti 1963).

Analisis histologi dilakukan sesuai dengan prosedur umum mikrotehnik dengan fiksatif larutan Bouin (Lampiran 43).

Variabel dan Metode Pengukuran. Sample ikan yang didapatkan di awetkan di dalam boks pendinginan sementara dan diangkut ke Laboratorium untuk pengamatan. Sample ikan di amati di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Ikan sample yang belum langsung diamati diberi label tentang tanggal/waktu penangkapan dan tempat penangkapan serta diawetkan dengan pembekuan. Sebelum pemeriksaan dimulai, ikan terlebih dahulu diukur beratnya yang terdiri dari penimbangan berat total, berat tampa jeroan, dan berat

hati. Untuk pengamatan mengenai lokasi parasit pada tubuh ikan dilakukan dengan mencatat posisi parasit pada tubuh, tempat parasit pada organ dan menghitung jumlah individu parasit pada setiap ekor ikan. Data-data tersebut di kumpulkan dalam lembaran data (Protocol sheet) (Lampiran 1).

Analisis D ata

Perlakuan Data. Dari data-data tersebut dilakukan pengumpulan data ekologi dilakukan dengan ya ng terdiri dari Prevalensi, Intensitas parasit serta kelimpahan parasit dan Faktor Kondisi dengan metode Clark dengan formula sebagai berikut: Kelimpahan parasit =

j i

Dokumen terkait