• Tidak ada hasil yang ditemukan

Parasit metazoa pada ikan tenggiri, Scomberomorus commerson (Lacepede, 1800), di perairan sekitar Sulawesi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Parasit metazoa pada ikan tenggiri, Scomberomorus commerson (Lacepede, 1800), di perairan sekitar Sulawesi"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

PARASIT METAZOA PADA IKAN TENGGIRI,

Scomberomorus commerson

(Lacep

ède

, 1800),

DI PERAIRAN SEKITAR SULAWESI

METAZOAN PARASITES FROM THE

NARROW-BARRED SPANISH MACKEREL

,

Scomberomorus commerson

(Lacep

ède

, 1800),

AROUND SULAWESI WATERS

GUNARTO LATAMA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN B OGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan bahwa disertasi: Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800)), di Perairan Sekitar Sulawesi adalah merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir disertasi ini.

Bogor, September 2006

(3)

ABSTRAK

GUNARTO LATAMA. Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri, Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800), di Perairan Sekitar S ulawesi. Dibimbing oleh

Dr. Ir. Darnas Dana, MSc., Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma, DEA., Prof. Dr. Ir. M. Natsir Nessa, MS. and PD.Dr. Harry W. Palm.

Ikan te nggiri adalah salah satu ikan ekonomis penting yang dijual untuk memenuhi pasaran lokal dan salah satu komoditi ekspor. Untuk menjaga kualitas ikan tersebut, maka perlu dik etahui tentang stok dan parasitnya. Studi parasit merupakan salah satu informasi pe nting dalam bidang ekologi seperti peranan parasit pada suatu ekosistem dan informasi dasar bagi industri perikanan dalam menjaga kualitas ikan, dan dalam bidang manajemen, kemungkinan dapat juga digunakan sebagai indikator stok populasi ikan.

Studi parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi dilakukan pada pada 5 lokasi di perairan sekitar Sulawesi yaitu: perairan di sekitar Kepulauan Sangkarang, Teluk Bone, Teluk Tolo, Teluk Tomini dan Laut Sulawesi. Parasit yang didapatkan diidentifikasi dan dihitung kelimpahannya pada setiap spesies parasit disetiap individu ikan. Untuk melihat perbedaan pada semua lokasi diuji dengan uji Kruskal Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann -Whitney

untuk melihat perbedaan lokasi yang satu dengan lokasi yang lain. Untuk melihat penciri setiap lokasi dan kemiripan antara lokasi yang satu dengan yang lain digunakan Analisis Komponen Utama dan Analisis K laster.

Pengamatan pengaruh musim pada kelimpahan parasit, hubungan antara panjang ikan dengan faktor kondisi dan ukuran ikan dengan jumlah parasit juga dilakukan.

Pada penelitian tersebut didapatkan 14 parasit metazoa yaitu: Cybicola armata, Caligus spp, Didymozoon sp, Lecithochirium neopacificum, Pricea multae, Pseudothoracocotyle ovalis, Bivagina alcedenis, B. australis, Gotocotyla secunda, Microcotyle sp, Grilliotiella branchi, Paratobotrium balli, Callitetrarhynchus gracilis and Anisakis sp. Dari hasil analisis komponen utama dan analisis klaster berdasarkan pada kelimpahan parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi dapat ditentukan 4 klaster populasi ikan tenggiri yaitu (1). Teluk Bone dan Kepulauan Sangkarang yang dicirikan oleh tingginya kelimpahan parasit P. multae, G. Secunda, Caligus sp dan B. alcedenis. (2). Teluk Tolo yang dicirikan oleh tingginya kelimpahan parasit C. gracillis. (3). Teluk Tomini yang dicirikan oleh tingginya kelimpahan

Dindymozoon sp. (4). Laut Sulawesi yang dicirikan oleh tingginya kelimpahan

L. neopacificum, yang menunjukkan kemungkinan adanya stok yang berbeda pada populasi ikan t enggiri di perairan Sula wesi.

Dibandingkan dengan data kelimpahan parasit yang telah publikasikan dari Australia memperlihatkan bahwa parasit pada ikan tenggiri di Indonesia yaitu Sulawesi dan Kupang berbeda dengan yang berada di Australia Utara. Penyebabnya diduga karena perbedaan-perbedan keberadaan inang akhir (final host) yang tinggi di Australia dibandingkan dengan di Indonesia. Perbedaan yang terjadi di Sulawesi antara lokasi yang satu dengan lainnya diduga dipengaruhi oleh pergerakan arus yang berhubungan dengan musim.

(4)
(5)

ABSTRACT

GUNARTO LATAMA.

Metazoa n parasites from the Spanish Mackerel,

Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800), around Sulawesi waters.

Under supervision of Dr. Ir. Darnas Dana, MSc., Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma, DEA., Prof. Dr. Ir. M. Natsir Nessa, MS. and PD.Dr. Harry W. Palm.

Tenggiri fish, the narrow-barred Spanish mackerel, is an economic a l important fish for the domestic demand and as export commodity. To maintain the quality of the fish, information is needed about the fish stock its quality and its parasit es. The study of fish parasites is important as basic information for maintaining the food quality, and parasites can also be used as fish population indicators. The parasites colleted in the areas was identified and counted every species of parasite abundant in every individual of the fish. To analyze the different locations the Kruskal Wallis test and continue with Mann-Whitney to differentiate the locations. To know the characteristic of the locations and the similarity among location, the Principal Component Analysis (PCA) and Cluster analysis was employed. The effect of the seasons to the parasite abundant was analyzed.

Parasit ological studies on tenggiri were carried out in Sulawesi water s in 5 (five) locations: Sangkarang Islands, Bone Bay, Tolo Bay, Tomini Bay and Sulawesi Sea. The study revealed 14 species Cybicola armata, Caligus spp,

Didymozoon sp, Lecithochirium neopacificum, Pricea multae, Pseudothoracocotyle ovalis, Bivagina alcedenis, B. australis, Gotocotyla secunda, Microcotyle sp, Grilliotiella branchi, Paratobotrium balli,

Ca llitetrarhynchus gracilis and Anisakis sp.

From Principal component analysis and Cluster analysis based on abundance data have been found 4 clusters Spanish mackerel population in Sulawesi waters: (1) Bone Bay and Sangkarang Islands characterized by hig h number of abundance parasites P. multae, G. Secunda, Caligus sp and B. alcedenis. (2) Tolo Bay characterized by high number of abundance parasites

C. gracillis. (3). Tomini Bay characterized by high number of abundance parasites Dindymozoon sp. (4). Sulawesi Sea characterized by high number of abundance parasites L. neopacificum indicating the presence of different stocks in the area.

Comparison with published record of Australian tenggiri parasites revealed different between these two regions. The different shown by the low abundant of parasite, Trypanorhyncha and Anisakid in Kupang and Sulawesi compare the Australia parasite. A reason for different fish stock/parasite fauna around Sulawesi is suggested to be influenced by the occurring of the final host which is abandon in Australian water than Indonesia and the current systems that change according to the season.

(6)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006.

Hak cipta dilindungi

(7)

PARASIT METAZOA PADA IKAN TENGGIRI,

Scomberomorus commerson

(Lacep

ède

, 1800),

DI PERAIRAN SEKITAR SULAWESI

METAZOAN PARASITES FROM THE

NARROW-BARRED SPANISH MACKEREL

,

Scomberomorus commerson

(Lacep

ède

, 1800),

AROUND SULAWESI WATERS

GUNARTO LATAMA

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN B OGOR

(8)

Judul Penelitian : Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri, Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800), di Perairan Sekitar S ulawesi

Nama : Gunarto Latama Nomor pokok : C 061020021

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Darnas Dana, MSc. Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma, DEA

Ketua Anggota

Prof. Dr. Ir. H. M. Natsir Nessa, MS. PD.Dr. Harry W. Palm Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Perairan

Prof.Dr. Ir. H. Enang Harris, MS. Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

(9)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadhirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi ini ditulis setelah melalui suatu rangkaian penelitian yang dilaksanakan di Sulawesi, dengan judul: Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800)) di Perairan Sekitar

Sulawesi. Ruang lingkup disertasi ini mencakup: a). Identifikasi metazoa parasit yang terdapat pada ikan tenggiri di pearairan disekitar Sulawesi. b). Mengevaluasi keberadaan zoonosis parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi. c). Menganalisis perbedaan parasit ikan tenggiri pada wilayah, musim dan ukuran berbeda di Sulawesi.

Disertasi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing Dr. Ir. Darnas Dana, MSc., sebagai ketua, dan masing-masing sebagai anggota Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma, DEA., Prof. Dr. Ir. H. M. Natsir Nessa, MS. dan PD.Dr. Harry W. Palm atas segala bimbingan yang diberikan mulai persiapan penelitian hingga selesainya penulisan desertasi ini. Terima kasih pula penulis sampaikan secara pribadi kepada Dr. Chairul Muluk yang berperan aktif dalam megoreksi tulisan ini dan menguji pada ujian tertutup. Terima kasih pula disampaikan kepada penguji luar pada ujian tertutup Bapak Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. dan penguji luar ujian terbuka yaitu Ibu Dr. Etty Riani dan Bapak Dr. Didik Wahyu dan memberikan saran dan koreksi demi perbaikan tulisan ini.

Kepada Pimpinan Sekolah Pascasarjana IPB, Dekan dan wakil dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan IPB, Ketua Program Studi Ilmu Perairan Pascasarjana IPB, Prof. Dr. Ir. H. Enang Harris, MS. serta seluruh staf pengajar dan staf laboratorium yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik semasa belajar dan dalam melakukan penelitian serta penyelesaian pendidikan program Doktor di Sekolah Pascasarjana IPB, penulis mengucapkan terima kasih. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada pengelola Bantuan Pendidikan Pascasarjana (BPPs) yang telah memberikan beasiwa dari tahun 2002 – 2005. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan pada Ketua Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Universitas Hasanuddin Makassar dan staf Laboratorium Kesehatan ikan IPB berperan dalam kegiatan laboratorium, serta Ir.Muhammad Hatta, MS. yang telah membantu dalam pengolahan analisis data selama penelitian ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih.

(10)

Gunarto Latama

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bunta, Sulawesi Tengah pada tanggal 24 Pebruari 1962 dari Ayah Djawad Latama dan Ibu Maemuna Sampo. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara.

Tahun 1982 penulis lulus dari SMA Negeri 1. Ujung Pandang, Sulawesi Selatan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Hasanuddin mela lui jalur seleksi masuk Universitas Hasanuddin. Penulis memilih Program studi Budidaya Perikanan. Pada tahun 1990 – 1992 penulis mengikuti pendidikan S2 pada Department Genetic and Ekology, Aarhus University, Denmark. Sewaktu dalam penyelesaian pendidikan tersebut penulis mengikuti International Polychaetes workshop and conference, 1990 di Anger, Perancis. Sejak tahun 1990 – 2002 penulis bergabung dalam organisasi internasional,

Tropical Marine Mollusc Programme yang didukung oleh Pemerintah Denmark, yang melakukan pertemuan Ilmiah dan workshop setiap tahun sekali pada Beberapa negara yang di Ikuti oleh Penulis yaitu India, Thailand, Vietnam, dan Indonesia yang setiap selesai Workshop tersebut menerbitkan

proceeding yang penulis aktif menerbitkan tulisan-tulisan didalamnya. Tahun 2000 mengikuti Short Course di Aquatic Diseases pada Department of Aquculture, Stirling University, Scotland, United Kingdom.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA... 8

Distribusi Ikan Tenggiri... 8

Parasit-parasit pada Ikan Tenggiri ... 10

Parasit Zoonosis ... 11

Pengaruh P arasit pada Ikan ... 15

Pengaruh parasit pada Pertumbuhan I kan ... 16

Kerugian yang Diakibatkan oleh Parasit Ikan Laut ... 17

Penggunaan Parasit sebagai Indikator Populasi Ikan ... 20

Status Studi Parasit di Sulawesi ... 21

BAHAN DAN METODE ... 22

Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

Metode Penelitian ... 24

Analisis Data ... 29

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

Jenis Parasit yang Ditemukan ... 34

Pengaruh Parasit pada Inangnya ... 77

Parasit Zoonosis ... 81

Keberadaan Parasit pada Lokasi yang Berbeda di Sulaw esi ... 88

Keberadaan Parasit pada Musim yang Berbeda di Sulawesi ... 103

Hubungan Parasit dengan Ukuran ikan ... 106

SIMPULAN ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jumlah sampel yang didapatkan pada setiap stasiun dan waktu

pengambilannya ... 23 2. Jumlah sampel yang didapatkan pada setiap stasiun dan waktu

pengambilannya ... 72 3. Rata -rata prevalensi jenis -jenis parasit pada ikan tinggiri di sekitar Perairan

Sulawesi ... 73 4. Hubungan antara jumlah total parasit dan faktor kondisi ... 78 5. Hubungan antara jumlah parasit B. alcedinis dan faktor kondisi ... 79 6. Jenis-jenis metazoa parasit dan kelimpahan (ind./ekor) yang terdapat pada

ikan tenggiri di Perairan Sulawesi, Kupang dan Australia ... 98 7. Prevalensi dan kelimpahan parasit ikan tenggiri di Kepulauan Sangkarang

pada musim hujan dan musim kemarau ... 105 8. Hasil analisa regresi antara jenis parasit dan ukuran ikan tenggiri di perairan

sekitar Sulawesi ... 107

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Protocol sheet (lembaran data) ... 117

2. Jumlah parasit yang ditemukan di Kepulauan Sangkarang pada waktu musim hujan ... ... 118

3. Jumlah parasit yang ditemukan di Kepulauan Sangkarang pada waktu musim kemarau ... ... 119

4. Jumlah parasit yang ditemukan di Teluk Bone ... ... 120

5. Jumlah parasit yang ditemukan di Teluk Tolo ... ... 121

6. Jumlah parasit yang ditemukan di Teluk Tomini ... 122

7. Jumlah parasit yang ditemukan di Laut Sulawesi ... ... 123

8. Analisis regresi hubungan antara jumlah total parasit dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi ... 124

9. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit B. alcedinis dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi... 125

10. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit Caligus sp. dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi... 125

11. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit C. armata dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi... 127

12. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit G. secunda dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi ... 128

13. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit P. multea dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi ... 129

14. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit B. australis dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi... 130

15. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit Didymozoon sp. dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi... 131

16. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit Terranova sp. dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi... 132

(14)

18. Hasil uji Mann-Whitney U, kelimpahan parasit pada spesis parasit

yang dalam uji Kruskal-Wallis signifikan berbeda (P<0,05) ... 134 19. V Matrix of the U LAMBDA V’ decomposition dan U Matrix of the

U LAMBDA V’ decomposition analisis komponen analisis

komponen utama pada ikan tenggiri di Sulawesi... 135 20. Dendogram sidik gerombol berdasarkan koordinat parameter dan

observasi pada 5 komponen utama untuk kelimpahan parasit di

sekitar Perairan Sulawesi ... 136 21. Data Algomeratif dan Matrix Proximity pada analisis cluster

berdasarkan Teknik Hierarchi pada 6 (enam) data kelimpahan parasit ikan tenggiri berdasarkan pada kelimpahan parasit di sekitar

Perairan Sulawesi ... 137 22. V Matrix of the U LAMBDA V’ decomposition dan U Matrix of the

U LAMBDA V’ decomposition analisis komponen analisis

komponen utama Sulawesi, Kupang dan Australia. ... 138 23. Dendogram sidik gerom bol berdasarkan koordinat parameter dan

observasi pada 5 komponen utama untuk kelimpahan parasit di

sekitar Perairan Sulawesi, Kupang dan Australia ... 139 24. Proximity Matrix pada analisis cluster berdasarkan Teknik

Hierarchi pada 6 (enam) data kelimpahan parasit ikan tenggiri berdasarkan pada kelimpahan parasit di sekitar Perairan Sulawesi,

Kupang dan Australia ... 140 25. V Matrix of the U LAMBDA V’ decomposition dan U Matrix of the

U LAMBDA V’ decomposition analisis komponen utama Sulawesi

dan Kupang. ... 141 26. Dendogram sidik gerombol berdasarkan koordinat parameter dan

observasi pada 5 komponen utama untuk kelimpahan parasit di

sekitar Perairan Sulawesi, Kupang ... 142 27. Proximity Matrix pada analisis cluster berdasarkan Teknik

Hierarchi pada 6 (enam) data kelimpahan parasit ikan tenggiri berdasarkan pada kelimpahan parasit di sekitar Perairan Sulawesi,

Kupang dan Australia ... 143 28. Analisis regresi berganda untuk hubungan antara spesies parasit dan

panjang ikan tenggiri di Sulawesi ... 143 29. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan

(15)

31. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan

parasit B. alcedenis ... 145 32. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan

parasit Microcotyle sp. ... 145 33. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan

parasit P. Multae ... 146 34. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan

parasit P. ovalis ... 146 35. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan

parasit Didymozoon sp. ... 147 36. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan

parasit G. branchi ... 147 37. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan

parasit C. gracilis ... 148 38. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan

parasit P. Balli ... 148

39. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan

parasit Terranova sp. ... 149 40. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan

parasit C. armata ... 149 41. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan

parasit Caligus spp. ... 150 42. Hasil uji Mann -Whitney U, pada kelimpahan parasit di musim hujan

dan kemarau di Kepulauan Sangkarang (P<0,05) ... 151 43. Pembuatan preparat dilakukan sesuai prosedur umum mikrotehnik

dengan fiksatif larutan Bouin. Prosedur pembuatan preparat

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Gambar ikan tinggiri (S. comerson) yang ditemukan di Perairan

Sulawesi ... 8

2. Peta penyebaran ikan tenggiri (S. Comerson) di dunia (FishBase, 2006).Warna merah pada gambar adalah daerah yang ditemukan tenggiri. 10 3. Siklus hidup Diphyllobothrium latum... 12

4. Siklus hidup Schistosoma spp. (Belavilas, 2006) ... 13

5. Siklus hidup H. heterophyes (Al-Ozaimi 2006) ... 14

6. Lokasi penelitian ... 22

7. Skema pembuatan preparat parasit ... 27

8. Skema pelaksanaa penelitian sampai pada pemanfatannya ... 33

9. Gotocotyla secunda (Tripathi, 1956) yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di Sulawesi ... 38

10. Bivagina australis yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di Sulawesi. 42 11. Bivagina alcedenis (Parona et Perugia, 1890) yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian ... 43

12. Microcotyle sp yang ditemukan pada insang ikan tenggiri yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di Sulawesi ... 46

13. Pricea multae yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di Sulawesi ... 48

14. Pseudothoracotyle ovalis yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitia n ... 50

15. Didymozoon sp. yang ditemukan di sekitar operculum dan rahang ikan tenggiri di lokasi penelitian ... 53

16. Lecithochirium neopacificum yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian ... 55

17. Grilliotiella branchi ditemukan di dalam pembuluh darah pada tulang insang ikan tenggiri di lokasi penelitian... 59

(17)

19. Paratobotrium balli yang ditemukan pada lambung ikan tenggiri di lokasi penelitian ... 65 20. Terranova sp. yang ditemukan pada rongga perut ikan tenggiri di lokasi

penelitian ... 67

21. C. armata yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian .. 69 22. Caligus spp. yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi

penelitian ... 71 23. Hubungan antara jumlah spesies parasit yang menginfeksi ikan tenggiri

dengan persentase kelompok ikan yang terinfeksi ... 74 24. Copepoda C. armata sedang menempel pada insang ikan tenggiri di

lokasi penelitian ... 80 25. Potongan jaringan bahagian anterior copepoda C. armata pada insang

ikan tenggiri ... 80 26. Siklus hidup Triphanorhynch (Palm, 2004) ... 82 27. Kemungkinan Siklus hidup Digenea Trematoda (Schell, 1970) ... 84 28. Kemungkinan model siklus hidup Anisakis sp., yang melibatkan ikan

tinggiri sebagai inang perantara. (L1, L2, L3 = tingkatan fase larva

Anisakis sp.) ... 86 29. Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan

jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan Tenggiri di Sulawesi ... 92 30. Dendogram hasil analisis cluster menggunakan hierarchical cluster

analysis, berdasarkan pada kelimpahan parasit ikan tenggiri di Perairan Sulawesi ... 93 31. Keadaan arus di perairan sekitar Sulawesi selama setahun dengan interval

waktu 2 bulan ... 95 32. Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan

jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan tenggiri di Sulawesi, Kupang dan Australia ... 97 33. Dendogram hasil analisis cluster menggunakan Hierarchical Cluster

(18)

35. Dendogram hasil analisis cluster menggunakan hierarchical cluster analysis, berdasarkan pada kelimpahan parasit ikan tenggiri di Perairan Sulawesi, Kupang ... 102

(19)

PENDAHULUAN

Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau besar yang dimiliki Indonesia. Secara geologi berupa pulau yang tidak termasuk pada Dangkalan Sunda, merupakan wilayah yang pernah bersatu dengan Asia atau dangkalan Sahul dan wilayah yang pernah bersatu dengan Irian dan Australia. Sulawesi merupakan daerah peralihan yang dibatasi oleh Weber line dan Wallace line. Posisi pulau Sulwesi tersebut menyebabkan keaneka ragaman spesies hewan dan tumbuhan yang hidup di dalamnya dan perbedaan dalam keaneka raga man hayati dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia. Hal ini diperlihatkan dengan banyak dijumpainya hewan-hewan endemik di daerah ini seperti kuskus (Phalanger celebencis) dan anoa (Bubalus depressicornis).

Hal yang sama mungkin juga terjadi pada hewan laut. Meskipun demikian banyak yang tidak menyetujui pendapat tersebut karena organisma laut, utamanya ikan, bergerak secara bebas yang menyebabkan batas-batas tersebut kemungkinan tidak terlihat. Beberapa penemuan memperlihatkan adanya spesies ikan laut endemik ditemukan diperairan tertentu seperti di Teluk Tomini, Kepulauan Banggai. Di daerah ini terdapat ikan yang wilayah penyebarannya sangat sempit yang hanya disekitar Kepulauan Banggai yaitu ikan Cardinal Banggai

(20)

monogenea pada 1.000 spesies ikan dan diperkirakan spesies parasit ini berjumlah sekitar 20.000 spesies (Rohde 1982). Dengan jumlah jenis yang besar tersebut maka keberadaan parasit dalam suatu ekosistem tidak dapat diabaikan (Rohde 1982).

Telah lama diketahui bahwa parasit dapat memberikan pengaruh yang bersifat negatif yaitu menyebabkan penyakit pada ikan sehingga merugikan dalam bidang budidaya perikanan atau menyebabkan terjadinya kematian massal sehingga menyebabkan berkurangnya suatu populasi ikan di alam. Kasus seperti ini terjadi pada ikan sturgeon, Acipenter nudiventris yang disebabkan oleh parasit monogenea Nitzchia sturionis sehingga ikan tersebut tidak dapat ditangkap secara komersial selama 20 tahun (Osmanov 1959 diacu dalam Sinderman 1989).

Kerugian lainnya yaitu dapat menyebabkan penurunan kualitas ikan seperti timbulnya abses dan bau tidak menyenangkan bahkan dapat merusak kualitas daging ikan (Rohde 1982). Hubungannya dengan kesehatan manusia adalah dapat menyebabkan penyakit pada manusia seperti pada kasus Anisakis spp. yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan yang berupa inflamasi, utamanya bagi parasit yang termakan dengan ikan yang dikonsumsi secara mentah (Ishikura & Namiki 1989), dengan demikian keberadaan parasit bukan hanya mendatangkan kerugian secara ekonomi tetapi juga mengganggu kesehatan manusia.

(21)

Di Indonesia, studi mengenai parasit ikan laut masih kurang, mengingat Indonesia adalah salah satu kawasan yang sangat kaya akan jumlah spesies ikannya (Alle n 2000).

Penelitian yang sangat kurang dilakukan bukan hanya pada ikan-ikan non- ekonomis tetapi pada ikan-ikan ekonomis penting. Salah satu spesies ikan ekonomis penting adalah ikan tenggiri (S. commerson). Belum ada laporan mengenai penelitian ikan ini yang dilakukan di Indonesia, kecuali oleh peneliti Australia yang mengambil sampel di perairan sekitar Pulau Timor, yaitu di Kupang dan Selat Tores (Lester et al. 2001).

Tenggiri merupakan ikan yang sangat digemari masyarakat dan untuk memenuhi kebutuha n ekspor. Penganan yang biasa dibuat dari ikan ini adalah bakso, empek-empek, otak-otak dan lain-lain. Dijual dalam bentuk ikan beku, ikan asap, dan ikan kaleng (FishBase 2006). Tenggiri dari segi rasa mempunyai rasa sangat enak sehingga diberikan indikasi kualitas rasa dengan empat bintang yang bermakna bahwa ikan tersebut termasuk ikan dengan nilai rasa yang sangat enak (excellent eating ) (Allen 2000). Sedangkan nilai gizinya menunjukkan bahwa ikan tenggiri kaya akan asam lemak Omega-3 dibandingkan dengan yang terdapat pada ayam dan babi (Shirleen & Jin 2002).

Penangkapan tenggiri di Indonesia memperlihatkan hasil yang sangat berfluktuasi bahkan hasil tangkapan tahun 2005 tidak mencapai 50% hasil tangkapan tahun 2004. Hasil tangkapan sejak tahun 2001 sampai 2005, berturut-turut sebesar: 4.092 ton, 70.932 ton, 51.189, 78.817 ton dan 29.080 ton (Direktorat Prasarana Perikanan Tangkap Indonesia 2006).

(22)

Keberadaan jumlah stok ikan di suatu tempat merupakan informasi yang sangat penting. Ikan yang hanya satu stok dengan ruaya yang luas, menyebabkan tangkapan yang berlebih pada suatu daerah pada ikan yang merupakan stok yang sama, akan mempengaruhi populasi ikan tersebut secara keseluruhan. Pemahaman yang baik mengenai massalah ini sangat penting di bidang manajemen penangkapan untuk menjawab apakah apabila terjadi kelebihan penangkapan pada suatu wilayah dapat mempengaruhi tangkapan pada wilayah lainnya. Untuk itu pengkajian dan pemahama n mengenai stok ikan dibutuhkan.

Salah satu cara untuk mengetahui stok ikan adalah dengan menganalisa genetik populasi ikan tersebut, karena stok didefinisikan sebagai “suatu populasi organisma yang memiliki kumpulan gen yang sama, cukup terpisah yang menjamin pertimbangan sebagai suatu sistem mandiri yang kekal yang dapat dikelola” (Larkin 1972 diacu dalam Sparre & Venema 1999). Meskipun demikian ada pula yang tidak mempersyaratkan genetik dalam penentuan stok, misalnya menurut Ihssen et al. (1981) mendefinisikan stok sebagai suatu kelompok interspecific dari induvidu-induvidu yang berhubungan secara acak dalam kesatuan menyeluruh menurut ruang dan waktu. Penelitian genetik dan metode taging membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Akhir-akhir ini berkembang suatu analisa untuk memprediksi suatu stok populasi ikan dengan menggunakan parasit sebagai indikator stok suatu populasi ikan.

Pengkajian-pengkajian mengenai parasit sangat penting dilakukan karena hal ini disamping berhubungan dengan hal di atas, juga berhubungan secara langsung dengan kualitas ikan yang di tangkap serta pengaruhnya pada kesehatan manusia, karena ikan merupakan penyedia protein hewani terbesar bagi masyarakat Indonesia dan merupakan salah satu komoditi ekspor.

(23)

daera h 4 (empat) musim yang pergantian musim terlihat sangat menyolok. Hal lain yang diamati dalam bidang ekologi adalah keberadaan parasit pada lokasi yang berbeda di perairan Sulawesi yang kemungkinan dapat digunakan sebagai indikator stok populasi yang merupakan bagian yang dikaji dalam riset ini.

Ikan tenggiri dari Perairan Sulawesi ditangkap pada daerah sekitar Sulawesi yakni perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Teluk Tolo, Teluk Tomini dan Laut Sulawesi. Komoditas tersebut perlu dijaga mutunya, diantaranya kontrol terhadap parasit. Parasit yang terdapat pada ikan ada yang bersifat zoonosis yaitu selain menginfeksi ikan juga dapat juga menginfeksi manusia. Dengan demikian, parasit dapat memberikan kontribusi yang besar pada kerugian finansil pada industri perikanan. Cara yang terbaik untuk menghindari hal tersebut adalah dengan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai parasit, tentang potensi yang merugikan pada parasit serta mengamati infeksi alamiah parasit. Semua informasi tersebut merupakan masukkan yang penting bagi industri perikanan untuk mengatasi penyakit parasit pada ikan-ikan yang terinfeksi parasit dan yang kemungkinan terjadi nanti.

Pengaruh zoonosis parasit yang ditimbulkan pada manusia dapat berupa infeksi pada sistem pe ncernaan atau efek alergi yang dapat ditimbulkan dengan mengkonsumsi ikan tersebut (Palm 2004). Dalam menjaga kualitas ikan, dibutuhkan informasi mengenai jenis-jenis parasit yang ada pada ikan tenggiri dan manajemen untuk mempertahankan mutu produk tersebut. Pengamatan dimulai dengan mengidentifikasikan jenis-jenis parasit yang ditemukan pada ikan tenggiri dan mengamati jenis-jenis yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Disamping dapat menginfeksi manusia, parasit yang telah mati di dalam tubuh/jaringan ikan dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang yang memakannya (Rodero & Cuèllar 1999). Dengan demikian parasit dapat memberikan kontribusi yang besar pada kerugian finansil pada industri perikanan.

(24)

Parasit dalam tubuh inangnya dapat memberikan pengaruh negatif atau hanya bersifat komensal bahkan pengaruh positip pada inangnya. Dengan demikian, eksistensi inang dan parasit sudah merupakan suatu yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan ikan yang hidup secara alamiah di suatu perairan. Sehingga sekarang ini parasit sudah digunakan untuk indikator stok ikan selain menggunakan analisa genetik yang membutuhkan biaya yang besar serta waktu yang lama. Pengetahuan tentang stok ikan pada suatu populasi dibutuhkan untuk manajemen penangkapan ikan secara lestari.

Keberadaan parasit dapat menggambarkan ruaya ikan dan stok ikan antara yang satu dengan yang lain. Hingga saat ini telah diketahui ada beberapa jenis parasit yang mempunyai inang lebih dari satu inang, seperti Nematoda, Cestoda dan Digenea (Möler & Anders 1984; Rohde 1982; Sinderman 1991), sehingga keberadaan parasit pada ikan tersebut menggambarkan makanan yang dimakannya yang berhubungan dengan lingkungan dimana ikan itu berasal. Dengan dem ikian studi mengenai parasit pada lokasi yang berbeda dapat dijadikan alternatif untuk mengetahui stok ikan.

Pengaruh lain yang juga penting dalam keberadaan parasit adalah pengaruh musim, salah satu hal yang sangat penting dalam perubahan musim adalah yang mempengaruhi siklus hidup dari inang perantara, inang final dan parasit baik pengaruh langsung atau pengaruh tidak langsung (William & Jones 1994). Suhu mempengaruhi tingkah pola makan dan siklus hidup dari parasit dan inang, dengan demikian diduga ke beradaan parasit dipengaruhi oleh musim dalam hal kelimpahan dan prevalensi. Pengaruh lainnya yaitu makanan ikan yang membawa jenis parasit yang berbeda kemungkinan berganti dengan berubahnya musim. Pengaruh ini banyak diketahui pada ikan-ikan yang berada diempat musim (William & Jones 1994) sedangkan di daerah tropik hal ini belum diketahui.

(25)

tuna yang dapat beruaya dari perairan Jepang sampai ke Australiam, pada ikan tenggiri hal ini tidak terjadi dengan hasil penelitian yang dilakukan dengan taging

memperlihatkan bahwa ikan tenggiri mempunyai mempunyai ruaya yang sempit. Dan di Australia ditemukan banyak beberapa stok ikan tenggiri setelah dilakukan analisa genetik dan perbedaan genetik tersebut sesuai dengan perbedaan parasit yang ditemukan pada lokasi yang berbeda sehingga parasit dapat digunakan sebagai indikator stok pada ikan tenggiri (Moore et al. 2003). Studi yang sama sangat menarik dilakukan di Indonesia karena dengan mengetahui stok ikan maka dapat digunakan dalam bidang manejemen penangkapan ikan utamanya dalam pengaturan kaota penangkapan setiap wilayah sebab pada ikan yang terdiri dari satu stok maka, penangkapan berlebihan pada satu daerah akan memberikan dampak pada pengurangan populasi atau tangkapan di daerah yang berbeda pada ikan yang merupakan stok yang sama.

Penelitian ini dilakukan di sekitar perairan Pulau Sulawesi karena Pulau Sulawesi mempunyai sejarah geologi yang unik yang merupakan peralihan Dangkalan Sunda dan Dangkalan Sahul dan bentuk perairan yang bermacam-macam yaitu perairan selat yaitu sebelah utara dengan Laut Sulawesi, sebelah timur terdapat dua teluk yaitu Teluk Tomini, Teluk Tolo dan sebelah selatan dengan Teluk Bone dan Laut Flores. Adanya perbedaan lingkungan dan pola arus yang berbeda pada setiap wilayah menjadikan Sulawesi menarik untuk diteliti mengenai parasit pada ikan tenggiri. Ikan tenggiri di perairan Sulawesi iditangkap sepanjang tahun, dengan menggunakan panah, pukat cincin dan pancing.

(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Distribusi Ikan Tenggiri

Ikan tenggiri (Gambar 1) biasa juga disebut: Spaniard, Narrow-Barred Spanish Mackerel, Kingfish, King Mackerel. Ikan tenggiri sangat digemari masyarakat baik nasional maupun internasional dan di Indonesia ikan tenggiri merupakan komoditas ekspor.

Gambar 1. Gambar ikan tenggiri (Scomberomorus commerson (Lacepède,

1800)) yang ditemukan di sekitar perairan Sulawesi

Ikan tenggiri termasuk dalam kelas: Actinopterygii, Ordo: Perciformes, Famili: Scombridae , Subfamili: Scombrinae, Genus: Scomberomorus, Spesies:

Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800). Ciri-c iri morphologi yaitu: Duri

keras sirip dorsal (total): 15 - 18; Duri lunak sirip dorsal (total): 15 – 20; Duri sirip keras anal: 0; Duri sirip lunak anal: 16 – 21; ruas tulang belakang: 42 – 46.

Interpelvic proses kecil dan bifid. Tidak memiliki gelembung renang. Lateral line

membengkok kearah bawah sampai ujung sirip dorsal yang kedua. Mempunyai garis pada tubuhnya, kadangkala terpecah pada bagian ventral menjadi seperti bintik -bitik dengan jumlah 40-50 pada ikan dewasa dan kurang dari 20 pada ikan muda. Sirip dorsal bagian tengah berwarna putih, sirip lainnya hitam (Ref. 11228) (FishBase 2006).

(27)

dan Laut Sulawesi. Di Sulawesi Selatan dikenal dua macam ikan tenggiri yaitu ikan tenggiri papan dan ikan tenggiri tikus, meskipun mereka memberikan kedua ikan tersebut dengan ikan tenggiri tetapi kedua ikan ini sangat berbeda. Ikan tenggiri papan adalah ikan tenggiri dengan nama spesies: S. commerson dan ikan tenggiri tikus atau tenggiri laki dengan nama spesies : Acanthocybium sol&ri dari kedua ikan tenggiri tersebut yang menjadi salah satu komoditi ekspor dan digemari masyarakat adalah ikan tenggiri papan (S. commerson) yang juga merupakan objek penelitian ini. Tenggiri dijual dipasaran dalam bentuk ikan segar, ikan beku, ikan asin dan ikan kaleng (FishBase 2006).

Ikan tenggiri mempunyai pertumbuhan panjang yang cepat yaitu sekitar 80 cm dalam 1 (satu) tahun dan mengalami penurunan dengan bertambahnya umur yaitu 100-110 cm dalam 2 tahun (Dudley et al. 2004). Ukuran maksimum dapat mencapai 70 kg dengan panjang 2,4 m (Swainston, 2004). Distribusi ikan tenggiri di seluruh dunia tersebar pada da erah: Indo Pacific Barat: Laut Merah dan Afrika Selatan sampai Asia Tenggara, Utara sampai ke Cina dan Jepang dan dari Australia Utara sampai Tenggara, Fiji. Serta laut Mediterania Timur, Tenggara Atlantik: Pulau St. Helena dengan lintang; 40°U - 45°S (Okiyama 1993), temperatur 18o - 31oC (65 - 88 Fahrenheit). Adanya ikan tenggiri di Laut Mediteranian bagian timur disebabkan oleh migrasinya ikan-ikan yang berada di Laut Merah masuk ke perairan tersebut melalui Teruan Suez, yang dikenal dengan

lessepian migration. Ikan tenggiri adalah salah satu ikan Lessepian dari 54 spesies ikan yang diketahui, nama tersebut diambil dari nama orang Perancis yang membangun terusan Suez yaitu Ferdinand de Lesseps. Ikan tenggiri di daerah ini pertama kali dicatat sejak tahun 1935 dan sekarang umum didapatkan pada penangkapan dengan jaring dan pukat cincin (Golani 1988). Selanjutnya dikatakan bahwa tenggiri didaerah mediteranian populasinya semakin meningkat dan diduga merupakan competitor dari indigenous spesies Argyrosomus regius

yang merupakan ikan yang biasa ditangkap sebagai ikan komersil di Israel, yang sejak tahun 1980an sudah hampir punah. Kedua ikan ini merupakan piscivora sehingga keduanya menggunakan niche yang sama.

(28)

Gambar 2. Peta penyebaran ikan tenggiri (S. Comerson) di dunia (FishBase 2006). Keterangan: Warna merah pada gambar adalah daerah yang ditemukan tenggiri.

Dari Gambar 2 terlihat bahwa semua perairan disekitar Sulawesi merupakan daerah penyebaran dari ikan tenggiri.

Parasit-Parasit pada Ikan Scomberomorus comerson

Jenis-jenis parasit yang telah diketahui sekitar 10.000 spesies, terdiri dari Trematoda: 17% monogenea, 15% monogenea. Jumlah ektoparasit terdiri dari sekitar 4.200 spesies termasuk Crustacea, Monogenea, Hirudinea, Coelenterata dan beberapa jenis protozoa (Möller & Anders, 1986). Selanjutnya dikatakan bahwa parasit-parasit ini ada yang ditemukan pada otot ikan dan dewasa pada usus ikan, dan ada pula yang dapat hidup pada mamalia serta manusia.

Parasit-parasit yang terdapat pada ikan tenggiri menurut hasil penelitian yang dilakukan di Australia mencapai 14 spesies. Terdiri dari 7 spesies parasit temporer Terdiri dari Copoda: Pseudocycnoides armatus (Basset-Smith, 1898),

(29)

(Unnithan, 1956), Pseudothoracocotyla gigantica (Rohde 1976), Gotocotyla secunda (Tripathi, 1956), Gotocotyla bivaginalis (Ramalingan, 1961), & Pricea multae (Chauhan, 1945), dan 7 spesies parasit permanen: Grillotia branchi

(Shaharom & Lester, 1982), Terranova spp, Pterobothrium sp, Callitetrarhynchus gracilis (Pinter, 1931), Anasakis simplex, Otobothrium cysticum dan Trypanorhynchaspp.) (Lester et al. 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Moore et al. (2003) yang memperlihatkan bahwa pada ukuran ikan yang relatif sama terlihat ada nya perbedaan pada beberapa spesies parasit yang berasal dari perairan sekitar Kupang (Indonesia) dengan parasit yang ditemukan pada ikan tenggiri di Australia, seperti tingginya kelimpahan parasit Terranova spp, Grillotia branchi, Otobothrium cystium dan

Pterobothrium sp. yang terdapat di Australia dib&ingkan dengan yang terdapat di Perairan Kupang.

Parasit Zoonosis

Parasit zoonotik adalah parasit yang terdapat pada hewan tetapi dapat menginfeksi manusia (Lawrence 1991). Keadaan ini terjadi karena ada kemampuan dari parasit selain menginfeksi hewan juga menginfeksi manusia. Parasit seperti ini umumnya adalah parasit yang mempunyai siklus hidup yang menjadikan salah satu inangnya adalah mamalia. Kejadian ini terjadi karena adanya kebiasaan pada masyarakat tertentu yang mengkonsumsi ikan dengan cara mentah atau setengah matang. Makanan seperti sushi atau shashimi dari berbagai makanan laut, seperti bermacam-macam jenis ikan dan cumi-cumi adalah sumber infeksi yang umumnya disebabkan oleh nematoda, Anisakis spp. Pada Cestoda yang menginfeksi ikan, misalnya Diphyllobothrium spp. dapat hidup pada usus manusia dan menyebabkan penyakit yang disebut diphyllobothriasis (Yamane et al. 1986).

Salah satu spesies yang terkenal adalah Diphyllobothrium latum yang menginfeksi beberapa jenis ikan-ikan seperti pike, perch dan turbot pada perairan

(30)

menginfeksi manusia di Peru yang biasa mengkonsumsi ikan Sciaena deliciosa

dalam keadaan mentah.

[image:30.612.135.491.135.370.2]

Gambar 3. Siklus hidup Diphylobothrium latum

(Schistosome Research Group Cam.University 1998)

Keberadaan parasit dapat menyebabkan ikan ditolak dari pasaran lokal maupun international, kasus ini terlihat pada ikan Barakuda, Thyrsites atun di New Zealand menyebabkan menurunnya nilai komersial ikan tersebut disebabkan oleh infeksi parasit (Mehl 1970). Contoh lainnya yaitu ikan kupu-kupu (Peprillus

spp., Stoteidae) yang mempunyai nilai yang sangat tinggi di Jepang tetapi dilaporkan terinfeksi berat dengan cacing Otobothrium cysticum (Mayer, 1842) menyebabkan ikan ini nilainya menjadi rendah dipasaran (Palm & Overstreet 2000).

(31)
[image:31.612.141.486.267.520.2]

japonicum menyebabkan deman, perut, spleen membesar dan kekurangan darah (Belavilas 2006). Siklus hidupnya membutuhkan inang perantara siput air tawar yang terinfeksi oleh fase miracidium parasit setelah menetas dan pada tubuh siput parasit berkembang secara aseksual dimana setiap miracidium berkembang dan menghasilkan banyak redia secara aseksual dan setiap redia menghasilkan metacercaria yang banyak dan akan berenang bebas diperairan untuk menginfeksi inang akhir. Parasit pada fase cercaria yang berenang bebas dalam air masuk melalui kulit kemudian kepembuluh darah, jantung dan paru-paru dan pembuluh darah usus dan berkembang secara seksual (Gambar 4).

Gambar 4. Siklus hidup Schistosoma spp. (Belavilas 2006)

Pada parasit Schistosoma spp. tidak membutuhkan inang perantara seperti ikan, sedangkan spesies lainnya seperti Heterophyes heterophyes membutuhkan inang perantara ke 2 yaitu ikan sebelum me nginfeksi manusia (Gambar 5). Parasit mula-mula menginfeksi Siput sebagai inang perantara 1, perkembangan secara aseksual yaitu dari telur menetas menjadi miracidium (Kotak merah), kemudian menginfeksi siput dan miracidium menghasilkan sporocyst dan setia p sporocyst

(32)

air untuk mencari inang berikutnya yaitu ikan sebagai inang perantara ke 2. Pada tubuh ikan cercaria menanggalkan ekornya dan membentuk mecercaria sampai termaka n oleh inang selanjutnya dan menjadi dewasa pada usus mamalia.

[image:32.612.180.456.199.446.2]

Parasit H. heterophyes telah diketahui disamping dapat menginfeksi ikan, dapat pula menginfeksi kucing, anjing dan mamalia lainnya ((Al-Ozaimi 2006).

Gambar 5. Siklus hidup H. heterophyes (Al-Ozaimi 2006)

(33)

Pengaruh Parasit pada Ikan

Ada beberapa alasan penting mengapa studi penyakit ikan laut perlu dilakukan, alasan-alasan tersebut yaitu: (1). Untuk mengetahui peranan dan pengaruh yang signifikan pada populasi ikan laut. (2). Untuk memahami pengaruh penyakit ikan pada budida ya laut dan mengembangkan metode-metode untuk mengurangi pengaruh tersebut. (3). Untuk mengetahui hubungan antara polusi yang terjadi di perairan pantai/estuaria dan pemanfaatan informasi penyakit ikan serta kelainan yang ditimbulkannya sebagai indikator kerusakan lingkungan yang berpotensi mengganggu kesehatan manusia. (4). Untuk mengetahui hubungan antara parasit dan penyakit pada ikan laut dan kaitannya dengan kesehatan manusia. (Sindermann 1990).

Penyebab penyakit secara umum terdiri dari: (a) Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan, (b) P enyakit yang disebabkan oleh koexistensi organisme, (c) Kekurangan nutrisi, (d) Luka karena fisik, (e) Penyakit faktor genetik (Kinne 1984). Lingkungan yang buruk yang disebabkan oleh kontribusi dari polusi diduga salah satu faktor mewabahnya penyakit. Banyak kasus yang telah membuktikan bahwa bahan-bahan toksik dapat mempengaruhi kesehatan ikan (Möller & Anders1986).

Parasit yang hidup pada usus ikan terdiri dari Digenea, Cestoda, Nematoda dan Acanthocephala. Semuanya menginfeksi inangnya melalui makanan dan ada beberapa parasit yang pada fase larva dalam otot ikan, masuk dalam tubuh inangnya berikutnya seperti: ikan, burung atau mamalia dalam bentuk dewasa (Möller & Anders 1986).

Pengaruh parasit pada ikan bukan hanya mempengaruhi individu ikan, bahkan ada yang dapat mempengaruhi tingkah laku migrasi suatu populasi ikan. Banning dan Becker (1978) memperlihatkan bahwa populasi ikan Herring,

(34)

ikan yang berbeda mempunyai respon yang berbeda -beda. Perbedaan ini terletak pada respon sel-sel jaringan pada parasit. Pengaruh pada jaringan menjadi berkurang dengan adanya kemampuan jaringan inang membungkus parasit tersebut. Bahkan ada parasit yang mengifeksi jaringan otak, tetapi ikan tersebut memperlihatkan tingkah laku yang sangat normal (Abbot 1968).

Dengan demikian, pengaruh parasit pada tubuh inang dapat diperkecil. Pada infeksi yang berat dengan organ yang terinfeksi adalah organ vital, dapat membahayakan inang. Pada kasus infeksi berat yang menyerang jaringan-jaringan organ hati disebabkan oleh Anisakis pada ikan Cod dapat menyebabkan hati ikan tersebut mengecil dan kehilangan fungsinya, sedangkan infeksi pada otot kemungkinan kecil pengaruhnya, sehingga diduga yang berbahaya adalah infeksi sekunder yang ditimbulkan karena adanya penyakit yang disebabkan oleh mikro organisma (Kahl 1938 diacu dalam Rohde 1984).

Meskipun ditemukan pengaruh negatif seperti diatas, ditemukan pula data yang menunjukkan bahwa parasit tidak memberikan pengaruh negatif pada inangnya, misalnya studi yang dilakukan oleh Suzuki dan Oishi (1974) yang melihat pengaruh parasit Anisakis sp. dan Cestoda Nybelinia surmenicola pada ikan anchovy (Engraulis capensis), dimana tidak ada pengaruh pada pertumbuhan. Demikian halnya yang ditemukan oleh Hennig (1974) tidak menemukan perbedaan kondisi kesehatan ikan anchovy, Engraulis capensis antara yang terinfeksi parasit Anisakis sp dengan yang tidak terinfeksi.

Pengaruh Parasit p ada Pertumbuhan Ikan

Pertumbuhan dapat di bagi dalam pertumbuhan somatik dan gonad. Pada ikan-ikan yang mengalami infeksi penyakit menyebabkan terjadinya penurunan pada konversi efisiensi makanan dan selera makan (feeding rate). Beberapa stres yang disebabkan oleh pengaruh fisik dan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan metabolisme tubuh pada ikan (Webb & Breed 1973; Smart 1981; Barton & Shreck 1978 diacu dalam Rice 1990). Pada ikan yang terinfeksi penyakit misalnya ikan goldfish, Carasius auratus yang terinfeksi oleh bakteri

(35)

10% metabolisme dapat menurunkan pe rtumbuhan ikan “large mouth bass” sampai 22%, sedangkan peningkatan 22% metabolisme menurunkan pertumbuhan sebanyak 42%, keadaan yang sama juga terjadi pada ikan “Coho salmon” dengan penurunan 8% dan 16% (Vaughan et al 1982 di dalam Rice 1990). Hal ini terlihat bahwa spesies yang berbeda memperlihatkan respon yang berbeda pula.

Untuk kemampuan makan feeding rate dipengaruhi oleh parasit diantaranya dapat menyebabkan stress sedangkan stres dapat menurunkan kemampuan makan (feeding rate) sampai 20% menghasilkan penurunan pertumbuhan sampai 64% pada ikan largemouth bass, bahkan pertumbuhan ini dapat mencapai negatif jika

feeding rate menurun sampai 40%, fenomena ini juga terjadi pada ikan Salmon

Oncorrhyncus kissutch, yang secara normal tumbuh dari ukuran 30 gram menjadi 2 kg setelah lebih dari 2 tahun. Pada kondisi stress dengan penurunan feeding rate

25%, pertumbuhan menurun sampai 50% dan ketika feeding rate menurun sampai 40% pertumbuhan menurun sampai 75% (Rice 1990).

Sedangkan efisiensi pencernaan makanan serta proses asimilasinya mengalami penurunan pada ikan-ikan yang mengalami infeksi oleh parasit (Rice 1990).

Kerugian yang Diakibatkan oleh Parasit Ikan L aut

Kerugian yang ditimbulkan oleh parasit laut secara umum yaitu: (1). Mengurangi jumlah populasi yang disebabkan oleh kematian massal atau mengganngu organ reproduksi sehingga produksi keturunannya menurun. (2). Menurunkan berat badan ikan. (3). Menyebabkan peningkatan biaya dalam penanganan dan kesulitan dalam pemasaran. (Rohde 1982). Kematian massal yang disebabkan oleh parasit pada ikan telah banyak dilaporkan. Kerugian yang disebabkan oleh protozoa dalam bentuk pengambilan nutrient dari ikan yang merupakan organisme heterotrop serta mengambil makanan dengan cara osmotropik yang melalui membran sel menyebabkan terjadinya piknotik pada sel (Lom 1984).

(36)

menyebabkan milkiness pada daging ikan yaitu berupa nanah yang berwarna susu, sehingga harus dibersihkan sebelum dilakukan pengepakan, bahkan pada kasus yang disebabkan oleh Kudoa di Australia dapat merusak rasa ikan (Rohde 1982).

Kerugian dalam bidang perikanan seperti penurunan kualitas ikan misalnya; parasit cacing pada ikan-ikan ekonomis penting yang disebabkan oleh cacing plathyhelminthes pada Cestoda, menyebabkan terakumulasinya larva cacing yang disebut spahetti worms pada otot ikan drum, Pongonius cromis di Teluk Mexico (Sinderman 1990), pada plathyhelminthes lainnya, Trematoda dan Monogenea kerugian yang ditimbulkan berupa kematian massal pada ikan budidaya dan ikan yang hidup alami. Pada kasus Monogenea Trematoda, Benedia seriola e yang parasit pada ikan ekor kuning, Seriola quinqueradiata di Jepang yang dilaporkan sangat merugikan pada ikan-ikan tersebut karena pada ikan yang terinfeksi akan mengundang infeksi sekunder sehingga tubuh ikan mengalami pendarahan dan bisul-bisul sehingga menyebabkan kematian bagi ikan yang terinfeksi (Hoshina 1968). Untuk cacing acanthocephala kerugian yang ditimbulkan ikan pada ekonomis penting yaitu starry flounder (Platichthys stellatus) dan rock sole

(Lepidopsetta bilineata) di Pantai Pasifik dan Amerika Utara (Prakash & Adam 1960; Olson & Pratt 1971). Pada cacing Nematoda yang sangat dikenal menyebabkan kematian pada ikan dan bahkan dapat merugikan industri perikanan; Pseudoterranova (Phocanema), Anasakis, Hysterothylacium (Thynnascaris), Terrano va, Porrocaecum, Raphidascaris, dan Contracaecum.

Parasit lainnya seperti Copepoda menyebabkan kerugian pada ikan seperti anemia, penurunan berat badan, kehilangan lemak pada hati, dan menghambat perkembangan gonad (Kabata 1958).

(37)

Kerugian yang disebabkan oleh parasit cacing juga cukup signifikan seperti pada monogenea yang dapat menyebabkan terjadinya kematian massal di alam misalnya pada kasus ikan sturgeon , Acipenser nudiventris yang disebabkan oleh

Nitzchia sturionis yang menyebabkan kematian massal sejumlah 400 metric ton per tahun sehingga menyebabkan hilangnya aktifitas ekonomi pada penangkapan ikan tersebut (Dogiel et al. 1958) untuk kematian juga dapat terjadi pada ikan budidaya seperti grey mullet yang disebabkan oleh infestasi Benedenia spp. dan

Bicotylophora trachinoti di Amerika Serikat (Lawler 1977). Kematian dapat terjadi pada tingkat larva sedangkan pada dewasa tidak mengalamai kematian dan bahkan pada spesies tertentu tidak terinfeksi karena peningkatan ketebalan epidermis kulit (Roberts 1989). Parasit cacing Cestoda menyebabkan spaghetti worms yang membuat ikan yang terinfeksi menurun kualitasnya bahkan tidak bisa dipasarkan (Sindermann 1990). Group cacing lainnya seperti Acanthocephala

dapat menyebabkan terjadinya luka dan merusak usus (Sindermann 1990). Parasit cacing lainnya yang tidak kalah peting adalah Nematoda yang menyebabkan kerugian yang besar dibidang perikanan. Parasit ini menyebabkan kerusakan hati dan jaringan lainnya utamanya Anasakis yang bukan hanya menyebakan penyakit parasit pada ikan tetapi juga dapat menginfestasi manusia (Sindermann 1990). Untuk Acanthocephala yang merupakan endoparasit dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada usus (Prakash & Adam 1960) meskipun demikian belum ada laporan tentang kematian massal. Parasit cacing lainnya yaitu Hirudinea yang banyak merugikan dalam ikan budidaya (Snieszko 1975) dan ikan-ikan hias (Conroy 1975).

(38)

Penggunaan Parasit Sebagai Indikator Stok Populasi Ikan.

Penyebaran parasit dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kompleks dan berberapa faktor pembatas. Menurut Sinderman (1957 diacu dalam Rohde 1984) faktor tersebut: (1). Jenis dan jumlah parasit kemungkinan berubah menurut musim, geografi dan umur inang, serta jumlah parasit yang mungkin mempengaruhi mortalitas yang berbeda sehubungan dengan musim dan umur inang. (2). Distribusi parasit menggambarkan variasi distribusi atau kelimpahan antara dib&ingkan dengan inang yang sementara dipelajari. (3). Suhu dan faktor-faktor fisik lainnya diduga mempengaruhi parasit. (4). Kemungkinan dapat terjadi dimana fluktuasi kelimpahan parasit dalam waktu panjang telah berlangsung yang mana hal ini tidak bisa tergambarkan oleh penelitian yang dilakukan dengan waktu singkat.

Beberapa studi yang telah membuktikan bahwa parasit dapat digunakan sebagai pen&a biologi misalnya studi yang dila kukan oleh Olsen dan Pratt (1971) yang menggunakan parasit untuk mendapatkan daerah asuhan (nurshery ground)

dari ikan sole(Porophrys vetulus). Parasit juga digunakan untuk menentukan asal-asul tempat pemijahan berdasarkan pada jenis parasit yang didapatkan (Arthur & Arai 1980). Studi yang dilakukan Grabda (1974) yang menggunakan infestasi cacing nematoda, Anasakis sebagai indikator telah memperlihatkan bahwa ikan

(39)

mengetahui dinamika populasi dari dari ikan Jack mackerel(Trachurus declivis)

di Tasmania timur (Seweell 1988).

Ikan-ikan yang telah berhasil diteliti dengan menggunakan parasit sebagai indikator diantaranya ikan tuna (Katsuwonus pelamis (L.) (Lester et. al. 1985), albacore (Thunnus alalunga), Black marlin Makaira indica& sailfish Istiophorus platypterus ( Lester et al. 2001).

Status Studi Parasit di Sulawesi

Studi parasit pada ikan laut yang hidup alami telah banyak dilakukan utamanya dalam studi identifikasi dan taksonomi. Beberapa studi yang mengenai identifikasi parasit yang se bagian besar dilakukan di negara-negara subtropik. Pada daerah tropik beberapa studi dilakukan seperti studi parasit cacing cestoda di Teluk Mexico yang mendapatkan catatan baru pada beberapa spesies cestoda di daera h tersebut (Palm & Overstreet 2000). Dari studi tersebut terlihat pula bahwa parasit dapat tersebar secara luas yaitu spesies yang terdapat di Amerika juga terdapat di Afrika (Palm 1997).

(40)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2004 sampai Agustus 2005 yang dilakukan pada 5 (lima) stasiun terdiri dari: 1. Barrrang Caddi, Kepulauan Sangkarang, Selat Makassar. 2. Bone (Teluk Bone), 3. Rata (Teluk Tolo), 4. Gorontalo (Teluk Tomini) 5. Inobonto (Laut Sulawesi) (Gambar 6). Pengambilan data pada lokasi yang berbeda dengan mempertimbangkan posisi wilayah secara geografi sehingga lokasi tersebut dapat merepresentasikan wilayah perairan di Sulawesi.

1

2

3

4

5

Gambar 6. Lokasi penelitian

(41)

Ikan te nggiri didapatkan dari hasil penangkapan secara tradisional dengan menggunakan panah, memancing dan pukat pada lima stasiun tersebut. Pengambilan sample dilakukan 2 kali pada stasiun I. Jumlah ikan yang digunakan pada setiap kali pengambilan sampel adalah 40 (empat puluh ekor) pada dua musim yang berbeda. Pengambilan sample ini untuk melihat pengaruh musim terhadap jenis parasit dan tingkat infeksi pada stasiun tersebut. Sedangkan stasiun yang lainnya dilakukan sekali pengambilan yaitu Stasiun II (Teluk Bone), dan Stasiun IV Gorontalo (Teluk tomini) masing-masing 40 ekor, sedangkan di Rata (Teluk Tolo) dan Inobonto (Laut Sulawesi) diambil yaitu 14 dan 3 ekor (Tabel 1). Perbedaan jumlah sampel yang didapatkan disebabkan keterbasan sampel yang tersedia dan kendala waktu serta transportasi untuk menjangkau daerah-daerah tersebut.

Tabel 1. Jumlah sampel yang didapatkan pada setiap stasiun dan waktu pengambilannya.

Stasiun Penelitian Musim Hujan Musim Kemarau

Kepulauan Sangkarang 40 40

Teluk Bone 40 -

Teluk Tolo 14 -

Teluk Tomini 40 -

Laut Sulawesi - 3

(42)

Bahan dan Metode Penelitian

Isolasi parasit dan identifikasi. Ikan yang tiba di Laboratorium, segera dipisahkan organ-organ yang terdapat dalam rongga perut serta insang dari tubuh ikan. Pengamatan untuk parasit pada jarin gan otot dengan membuat irisan daging yang dipotong pipih kemudian diamati. Parasit yang ditemukan tersebut dihitung, dikumpulkan serta dipisahkan sesuai dengan jenisnya. Untuk selanjutnya dilakukan untuk pembuatan preparat, melalui tahapan fiksasi, staining dan clearing (Reichenow et al. 1969 diacu dalam Palm 2004) (Gambar 7). Secara umum pengamata n yang dilakukan pada setiap kelompok parasit yaitu:

Monogenea: Parasit ini adalah endoparasit yang biasanya ditemukan pada permukaan tubuh dan permukaan insang. Untuk permukaan tubuh dilakukan dengan pengamatan visual dan jika ditemukan parasitnya ambil dengan pinset. Sedangkan untuk bagian insang dilakukan dengan cara memisahkan bagian dari tubuh kemudian setiap bagian tersebut dipotong-potong secara vertikal dari tulang insang kearah lamella (lembaran insang) dengan panjang sekitar 3 cm pada ukuran tulang insangnya. Sewaktu memisahkan potongan-potongan tersebut, harus hati-hati karena jangan sampai parasit hilang atau rusak. Lembaran-lembaran insang tersebut diletakkan di dalam cawan petri dan direndam di dalam larutan fisiologis. Selanjutnya digerus secara berlahan diatas cawan petri sehingga parasit yang lepas dari lamella insang terkumpul pada cawan petri kemudian dilakukan pemisahan menurut spesis dan selanjutnya disimpan dalam ethanol 70% untuk persiapan pengamatan selanjutnya.

(43)

dengan cara memisahkan bagian-bagiannya sebelum pengamatan dimulai. Pengamatan lambung dilakukan dengan cara visual, melihat permukaan luar dan dalam. Isi lambung diamati dengan streomikroskop dan permukaannya digerus dengan memakai pisau tumpul. Hasil gerusan dalam bentuk mukus diamati di bawah streomikroskop. P arasit dikeluarkan dan dimasukkan dalam larutan fisiologis. Selanjutnya tubuh parasit digenea tersebut dipipihkan dengan dengan menggunakan dek glass kemudian parasit tersebut dimatikan dengan meneteskan sedikit formalin 10%, sesudah itu di simpan dalam alkohol 70% untuk persiapan pembuatan preparat.

(44)

Nemotoda: Nematoda adalah endoparasit. Parasit ini biasanya ditemukan pada jaringan otot, rongga tubuh dan saluran pencernaan. Untuk parasit Anisakis sp. pada umumnya ditemukan menempel pada organ-organ tubuh dirongga perut, utamanya lambung. Parasit yang ditemukan dikeluarkan dari blastocyst (jaringan pembungkus parasit) kemudian direndam didalam larutan fisiologis, selanjutnya di simpan dalam alkohol 70% untuk persiapan pembuatan preparat.

Copepoda: Copepoda pada umumnya hidup sebagai ektoparasit yang ditemukan pada permukaan tubuh dan insang. Pengamatan dilakukan secara visual pada seluruh bagian permukaan tubuh ikan tenggiri. Parasit yang ditemukan diambil secara hati-hati dengan menggunakan forceps (pinset). Parasit yang didapatkan direndam dahulu kedalam larutan fisiologis ( larutan 9 % NaCl di dalam aquades), sambil dibersihkan, kemudian disimpan dalam ethanol 70%.

Semua jenis parasit yang ditemukan di catat lokasi dan habitat pada jaring atau organ tubuh ikan dan dihitung jumlahnya. Untuk pembuatan preparat dilakukan dengan metode Mayer -Schumberg’s Aceto-Carmine (Reichenow et al.

1969 diacu dalam Palm 2004) sebagai berikut:

a. Siapkan pada cawan petri yang bersih kemudian tampung parasit yang disimpan dalam formalin atau alkohol 70%, untuk mengambil parasit digunakan pingset. Rendam selama kira-kira 15 menit untuk parasit yang besar direndam selama 30 menit atau lebih tergantung ukuran parasitnya.

(45)
[image:45.612.105.522.66.654.2]

Gambar 7. Skema pembuatan preparat parasit 70% Alkohol

+ 30 menit

Mayer-Schuberg’s 0,5 – 5 menit

70% Alkohol hilangkan sisa

stain

80% Alkohol 15 - 30 menit

70% Alkohol 2 ml HCl pekat Warna

Terlalu gelap

90% Alkohol 15 - 30 menit

100% Alkohol: Eugenol (1:1)

100% Alkohol 15 - 30 menit

Pewarnaan

Dehidrasi

100% Eugenol

Mounting

dengan Canadabalsem

(46)

c. Pindahkan sampel tersebut kedalam ethanol 70% untuk membersihkan hasil sisa stain.

d. Kalau warnanya terlalu gelap maka dapat dibuat menjadi lebih muda atau terang dengan merendam kedalam asam ethanol (2 ml HCl pekat di dalam 100 ml ethanol 70%). Untuk membuktikan gelap tidaknya, maka sample tersebut dilihat dibawah dissecting mikroskop. Tujuan dari stain ini adalah membuat agar sample tersebut berwarna merah terang.

e. Pindahkah sample kedalam 80% ethanol selama 15 - 30 menit. f. Pindahkan sample kedalam ethanol 90% selama 15 - 30 menit.

g. Pindahkan sample kedalam ethanol 100% selama 30 menit (dapat juga selama 1 malam tergantung ukuran sampelnya.

h. Pindahkan sample pada zat penjernih (clearing agent) yaitu Eugenol, methyl salicylate dan biarkan sampai berwarna jernih. Hasil ini memakan waktu beberapa menit sampai satu jam. Jika menggunakan eugenol, dianjurkan agar menggunakan secara bertingkat yaitu 50% eugenol 50% ethanol absolut dan kemudian menggunakan eugenol 100%.

j. Untuk membuat preparat dengan cara mempersiapkan canadabalsem pada glass preparat kemudian letakkan sampel tersebut didalam canadabalsem selanjutnya ditutup dengan cover glass. Hindari jangan sampai terdapat gelembung udara pada sample tersebut. Preparat siap diamati dan di indentifikasi. Identifikasi dilakukan menurut Palm 2004, Velasquez 1975, Yamaguti 1952 dan Yamaguti 1963).

Analisis histologi dilakukan sesuai dengan prosedur umum mikrotehnik dengan fiksatif larutan Bouin (Lampiran 43).

(47)

hati. Untuk pengamatan mengenai lokasi parasit pada tubuh ikan dilakukan dengan mencatat posisi parasit pada tubuh, tempat parasit pada organ dan menghitung jumlah individu parasit pada setiap ekor ikan. Data-data tersebut di kumpulkan dalam lembaran data (Protocol sheet) (Lampiran 1).

Analisis D ata

Perlakuan Data. Dari data-data tersebut dilakukan pengumpulan data ekologi dilakukan dengan ya ng terdiri dari Prevalensi, Intensitas parasit serta kelimpahan parasit dan Faktor Kondisi dengan metode Clark dengan formula sebagai berikut:

Kelimpahan parasit =

j

i

N x

xi = Jumlah parasit yang didapatkan

nj= Jumlah ikan yang diamati

Prevalensi = x100% N

n

j i

ni = Jumlah ikan yang terinfeksi

Nj = Jumlah ikan yang diamati

K = .1003

L g

K = Faktor kondisi

g = Berat ikan

L = Panjang ikan

Hasil data ekologi tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan digunakan dalam analisis statistik nonparametrik. Pengaruh parasit pada ukuran ikan dilakukan dengan mengelompokan ikan berdasarkan pada beberapa kelas ukuran. Untuk mengevaluasi keberadaan zoonosis parasit dan pada ikan tenggiri dilakukan dengan cara pengkajian literatur dibandingkan dengan data yang diperoleh selama penelitian.

(48)

parasit antara lokasi yang berbeda digunakan Mann -Whitney U dengan menggunakan perangkat lunak komputer SPSS V 12.

Untuk melihat hubungan antara keberadaan parasit dengan panjang ikan tenggiri dan factor kondisi dengan panjang ikan digunakan regresi sederhana yaitu:

Y = a + bx

Y = variabel tak bebas (dependen) X = variabel independent

Analisis untuk mengetahui keberadaan parasit secara bersama-sama yaitu beberapa spesis terdapat pada tubuh ikan secara bersamaan digunakan Analisis Regresi Linier Berganda yang dapat ditulis dengan persamaan:

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + … + bjxj + … + bkXk + e Y = variabel tak bebas

K = variabel bebas X : X1, X2, + … + Xk.

Untuk me negetahui penciri kelimpahan parasit pada lokasi yang berbeda diuji dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis (PCA)) dengan menggunakan perangkat lunak XLSTAT dan untuk kedekatan/ kesamaan identitas pada lokasi yang berbeda dianalisis dengan Analisis Cluster (Analisis gerombol) (SPSS v 12).

(49)

70% atau lebih (Supranto 1997). Hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan berikut:

F1 = w11X1 + w12X2 + … + w1jXi + … + w1pXp F2 = w21X1 + w22X2 + … + w2jXj + … + w2pXp .

. .

Fi = wi1X11 + wi2X2 + … + wijXj + … + wipXp .

. .

Fm = wm1X11 + wm2X2 + … + wm jXj + … + wmpXp

Faktor atau komponen yang ke – i yaitu Fi merupakan kombinasi linier dari X1, X2, … Xj, …, Xp dengan timbangan (weight) yaitu Wij, W2j, …, wij, …, wip, yang pemilihannya harus sedemikian rupa, sehingga varian (total variance) data asli/awal. Komponen utama berikutnya yaitu F2, juga kombinasi linier yang ditimbang dari seluruh variabel asli, tidak berkorelasi dengan komponen atau factor pertama (F1) dan harus menyerap secara maksimum varian yang ada.

Analisis klaster (Analisis gerombol). Tujuan utama analisis klaster adalah mengklasifikasi objek (kasus/elemen) ke dalam kelompok yang relatif homogen didasarkan pada suatu variabel yang dipertimbangkan untuk diteliti, sehingga terjadi pengelompokan objek menjadi klaster yang banyaknya lebih sedikit dari objek yang asli yang diteliti (Supranto 1997). Dengan demikian objek mengelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu diantara objek-objek yang diteliti, sehingga data yang mirip akan berada dalam satu kelompok dan sedangkan data yang berbeda berada pada kelompok lainnya (Budiyarti 2005) .

(50)

ranting-rantinya lainnya menunjukkan tingginya perbedaan kelas tersebut dengan kelas lainnya. Pengolahan data untuk cluster analysis menggunakan paket program komputer SPSS versi 12 (Ariyanto 2005). Untuk melihat kesamaan setiap group parasit pada setiap stasiun diAnalisis dengan cluster analisis dengan menggunakan Bray-Curtis similarity indeks (Clifford and Stephenson 1975 dan Program Komputer SPSS Ver. 12, 2005).

(51)
[image:51.612.143.519.69.535.2]

Gambar 8. Skema pelaksanaa penelitian sampai pada pemanfatannya.

Studi parasit

Zoonosis parasit Kualitas Ikan Indikator Stok

Manajemen Penanganan

Produk

Rekomendasi Pengelolaan

Suberdaya

Pengambil Kebijakan

Konsumen - Industri - Rumah tangga - Restoran - Masyrakat

- Identifikas i Parasit -Pengaruh parasit pada inang

-Prevalensi dan Kelimpahan

Eksportir Pedagang lokal

(52)

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Parasit yang Ditemukan

Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa jenis metazoa parasit pada tenggiri didapatkan pada insang sebanyak 6 enam spesies monogenea dan 2 spesies crustacea sebagai ektoparasit yang terdapat pada insang dan sedangkan endoparasit terdiri dari 3 spesies Cestoda , 2 spesies Trematoda dan 1 spesies nematoda sebagai endoparasit. Dari 14 spesies parasit yang didapatkan, didominasi oleh ektoparasit yang terdiri dari: 3 Fillum yaitu Fillum Plathehelminthes; Monogenea: Pricea multae (Chauhan, 1945), Pseudothoracocotyle ovalis (Tripathi, 1956), Bivagina alcedenis (Parona et Perugia, 1890), B. australis (Murray, 1931), Gotocotyla secunda (Tripathi, 1956), Microcotyle sp., Trypanorhyncha: Grilliotiella branchi (Shaharom & Lester, 1982), Paratobotrium balli (Southwell,1929), Callitetrarhynchus gracilis (Pinter, 1931). Digenea Trematoda : Didymozoidae sp., Lecithochirium neopacificum

(Valesques, 1962), Fillum Nematoda: Terranova sp. Fillum Crustacea: Cybicola armata (Bassett-Smith, 1898), Caligus spp.

Fillum Platyhelminthes

Salah satu karakteristik dari Plathehelminthes adalah bentuk yang pipih, hemaprodit dan tidak punya anus, dan beberapa yang tidak mempunyai mulut dan intestin. Ada empat kelas yang diketahui, yaitu turbelaria yang pada umumnya hidup bebas, ektoparasit monogenea, Digenea serta Cestoda sebagai endoparasit (Möller & Anders 1986).

Klas Trematoda

(53)

Monoge nea, Aspidogastrea dan Digenea (Scell 1970) , sedangkan Yamaguti (1963) memasukkan monogenea kedalam ordo Monogenea Carus, 1963.

Ordo Monogenea Carus, 1963.

Parasit-parasit monogenea telah diketahui sebagai parasit pada ikan ada sekitar 1.500 spesies (Möller & Anders 1986). Monogenea merupakan ektoparasit pada ikan yang umumnya menginfeksi insang, kulit dan sirip ikan (Rohde 1984). Siklus hidup mereka yaitu tidak membutuhkan inang perantara (Möller & Anders 1986). Ada beberapa laporan yang mengatakan bahwa parasit yang disebabkan oleh Monogenea dapat menyebabkan kematian masal pada ikan di perairan umum dan pada budidaya. Misalnya parasit Pseudanthocotyloides

pada budidaya ikan Anchovy di Jepang menyebab

Gambar

Gambar 3. Siklus hidup Diphylobothrium latum
Gambar 4. Siklus hidup Schistosoma  spp. (Belavilas 2006)
Gambar 5. Siklus hidup H. heterophyes (Al-Ozaimi 2006)
Gambar 7.  Skema pembuatan preparat parasit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemilik Konveksi harus login terlebih dahulu untuk dapat melakukan pencatatan pesanan, mengirimkan pesanan ke bagian produksi, memonitoring proses pembuatan yang di

1) Sebagai acuan bagi Badan Pertanahan Nasional dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik pada pelaksanaan inovasi program layanan 70-70, sehingga dapat

Dos sollen, yakni mengenai Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Dan Pengaturan Pertanahan, terkait

Keberadaan Komisi Informasi yang merupakan perpanjangan dari Undang undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia khususnya di Kota Makassar

Model yang digambarkan dengan Algoritma Alpha++ untuk kasus requisition hingga payment, bottleneck terjadi pada place antara order ke invoice dan requisition ke

Salah satu tokoh ulama tersebut ialah Abu Bakar Jabir al-Jazairi, jumhur ulama dari kalangan salaf, bahwa jika seorang istri ditinggal mati oleh suaminya dalam

Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi

Menurut penelitian Janwar (2014) penambahan konsentrasi ekstrak kopi pada tingkat (1%, 2%, 3%), hasil pengujian menunjukan pada konsentrasi kopi 3% dapat