• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Durian Pantai Labu. Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Penelitian berlangsung sejak Desember 2007 sampai dengan Maret 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit padi Hibrida ( Arize-Hibrindo R-1), varietas Mekongga, dan varietas Cibogo, pupuk Urea, SP-36, dan KCL. Untuk pengendalian hama dan penyakit dipakai insektisida sedangkan pengendalian gulma dipakai herbisida berbahan aktif glifosat.

Alat yang dipakai pada penelitian ini yaitu; timbangan, meteran, tali pelastik, bambu, parang, pisau, gunting, cangkul, babat, parang, kored, knapsack, sprayer oven, leaf area meter, alat tulis, buku, kantongan plastik, dan amplop besar.

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (RPPT) Rancangan Petak-Petak Terbagi (Split Split Plot Design) dengan menggunakan 3 faktor yaitu varietas (V) sebagai petak utama, persiapan tanah (P) sebagai anak petak, jumlah bibit (B) sebagai anak-anak petak dan diulangan sebanyak 3 kali (Gomez dan Gomez, 1995).

Faktor perlakuannya adalah :

Petak Utama (PU): Varietas terdiri dari yaitu, V1 = Hibrida (Arize-Hibrindo R-1) V2 = Mekongga

V3 = Cibogo

Anak Petak (AP) : Persiapan tanah terdiri dari yaitu, P1 = (OTS) Olah Tanah Sempurna

P2 = (TOT) Tanpa Olah Tanah (No Tillage)

Anak-Anak Petak (AAP) : Jumlah bibit terdiri dari yaitu, B1 = 1 bibit/lubang tanam.

B2 = 3 bibit/lubang tanam. B3 = 5 bibit/lubang tanam.

Dengan demikian diperoleh 18 kombinasi perlakuan, dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, maka diperoleh 54 unit percobaan. Berdasarkan perlakuan petak utama, anak petak, dan anak-anank petak, maka kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut:

Kombinasi perlakuan/plot percobaan :

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

V1 V3 V2 V3 V1 V2 V3 V2 V1 P2 P1 P2 P1 P1 P2 P2 P1 P1 P2 P1 P2 P2 P1 P2 P1 P1 P2 B3 B1 B3 B1 B3 B2 B3 B2 B1 B2 B1 B2 B3 B2 B1 B3 B3 B1 B2 B3 B2 B3 B2 B1 B1 B3 B2 B3 B2 B3 B1 B3 B2 B1 B2 B3 B1 B2 B1 B2 B1 B3 B2 B1 B3 B1 B3 B1 B2 B1 B3 B2 B1 B2 Keterangan :

V = Varitas (Arize-Hibrindo R-1, Mekongga, Cibogo) P = Persiapan tanah (TOT, TI)

B = Jumlah Bibit (1, 3, 5)

Jumlah kombinasi plot dalam ulangan = 18

Jumlah ulangan = 3

Jumlah kombinas plot keseluruhan = 54 Jumlah lubang tanaman per plot = 60 Jumlah lubang tanaman keseluruhan = 3.240 Jumlah tanaman sampel per plot = 10 Jumlah tanaman sample destruktif per plot = 9 Jumlah tanaman sample destruktif seluruhnya = 486

Luas plot perlakuan = 180 cm x 390 cm

Jarak antara tanaman dalam plot = 30 cm x 30 cm

Jarak antar plot = 50 cm

Jara antara ulangan = 100 cm

Metode Analisis

Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Petak Terpisah Pisah (RPTT) dalam RAK dengan model matematis adalah sebagai berikut:

Dimana :

Yijkl = Nilai pengamatan karena pengaruh faktor V taraf ke-i, faktor P taraf ke-j faktor B taraf ke-l dan pada ulangan ke-k

µ = Nilai tengah umum i = Pengaruh ulangan pada taraf ke-i j = Pengaruh blok atau ulangan ke- j k = Pengaruh perlakuan ke-k ( )jk = Pengaruh interaksi ke-ij

ijk = Pengaruh Galat Pada ulangan ke-i varietas, olah tanah taraf ke-k ( )jl = Pengaruh interaksi ke-ik

( )kl = Pengaruh interaksi ke-jk ( )jkl = Pengaruh interaksi ke-ijk

ijkl = Pengaruh sisa (residual effect) ulangan ke i taraf ke-i, pada ulangan ke-k

Data hasil pengamatan disusun dalam anova untuk masing-masing peubah. Jika pengaruh perlakukan terhadap peubah diamati menunjukkan pengaruh yang nyata dapat dilanjutkan dengan analisis regresi, korelasi dan uji beda rataan dengan uji DRMT pada taraf 5 % (Gomez K.A, 1995).

Persiapan Lahan

Plot perlakuan dibuat dengan ukuran 180 cm x 390 cm jarak antar petak dalam ulangan 50 cm, jarak antar ulangan 100 cm dalam satu ulangan ada 18 plot perlakuan, setiap perlakuan dibuat dalam tiga ulangan. Jarak tanaman dalam plot 30 cm x 30 cm, jumlah lubang tanam per plot 5 x 12 = 60 (gambar dapat di lihat pada lampiran 2).

Hamparan petakan sawah relatif datar, kondisi tanah sedikit agak keras sehingga dapat dibedakan mana tanah yang diolah dan tidak diolah, lahan sawah diolah sesuai dengan perlakuan.

Kondisi awal lahan praktek merupakan sawah irigasi yang umumnya ditumbuhi oleh gulma berdaun lebar seperti keladi- keladian dan genjer dan gulma berdaun pita seperti gulma padi-padian karena bentuknya seperti padi.

Untuk perlakukan olah tanah sempurna (OTS) Plot digenangi dengan air sampai selama 1 hari kemudian tanah dicangkul dengan sedalam 20 cm dan di balik kemudian dibiarkan selama 2 hari, setelah itu tanah dicangkul kembali hingga halus dan diratakan kemudian bibit di tanam ke lapangan dengan umur bibit 7 hari setelah semai.

Untuk perlakuan tanpa olah tanah (TOT) plot tidak diolah. Pengendalian gulma di plot di semprot dengan glifosat (Polaris) dengan dosis 6 l/ha, sepuluh hari setelah aplikasi herbisida, air dimasukkan ke plot percobaan setinggi 10 cm, 3 hari kemudian air dikeluarkan sampai tanah kondisi macak-macak (tanah jenuh air) kemudian bibit di tanam kelapangan dengan umur bibit 7 hari setelah semai.

Penyemaian Bibit

Lahan persemaian dicangkul dan dihaluskan setelah itu diberi pupuk kompos setara 2 ton/ha (1 kg untuk luas lahan 1 x 5 m). Kondisi lahan persemaian dibuat dalam kondisi macak-macak.

Sebelum benih disemai terlebih dahulu benih padi direndam di dalam air mengalir lebih kurang 24 jam untuk mempercepat keluarnya akar, setelah itu bibit disebar merata di persemaian, kemudian disiram dengan pasir hingga tertutup.

Penanaman Bibit

Bibit dipindahkan ke lapangan atau ke plot percobaan setelah berumur 7 hari setelah semai (HSS) sesuai dengan perlakuan yaitu; 1 bibit/lubang tanam, 3 bibit/lubang tanam, dan 5 bibit/ lubang tanam. Jarak tanan dalam plot percobaan 30 cm x 30 cm. Pada saat penanaman bibit ke plot percobaan atau selama fase vegetatif kondisi tanah dijaga agar tetap pada posisi jenuh air sehingga perkembangan akar dan anakan maksimal.

Pemupukan

Dosis anjuran pupuk Urea (250 kg urea/ha) diberikan 3 sebanyak kali yaitu dari dosis anjuran (0,1755 kg/plot), pemberian pertama dilakukan pada waktu 1 hari sebelum tanam sebanyak (0,058 kg/plot), pemberian pupuk yang kedua pada saat 3 mst sebanyak (0,058 kg/plot), dan pemberian yang ketiga pada 6 mst sebanyak (0,058 kg/plot) (Anom, 1991). Pupuk SP 36 dan KCL diberikan sebagai pupuk dasar sesuai dengan dosis anjuran yaitu 100 kg/ha atau 0,0702 kg/plot (Anom, 1991).

Pemeliharaan Tanaman

Kondisi tanah dijaga dalam kondisi jenuh air selama masa pertumbuhan vegetatif dengan cara mengatur air irigasi, bila terjadi hujan dibuat saluran pembuangan air sehingga kondisi tanah tetap jenuh air.

Setelah tanaman memasuki masa pertumbuhan generatif yang ditandai dengan pembengkakan batang utama (bunting), tanah sawah diberikan air sampai tergenang dengan ketinggian air mencapai 5 – 7 cm.

Pengendalian gulma dilakukan dengan cara menyiangi rumput dari areal tanaman setelah tanaman berumur 3, 6 MST atau sehari sebelum aplikasi pemberian pupuk pada 3 dan 6 MST.

Setelah tanaman memasuki masa pematangan bulir/biji, air di areal sawah secara perlahan dikeluarkan sampai kondisi tanah mencapai jenuh air, terus mencapai kapasitas lapang dan akhirnya kering. Pengeringan ini bertujuan untuk mempercepat pematangan bulir padi secara serentak.

Pemanenan

Pemanenan gabah dapat dilakukan apabila daun tanaman padi sudah mulai menguning semuanya atau daun kuning sudah mencapai 90% hanya daun bendera saja yang masih terlihat berwarna hijau.

Peubah yang diamati 1. Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat tanaman berumur 3, 6, 9, dan 12 MST. Pengukuran dimulai dari pangkal rumpun sampai ujung daun terpanjang dengan menggunakan meteran.

2. Jumlah Anakan

Pengamatan jumlah anakan dihitung saat tanaman berumur 3, 6, 9, dan 12 MST. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap plot.

3. Jumlah Anakan Produktif

Jumlah anakan produktif di hitung pada saat panen, yang dihitung hanya anakan yang memiliki malai. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap plot.

4. Bobot Kering Tanaman

Pengamatan bobot kering tanaman dihitung setelah tanaman berumur 3, 6, 9, dan 12 MST. Tanaman sampel destruktif dicangkul secara hati-hati agar akar jangan sampai putus kemudian dicuci di dalam ember kemudian air digoyang-goyang agar tanaman bersih dari tanah dan lumpur, setelah tanaman bersih lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 650C sampai bobotnya stabil.

5. Bobot Kering Akar Tanaman

Pengamatan bobot kering akar tanaman dihitung setelah tanaman berumur 3, 6, 9, dan 12 MST. Tanaman sampel destruktif dicangkul secara hati-hati agar akar jangan sampai putus kemudian dicuci di dalam ember kemudian air digoyang-goyang supaya akar bersih dari tanah dan Lumpur, setelah akar bersih lalu dikeringkan anginkan setelah itu di masukkan ke dalam oven pada suhu 650C sam pai bobotnya stabil.

6. Luas Daun Perumpun

Luas daun diukur dengan Leaf Area Meter pada tanaman berumur 3, 6, 9, dan 12 MST pengamatan dilakukan dengan mengambil semua helaian daun yang terbuka sempurna dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

7. Jumlah Gabah Per Malai

Jumlah gabah per malai dihitung dengan mengambil semua gabah seluruh malai tanaman sample kemudian di rata-ratakan Penghitungan dilakukan pada saat panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

8. Jumlah Gabah Hampa Per Malai

Jumlah gabah hampa per malai dihitung dengan mengambil semua gabah hampa dari tanaman sample. Penghitungan dilakukan saat panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

9. Jumlah Gabah Berisi Per Malai

Jumlah gabah berisi per malai, dihitung dengan mengambil semua gabah berisi dari tanaman sample, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot. Penghitungan dilakukan saat panen.

10. Bobot Kering Gabah Per Plot

Pengamatan bobot kering gabah perplot dihitung pada saat panen. Gabah pisahkan dari malai kemudian dikeringkan dengan cara di jemur sampai kadar airnya mencapai 14 %.

11. LAB (Laju Asimilasi Bersih). (g.cm-2bulan-1).

Laju asimilasi bersih dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LAB dihitung dengan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari 3 tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

(W2 – W1) (Ln A2 - Ln A1) LAB = x

(A2 – A1 ) (T2 – T1 )

Dimana :

W1 dan W2 = Total berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan Ke-2 A1 dan A1 = Total luas daun pengamatan ke-1 dan ke-2

12. LTR (Laju Tumbuh Relatif). (g.cm-2bulan-1).

Laju tumbuh relatif dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LTR dihitung dengan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari 3 tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

(Ln W2 - Ln W1) LTR =

T2 – T1

Dimana :

W1 dan W2 = Berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2 T1 dan T2 = Waktu pengamatan ke-1 dan ke-2

Dokumen terkait