• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL

Tinggi Tanaman

Data pengamatan tinggi tanaman padi sawah pada pengamatan 3, 6, 9, dan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 9 dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3, dan 6 MST. Pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3, 6, 9, dan 12 MST. Perlakuan jumlah bibit (B) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3, 9, dan 12 MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 6, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3 MST. Untuk kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 6, 9, 12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3 MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB)

berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 6 MST.

Berdasarkan hasil sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata dengan Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 1, disajikan data rata-rataan tinggi tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta kombinasinya.

Tabel 1. Rataan Tinggi Padi 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah, Dan Jumlah Bibit, serta Kombinasinya

Jumlah Bibit Perlakuan

B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit) Rataan Umur 3 MST - - - - - - cm - - - - - - - Varietas (V) V1 (Hibrida) 17.08 16.31 15.65 16.35b V2 (Mekongga) 17.38 16.58 16.58 16.85a V3 (Cibogo) 17.32 16.90 16.97 17.06a Persiapan Lahan

P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 16.79c 16.94e 16.67d 16.80 P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 17.73a 16.24c 16.13e 16.70

Interaksi (VxP) V1 P1 16.34 16.18 16.08 16.19d P2 17.81 16.43 15.23 16.49d V2 P1 17.06 17.53 17.33 17.31a P2 17.70 15.62 15.84 16.39d V3 P1 16.95 17.13 16.61 16.90c P2 17.69 16.67 17.32 17.23b Rataan 17.26c 16.59b 16.40a Umur 6 MST - - - - - - cm - - - - - - - Varietas (V) V1 (Hibrida) 44.90abc 43.84bc 41.64d 43.46b

V2 (Mekongga) 44.11abc 41.06d 43.34a 42.83b

V3 (Cibogo) 41.64d 45.47ab 44.85abc 45.36a

Persiapan Lahan

P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 45.23 44.08 44.26 44.52 P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 44.62 42.84 42.30 43.26

Interaksi (VxP)

V1 P1 45.18abc 43.13d 43.51cb 43.94bc

P2 44.62abc 44.55abc 39.78f 42.99bcde

V2 P1 44.44abc 42.90e 43.42abc 43.59bcd

P2 43.78abc 39.23f 43.27c 42.09e

V3 P1 46.06ab 46.20a 45.84abc 46.03a

P2 45.47abc 44.7abc 43.87abc 44.69ab

Rataan 44.93 43.46 43.28 Umur 9 MST - - - - - - cm - - - - - - - Varietas (V) V1 (Hibrida) 70.38 70.76 67.26 67.30 V2 (Mekongga) 68.36 64.70 64.25 66.33 V3 (Cibogo) 67.22 64.25 66.39 65.95 Persiapan Lahan

P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 68.41 68.06 65.10 67.19 P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 68.90 67.84 66.83 67.86

Interaksi (VxP) V1 P1 70.65 71.52 64.78 68.98 P2 70.12 70.00 69.73 69.95 V2 P1 68.55 63.70 64.58 65.61 P2 68.17 65.70 63.91 65.93 V3 P1 66.03 68.96 65.94 66.98 P2 68.41 67.81 66.84 67.69

Rataan 68.65a 67.95a 65.96c

Umur 12 MST - - - - - - cm - - - - - - - Varietas (V) V1 (Hibrida) 90.48 88.68 89.43 89.53 V2 (Mekongga) 90.44 89.94 89.85 90.07 V3 (Cibogo) 89.43 90.05 89.27 90.14 Persiapan Lahan

P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 89.94 89.30 89.28 89.51 P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 91.41 89.82 89.75 90.32

Interaksi (VxP) V1 P1 89.60 88.34 89.21 89.05 P2 91.36 89.03 89.65 90.01 V2 P1 89.56 90.24 89.70 89.83 P2 91.32 89.64 89.99 90.32 V3 P1 90.67 89.31 88.93 89.83 P2 91.54 90.79 89.60 90.32 Rataan 90.68a 89.56b 89.51b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan.

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V) umur 3 MST rataan tertinggi dari tinggi tanaman terdapat pada varietas Cibogo V3 (45.36 cm) yang diikuti oleh varietas Mekongga V2 (16.85 cm) dan Hibrida V1 (16.35 cm). Sedang kombinasi varietas dan jumlah bibit (VxB), tidak berbeda nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman untuk semua kombinasi, tapi rataan tertinggi untuk tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi Mekongga dengan jumlah bibit 1/lubang V2B1 (17.38 cm), sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi Hibrida dengan 5 bibit/lubang tanam V1B3 (16.13 cm). Pada perlakuan jumlah bibit (B) rataan tertinggi dari tinggi tanaman terdapat pada perlakuan jumlah bibit 1/lubang tanam B1 (17.26 cm) diikuti oleh 3 bibit/lubang tanam dan 5 bibit/lubang tanam.

Pada persiapan tanah (P) tertinggi pada olah tanah sempurna (OTS) tidak menunjukkan penambahan terhadap tinggi tanaman. Sedang pada kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB), rataan tertinggi dari tinggi tanaman pada kombinasi perlakuan tanpa persiapan tanah dengan perlakuan jumlah bibit jumlah 1 bibit/lubang tanam P2B1 (17.73 cm) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada perlakuan tanpa olah tanah dengan jumlah 3 bibit/lubang tanam (P2B3,) dan berbeda nyata pada P1B1, P1B2, P1B3, P1B3, P2B2, P2B3, sedangkan rataan terendah terdapat pada P2B3 (16.13). Sedang kombinasi perlakuan varietas, persiapan lahan, dan jumlah bibit (VxPxB) menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman untuk semua kombinasi perlakuan, tetapi rataan tertinggi

untuk tinggi tanaman terdapat pada V2 P2 B1 (17,70), sedang rataan terendah terdapat pada V1 P2 B3 (17,70).

Pada umur 6 MST perlakuan varietas (V), rataan tertinggi diperoleh pada varietas Cibogo V3 (45.36 cm) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada Hibrida V1, dan varietas Mekongga V2, tetapi rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada varietas Mekongga V2 (42.84cm). Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi tinggi tanaman terdapat tinggi tanaman pada kombinasi V3 P1 (46.03cm) berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada kombinasi perlakuan V1P1, V1P2, V2P1, V2P2, berbeda tidak nyata dengan V3P2. Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (44.93 cm) berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada B2, dan B3, sedang rataan terendah pada B3 (43.28 cm). Dari kombinasi perlakuan varietas dan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi dari tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi perlakuan V2B3 (43.34 cm) berbeda tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada kombinasi perlakuan V1B1, V2B1, V3B2, V3B3, tetapi berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada kombinasi perlakuan V1B3, V1B2, V2B2, V1B3, sedang rataan terendah untuk tinggi tanaman pada kombinasi V2B2 (41.06).

Dari perlakuan kombinasi persiapan lahan dengan jumlah bibit (PxB) menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada semua kombinasi, untuk rataan tertinggi dari tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi perlakuan P2B1 (44.62 cm), sedang rataan terendah dari tinggi tanaman diperoleh

pada kombinasi perlakuan V2B3 (42.30 cm). Tetapi dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan lahan, dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan V3P1B2 (46.20) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada kombinasi V1P1B2, V1P1B3, V1P2B3, V2P1B2, V2P2B2, V2P2B2, berbeda tidak nyata dengan V1P1B1, V1P2B1, V1P2B2, V2P1B1, V2P1B3, V2P2B1, V3P1B1, V3P1B3, V3P2B1, V3P2B2, V3P2B3.

Pada umur 6 MST perlakuan varietas (V), rataan tertinggi diperoleh pada padi Hibrida V1 (67.30) berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada semua varietas, sedang rataan terendah untuk tinggi tanaman diperoleh pada varietas Cibogo V3 (65.95). Pada kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi Hibrida dengan jumlah 1 bibit/lubang tanam V1B1 (90.48cm), berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada semua kombinasi, sedang rataan terendah tinggi tanaman pada kombinasi V1B2 (88.68 cm). Sedang pada kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada semua kombinasi, tetapi rataan tertinggi terdapat pada kombinasi P2B1 (91.41 cm) dan rataan terendah terdapat pada kombinasi P1B3 (89.28 cm). Pada persiapan tanah P, rataan tertinggi dari tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi P2 (87.86 cm) berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada persiapan tanah, tetapi rataan terendah tinggi tanaman pada kombinasi P1 (67.19 cm). Pada perlakuan jumlah bibit B, rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi B1 (68.66)

berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada perlakuan B3 (65.97 cm), tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan B2 (67.95 cm), sedang rataan terendah tinggi tanaman pada kombinasi B3 (65.97 cm). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan V3P1B2 (46.20 cm) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada kombinasi perlakuan V1P1B2, V1P1B3, V1P2B3, V2P1B2, V2P2B2, V2P2B2, berbeda tidak nyata dengan V1P1B1, V1P2B1, V1P2B2, V2P1B1, V2P1B3, V2P2B1, V3P1B1, V3P1B3, V3P2B1, V3P2B2, V3P2B3, rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi V1P2B2 (39.23).

Pada umur 9 MST perlakuan varietas (V), persiapan tanah (P), kombinasi varietas dan jumlah bibit (VxB), kombinasi perlakuan persiapan lahan dengan jumlah bibit (PxB), kombinasi perlakuan (VxP), dan kombinasi perlakuan varietas, persiapan lahan dengan jumlah bibit (VxPxB) pada semua perlakuan berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Sedangkan perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (68.65 cm) berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada B2, tetapi berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada pada B3, sedangkan rataan terendah pada B3 (43.28 cm).

Pada umur 12 MST perlakuan varietas (V), rataan tertinggi dari tinggi tanaman diperoleh pada varietas Cibogo V3 (90.14 cm) berbeda tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada semua perlakuan varietas, sedang rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada padi Hibrida V1 (89.53 cm). Sedang kombinasi VxB,

rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi V1B1 (90.48 cm) berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua kombinasi, sedangrataan terendah dari tinggi tanaman pada kombinasi V3B3 (80.27 cm). tetapi pada kombinasi PxB menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua kombinasi, rataan tertinggi terdapat pada kombinasi P2B1 (91.41 cm) dan rataan terendah terdapat pada kombinasi P1B3 (89.28). Pada persiapan tanah P, rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi P2 (90.32 cm) berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada perlakuan P1 (89.51 cm), sedangrataan terendah tinggi tanaman pada perlakuan P1 (89.51 cm). Pada perlakuan jumlah bibit B, rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada perlakuan B1 (90.68 cm) berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada perlakuan B3 (89.51 cm), tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan B2 (89.56), sedangrataan terendah tinggi tanaman pada perlakuan B3 (89.51 cm). Dari kombinasi VxP rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi V3P2 (90.32 cm), berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua kombinasi, tetapi rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi V1P1 (89.05 cm). Sedang kombinasi perlakuan (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi V3P2B1 (91.54 cm) berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada kombinasi semua kombinasi, tetapi rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi V1P1B2 (88.34 cm).

15.00 16.00 17.00 18.00

Hibrida Mekongga Cibogo

Varietas Ti n gg i Ta na m a n ( c m )

Gambar 1. Tinggi Tanaman Pada Perlakuan Ketiga Varietas Umur 3 MST

Gambar 1 menunjukkan tinggi tanaman varietas V1 (Hibrida), V2 (Mekongga) dan V3 (Cibogo) pada umur 3 MST. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi pada varietas Mekongga (V3), dan tinggi tanaman terendah terdapat pada padi Hibrida (V1). Hal ini menunjukkan bahwa varietas Cibogo memiliki kemampuan yang lebih baik bila dibandingkan dengan varietas V1 (Hibrida), dan V2 (Mekongga). Hal ini disebabkan banyak faktor salah satunya adalah faktor lingkungan. Padi varietas Hibrida harus beradaptasi terlebih dahulu dengan lingkungannya karena padi Hibrida ini di introduksi dari luar daerah sedangkan varietas Cibogo telah beradaptasi lama dengan lingkungannya, karena tetua Cibogo dan Mekongga ini berasal dari IR 64. dimana IR 64 ini telah lama dibudidayakan khusunya di Sumatera Utara.

15.00 16.00 17.00 18.00

1 3 5

Jum lah Bibit

Ti ng gi Ta na m a n C m )

P1= (Olah Tanah Sempurna) P2= (Tanpa Olah Tanah ) (P1) (P2) (P1) (P1) (P2) (P2)

Gambar 2. Tinggi Tanaman Terhadap Jumlah Bibit Pada Persiapan Tanah Yang Berbeda Umur 3 MST

Gambar 2 dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tinggi tanaman pada persiapan tanah tertinggi terdapat pada perlakuan (P2) tanpa olah tanah dan jumlah 1 bibit/lubang tanam (B1). Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah bibit perlubang tanam dan tanpa olah tanah tinggi tanaman semakin tinggi.

Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah bibit perlubang tanam akan terjadi persaingan dalam mengambil unsur hara dari dalam tanah, dan perkembangan akar tidak sempurna akibat terjadinya tumpang tindih akar yang satu degan akar lainnya. Sedang pada perlakuan olah tanah sempurna (OTS) mengakibatkan tercucinya/hanyut unsur hara ke tempat lain yang diakibatkan oleh air yang mengalir dan terjadi menguap unsur hara akibat sinar matahari sehingga unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman menjadi tidak tersedia bagi tanaman.

y = 17.61 - 0.4294x r = 0.9076 16.00 17.00 18.00 0 1 2 3 Jumlah Bibit Ti ng gi Ta n a m a n ( c m )

Gambar 3. Tinggi Tanaman Terhadap Jumlah Bibit Pada Umur 3 MST

Gambar 3 menunjukkan tinggi tanaman terhadap perlakuan jumlah bibit B1 (1 tanaman/lubang), B2 (3 tanaman/lubang) dan B3 (5 tanaman/lubang). Hal menunjukkan bahwa semakin sedikit bibit perlubang tanaman, tinggi tanaman semakin tinggi, demikian pula sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang tanaman maka tinggi tanaman semakin rendah.

Tanaman padi memiliki daya tumbuh yang tinggi sehingga apabila ditanamam 1 bibit/lubang akan merangsang pertumbahan tinggi tanaman, tanaman lebih leluasa memperoleh unsur hara serta proses fotosintesis berjalan denan baik.

Jumlah Anakan

Data pengamatan jumlah anakan padi sawah pada pengamatan 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa jumlah anakan pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan

jumlah anakan pada umur 3, 6, dan 9 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah anakan umur 12 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan dengan persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah anakan pada umur 6, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada pertambahan jumlah anakan umur 3 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah anakan pada umur 3, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 6 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah anakan pada umur 3, 6, dan 9, dan 12 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah anakan pada umur 3, 6, 9, dan 12 MST.

Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Dapat dilihat pada Tabel 2,

Tabel 2. Rataan Jumlah Anakan Padi 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah Jumlah Bibit, serta Interaksinya

Jumlah Bibit Perlakuan

B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit) Rataan Umur 3 MST - - - - - - batang - - - - - - - Varitas (V) V1 (Hibrida) 6.38 7.03 6.75 6.72 V2 (Mekongga) 6.90 7.23 6.77 6.97 V3 (Cibogo) 6.65 7.37 6.93 6.98 Persiapan Tanah (P)

P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 6.44 7.27 6.64 6.79

P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 6.84 7.16 6.99 7.00

Interaksi (V x P) V1 P1 6.30 7.53 6.80 6.88b P2 6.47 6.53 6.70 6.57c V2 P1 6.80 7.03 7.03 6.77bc P2 7.00 7.43 7.07 7.17a V3 P1 6.23 7.23 6.67 6.71bc P2 7.07 7.50 7.20 7.26a

Rataan 6.64b 7.21a 6.82a

Umur 6 MST Varitas (V) V1 (Hibrida) 14.12b 13.78bc 13.62bc 13.84 V2 (Mekongga) 15.15a 13.80bc 13.47bc 14.14 V3 (Cibogo) 15.68a 14.18b 13.38c 14.42 Persiapan Tanah (P)

P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 14.64 13.70 13.51 13.95 P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 15.32 14.14 13.47 14.31 Interaksi (V x P) V1 P1 13.23 13.37 13.67 13.42 P2 15.00 14.20 13.57 14.26 V2 P1 15.13 13.87 13.67 14.22 P2 15.17 13.73 13.27 14.06 V3 P1 15.57 13.87 13.20 14.21 P2 15.80 14.50 13.57 14.62 Rataan 14.98a 13.92b 13.49b Umur 9 MST - - - - - - batang - - - - - - - Varitas (V) V1 (Hibrida) 37.97 36.68 35.90 36.85 V2 (Mekongga) 37.60 37.25 36.63 37.16 V3 (Cibogo) 38.30 37.10 36.45 37.28 Persiapan Tanah (P) P1 (Persiapan Tanah) 37.53 36.90 35.99 36.81

P2 (Tanpa Persiapan tanah) 38.38 37.12 36.67 37.39 Interaksi (V x P) V1 P1 37.77 36.70 35.57 36.68 P2 38.17 36.67 36.23 37.02 V2 P1 37.17 37.23 36.23 36.88 P2 38.03 37.27 37.03 37.44 V3 P1 37.67 36.77 36.17 36.87 P2 38.93 37.43 36.73 37.70 Rataan 37.96a 37.01b 36.33c Umur 12 MST - - - - - - batang - - - - - - - Varitas (V) V1 (Hibrida) 38.53 37.32 36.95 37.60 V2 (Mekongga) 38.10 37.63 37.43 37.72 V3 (Cibogo) 38.68 37.80 37.15 37.88 Persiapan Tanah (P)

P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 38.00 37.51 36.73 37.41b P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 38.88 37.66 37.62 38.05a Interaksi (V x P) V1 P1 38.27 37.33 36.43 37.34 P2 38.80 37.30 37.47 37.86 V2 P1 37.77 37.93 37.00 37.57 P2 38.43 37.33 37.87 37.88 V3 P1 37.97 37.27 36.77 37.33 P2 39.40 38.33 37.53 38.42 Rataan 38.44a 37.58b 37.18c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata Pada Taraf Uji 5% Menurut Uji Jarak Duncan

Pada Tabel 2 umur 3 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan persiapan tanah (P), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada perlakuan (TOT) tanpa olah tanah P2 (7.00) berbeda nyata terhadap jumlah anakan pada perlakuan (OTS) olah tanah sempurna P1 (6.79), tetapi rataan terendah pada P1 (6.79). Sedang pada kombinasi perlakuan varietas dengan dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada kombinasi V3P2 (7.26), berbeda nyata terhadap jumlah anakan pada V1P1, V1P2, V2P1, V3P1, tetapi berbeda tidak nyata pada V2P2, sedangkan rataan terendah pada V1 P2 (6.57). Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada perlakuan 3 bibit/lubang tanam B2 (7.21) berbeda nyata terhadap jumlah anakan pada perlakuan B1, tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan 5 bibit/lubang tanam B3, sedangkan rataan terendah pada B1 (6.64).

Pada umur 6 MST dapat dilihat perlakuan varietas (V), berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan. Sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada perlakuan 1 bibit/lubang tanam B1 (14.98) berbeda nyata pada B2, dan B3, tetapi rataan terendah terdapat pada B3 (13.49). Pada kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada kombinasi V3B1 (15.68) berbeda nyata terhadap penambahan jumlah anakan pada kombinasi V1B1, V1B2, V2B2, V3B2, V1B3, V2B3, V3B3, berbeda tidak nyata dengan V2B1, rataan terendah jumlah anakan diperoleh pada kombinasi V2B3 (13.38). Sedang pada kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB), dan kombinasi varietas dengan persiapan tanah (VxP), serta kombinasi vaietas,

persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) masing-masing berbeda tidak nyata terhadap jumlah anakan pada.

Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V), berbeda tidak nyata terhadap penambahan jumlah anakan, tetapi rataan tertinggi jumlah anakan terdapat pada varietas Cibogo V3 (37,88) yang diikuti oleh varietas Mekongga V2 (37,72), dan padi Hibrida V1 (37,60). Pada persiapan tanah (P), rataan tertinggi diperoleh pada P2 (38.05), tetapi rataan terendah pada P1 (37.41). Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada B1 (38.44) berbeda nyata terhadap jumlah anakan pada B2 (37.58), dan B3 (37.18), sedangkan rataan terendah pada B3 (37.18). Sedang pada kombinasi (VxPxB) menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap jumlah anakan pada semua perlakuan.

6.20 6.40 6.60 6.80 7.00 7.20 7.40

Hibrida Mekongga Cibogo

Varietas J u m lah A n aka n

P1 = (Olah Tanah Sempurna)

P2 = (Tanpa Olah Tanah)

(P1) (P1) (P1) (P2) (P2) (P2)

Gambar 4. Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Varietas dan Persiapan Tanah Umur 3 MST

Gambar 4 menunjukkan respon jumlah anakan terhadap kambinasi varietas dan persiapan tanah (VxP). Pada varietas Cibogo (V3) menunjukkan jumlah anakan teringgi terdapat pada perlakuan TOT dan yang terendah pada OTS. Pada varietas Mekongga (V2) menunjukkan jumlah anakan teringgi pada perlakuan TOT dan yang terendah pada OTS.

37.00 37.20 37.40 37.60 37.80 38.00 38.20

P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)

Persiapan Tanah Ju m lah A n akan

P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah) (P1)

(P2)

Gambar 5. Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Persiapan Tanah Pada Umur 12 MST

Gambar 5 menunjukkan respon jumlah anakan pada perlakuan olah (P), jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan TOT (38,05) dan yang terendah pada perlakuan OTS (36,81), Hal ini dikarenakan pada tanah yang diolah sempurna telah terjadi degradasi lahan dan pencucian unsur hara dan memiliki pori-pori yang longgar hal demikian tidak sesuai dengan kondisi tanah yang diinginkan oleh perkembangan tanaman.

= 38.994-0.6306x r = 0.9593 37.00 38.00 39.00 0 1 2 3

Jum lah Bibit

Ju m lah A n a kan

Gambar 6. Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Jumlah Bibit Pada Umur 12 MST

Gambar 6 menunjukkan jumlah anakan terhadap perlakuan jumlah bibit (B) umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa garis persamaan membentuk garis linier negatif, hal ini menggambarkan semakin banyak jumlah bibit maka jumlah anakan semakin menurun. Penurunan jumlah anakan ini diakibatkan adanya persaingan dalam mendaptkan unsur hara serta terbatasnya ruang gerak pertumbuhan.

Bobot Kering Tanaman

Data pengamatan bobot kering tanaman padi sawah pada pengamatan 3, 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering tanaman pada perlakuan varietas (V) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering tanaman pada umur 3, dan 9 MST, tetapi berpengaruh

nyata terhadap bobot kering tanaman pada umur 6 dan 12 MST. Pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering tanaman pada semua umur pengamatan. Pada perlakuan jumlah bibit (B) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering tanaman pada umur 6, MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3, 9, dan 12, MST. Sedangkan kombinasi perlakuan dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering tanaman pada umur 3, dan 9 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada umur 6, dan 12 MST.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 3, disajikan data rataan bobot kering tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta Kombinasinya Berikut notasi hasil uji bedanya.

Tabel 3. Rataan Bobot Kering Tanaman 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya

Jumlah Bibit Perlakuan

B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit) Rataan Umur 3 MST - - - ( g ) - - - - - - - - Varitas (V) V1 (Hibrida) 2.43 1.94 2.29 2.22 V2 (Mekongga) 2.31 2.45 2.17 2.31 V3 (Cibogo) 2.68 2.20 2.66 2.51 Persiapan Tanah (P) P1 (Persiapan Tanah) 2.35 2.19 2.39 2.31

P2 (Tanpa Persiapan tanah) 2.59 2.20 2.35 2.38 Interaksi (V x P) V1 P1 2.20 1.74 2.17 2.04 P2 2.65 2.13 2.40 2.39 V2 P1 2.23 2.66 2.27 2.39 P2 2.39 2.24 2.07 2.23 V3 P1 2.63 2.22 2.72 2.51 P2 2.74 2.22 2.59 2.52

Rataan 2.47a 2.20b 2.37a

Umur 6 MST - - - ( g ) - - - - - - - - Varitas (V)

V1 (Hibrida) 35.75cd 35.29cd 35.76cd 35.60b

V2 (Mekongga) 36.24abc 34.48d 37.24bcd 35.98b

V3 (Cibogo) 38.46ab 37.81ab 36.06bcd 37.44a

Persiapan Tanah (P)

P1 (Persiapan Tanah) 36.48 36.42 37.03 36.65

P2 (Tanpa Persiapan tanah) 37.15 35.30 35.68 36.04 Interaksi (V x P) V1 P1 34.87 36.11 37.33 36.10 P2 36.63 34.48 34.20 35.10 V2 P1 35.55 33.88 37.19 35.54 P2 36.93 35.08 37.29 36.43 V3 P1 39.03 39.28 36.58 38.30 P2 37.88 36.35 35.54 36.59 Rataan 36.82 35.86 36.35 Umur 9 MST - - - ( g ) - - - - - - - - Varitas (V) V1 (Hibrida) 161.67 153.11 157.61 157.46 V2 (Mekongga) 165.23 155.78 156.11 159.04 V3 (Cibogo) 161.58 157.62 155.53 158.24 Persiapan Tanah (P) P1 (Persiapan Tanah) 163.28 156.55 156.00 158.61 P2 (Tanpa Persiapan tanah) 162.37 154.45 156.83 157.89 Interaksi (V x P) V1 P1 162.15 154.46 160.41 159.01 P2 161.18 151.76 154.81 155.92 V2 P1 165.42 154.77 154.54 158.24 P2 165.04 156.79 157.69 159.84 V3 P1 162.26 160.42 153.07 158.58 P2 160.90 154.81 157.99 157.90 Rataan 162.83b 155.50b 156.42a Umur 12 MST - - - ( g ) - - - - - - - - Varitas (V) V1 (Hibrida) 371.37abc 361.89bcd 348.52d 360.59 V2 (Mekongga) 351.61d 360.47cd 374.65ab 362.24 V3 (Cibogo) 384.09a 353.69d 367.77bc 368.52 Persiapan Tanah (P) P1 (Persiapan Tanah) 366.14 349.29 361.26 358.90 P2 (Tanpa Persiapan tanah) 371.91 368.08 366.03 368.67 Interaksi (V x P) V1 P1 368.79 354.92 340.66 354.79 P2 373.95 368.86 356.38 366.40 V2 P1 345.10 349.93 377.44 357.49 P2 358.12 371.02 371.87 367.00 V3 P1 384.52 343.03 365.69 364.42 P2 383.66 364.35 369.84 372.62

Rataan 369.02a 358.68b 363.65ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan

Pada Tabel 3 umur 3 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi bobot kering tanaman dijumpai pada perlakuan 1 bibit/lubang tanam B1 (2.47) diikuti oleh 3 bibit/lubang tanam B3 (2.37) dan 5 bibit/lubang tanam B2 (2.20).

Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V, rataan tertinggi bobot kering tanaman diperoleh pada varietas Cibogo V3 (37.44) berbeda nyata terhadap bobot kering tanaman pada padi Hibrida V1 (35.60), varietas Mekongga V2 (35.98), sedangkan rataan yang terendah terdapat pada padi Hibrida V1 (16.35). tetapi kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering tanama diperoleh pada kombinasi V3B1 (38.46) berbeda nyata terhadap bobot kering tanaman pada V1B1, V1B2, V2B2, V1B3, tetapi berbeda tidak nyata dengan kombinasi V2B1, V3B2, V2B3, V3B3, rataan terendah bobot kering tanaman diperoleh pada kombinasi V2B2 (34.48). Pada persiapan tanah dan kombinasinya menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap bobot kering tanaman pada semua pengamatan.

Pada umur 9 MST dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V) rataan tertinggi terdapat pada perlakuan Mekongga V2 (157.46), dan rataan terendah perlakuan varietas terdapat pada perlakuan Hibrida V1 (159.04), sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi bobot kering tanaman diperoleh pada B1 (162.83) berbeda nyata terhadap bobot kering tanaman pada B2 (155.50), B3 (156.42), sedangkan rataan terendah pada B2 (155.50). Pada persiapan tanah rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (158,61), dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P2 (157,89).

Sedang pada perlakuan kombinasi (VxPxB) rataan tertinggi terdapat pada perlakuan V2P1B1 (165,42), dan rataan terendah terdapat pada perlakuan V2P2B2 (158,61).

Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas (V) rataan tertinggi bobot kering tanaman terdapat pada perlakuan Cibogo V3 (368.52) diikuti oleh Mekongga V2 (362,24) dan Hibrida V1 (360.59). Pada kombinasi vareitas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering tanaman diperoleh pada kombinasi V3B1 (384.09) berbeda nyata dengan V2B1, V1B2, V2B2, V3B2, V3B2, V3B3. Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (369.02) berbeda nyata pada B2 (358.68), berbeda tidak nyata pada B3 (363.65), sedangkan rataan terendah pada B2 (155.50). 34.50 35.00 35.50 36.00 36.50 37.00 37.50 38.00

Hibrida Mekongga Cibogo

Varietas B o bot K e ri ng T a na m a n Hibrida Mekongga Cibogo

Gambar 7. Bobot Kering Tanaman Terhadap Perlakuan Varietas Umur 6 MST

Gambar 7 menunjukkan bobot kering tanaman terhadap jumlah bibit dari beberapa varietas padi sawah pada pengolahan tanah yang berbeda umur 3 MST.

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering dari ketiga varietas yang tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3, diikuti oleh Mekongga dan Hibrida. Hal tersebut menunjukkan bahwa varietas Cibogo memiliki bobot kering tanaman yang tertinggi, dimana hal ini sejalan dengan jumlah anakan dan tinggi tanaman yang terbanyak terdapat pada varietas Cibogo.

= 369.16 - 2.6876x r = 0.2701 358.00 360.00 362.00 364.00 366.00 368.00 370.00 0 1 2 3

Jum lah Bibit

Bobo t K e ri ng Ta n a m a n

Gambar 8. Bobot Kering Tanaman Pada Perlakuan Jumlah Bibit Umur 12 MST

Gambar 8 menunjukkan bobot kering tanaman terhadap jumlah bibit pada umur 3 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering tanaman membentuk garis linier negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah bibit perlubang tanaman, maka bobot kering tanaman semakin tinggi demikian pula sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang tanam maka bobot kering tanaman semakin rendah pada. Hal ini disebabkan jumlah anakan dan tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan 1 bibit/lubang tanam (B1).

Bobot Kering Akar

Data pengamatan bobot kering akar pada pengamatan 3, 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering akar pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering akar pada umur 3, 6, 9 dan 12 MST.

Pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering akar pada umur 3, 6, dan 9, MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 12 MST. Pada perlakuan jumlah Bibit (B) berpengaruh tidak nyata pada umur 3, MST, berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada umur 6, 9, dan 12 MST. Sedangkan perlakuan kombinasi varietas dengan persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering akar tanaman pada umur 6, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3, MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering akar pada umur 9 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada umur 3, 6, dan 12 MST.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 4, disajikan data rataan bobot kering akar pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta kombinasinya, berikut notasi hasil uji

Dokumen terkait