• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Rumah kaca serta Laboratorium Kesehatan Benih Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB- TPH) Cimanggis. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai Januari 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi sawah inbrida varietas Ciherang produksi SHS hasil panen bulan Januari 2012 dan padi hibrida varietas HIPA 8 produksi BB PADI Sukamandi hasil panen bulan Februari 2012. Kedua benih telah diberi perlakuan coating. Pupuk NPK, media NA, media

King’s B, media MS, alkohol 70%, kloroks 1%, media tanam tanah steril.

Peralatan yang digunakan meliputi cawan petri, beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer, micropipet, vortex, timbangan analitik, magnetic stirrer, termohygrometer, kertas saring, kertas merang, mikroskop, ember tanam, ecogerminator benih IPB 72-1, lampu near ultra violet (NUV), autoclave, laminar air flow dan oven.

Metode Penelitian

Percobaan disusun menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat taraf perlakuan coating benih yaitu (1) 1 % minyak cengkeh dengan kandungan eugenol 78% + 3% chitosan; (2) 2 % minyak sereh dengan kandungan sitronela

16.82% + 1% CMC; (3) Agrept 0.2% + benlox 0.2% + 10% gom arab; dan (4) kontrol, yaitu benih tanpa perlakuan coating. Perlakuan dan persiapan coating

benih sama seperti pada percobaan 2 dalam tesis ini. Setiap perlakuan diaplikasikan pada dua varietas padi dan ditanam pada tempat yang terpisah. Sehingga terdapat dua percobaan yang terpisah. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan tiap ulangan terdiri dari 3 pot tanam. Dengan demikian

terdapat 60 satuan percobaan untuk tiap-tiap varietas (4 perlakuan x 5 ulangan x 3 pot).

Benih padi sebanyak sepuluh butir ditanam langsung pada ember plastik dengan diameter atas 30 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 25 cm. Media tanam berupa tanah sawah yang telah disterilisasi dengan pemanasan pada suhu 120 oC dan tekanan 1.2 kg/detik selama 3 jam menggunakan autoklaf. Pada 2 minggu

45 setelah tanam (MST) disisakan dua tanaman per ember untuk diamati sampai panen. Pemupukan diberikan berdasarkan takaran pupuk anjuran Kementerian Pertanian yaitu urea 1 g/ember (setara dengan 250 kg urea ha-1), SP36 0.4 g/ember (setara dengan 100 kg SP36 ha-1), dan KCl 0.4 g/ember (setara dengan 100 kg KCl ha-1). Pemupukan dilakukan pada 2 MST dengan 1/3 dosis urea, seluruh dosis SP36, dan 1/2 dosis KCl. Selanjutnya pada umur tanaman 5 MST diberikan 1/3 dosis urea dan 1/2 dosis KCl, dan pada 7 MST diberikan 1/3 dosis urea.

Pengamatan dilakukan terhadap peubah pertumbuhan dan komponen hasil. Pada padi variatas Ciherang dilakukan juga pengamatan terhadap mutu benih yang dihasilkan. Panen dilakukan pada umur 115-125 hari untuk Ciherang dan 115 hari untuk HIPA 8. Peubah pertumbuhan tanaman yang diamati meliputi (1) daya tumbuh benih, (2) tinggi tanaman pada 4 MST dan 12 MST, (3) jumlah anakan total, (4) jumlah anakan produktif. Peubah komponen hasil produksi padi yang diamati meliputi (1) bobot gabah bernas per rumpun, (2) bobot gabah hampa per rumpun, (3) persen bobot gabah bernas per rumpun, (4) jumlah gabah bernas per rumpun, (5) jumlah gabah hampa per rumpun, (6) persen jumlah gabah bernas per rumpun, (7) produksi per rumpun. Benih padi Ciherang hasil panen dikeringkan dengan penjemuran hingga kadar air ± 12%. Kemudian dilakukan pengamatan mutu benih meliputi (1) indeks vigor, (2) daya berkecambah, (3) kecepatan tumbuh, (4) berat kering kecambah normal, (5) laju pertumbuhan kecambah, (6) bobot 1000 butir, (7) kadar air, (8) cendawan terbawa benih, (9) bakteri terbawa benih. Pengamatan terhadap peubah mutu benih yang dihasilkan sama seperti pada percobaan I dan II pada tesis ini. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam. Data yang menunjukkan berpengaruh nyata diuji dengan DMRT taraf 5%.

Peubah pertumbuhan dan hasil padi meliputi 1. Daya tumbuh (%)

Pengamatan daya tumbuh dilakukan berdasarkan jumlah benih yang tumbuh dalam setiap pot dibagi jumlah benih yang ditanam. Daya tumbuh benih pada 7 HST untuk varietas Ciherang dan 14 HST untuk HIPA 8.

2. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai daun tertinggi. Pengukuran tinggi dilakukan pada 4 MST dan akhir fase vegetatif.

3. Jumlah anakan

Jumlah anakan diperoleh dengan menghitung seluruh anakan pada setiap rumpun, berupa anakan produktif maupun anakan tidak produktif.

4. Jumlah anakan produktif

Jumlah anakan produktif diperoleh dengan menghitung anakan pada setiap rumpun yang mengeluarkan rumpun.

6. Bobot gabah bernas per rumpun (g)

Bobot gabah bernas yang dihasilkan oleh setiap rumpun. Diukur pada kadar air 14%.

46

7. Bobot gabah hampa per rumpun (g)

Bobot gabah hampa yang terdapat pada setiap rumpun. 8. Persen bobot gabah bernas per rumpun (%)

Pengamatan dilakukan berdasarkan bobot gabah bernas per rumpun dibagi dengan bobot gabah keseluruhan pada satu rumpun.

9. Persen bobot gabah hampa per rumpun (%)

Pengamatan dilakukan berdasarkan bobot gabah hampa per rumpun dibagi dengan bobot gabah keseluruhan pada satu rumpun.

10.Jumlah gabah bernas per rumpun

Jumlah gabah bernas yang dihasilkan setiap rumpun. 11.Jumlah gabah hampa per rumpun (butir)

Jumlah gabah hampa yang dihasilkan setiap rumpun. 12.Persen jumlah gabah bernas per rumpun (butir)

Pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah gabah bernas per rumpun dibagi dengan jumlah gabah keseluruhan pada satu rumpun.

13.Persen jumlah gabah hampa per rumpun (%)

Pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah gabah hampa per rumpun dibagi dengan jumlah gabah keseluruhan pada satu rumpun.

14.Produksi per rumpun (g)

Produksi per rumpun merupakan bobot gabah bernas yang dihasilkan oleh setiap rumpun.

15.Indeks penyakit (IP)

Pengamatan dilakukan berdasar persen luas area permukaan daun yang

menunjukkan gejala penyakit. Indeks penyakit berdasarkan scoring BB PADI (Suprihatno et al. 2011).

Keterangan: n(1), n(3), n(5), n(7), dan n(9) adalah jumlah tanaman dengan skala (1), (3), (5), (7) dan (9); tn = jumlah tanaman yang diamati.

47 Tabel 13 Skala pengujian penyakit

Skala Gejala luas daun terinfeksi (%) Tingkat ketahanan Kelas ketahanan

1 1-5 Tahan T

3 6-12 Agak tahan AT

5 13 – 25 Agak rentan AR

7 26 – 50 Rentan R

9 51 – 100 Sangat rentan SR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Coating Benih Padi Varietas Ciherang

Pengaruh Coating terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Varietas Ciherang

Perlakuan coating benih memberi pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap daya tumbuh benih padi (Tabel 14). Semua perlakuan coating menghasilkan nilai daya tumbuh yang tidak berbeda nyata dengan kontrol. Hal itu menunjukkan bahwa lapisan yang terbentuk pada benih padi tidak menghambat proses perkecambahan dan pestisida alami maupun sintetis yang diplikasikan bersama coating tidak bersifat toksik terhadap benih padi.

Pengaruh coating terhadap tinggi tanaman pada 4 MST dan 12 MST juga ditunjukkan pada Tabel 1. Pada 4 MST perlakuan coating minyak serai 2% + CMC 1% menghasilkan tinggi tanaman yang terendah dan berbeda nyata dengan kontrol sedangkan dua perlakuan coating lainnya menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata dengan kontrol. Tetapi pada 12 MST semua perlakuan coating menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata dengan kontrol.

Tabel 14 Pengaruh berbagai perlakuan coating benih terhadap daya tumbuh dan tinggi tanaman padi varietas Ciherang

Perlakuan coating Daya tumbuh

(%)

Tinggi tanaman (cm)

4 MST 12 MST

Minyak cengkeh 1% + kitosan 3% 93.9 42.13 ab 111.67 Minyak serai 2% + CMC 1% 89.3 40.86 b 107.40 Pestisida kimia + gom arab 10% 90.7 41.65 ab 108.58

Kontrol 93.9 45.03 a 108.27

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%. MST=minggu setelah tanam

Pengaruh berbagai perlakuan coating terhadap anakan tanaman padi varietas Ciherang ditunjukkan pada Tabel 15. Formula coating minyak cengkeh 1% + kitosan 3% memberikan hasil jumlah anakan yang terbaik dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, sedangkan formula coating dengan pestisida kimia + gom arab 10% menghasilkan jumlah anakan yang paling sedikit. Demikian juga

48

pada peubah jumlah anakan produktif, formula coating minyak cengkeh 1% + kitosan 3% menghasilkan jumlah anakan produktif yang tidak berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan formula minyak serai 2% + CMC 1% dan pestisida kimia + gom arab 10% menghasilkan anakan produktif yang lebih sedikit dan berbeda nyata dengan kontrol. Tingginya jumlah anakan dan anakan produktif yang dihasilkan oleh formula coating minyak cengkeh 1% + kitosan 3% dan nilainya yang tidak berbeda nyata dengan kontrol menunjukkan bahwa formula ini kompatibel dengan benih sehingga tidak menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman padi. Persentase anakan produktif tidak berbeda nyata pada semua perlakuan, yang menandakan semakin banyak jumlah anakan maka jumlah anakan produktif juga semakin banyak.

Tabel 15 Pengaruh berbagai perlakuan coating benih terhadap anakan tanaman padi varietas Ciherang

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Pada pertanaman di rumah kaca terdeteksi penyakit yang menunjukkan gejala pada daun tanaman padi berupa bercak coklat memanjang dan juga hawar, namun gejala dengan tingkat serangan lebih besar adalah gejala hawar. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa gejala tersebut disebabkan oleh bakteri Xoo, penyebab hawar daun bakteri (HDB). Pengaruh coating benih terhadap indeks penyahit HDB ditunjukkan pada tabel 16.

Tabel 16 Pengaruh coating benih terhadap indeks penyakit hawar daun bakteri pada padi varietas Ciherang saat 12 MST di rumah kaca

Perlakuan coating Indeks Penyakit

Minyak cengkeh 1% + kitosan 3% 3.27 ab

Minyak serai 2% + CMC 1% 2.47 a

Pestisida kimia + gom arab 10% 3.93 bc

Kontrol 4.73 c

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%;

Tabel 16 menunjukkan perlakuan coating berpengaruh nyata terhadap indeks penyakit HDB di pertanaman. Coating dengan minyak serai 2% + CMC 1% memberikan efek paling baik dalam menekan indeks penyakit HDB demikian

Perlakuan coating Jumlah

anakan

Anakan produktif

Persen anakan produktif (%) Minyak cengkeh 1% + kitosan 3% 8.8 a 8.6 a 97.6

Minyak serai 2% + CMC 1% 8.0 b 7.4 b 92.8

Pestisida kimia + gom arab 10% 7.2 c 7.0 b 96.4

49 juga dengan formula coating minyak cengkeh 1% + kitosan 3%. Formula pestisida kimia + gom arab 10% kurang efektif dalam menekan indeks penyakit HDB karena menghasilkan indeks penyakit HDB yang tidak berbeda nyata dengan kontrol

Pengaruh Coating Benih terhadap Hasil Tanaman Padi Varietas Ciherang

Perlakuan coating benih padi berpengaruh nyata hanya pada peubah bobot gabah bernas per rumpun (Tabel 17). Bobot gabah tertinggi dihasilkan oleh perlakuan coating Cengkeh 1% + kitosan 3% dan tidak berbeda nyata dengan kontrol. Perlakuan Serai 2% + CMC 1% dan Kimia + gom arab 10% menghasilkan bobot gabah bernas yang rendah dan berbeda nyata dengan perlakuan Cengkeh 1% + kitosan 3% tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol. Tabel 17 Pengaruh berbagai perlakuan coating benih terhadap hasil tanaman padi

varietas Ciherang

1

Perlakuan coating Bobot

gabah/rumpun (g)

Persentase bobot gabah/rumpun (%) Bernas hampa Bernas Hampa Minyak cengkeh 1% + kitosan 3% 26.50 a 1.18 95.69 4.31 Minyak serai 2% + CMC 1% 22.41 b 1.11 95.36 4.64 Pestisida kimia + gom arab 10% 22.24 b 1.03 95.60 4.40

Kontrol 24.03 ab 1.21 95.18 4.82

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Tabel 18 menunjukkan bahwa berdasarkan jumlah butir gabah perlakuan coating benih juga berpengaruh nyata hanya pada peubah jumlah gabah bernas per rumpun. Formula coating minyak cengkeh 1% + kitosan 3% memberikan hasil jumlah gabah bernas per rumpun paling tinggi, berbeda nyata dengan perlakuan lain tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol.

Tabel 18 Pengaruh berbagai perlakuan coating benih terhadap jumlah gabah dan persentase jumlah gabah per rumpun padi varietas Ciherang

Perlakuan coating Jumlah

gabah/rumpun (butir)

Persentase jumlah gabah/rumpun (%) Bernas Hampa Bernas Hampa Minyak cengkeh 1% + kitosan 3% 1098.4 a 267.8 80.43 19.57 Minyak serai 2% + CMC 1% 927.8 b 252.6 79.31 20.69 Pestisida kimia + gom arab 10% 924.8 b 233.4 80.01 19.99

Kontrol 1007.6 ab 276.2 78.47 21.53

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

50

Berdasarkan komponen hasil yaitu bobot dan jumlah gabah per rumpun, diketahui bahwa formula coating menghasilkan produk terbaik adalah minyak cengkeh 1% + kitosan 3%. Hasil tersebut di dukung oleh pertumbuhan vegetatif berupa jumlah anakan produktif yang lebih banyak di banding dua perlakuan coating yang lain serta kemampuannya dalam menekan indeks penyakit HDB di pertanaman.

Pengaruh Coating Benih terhadap Mutu Benih Padi Varietas Ciherang Yang

Dihasilkan

Mutu fisiologis benih padi yang dihasilkan oleh perlakuan Coating benih pada percobaan ini ditunjukkan pada Tabel 20. Semua perlakuan coating tidak berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati kecuali pada peubah berat kering kecambah normal. Berat kering kecambah normal tertinggi dihasilkan oleh perlakuan Sereh 2% + CMC 1% dan tidak berbeda nyata dengan kontrol. Berat kering kecambah normal terendah dihasilkan oleh Cengkeh 1% + kitosan 3% dan Kimia + gom arab 10% dan nilainya berbeda nyata dengan Serai 2% + CMC 1% tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol. Namun dilihat dari peubah laju pertumbuhan kecambah yang memiliki nilai tidak berbeda nyata, maka berat kering kecambah normal tidak menggambarkan ukuran kecambah yang lebih baik dan segar dari suatu perlakuan. Nilai berat kering kecambah normal yang lebih tinggi lebih disebabkan jumlah benih yang berkecambah lebih banyak. Hal itu menunjukkan bahwa benih yang dihasilkan oleh semua perlakuan memiliki mutu fisiologis yang tidak berbeda.

Tabel 19 Pengaruh coating benih terhadap mutu benih padi varietas Ciherang

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%; IV: indeks vigor, DB: daya berkecambah, KCT: kecepatan tumbuh, BKKN: bobot kering kecambah normal,

LPK: laju pertumbuhan kecambah. CK: minyak cengkeh 1%+kitosan 3%; SC: minyak serai 2% + CMC 1%; KG: Kimia + gom arab 10%.

Pengujian terhadap mutu patologis benih yang dihasilkan dilakukan terhadap cendawan dan bakteri terbawa benih. Hasil pengujian mendapatkan enam cendawan yang terdeteksi menginfeksi benih padi yaitu Fusarium sp., Alternaria sp., Curvularia sp., Drechslera sp., Verticillum sp., dan Chaetomium sp.

Perlakuan coating Tolok ukur IV (%) DB (%) KCT (% etmal-1) BKKN (mg) LPK (mg/KN) Bobot 1000 butir (g) KA (%) CK 87.6 95.20 20.47 80 b 5.64 24.11 12.45 SC 90.0 95.20 20.83 124 a 5.71 24.15 12.54 KG 91.6 92.80 20.19 70 b 4.93 24.04 12.44 Kontrol 85.6 95.20 19.99 92 ab 5.29 23.82 12.02

51

Cendawan yang terdeteksi pada benih yang dihasilkan merupakan cendawan yang sebelumnya terdeteksi pada benih yang digunakan kecuali Verticillium sp. dan Chaetomium sp. (Gambar 14). Kedua cendawan ini sebelumnya tidak terdeteksi pada sumber benih yang digunakan. Infeksi yang terjadi pada benih hasil pertanaman dapat disebabkan melalui mekanisme tular udara karena adanya tanaman padi yang lain di lokasi sekitar penelitian. Infeksi melalui mekanisme tular tanah sangat kecil karena media tanam yang digunakan telah disterilisasi.

Aplikasi formula coating berpengaruh nyata terhadap mutu patologis benih padi yang dihasilkan. Semua formula coating secara nyata menurunkan tingkat cendawan terbawa benih (Tabel 20). Formula minyak serai 2% + CMC 1% mampu menurunkan tingkat infeksi cendawan paling tinggi, setelah itu diikuti formula minyak cengkeh 1% + kitosan 3%. Formula pestisida kimia + gom arab 10% menurunkan tingkat infeksi cendawan yang paling rendah. Formula minyak serai 2% + CMC 1% dan formula minyak cengkeh 1% + kitosan 3% mampu menekan infeksi semua cendawan yang terdeteksi pada hasil padi sedangkan formula pestisida kimia + gom arab hanya efektif menekan infeksi Curvularia sp., Drechslera sp., dan Verticillium sp.

Tabel 20 Pengaruh coating benih terhadap cendawan terbawa benih padi varietas Ciherang Infeksi cendawan terbawa benih Perlakuan coating Minyak cengkeh 1% + kitosan 3% Minyak serai 2% + CMC 1% Pestisida kimia + gom arab 10% Kontrol Total infeksi (%) 33.6 b 22.8 a 52.8 c 63.6 d Fusarium sp. (%) 19.6 a 16.0 a 42.8 b 48.8 b Alternaria sp. (%) 0.0 a 0.0 a 6.4 b 6.8 b Curvularia sp. (%) 6.0 a 13.6 ab 14.4 ab 15.2 c Drechslera sp. (%) 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.8 b Verticillum sp. (%) 8.4 b 4.8 ab 3.2 a 13.6 c Chaetomium sp. 0.0 a 0.0 a 3.2 b 6.8 c

Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Gambar 14 Cendawan terbawa benih padi, (A) Chaetomium sp., (B) Verticillium sp.

52

Tabel 21 menunjukkan bahwa formula coating benih minyak cengkeh 1% + kitosan 3% dan formula minyak serai 2% + CMC 1% secara nyata mampu menekan jumlah infeksi Xoo pada benih padi dibanding dengan kontrol. Sedangkan pestisida kimia + gom arab tidak dapat menekan jumlah infeksi Xoo pada benih padi yang dihasilkan. Keefektifan coating minyak cengkeh 1% + kitosan 3% dan coating minyak serai 2% + CMC 1% dalam menekan tingkat infeksi Xoo terbawa benih berkorelasi positif dengan kemampuannya menekan indeks penyakit HDB di pertanaman rumah kaca. Rendahnya indeks penyakit pada dua perlakuan coating tersebut menyebabkan rendahnya tingkat infeksi Xoo terbawa benih padi. Demikian pula sebaliknya, tingginya infeksi Xoo terbawa benih padi pad coating pestisida kima + gom arab 10% dan kontrol disebabkan oleh tingginya indeks penyakit di pertanaman.

Tabel 21 Pengaruh coating benih terhadap bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae

terbawa benih padi varietas Ciherang

Perlakuan coating Xanthomonas oryzae pv. oryzae (cfu g-1)

Minyak cengkeh 1% + kitosan 3% 2.920 x 104 a

Minyak serai 2% + CMC 1% 1.596 x 105 a

Pestisida kimia + gom arab 10% 2.210 x 107 b

Kontrol 2.484 x 10 7b

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%; cfu = coloni forming unit

Secara umum, perlakuan coating benih dengan minyak cengkeh 1% + kitosan 3% dan minyak serai 2% + CMC 1% mampu menekan indeks penyakit pada pertanaman padi Ciherang (Tabel 16) serta menekan infeksi cendawan dan patogen pada benih yang dihasilkan dibanding perlakuan coating benih dengan pestisida kimia + gom arab 10% (Tabel 20 dan 21). Mutu fisiologis benih yang dihasilkan juga tidak berbeda nyata pada semua perlakuan termasuk kontrol (Tabel 19). Akan tetapi jumlah anakan, anakan produktif, serta bobot dan jumlah gabah bernas terbaik dihasilkan oleh perlakuan coating dengan minyak cengkeh 1% + kitosan 3% (Tabel 15, 17 dan 18). Berdasarkan data tersebut maka perlakuan coating yang terbaik untuk pengendalian patogen terbawa benih pada tahap pertanaman adalah coating dengan minyak cengkeh 1% + kitosan 3%.

Pengaruh Coating Benih Padi Varietas HIPA 8

Pengaruh Coating Benih terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Varietas

HIPA 8

Perlakuan coating benih memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya tumbuh benih padi HIPA 8 (Tabel 7). Formula coating minyak serai 2% + CMC 1% menurunkan daya tumbuh benih sedangkan dua formula coating yang lain tidak berpengaruh terhadap daya tumbuh benih. Turunnya daya tumbuh benih

53 diduga disebabkan oleh lapisan coating minyak serai 2% + CMC 1% yang terbentuk menghambat pemunculan radikula atau minyak serai yang digunakan sebagai pestisida nabati bersifat toksik terhadap benih padi HIPA 8. Formula coating tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi HIPA 8, seluruh perlakuan menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata pada 4 MST maupun 12 MST. Toksisitas minyak serai diduga terjadi pada benih dengan morfologi lemma dan palea yang tidak menutup rapat sehingga minyak serai dapat langsung kontak dengan embrio dan menyebabkan kematian embrio. Dugaan ini didasari data bahwa benih pada perlakuan coating dengan minyak serai 2% + CMC 1% yang telah berkecambah memiliki kemampuan tumbuh pada fase fegetatif yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan coating yang lain bahkan dengan kontrol (diindikasikan dengan peubah tinggi tanaman dan jumlah anakan Tabel 22 dan 23)

Tabel 22 Pengaruh coating benih terhadap daya tumbuh benih dan tinggi tanaman padi varietas HIPA 8

Perlakuan coating Daya tumbuh (%)

Tinggi tanaman (cm)

4 MST 12 MST

Cengkeh 1% + kitosan 3% 75.32 a 41.94 134.23

Serai 2% + CMC 1% 66.67 b 43.36 134.76

Kimia + gom arab 10% 76.67 a 43.00 132.62

Kontrol 76.67 a 41.60 130.63

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Pengaruh berbagai formula coating terhadap anakan padi HIPA 8 ditunjukkan pada Tabel 23. Aplikasi coating tidak menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman padi HIPA 8. Semua perlakuan menghasilkan jumlah anakan, anakan produktif serta persentase anakan produktif yang tidak berbeda nyata dengan kontrol meskipun daya tumbuhnya di awal pertanaman berbeda nyata.

Tabel 23 Pengaruh coating benih terhadap jumlah anakan, anakan produktif dan persentase anakan produktif tanaman padi varietas HIPA 8

Perlakuan coating Jumlah anakan Anakan produktif

Persen anakan produktif (%)

Cengkeh 1% + kitosan 3% 11.67 11.47 98.80

Serai 2% + CMC 1% 11.60 11.33 98.40

Kimia + gom arab 10% 11.53 11.34 98.60

54

Hasil percobaan rumah kaca terhadap penyakit tanaman menunjukkan gejala penyakit hawar pada daun dan serangan cendawan Fusarium sp. pada malai padi. Tabel 24 menunjukkan seluruh formula coating yang diujikan efektif menekan indeks penyakit HDB pada pertanaman padi HIPA 8 dengan menurunkan indeks penyakit hingga berbeda nyata dengan kontrol. Akan tetapi seluruh perlakuan coating tidak efektif menekan serangan Fusarium sp. pada malai padi. Seluruh tanaman menunjukkan 30 persen malai terserang Fusarium sp. saat stadia masak susu (milk stage).

Tabel 24 Pengaruh coating benih terhadap indeks penyakit padi HIPA 8 pada stadia gabah setengah matang (dough stage)

Perlakuan coating Indeks penyakit

Minyak cengkeh 1% + kitosan 3% 5.80 a

Minyak serai 2% + CMC 1% 6.07 a

Pestisida kimia + gom arab 10% 6.07 a

Kontrol 7.00 b

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%;

Pengaruh Coating Benih terhadap Hasil Tanaman Padi Varietas HIPA 8

Peubah komponen hasil yang diamati pada pertanaman di rumah kaca dipengaruhi oleh formula coating benih yang diaplikasikan. Ketiga perlakuan coating menghasilkan bobot gabah bernas per rumpun yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Akan tetapi bobot gabah hampa tertinggi diperoleh juga dari perlakuan coating minyak serai 2% + CMC 1%. Persentase bobot gabah bernas yang tinggi dan berbeda nyata dengan kontrol diperoleh pada perlakuan coating minyak cengkeh 1% + kitosan 3% dan coating pestisida kimia + gom arab 10%.

Tabel 25 Pengaruh coating benih terhadap bobot gabah per rumpun dan persentase bobot gabah per rumpun tanaman padi varietas HIPA 8 Perlakuan coating Bobot gabah/rumpun

(g)

Persentase bobot gabah/rumpun (%)

Bernas hampa Bernas Hampa

Cengkeh 1% + kitosan 3% 19.62 a 3.14 a 86.24 a 13.76 a Serai 2% + CMC 1% 20.28 a 4.63 b 81.46 b 18.54 b Kimia + gom arab 10% 22.36 a 3.27 a 87.55 a 12.45 a

Kontrol 15.26 b 3.27 a 82.42 b 17.58 b

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

55

Pengaruh perlakuan coating terhadap gabah bernas dan hampa serta persentasenya yang berbasis pada jumlah (Tabel 26) sama seperti pengaruh perlakuan coating terhadap gabah bernas dan hampa serta persentasenya yang berbasis bobot (Tabel 27). Semua perlakuan coating menghasilkan jumlah gabah bernas yang tinggi dan hasilnya nyata berbeda dengan kontrol. Jumlah gabah hampa tertinggi diperoleh juga dari perlakuan coating minyak serai 2% + CMC 1%. Coating minyak cengkeh 1% + kitosan 3% dan coating pestisida kimia + gom arab 10% menghasilkan persentase jumlah gabah bernas yang tertinggi dan

Dokumen terkait