Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendapatkan formula perekat untuk coating benih dengan minyak cengkeh, minyak serai wangi dan pestisida sintetis yang paling kompatibel dengan benih padi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Institut Pertanian Bogor pada bulan Januari sampai Februari 2012. Percobaan terdiri atas dua tahap yaitu (1) pengujian konsentrasi bahan perekat dan pewarna terhadap mutu fisiologis benih dan (2) pengujian formula coating benih. Pengujian konsentrasi bahan perekat terdiri atas tiga fase yaitu (i) pengujian konsentrasi gom arab 3%, 10%, 20%, 30%, 40% dan pewarna 0% dan 0,1%; (ii) pengujian konsentrasi CMC 1%, 3%, 5% dan pewarna 0% dan 0,1%; (iii) pengujian konsentrasi kitosan 1%, 3%, 5% dan pewarna 0% dan 0,1%. Masing-masing fase dirancang menggunakan rancangan acak lengkap faktorial (dua faktor) dengan empat ulangan. Pengujian formula coating benih dirancang menggunakan rancangan acak lengkap faktor tunggal dengan lima ulangan. Faktor yang diuji meliputi bahan perekat dengan konsentrasi sesuai hasil pengujian 1. Konsentrasi bahan perekat diujikan pada masing-masing pestisida yang ditambahkan pada coating benih yaitu minyak cengkeh 1%, minyak serai wangi 2% dan pestisida kimia Agrept 0.2% + Benlox 0.2%, sehingga terdapat tiga pengujian. Hasil percobaan 1 menunjukkan konsentrasi bahan perekat yang paling kompatibel dengan benih padi adalah kitosan 1% dan 3%; gom arab 3%, 5% dan 10%; CMC 1%. Hasil percobaan 2 menunjukkan kombinasi formula coating yang paling kompatibel dengan benih padi dan akan digunakan pada penelitian selanjutnya adalah (1) minyak cengkeh 1% + kitosan 3%; (2) minyak serai 2% + CMC 1%; (3) pestisida kimia + gom arab 10%;
Kata kunci: bahan coating, CMC, gom arab, kitosan
Abstract
The objectives of the experiment were to obtain the most compatible binder materials and colorants concentration with rice seed (Experiment 1) and to obtain the most compatible coating formula with rice seed (Experiment 2). The research was conducted from January to February 2012 in Seed science and technology laboratory, Bogor Agricultural University. Experiment 1 was done using factorial design with two factor (binder material and colorant material) and four replication.
The experiment consisted of three tests (1) test of arabic gum concentration 3%, 10%, 20%, 30%, 40% combined with colorant 0% and 0,1%; (2) test of carboxymethylcellulose concentration 1%, 3%, 5% combined with colorant 0% and 0,1%; (3) test of chitosan concentration 1%, 3%, 5% combined with colorant 0% and 0,1%. Experiment 2 was done using a completely randomized design with single factor (binder concentration according result of experiment 1) and five replication. The binder concentration performed on each of the pesticides that were added to the seed coating i.e. clove oil 1%, fragrant grass oil 2% and chemical pesticides (Benlox 0.2% + Agrept 0.2%), so there were three tests in experiment 2. The results of experiment 1 showed that chitosan 1% and 3%; arabic gum 3%, 5% and 10%; CMC 1% were the most compatible binder concentration with the rice seed. Colorant material used was not toxic against rice seed. The results of experiment 2 showed that the most compatible of coating formula with rice seed were clove oil 1% + chitosan 3%; fragrant grass oil 2% + carboxymethylcellulose 1%; and synthetic pesticide + arabic gum 10%;
Key words: arabic gum, carboxymethylcellulose, chitosan, coating material
PENDAHULUAN
Tanaman padi diketahui terserang oleh banyak cendawan dan bakteri terbawa benih. Pengendalian dengan pestisida kimia mengakibatkan efek negatif terhadap pertanaman padi, lingkungan, maupun manusia, sehingga pengendalian dengan pestisida kimia menjadi alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Minyak cengkeh dan minyak serai diketahui memiliki manfaat sebagai pestisida alami karena masing-masing mengandung eugenol dan citronella yang berfungsi sebagai fungisida dan bakterisida. Pemanfaatan minyak cengkeh dan minyak serai sebagai pestisida dapat dilakukan dengan tehnik coating pada benih.
Coating benih merupakan salah satu metode seed enhancement, yaitu suatu metode untuk memperbaiki mutu benih menjadi lebih baik melalui penambahan bahan kimia pada lapisan luar benih yang dapat meningkatkan kualitas benih (Copeland dan McDonald 2001). Kuswanto (2003) juga menyatakan pelapisan benih berguna untuk melindungi benih dari gangguan atau pengaruh kondisi lingkungan selama penyimpanan atau dalam rantai pemasaran, mempertahankan kadar air benih, menyeragamkan ukuran benih, meningkatkan efisiensi pemakaian alat penanaman benih sehingga dapat digunakan untuk menanam berbagai jenis benih, memudahkan penyimpanan benih dan mengurangi dampak buruk kondisi lingkungan penyimpanan serta memperpanjang daya simpan benih. Ilyas (2012) menambahkan bahwa penggunaan seed coating untuk mengaplikasikan fungisida, insektisida, protektan, hara mikro dan senyawa lain ke benih sehingga mencegah benih dari cekaman lingkungan.
Bahan pengikat atau binder yang tepat dibutuhkan dalam aplikasi coating dengan penambahan pestisida berupa minyak esensial agar pestisida yang ditambahkan dapat terlapisi pada benih namun tidak menurunkan kualitas benih. Rushing dalam Copeland dan McDonald (2001) menyatakan bahwa polimer
idealnya memiliki karakter water-based polymer, nilai viskositas yang rendah, memiliki konsentrasi yang tinggi pada saat padat, memiliki pengaturan keseimbangan antara hidrofilik dengan hidrofobik dan membentuk lapisan tipis keras selama pengeringan. Selain itu bahan pelapis yang digunakan harus kompatibel dengan benih, sehingga kualitas benih tetap terjaga dan proses perkecambahan tidak terganggu. Penambahan bahan kimia lain yang menguntungkan seperti zat pengatur tumbuh atau hormon sintetik, zat hara mikro, mikroba dan fungisida pada pelapis data meningktakan performansi benih di lapangan. Lebih lanjut Kuswanto (2003) menyatakan bahwa beberapa syarat bahan pelapis benih yaitu dapat mempertahankan kadar air benih selama penyimpanan, dapat menghambat laju respirasi seminimal mungkin, tidak bersifat toksik terhadap benih, bersifat mudah pecah dan larut apabila terkena air, bersifat porus, tidak mudah mencair, bersifat higroskopis, dan harga relatif murah sehingga dapat menekan harga benih.
Penggunaan 2% gom arab sebagai binder pada coating benih dilaporkan oleh Dawar et al. (2008). Asrul et al. (2004) menggunakan konsentrasi 1% untuk coating benih tomat dengan bakteri antagonis. Setyowati et al. (2007) menggunakan konsentrasi 20% untuk coating benih cabai dengan fungisida benomil dan tepung curcuma dan Setiawan (2005) menyatakan coating dengan gom arab 50% tidak bersifat toksik dan memiliki peluang sebagai bahan pelapis terbaik untuk benih cabai. Penggunaan 6 ml larutan gom arab 40% untuk 100 gr benih juga dilaporkan untuk melapisi benih kedelai dengan inokulan
(Seed…2011). Coating benih menggunakan CMC dengan konsentrasi 1%, 3%
dan 5% dilaporkan oleh Kitamura et al. (1981). Penggunaan 6 ml larutan CMC konsentrasi 4% untuk 100 gr benih kedelai juga dilaporkan oleh Seed…(2011). Penggunaan kitosan sebagai polimer dalam bahan coating benih padi dilaporkan oleh Zeng dan Shi (2009) dengan konsentrasi 50 g/kg benih dan Thobunluepop (2009) dengan konsentrasi 3%.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan formula perekat untuk coating benih dengan minyak cengkeh, minyak serai wangi dan pestisida sintetis yang paling kompatibel dengan benih padi.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan TempatPenelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian pada bulan Januari-Februari 2012.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi sawah inbrida varietas Ciherang produksi PT. Sang Hyang Seri hasil panen bulan Januari 2012, minyak cengkeh, minyak serai, gom arab, kitosan, CMC, pewarna merah Ponceau 4R CI 16255. Bahan kimia yang digunakan diperoleh dari toko kimia dengan hasil
analisa terhadap kandungan eugenol dari minyak cengkeh adalah 78% dan sitronella dari minyak serai adalah 16.82%. Kitosan diperoleh dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Peralatan yang digunakan meliputi cawan petri, beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer, timbangan analitik, magnetic stirrer, termohygrometer, kertas merang, plastik PP 0.8 mm, ecogerminator benih IPB 72-1 dan oven.
Metode Penelitian
Percobaan pada tahap ini bertujuan mendapatkan bahan perekat beserta konsentrasi yang terbaik untuk formulasi coating benih dengan pestisida nabati dan kimia. Benih yang digunakan adalah benih padi varietas Ciherang. Percobaan terdiri dari dua tahap pengujian yaitu (i) pengujian konsentrasi bahan perekat dan pewarna terhadap mutu benih dan (ii) pengujian formula coating terhadap mutu benih.
Masing-masing formula coating benih dibuat dalam bentuk larutan dengan cara melarutkan perekat sesuai persentase (b/v), pewarna merah Ponceau 4R CI 16255sesuai persentase (b/v), dan pestisida yang akan digunakan sesuai perlakuan dan ditambahkan aquadest hingga volumenya mencapai 100 ml. Semua bahan perekat yang digunakan dapat dilarutkan menggunakan aquadest kecuali kitosan. Pelarutan kitosan dilakukan dengan menambahkan asam asetat 1% ke dalam aquadest. Formula coating sebanyak 100 ml digunakan untuk meng-coating 500 g benih (Thobunluepop 2009). Setelah proses coating, benih dikeringanginkan pada suhu 30-35 °C hingga kadar air mencapai ±12%.
Evaluasi pengaruh konsentrasi bahan perekat dan pewarna terhadap mutu benih
Pengujian pada tahap ini bertujuan untuk memperoleh konsentrasi yang terbaik dari tiap-tiap bahan perekat yang digunakan serta mengetahui pengaruh bahan pewarna terhadap viabilitas benih. Bahan perekat yang diuji adalah gom arab, CMC dan kitosan sehingga terdapat tiga pengujian pada tahap ini:
Pengujian 1. Gom arab : 3%, 10%, 20%, 30%, 40% Pewarna : 0%; 0,1%
Pengujian 2. CMC : 1%, 3%, 5% Pewarna : 0%, 0,1% Pengujian 3. Kitosan : 1%, 3%, 5%
Pewarna : 0%, 0,1%
Masing-masing pengujian dirancang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial (dua faktor) dengan empat ulangan (setiap ulangan terdiri dari dua gulung UKDdp @ 50 benih). Peubah yang diamati meliputi indeks vigor dan daya berkecambah. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam dan perlakuan yang menunjukkan berbeda nyata diuji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.
Evaluasi pengaruh formula coating terhadap mutu benih
Pengujian dirancang menggunakan RAL faktor tunggal dengan lima ulangan (setiap ulangan terdiri dari dua gulungan UKDdp @ 50 benih). Perlakuan yang diuji adalah jenis bahan perekat dengan konsentrasi berdasar pengujian tahap sebelumnya, yaitu kitosan 1% dan 3%; gom arab 3%, 5% dan 10%; CMC 1% .
Pengujian bahan perekat dilakukan pada masing-masing bahan aktif yang di tamabahkan pada coating benih yaitu minyak cengkeh 1% (eugenol 78%), minyak serai wangi 2% (sitronela 16.82%) dan pestisida kimia sintetis Agrept 0.2% (Streptomycin sulfat 20%) + Benlox 0.2% (Benomil 50%), sehingga terdapat tiga pengujian. Penggunaan pewarna 0.1% berdasarkan hasil pengujian tahap sebelumnya. Peubah yang diamati meliputi (1) kadar air benih, (2) bobot 1000
butir benih sebelum dan sesudah dilapisi, (3) indeks vigor, (4) daya berkecambah, (5) kecepatan tumbuh, (6) berat kering kecambah normal dan (7) laju
pertumbuhan kecambah. Pengamatan terhadap peubah pada percobaan ini sama seperti percobaan I. Pengamatan bobot 1000 butir benih diperoleh dengan menghitung 100 butir gabah bernas sebanyak delapan kali kemudian hasilnya dirata-rata dan dikalikan dengan sepuluh. Standar deviasi yang diperoleh tidak boleh lebih dari enam. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam. Perlakuan yang menunjukkan berbeda nyata di uji lanjut menggunakan DMRT taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Konsentrasi Bahan Perekat dan Pewarna terhadap Mutu Benih
Pengaruh kitosan dan pewarna terhadap mutu fisiologis benih padi ditunjukkan pada Tabel 5. Konsentrasi kitosan berpengaruh nyata pada peubah indeks vigor dan tidak berpengaruh nyata pada peubah daya berkecambah dan kadar air. Penggunaan pewarna hanya berpengaruh nyata pada peubah kadar air benih. Interaksi antara konsentrasi kitosan dengan pewarna tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Indeks vigor benih pada coating dengan kitosan 1% dan 3% masih tinggi yaitu 94.75% dan 94.25% dan kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Akan tetapi, coating dengan kitosan konsentrasi 5% indeks vigor benih sudah turun menjadi 91% dan berbeda nyata dengan dua perlakuan yang lain.
Perbedaan konsentrasi CMC sebagai bahan perekat hanya berpengaruh nyata pada indeks vigor benih sedangkan penggunaan pewarna serta interaksinya dengan konsentrasi CMC tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati (Tabel 6). Konsentrasi 1% CMC memberi pengaruh terbaik terhadap indeks vigor yaitu 94.75% dan berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 3% dan 5% yang memiliki nilai indeks vigor masing-masing 82.25% dan 82%.
Perlakuan tingkat konsentrasi gom arab berpengaruh nyata terhadap indeks vigor dan daya berkecambah benih (Tabel 7). Gom arab dengan konsentrasi 3%, 5% dan 10% menghasilkan indeks vigor dan daya berkecambah yang tinggi dan
pengaruh ketiga perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Peningkatan konsentrasi hingga 20%, 30% dan 40% menurunkan indeks vigor dan viabilitas benih dan hasil tersebut berbeda nyata dengan tiga perlakuan konsentrasi sebelumnya.
Konsentrasi kitosan, CMC dan gom arab sebagai bahan perekat berpengaruh terhadap mutu benih yang di-coating. Peningkatan konsentrasi bahan perekat akan menurunkan mutu fisiologis benih, baik indeks vigor, daya berkecambah, atau keduanya. Konsentrasi 5% kitosan dan CMC 3% sudah menurunkan indeks vigor benih, sedangkan gom arab pada konsentrasi 20% menurunkan indeks vigor dan viabilitas benih. Penurunan mutu fisiologis benih dipengaruhi oleh sifat lapisan coating yang terbentuk dari tiap-tiap bahan perekat. Mudah atau tidaknya lapisan coating pada benih untuk larut dalam air akan mempengaruhi proses imbibisi pada benih serta kemampuan radikula menembus kulit benih dan lapisan coating yang pada akhirnya mempengaruhi indeks vigor dan daya berkecambah benih. Kitamura et al. (1981) melaporkan hasil penelitian penggunaan CMC dengan konsentrasi 1%, 3% dan 5% untuk coating benih yang menunjukkan bahwa pada konsentrasi CMC 1% dan 5% lapisan coating yang dihasilkan mudah larut di air, sedangkan pada konsentrasi 3% kelarutannya lebih rendah.
Pewarna yang diaplikasikan bersama bahan perekat kitosan, CMC, ataupun gom arab tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan coating tanpa penambahan bahan pewarna. Hal tersebut menunjukkan bahwa pewarna yang digunakan tidak bersifat toksik terhadap benih sehingga tidak menyebabkan penurunan viabilitas benih. Panie (2005) dan Setiawan (2005) melaporkan bahwa coating dengan penambahan pewarna makanan terbukti tidak meracuni benih cabai.
23
Tabel 5 Pengaruh konsentrasi kitosan dan bahan pewarna terhadap mutu benih padi Perlakuan
Indeks vigor (%) Daya berkecambah (%) Kadar air (%)
Pewarna 1% Tanpa pewarna Rata-rata Pewarna 1% Tanpa pewarna Rata-rata Pewarna 1% Tanpa pewarna Kitosan 1% 95.5 94.0 94.75 a 98.5 99.0 98.75 11.16 10.68 Kitosan 3% 94.5 94.0 94.25 a 97.0 97.0 97.00 11.08 10.83 Kitosan 5% 91.5 90.5 91.00 b 97.5 96.5 97.00 11.23 11.06 Rata-rata 93.83 A 92.83 A 97.67 A 97.5 A 11.16 B 10.86 A
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama dan angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.
Tabel 6 Pengaruh konsentrasi CMC dan bahan pewarna terhadap mutu benih padi
Perlakuan
Indeks vigor (%) Daya berkecambah (%) Kadar air (%) Pewarna 1% Tanpa pewarna Rata-rata Pewarna 1% Tanpa pewarna Rata-rata Pewarna 1% Tanpa pewarna CMC 1% 94.0 95.5 94.75 a 95.5 96.5 96.00 a 11.73 10.80 CMC 3% 82.5 82.0 82.25 b 96.0 96.0 96.00 a 11.00 11.14 CMC 5% 81.5 82.5 82.00 b 96.0 93.5 94.75 a 11.61 11.29
24
Tabel 7 Pengaruh konsentrasi gom arab dan bahan pewarna terhadap mutu benih padi Perlakuan
Indeks vigor (%) Daya berkecambah (%) Kadar air (%)
Pewarna 1% Tanpa pewarna Rata-rata Pewarna 1% Tanpa pewarna Rata-rata Pewarna 1% Tanpa pewarna Gom arab 3% 95.5 96.0 95.75 a 99.0 98.5 98.75 ab 11.15 11.07
Gom arab 5% 95.0 95.5 95.25 a 96.5 97.0 96.75 abc 11.03 10.80
Gom arab 10% 96.0 96.5 96.25 a 99.0 99.0 99.00 a 11.37 10.59
Gom arab 20% 91.0 91.0 91.00 b 96.5 94.0 95.25 c 11.44 10.67
Gom arab 30% 92.5 92.5 92.50 b 96.0 96.5 96.25 bc 10.87 10.72
Gom arab 40% 90.5 91.5 91.00 b 96.5 96.0 96.25 bc 10.86 11.08
Berdasarkan hasil tersebut maka bahan perekat yang digunakan pada pengujian selanjutnya adalah kitosan 1% dan 3%; CMC 1%; gom arab 3%, 5% dan 10% yang dikombinasikan dengan bahan aktif minyak cengkeh, minyak serai dan pestisida kimia. Bahan pewarna tetap digunakan pada pengujian selanjutnya karena tidak menurunkan mutu fisiologis benih padi yang di coating.
Pengaruh Formula Coating terhadap Mutu Benih
Pengaruh formula coating berupa minyak cengkeh yang dikombinasikan dengan berbagai bahan perekat terhadap mutu benih ditunjukkan pada Tabel 8. Formula coating berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati. Kombinasi Cengkeh-kitosan 3% memberi pengaruh yang terbaik terhadap semua peubah vigor dan viabilitas benih. Hal tersebut menunjukkan bahwa kitosan 3% merupakan bahan perekat yang paling kompatibel untuk aplikasi coating menggunakan minyak cengkeh sebagai bahan aktif.
Tabel 8 Pengaruh formula coating dengan minyak cengkeh terhadap mutu fisik dan fisiologis benih padi
Perlakuan coating Tolok ukur
IV (%) DB (%) KCT (% etmal-1) BKKN (g) LPK (mg KN-1) Bobot 1000 butir (g) Cengkeh-gom arab 3% 79.2 bc 97.2 ab 17.34 bc 0.16 c 7.65 ab 23.96 ab Cengkeh-gom arab 5% 69.6 c 94.8 ab 15.34 c 0.12 c 7.69 ab 24.12 a Cengkeh-gom arab 10% 83.2 b 93.2 b 20.36 ab 0.12 c 6.98 b 24.30 a Cengkeh-CMC 1% 72.4 c 95.6 ab 15.23 c 0.13 bc 7.94 ab 23.89 ab Cengkeh-kitosan 1% 85.6 ab 96.0 ab 17.17 bc 0.14 ab 8.32 a 23.52 b Cengkeh-kitosan 3% 90.8 a 98.0 a 22.95 a 0.12 a 7.49 ab 23.92 ab
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%; IV: indeks vigor, DB: daya berkecambah, KCT: kecepatan tumbuh, BKKN: berat kering kecambah normal,
LPK: laju pertumbuhan kecambah.
Formula coating berupa minyak serai yang dikombinasikan dengan berbagai bahan perekat memberi pengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati kecuali daya berkecambah (Tabel 9). Pada percobaan ini terdapat 3 kombinasi formula dengan minyak serai yang paling kompatibel terhadap benih padi yaitu Serai-CMC 1% dan Serai-kitosan 1%. Untuk menentukan formula yang akan digunakan pada pengujian selanjutnya maka perlu diperhatikan pengaruh kedua formula ini terhadap peubah kecepatan tumbuh dan laju pertumbuhan kecambah. Formula Serai-CMC 1% menghasilkan kecepatan tumbuh yang terbaik sedangkan Serai-kitosan menghasilkan laju pertumbuhan kecambah yang terbaik. Formula yang dipilih untuk digunakan pada percobaan tahap selanjutnya adalah Serai- CMC 1%.
26
Tabel 9 Pengaruh formula coating dengan minyak serai wangi terhadap mutu fisik dan fisiologis benih padi
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%; IV: indeks vigor, DB: daya berkecambah, KCT: kecepatan tumbuh, BKKN: berat kering kecambah
normal, LPK: laju pertumbuhan kecambah.
Kombinasi bahan perekat dengan pestisida kimia sintetis menunjukkan pengaruh yang nyata pada peubah indeks vigor, kecepatan tumbuh, berat kering kecambah normal dan bobot 1000 butir, tetapi tidak berpengaruh nyata pada peubah daya berkecambah dan laju pertumbuhan kecambah (Tabel 10). Semua formula yang diuji pada percobaan ini menghasilkan indeks vigor yang tinggi dan tidak berbeda nyata kecuali kombinasi Kimia-kitosan 3% yang menghasilkan nilai indeks vigor paling rendah. Demikian juga pengaruhnya pada kecepatan tumbuh, semua perlakuan menghasilkan nilai yang tinggi dan tidak berbeda nyata kecuali pada kombinasi Kimia-kitosan 1% dan Kimia-kitosan 3%. Pada peubah berat kering kecambah normal, perlakuan yang menghasilkan nilai yang tinggi adalah Kimia-gom arab 3%, Kimia-gom arab 10% dan Kimia-kitosan 1%. Dengan demikian formula yang paling kompatibel dengan benih padi pada perlakuan ini adalah kombinasi Kimia-gom arab 10%.
Tabel 10 Pengaruh formula coating dengan pestisida kimia terhadap mutu fisik dan fisiologis benih padi
Perlakuan coating Tolok ukur
IV (%) DB (%) KCT (% etmal-1) BKKN (g) LPK (mg KN-1) Bobot 1000 butir (g) Kimia-gom arab 3% 96.0 a 98.4 21.98 ab 0.17 a 8.53 24.09 a Kimia-gom arab 5% 95.2 a 98.4 22.79 a 0.13 bc 7.96 24.12 a Kimia-gom arab 10% 98.0 a 98.8 24.25 a 0.15 ab 8.56 24.23 a Kimia-CMC 1% 97.2 a 98.8 22.55 a 0.12 c 7.60 23.94 ab Kimia-kitosan 1% 95.6 a 99.2 19.83 b 0.16 ab 8.48 23.76 b Kimia-kitosan 3% 86.4 b 97.6 19.65 b 0.08 d 7.59 23.89 ab
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%; IV: indeks vigor, DB: daya berkecambah, KCT: kecepatan tumbuh, BKKN: berat kering kecambah
normal, LPK: laju pertumbuhan kecambah.
Perlakuan coating Tolok ukur
IV (%) DB (%) KCT (% etmal-1) BKKN (g) LPK (mg KN-1) Bobot 1000 butir (g) Serai-gom arab 3% 82.4 ab 98.4 a 18.27 ab 0.13 bc 7.95 ab 24.09 a Serai-gom arab 5% 61.2 b 74.0 b 15.23 b 0.17 a 8.24 ab 24.12 a Serai-gom arab 10% 81.6 ab 93.2 a 18.39 ab 0.11 c 7.31 b 24.23 a Serai-CMC 1% 90.0 a 97.2 a 22.04 a 0.12 bc 7.93 ab 23.94 ab Serai-kitosan 1% 83.2 a 96.8 a 19.21 ab 0.12 bc 8.68 a 23.76 b Serai-kitosan 3% 85.2 a 98.0 a 20.01 ab 0.14 b 7.93 ab 23.89 ab
27
SIMPULAN
Konsentrasi masing-masing bahan perekat yang paling kompatibel dengan benih padi adalah kitosan 1% dan 3%, CMC 1% serta gom arab 3%, 5% dan 10%. Penggunaan pewarna Ponceau 4R CI 16255 tidak menyebabkan penurunan mutu fisiologis benih padi.
Minyak cengkeh, minyak serai dan pestisida kimia sintetis memerlukan bahan perekat yang berbeda untuk coating benih padi agar dapat mempertahankan mutu fisiologis benih. Formula yang paling kompatibel dengan benih padi dan akan digunakan pada pengujian selanjutnya adalah minyak cengkeh-kitosan 3%, minyak serai-CMC 1%, dan pestisida kimia-gom arab 10%.
28