• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu EM4, Kotoran Ayam, Kulit Nanas, Ragi, Air dan Gula Merah

D. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Alat Dan Bahan

a. Bahan baku limbah kulit nanas diperoleh dari pasar pagi Samarinda.

Kemudian kulit nanas dipotong kecil-kecil dengan alat mesin pencacah.

b. Kotoran ayam diperoleh dari peternak ayam di Loa Janan.

c. Alat untuk penelitian ini diperoleh dari peminjaman di Lab. Produksi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Kulit nanas 6 kg yang sudah dipotong kecil-kecil dan kotoran ayam 2 kg dimasukkan ke dalam ember lalu ditambahkan ragi 17 g dan gula merah 200 g yang sudah diencerkan dengan menggunakan air sebanyak 1 liter dan air bersih 5 l. Semua bahan diaduk sampai rata, kemudian tutup dengan plastik transparan lalu diikat dengan karet, cara ini disebut fermentasi dengan sistem semianerob.

3. Pembuataan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Kulit Nanas Dan Kotoran Ayam Dengan Aktivator EM4 (P2)

Kulit nanas 6 kg yang sudah dipotong kecil-kecil dan kotoran ayam 2 kg dimasukkan ke dalam ember lalu ditambahkan EM4 60 ml dan gula merah 200 g yang sudah diencerkan dengan menggunakan air sebanyak 1 liter dan air bersih 5 l. Semua bahan diaduk sampai rata, kemudian tutup dengan plastik transparan lalu diikat dengan karet, cara ini disebut fermentasi dengan sistem semianerob.

E. Pengambilan Data

Data yang diambil dan diamati dari pupuk organik cair tersebut yaitu kandungan N, P, K dan diteliti di Laboratorium Tanah Dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pengamatan fisik secara visual dilakukan setiap hari pada pukul 17.00 Wita terhadap warna, bau dan suhu.

Pengamatan fisik hanya digunakan sebagai penentu bahwa pupuk organik cair sudah jadi yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna, bau dan suhu hingga 3 (hari) pengamatan secara berturut -turut.

Kematangan pupuk organik cair ini dapat diketahui dengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil

ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dan agak sedikit berbau (Purwendro dan Nurhidayat, 2007).

F. Pengolahan Data

Hasil data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar mutu pupuk SNI berdasarkan No.70/Permentan/SR.140/10/2011.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Uji Kimia POC

Setelah fermentasi selesai, dilakukan uji laboratorium di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda untuk mengetahui kandungan unsur hara yang meliputi pH, N Total, P, K, C-Organik dan C/N dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisa Kimia Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair (POC) Dari Limbah Kulit Nanas.

Sumber : Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (2016) dan Standar Mutu Pupuk Organik no.70/Permentan/SR.140/10/2011.

Berdasarkan hasil analisa laboratorium, pupuk organik cair bahan Kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam dan aktivator ragi (P1) dengan kandungan unsur hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,18%, Fospor (P) sebesar 0,0467%, Kalium (K) sebesar 0,0414%, C-Organik sebesar 3,504 dan nilai pH adalah 5,44. Dan pada pupuk organik cair bahan Kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam dan aktivator EM4

(P2) dengan kandungan unsur hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,16%, Fospor (P) sebesar 0,0402%, Kalium (K) sebesar 0,0255%, C-organik sebesar 4,349%, dan dengan nilai pH adalah 5,16.

B. Pembahasan

1. Sifat Kimia Pupuk Organik Cair (MOL)

Berdasarkan hasil uji laboratoriun pada pembuatan POC bahan Kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator EM4 dan ragi tape, dapat dilihat bahwa sifat kimia POC pada perlakuan P1 dan P2 tersebut tidak berbeda jauh dan jika dibandingkan standar mutu pupuk organik masih belum memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik No.70/Permentan/SR.140/10/2011.

a. Derajat Keasaman (pH)

Berdasarkan hasil uji kimia di laboratoriun pada penelitian POC bahan kulit Nanas dengan aktivator ragi P1 memiliki nilai pH untuk P1 5,44 lebih tinggi dari P2 dengan aktivator EM4 yaitu 5,16 sudah sesuai dengan Standar Teknis Mutu Pupuk Organik No.70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu 4-9. Menurut Djuarni, dkk (2006) bahwa peningkatan nilai pH pupuk organik cair disebabkan karena adanya aktivitas mikroorganisme dalam dekomposer yang diberikan masukan ion OH atau hidroksida dari hasil proses dekomposisi bahan organik cai r itu sendiri. Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikro organisme yang terlihat dalam pengomposan akan merubah bahan organik menjadi asam organik namun belum maksimal sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang rendah.

b. Nitrogen (N Total)

Dari hasil uji laboratorium pada penelitian POC bahan kulit Nanas dengan aktivator ragi (P1) senilai 0,18% lebih besar dari

bahan Kulit Nanas dengan aktivator EM4 (P2) senilai 0,16 namun kedua perlakuan tersebut belum memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik.

Rendahnya kandungan N-total pada setiap perlakuan disebabkan karena pengaruh dari proses yang terjadi dalam siklus nitrogen. Proses fermentasi dilakukan secara semi anaerob yang menyebabkan proses fermentasi tidak berjalan dengan maksimal.

Menurut Suwastika dkk. (2012) ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi yaitu oksigen, pH, suhu, dan kelembaban.

Hal ini juga diduga karena unsur hara yang telah dirombak digunakan kembali untuk metabolisme hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Notohadiprawiro (1999) yang menyatakan bahwa mikroorganisme selain merombak nitrogen tersebut juga menggunakannya untuk aktivitas metabolisme hidupnya.

Mikroorganisme yang terdapat pada aktivator berperan merombak unsur N meskipun masih belum memenuhi standar mutu pupuk berdasarkan No.70/Permentan/SR.140/10/2011 Karena menurut Fitria (2008), bakteri fotosintentik merupakan bakteri yang dapat mensintesa senyawa nitrogen dan gula, jamur fermentatik berfungsi untuk menfermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa organik dalam bentuk alkohol, gula dan asam amino yang siap diserap oleh perakaran tanaman.

c. Fosfor (P Total)

Dari hasil uji laboratorium pada penelitian POC bahan kulit Nanas dengan aktivator ragi (P1) senilai 0,0467% lebih besar bahan kulit Nanas dengan aktivator EM4 (P2) senilai 0,0402% belum memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik.

Menurut Sumarsih (2003), Berbagai asam organik tersebut terutama asam-asam hidroksi dapat mengikat secara kelat dan membentuk kompleks yang relatif stabil dengan kation-kation Ca2+,

Mg2+, Mg2+, Fe3+, dan Al3+, sehingga P yang semula terikat oleh kation-kation tersebut menjadi terlarut. Bakteri kelompok Nitrosomonas dan Thiobacillus berturut-turut dapat menghasilkan asam nitrat dan asam sulfat. Asam-asam tersebut merupakan asam kuat yang mampu melarutkan P yang berbentuk tidak larut

d. Kalium (K Total)

Dari hasil uji laboratorium pada penelitian POC bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator ragi (P1) senilai 0,18% dan bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator EM4 (P2) senilai 0,16% belum memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik.

Menurut Amanillah (2011), menyatakan kalium merupakan senyawa yang dihasilkan juga oleh metabolisme bakteri dimana bakteri menggunakan ion-ion K+ bebas yang ada pada bahan pembuat pupuk untuk keperluan metabolisme, sehingga pada hasil fermentasi kalium akan meningkat seiring dengan semakin berkembangnya jumlah bakteri yang ada dalam bahan penyusun

pupuk organik cair. Oleh Novizan (2012), yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan beberapa unsur hara oleh jasad renik terutama kalium. Unsur hara tersebut dapat kembali melalui pelapukan sisa makhluk hidup bila mikroorganisme tersebut mati.

Kandungan N total, P Total, dan K Total pada ke-2 perlakuan tersebut memiliki kadar unsur hara yang tidak memenuhi standar mutu pupuk organik dikarenakan bahwa kedua bahan tersebut memiliki kandungan unsur hara yang rendah tetapi lengkap kandungan unsur haranya. Namun dalam penelitian ini yang diamati hanya pH, N total, P Total, dan K Total.

Menurut Wijana, dkk (1991), bahwa kandungan kimia kulit nanas adalah 81,72% air, 20,87% serat kasar, 17,53% karbohidrat, 4,41% protein, 0,02% lemak, 0,48% abu, 1,66% serat basah, dan 13,65% gula reduksi. Selain itu buah nanas juga mengandung asam chlorogen yaitu antioksidan kemudian cytine yang berguna untuk pembentukan kulit dan rambut, lalu zat asam amino esensial.

Menurut Suriadikarta, dkk (2006) bahwa kelemahan pupuk organik cair, yaitu viabilitas (daya hidup) mikrooarganisme yang dikandungnya sangat rendah, populasi mikroorganisme yang kecil dan bahkan cenderung tidak ada/mati seiring dengan waktu dan nutrisi yang terkandung sedikit.

A. Kesimpulan

1. Nilai pH pada pupuk organik cair dari bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator ragi (P1) senilai 5,44 dan bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator EM4 (P2) senilai 5,16 sudah memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/

SR.140/10/2011.

2. Unsur Nitrogen (N), Fospor (P), Kalium (K), pada pupuk organik cair dari bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator ragi (P1) dan bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator EM4 (P2) masih belum memenuhi Standar Mutu Pupuk Organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2011.

3. Perlakuan yang paling baik dari penelitian pembuat an pupuk organik cair dari bahan kulit nanas yaitu Perlakuan 1 (P1) yaitu dengan menggunakan aktivator ragi namun masih belum memenuhi Standar Mutu Pupuk Organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2011.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penambahan bahan baku yang bisa menaikkan unsur hara pupuk organik cair yang terbuat dari bahan kulit nanas.

2. Perlu waktu pengamatan yang lebih lama lagi.

3. Perlu penambahan air untuk pembuatan POC dari bahan kulit nanas.

Agro Media. 2007, Petunjuk Pemupukan, Agro Media Pustaka Jakarta.

Amanillah. Zi. 2011. Pengaruh Konsentrasi Em4 Pada Fermentasi Urin sapi Terhadap Konsentrasi N,P,K. Skripsi Fakultas MIPA. Universitas Brawijaya. Malang.

Anonim. 2010. Mengenal ragi dan fungsinya http://dapurpunyaku. Diakses pada tanggal 5 Januari 2016

Djuarnani. N, Kristian, B.S., Setiawan. 2009. Cara Tepat Membuat Kompos.

Agromedia Pustaka, Jakarta

Fidi. 2011. Manfaat Kotoran Ayam Sebagai Bahan http://Fidi.com 24 Januari 2016

Fitria. Y. 2008. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Industri Perikanan Menggunakan Asam Asetat Dan Effective Microorganisms 4.

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Institut Pertanian. Bogor.

Skripsi 72 Hal.

Foth. H. D. 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan Purbayanti, E, Lukiwati, D.W, Mulatsih, R.T, UGM Press. Yogyakarta. 762.

Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Mediatama Saran Perkasa. Jakarta.

Indriani. Y.H. 2012. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mubarok. K. 2012. Pengelolaan Sampah, https://khamdiutm. Di akses pada tanggal 30 Januari 2016.

Mustikawati . I. 2006. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid dari Daun Gendarussa vulgaris Nees. Tesis. Digital Library Universitas Airlangga . Surabaya

Notohadiprawiro. T. 1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Jakarta.

Novizan. 2012. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Edisi Revisi. AgroMedia Pustaka

Pelczar MJ. 1986. Dasar-Dasar Mikro bilologi. UI-Press. Jakarta.

Pranata. AS. 2004. Pupuk Organik Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Puwendro. D. dan Nurhidayat T. 2007. Pembuatan Pupuk Cair. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Rosyidah. 2010. Nanas Raksasa di Indonesia http://rosyidah.com Diakses tanggal 16 Februari 2016.

Samsul. 2002. Budidaya Nanas. Rieneka Cipta, Jakarta

Sudaryono. 2009. Tingkat Keuburan Tanah Ultisol pada Lahan Pertambangan Batubara Sangatta, Kalimantan Timur. Peneliti Pusat Teknologi Badan Lingkungan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta

Suharno. 2007. Biologi X. Jakarta; Erlangga

Sumarsih. S. 2003. Mikrobiologi Dasar. Diktat Kuliah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UPN Veteran. Yogyakarta.

Suparman. M. 1994, EM4 Mi kroorganisme Yang Efektif. Sukabumi: KTNA.

Suratna. 1992. Pupuk dan Pemupukan. MSP Militon Putra. Jakarta.

Suriadikarta, Didit Ardi, Simanungkalit, R. D. M. (2006). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Jawa Barat.

Suwastika. A.A.N.G., N.N. Soniari. dan A.A.I. Kesumadewi. 2012. Biologi Tanah. Bahan Ajar. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar Syira. R. 2012. Pupuk Kotoran Ayam http://rahmasyira. Diakses 24 Januari 2016 Yuliarti. N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lily Publisher.

Yogyakarta.

Yowono. D. 2005 . Kompos Penebar Swadaya. Jakarta

Wijana S. Kumalaningsih A, Setyowati U, Efendi dan Hidayat N. (1991).

-bahan Tepung Kulit Nanas dan Proses Fermen-tasi pada Pakan Ternak terhadap Peningkatan

(Deptan). Universitas Brawijaya. Malang. Dalam http://digilib.unila.ac.id/11814/Intan . Di akses pada tanggal 14 Februari 2016

NO PARAMETER STANDAR

Lampiran 2. Hasil Pengamatan Fisik Pupuk Organik Cair Dari Limbah Kulit Nanas Dan Kotoran Ayam dengan aktivator Ragi Tape dan EM4

Hari Bau Warna Suhu

P1 P2 P1 P2 P1 P2

1 Berbau buah Berbau Buah Hitam kecoklatan Hitam kecoklatan 31 31 2 Berbau buah Berbau buah Hitam kecoklatan Hitam kecoklatan 30 30

3 Berbau buah Berbau buah coklat Coklat 30 30

4 Tidak Berbau Tidak Berbau coklat Coklat 31 31

5 Tidak Berbau Tidak Berbau Coklat Coklat 30 30

6 Tidak Berbau Tidak Berbau Coklat Coklat 31 30

7 Tidak Berbau Tidak Berbau Coklat Coklat 31 30

8 Tidak Berbau Tidak Berbau Coklat muda Coklat muda 31 30 9 Tidak Berbau Tidak Berbau Coklat muda Coklat muda 31 31 10 Tidak Berbau Tidak Berbau Coklat muda Coklat muda 30 31 11 Sedikit berbau Sedikit berbau Coklat muda Coklat muda 29 30 12 Sedikit berbau Sedikit berbau Coklat muda Coklat muda 29 29 13 Sedikit berbau Sedikit berbau Coklat muda Coklat muda 29 29 14 Sedikit berbau Sedikit berbau Coklat muda Coklat muda 29 29

Cair.

Gambar 1. Penggilingan Kulit Nanas

Gambar 2. Bahan-Bahan Penelitian

Gambar 3. Penimbangan bahan Kulit Nanas

Gambar 4. Penimbangan Bahan Kotoran Ayam

Gambar 5. Penimbangan Gula Merah untuk P!

Gambar 6. Penimbangan Gula Merah untuk P2

Gambar 7. Pengukuran Bahan EM4 Untuk P1.

Gambar 8. Penimbangan Bahan Ragi Tape Untuk P2

Gambar 9. Pencampuran Bahan-Bahan Penelitian (P1)

Gambar 10. Pencampuran Bahan-Bahan Penelitian (P2)

Gambar 11. Setelah Pencampuran Semua Bahan (P1)

Gambar 12. Setelah Pencampuran Semua Bahan (P2)

Gambar 25. Pupuk Organik Cair Umur 14 Hari (P1)

Gambar 26. Pupuk Organik Cair Umur 14 Hari (P2)

Gambar 27. Pupuk Organik Cair Setelah disaring

Dalam dokumen PEMANFAATAN LIMBAH KULIT NANAS (Halaman 28-0)

Dokumen terkait