• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Umum Limbah

Dalam dokumen PEMANFAATAN LIMBAH KULIT NANAS (Halaman 13-0)

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah jika didasarkan asalnya, limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1. Limbah Organik

Limbah ini terdiri atas bahan bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah pertanian berupa sisa tumpahan atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya dari pestisida dan pemupukan yang berlebihan. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Limbah rumah tangga seperti kertas, plastik, air cucian, minyak goreng bekas dan lain lain. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi misalnya : sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut tergolong B3.

2. Limbah Anorganik.

Limbah ini terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan Limbah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tidak dapa diuraikan dan tidak dapat diperbaharui. Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik seperti garam anorganik yaitu magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari kegiatan pertambangan dan industri, Asam anorganik yaitu asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam dan bahan bakar fosil. Limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium (Mubarok, 2012).

B. Tinjuan Umum Nanas

Nanas berasal dari Brasil. Di Indonesia, nanas ditanam di kebun-kebun, pekarangan, dan tempat-tempat lain yang cukup mendapat sinar matahari pada ketinggian 1-1.300 m dpl.

1. Sejarah Singkat Nanas

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Memiliki nama daerah Danas (Sunda) dan Neneh (Sumatra). Dalam bahasa Inggris disebut Pineapple dan orang-oramg Spanyol menyebutnya Pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Columbus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa Nanas ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah

nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropi k (Samsul, 2002).

2. Jenis Tanaman

Klasifikasi tanaman Nanas adalah : Kingdom : Plantae ( Tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta ( Tumbuhan berbiji) Kelas : Angiospermae ( Berbiji tertutup ) Ordo : Farinosae ( Bromeliales)

Famili : Bromiliaceae Genus : Ananas

Species : Ananas comosus (L) Merr.

Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama Nanas liar yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A. Braceteatus (Lindl) Schultes, A. Erectifolius L, B. Smith, dan A. Nanassoides (Bak) L.

B.Smith. . berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas, yaitu :

Cayene : daun halus, tidak berduri, buah besar

Queen : daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut

Spanyol/Spanis : daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar, dan

Abacaxi : daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida).

Varietas cultivar Nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Golongn Spanis dikembangkan di Kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brasilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor, Subang dan Palembang.

3. Kulit Nanas

Secara ekonomi kulit nanas masih bermanfaat untuk diolah menjadi pupuk. Berdasarkan kandungan nutriennya, ternyata kul it buah nanas mengandung karbohidrat dan gula yang cukup tinggi. Menurut Wijana, dkk (1991) kulit nanas mengandung 81,72 % air, 20,87 % serat kasar, 17,53 % karbohidrat, 4,41 % protein, 0,02 % lemak, 0,48 % abu, 1,66 % serat basah, dan 13,65 % gula reduksi. Selain itu buah nanas juga mengandung asam chlorogen yaitu antioksidan kemudian cytine yang berguna untuk pembentukan kulit dan rambut, lalu zat asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh untuk mempercepat pertumbuhan dan memperbaiki jaringan otot. Pada limbah kulit nanas diduga terdapat senyawa alkaloid, yaitu sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tumbuh-tumbuhan.

Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid.

Selain daun- daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan

bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion (Mustikawati, 2006). Mengingat kandungan karbohidrat dan gula yang cukup tinggi tersebut maka kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair melalui proses pengomposan dan ekstraksi untuk mengambil senyawa-senyawa yang terdapat dalam kulit nanas tersebut. Senyawa-senyawa tersebut diduga merupakan kelompok senyawa humat dan senyawa lainnya, yang diduga dapat berperan sebagai zat perangsang tumbuh (ZPT) tanaman, seperti kelompok giberelin, sitokinin, dan auksin.

C. Tinjauan Umum Pupuk Organik

Pupuk organik didefinisikan sebagai pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik mempunyai beragam jenis dan varian. Jenis-jenis pupuk organik dibedakan dari bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya. Dari sisi bahan baku ada yang terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau campuran keduanya. Dari metode pembuatan ada banyak ragam seperti kompos aerob, bokashi, dan lain sebagainya. Sedangakan dari sisi wujud ada yang berwujud serbuk, cair maupun granul atau tablet.

Teknologi pupuk organik berkembang pesat dewasa ini. Perkembangan ini tak lepas dari dampak pemakaian pupuk kimia yang menimbulkan berbagai masalah, mulai dari rusaknya ekosistem, hilangnya kesuburan tanah,

masalah kesehatan, sampai masalah ketergantungan petani terhadap pupuk.

Oleh karena itu, pemakaian pupuk organik kembali digalakan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut (Pranata, 2004).

D. Tinjauan Umum Pupuk Organik cair

Pupuk organik cair adalah pupuk berfasa cair yang dibuat dari bahan-bahan organik melalui proses pengomposan. Terdapat dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses pengomposan. Pertama adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara melarutkan pupuk organik yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang difermentasikan dalam kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan bakunya dari material organik yang belum terkomposkan. Unsur hara yang terkandung dalam larutan pupuk cair tipe ini benar-benar berbentuk cair. Jadi larutannya lebih stabil. Bila dibiarkan tidak mengendap. Oleh karena itu, sifat dan karakteristiknya pun berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dari pupuk padat yang dilarutkan ke dalam air (Suratna, 1992).

Menurut Suriadikarta, dkk (2006), keunggulan dari pupuk organik cair yaitu : (a) Mudah untuk membuatnya, (b) Murah harganya, (c) Tidak ada efek samping bagi lingkungan maupun tanaman, (d) Bisa juga dimanfaatkan untuk mengendalikan hama pada daun (bio-control), seperti ulat pada tanaman sayuran. (e) Aman karena karena tidak meninggalkan residu, pestisida organik juga tidak mencemari lingkungan. Kelemahan yang umum terdapat pada pupuk organik/hayati cair, yaitu: (a) Viabilitas (daya hidup) mikro organisme yang dikandungnya sangat rendah, (b) Populasi mikroorganisme kecil dan bahkan cenderum tidak ada/mati seiring dengan waktu, (c) Nutrisi

yang terkandung sedikit. Umumnya nutrisi yang ada berupa tambahan bahan kimia seperti pupuk NPK dan Urea, (d) Mikroorganisme di dalamnya sangat mudah berkurang bahkan mati, (e) Tingkat kontaminasi sangat tinggi, (f) Seringkali menghasilkan gas (kemasan rusak) dan bau tidak sedap (busuk), (g) Tidak tahan lama (kurang dari setahun), (h) Masalah dari transportasi dan penyimpanan, (i) Perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi dalam membuatnya, (j) Hasilnya tidak bisa diproduksi secara massal.

E. Tinjauan Umum Kotoran Ayam

Menurut Hardjowigeno (1995), kotoran ayam merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam yang terkadang masih dikesampingkan, jika di cermati bahwa sektor peternakan merupakan mata rantai dari program integrited farming. Maka pemanfaatan limbah peternakan seharusnya menjadi sorotan bagi para peternak untuk mewujudkan integrited farming secara luas, selain itu pengolahan kotoran ayam untuk menjadi pupuk kandang pun memiliki nilai ekonomis yang tidak dapat dipandang sebelah mata melihan kebutuhan petani akan pupuk.

Kotoran ayam adalah bahan makanan yang tidak tercerna yang dikeluarkan dari usus ke kloaka dan dikeluarkan dari tubuh. Kotoran ayam yang terdiri dari sisa bahan yang tidak dicerna, mikroorganisme usus (bakteri, virus, parasit, dan jamur), getah pencernaan dan jaringan usus yang halus dan zat-zat mineral yang berasal dari tubuh (Fidi, 2011).

Menurut Syira (2012), menambahkan bahwa kotoran ayam atau bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, serta berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah serta lingkungan. Di dalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme

primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap.

F. Tinjauan Umum Ragi

Ragi merupakan populasi campuran mikroba yang terdapat beberapa jenis yaitu genus Aspergillus, genus Saccharomyces, genus Candida, genus Hansula . Sedangkan bakterinya adalah Acetobacter. Aspergillus dapat menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansnula dapat menurunkan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat lainnya. Acetobacter mengubah alkohol menjadi cuka. Secara fisiologis, ragi mempunyai persamaan menghasilkan fermen atau enzim-enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan mendapat keuntungan berupa energi dan adapun substrat yang diubah berbeda-beda.

Ragi tape sebenarnya adalah berupa mikroba Saccharomyces cerevisiae yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol. Sedang jamur yang ada dalam ragi tape adalah jenis Aspergillus. Ragi tape merupakan inokulam yang mengandung kapang aminolitik dan khamir yang mampu menghidrolisis pati. Kapang tersebut adalah Amilomyces rouxii, sedangkan khamir tersebut adalah Saccharomyces. Adapun mikroflora yang berperan pada ragi tape adalah jenis Candida, Endomycopsis, Hansnula, Amilomyces rouxii dan Aspergil lus Orizae. Ragi menghasilkan enzim pitase yang dapat melepaskan ikatan fosfor dalam phitin, sehingga dengan ditambahkan ragi tape dalam ransum akan menambah ketersediaan mineral. Ragi bersifat katabolik atau memecah komponen yang kompleks menjadi zat yang lebih sederhana

sehingga lebih terurai (Anonim, 2010).

Mikroorganisme yang digunakan untuk proses fermentasi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungsi (khomir) yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor, Amylomyces, Endaucosis, Saccharomices Hancenula, Anomala, lactobacillus, dan Acetobacur (Suharno, 2007).

G. Tinjauan Umum Effective Microorganism4 (EM4)

EM4 merupakan mikroorganisme (bakteri) pengurai yang dapat membantu dalam pembusukan sampah organik (Suparman, 1994). EM4 berisi sekitar 80 genus mikroorganisme fermentasi, diantaranya bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., Actinomycetes sp. dan ragi (Agro Media, 2007). EM4 digunakan untuk pengomposan modern. EM4 diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Kompos yang dihasilkan dengan cara ini ramah lingkungan berbeda dengan kompos anorganik yang berasal dari zat-zat kimia. Kompos ini mengandung zat-zat yang tidak dimiliki oleh pupuk anorganik yang baik bagi tanaman (Suparman, 1994).

Larutan EM4 ditemukan pertama kali Prof. Dr. Teuro Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang. Larutan EM4 ini berisi mikroorganisme fermentasi. Jumlah mikroorganisme fermentasi EM4 sangat banyak, sekitar 80 genus. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada empat golongan utama yang terkandung di dalam EM4, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomyces sp, ragi (yeast). Selain mempercepat pengomposan, EM4 dapat diberikan secara langsung untuk menambah unsur hara tanah dengan

cara disiramkan ke tanah, tanaman atau disemprotkan ke daun tanaman (Indriani, 2012).

Biasanya, untuk mempercepat proses pengomposan harus dilakukan dalam kondisi aerob karena tidak menimbulkan bau. Namun, proses mempercepat pengomposan dengan bantuan EM4 berlangsung secara anaerob (sebenarnya semi anaerob karena masih ada sedikit udara dan cahaya). Dengan metode ini, bau yang dihasilkan ternyata dapat hilang bila proses berlangsung dengan baik (Indriani, 2012).

Menurut Indriani (2012), Jumlah mikroorganisme EM4 sangat banyak sekitar 80 jenis, mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan baik dalam menguraikan bahan organik dan sekian banyak mikroorganisme ada 4 golongan pokok yaitu:

1. Bakteri Laktat adalah bakteri gram positif, tidak membentuk spora dan berfungsi menguraikan bahan organik dengan cara fermentasi membentuk asam laktat dan glukosa. Asam laktat akan bertindak sebagai sterilizer atau menekan mikroorganisme yang merugikan serta meningkatkan perombakan bahan-bahan organik dengan cepat.

2. Ragi (yeast) berfungsi mengurai bahan organik dan membentuk zat anti bakteri, dapat pula membentuk zat aktif (substansi bioaktif) dan enzim yang berguna untuk pertumbuhan sel dan pembelahan akar. Ragi ini juga berperan dalam perkembangan mikroorganisme lain yang menguntungkan seperti Actynomicetes dan Lactobacillus sp.

3. Actynomicetes merupakan bentuk peralihan antara bakteri dan jamur, mempunyai filament, berfungsi mendekomposisikan bahan organik ke dalam bentuk sederhana. Simbiosis antara Actynomicetes dengan

bakteri fotosintesis akan menjadi bakteri anti mikroba sehingga dapat menekan pertumbuhan jamur dan bakteri yang merugikan dengan cara menghancurkan khitin yaitu zat esensial untuk pertumbuhannya.

4. Bakteri fotosintesis terdiri dari bakteri hijau dan ungu, bakteri hijau memiliki pigmen hijau (bakteri viridian dan bakteri klorofil), sedangkan bakteri ungu mempunyai pigmen ungu, merah dan kuning (bakteri purpurin). Bakteri fotosintesis merupakan bakteri bebas yang mensintesis senyawa nitrogen, gula dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolik yang diproduksi diserap langsung oleh tanaman yang tersedia sebagai substrat untuk perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan.

Menurut Djuarnani dkk (2009), cara kerja EM4 telah dibuktikan secara ilmiah dan menyatakan EM4 dapat berperan sebagai berikut:

a. Menekan pertumbuhan patogen tanah.

b. Mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik.

c. Meningkatkan ketersediaan unsur hara dan senyawa organik pada tanaman.

d. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan seperti Mycorrhiza sp, Rhizobium sp dan bakteri pelarut fosfat.

e. Meningkatkan nitrogen.

f. Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.

EM4 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen yang selalu menjadi masalah pada budidaya monokultur dan budidaya sejenis secara terus-menerus. EM4 merupakan larutan yang berisi beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat untuk menghilangkan bau pada

limbah dan mempercepat pengolahan limbah menjadi kompos.

H. Tinjauan Umum Unsur Hara

Menurut Pranata (2004), unsur hara yang dibutuhkan tanaman beraneka ragam. Sedikitnya ada 60 jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dari sekian banyak unsur hara tersebut, sebanyak 16 unsur atau senyawa diantaranya merupakan unsur hara esensial yang mutlak dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhannya.

1. Unsur Hara Makro a. Karbon (C)

Karbon yang digunakan oleh tumbuhan berasal dari karbondioksida (CO2 ) yang ada di udara. Karbondioksida merupakan hasil respirasi (pernapasan manusia) atau pembakaran sempurna zat-zat organik. Karbon berfungsi untuk membentuk karbohidrat, lemak dan protein yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.

Selain itu, berfungsi membentuk selulosa yang merupakan dinding sel dan memperkuat bagian tanaman.

b. Hidrogen (H)

Hidrogen diperoleh tanaman dengan memecah air (H2O). air dapat diperoleh tanaman dari udara dan tanah, hidrogen berguna dalam proses pembuatan gula (glukosa) menjadi karbohidrat dan sebaliknya, serta proses pembentukan lemak dan protein. Proses untuk menghasilkan glukosa dikenal dengan proses asimilasi karbondioksida atau fotosintesis.

c. Oksigen (O2)

Oksigen diperoleh tanaman dari air dan udara. Sekitar 21%

volume udara adalah oksigen, oksigen dihisap tanaman dari udara melalui respirasi. Oksigen dibutuhkan tanaman untuk membentuk bahan organis tanaman. Seluruh tanaman, baik akar, batang, daun, bunga dan buah memerlukan oksigen. Oksigen dibutuhkan dalam sel tanaman untuk mengubah karbohidrat menjadi energi.

d. Nitrogen (N)

Tumbuhan memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan terutama pada fase vegetatif yaitu pertumbuhan cabang, daun dan batang.

Nitrogen juga bermanfaat dalam proses pembentukan hijau daun atau klorofil. Klorofil sangat berguna untuk membantu proses fotosintesis.

Selain itu, nitrogen bermanfaat dalam pembentukan protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Perlu diketahui, sekitar 78% volume udara terdiri dari nitrogen.

e. Fosfor (P)

Bagi tanaman fosfor berguna untuk membentuk akar sebagai bahan dasar protein, mempercepat penuaan buah, memperkuat batang tanaman, meningkatkan hasil biji-bijian dan umbi-umbian, selain itu fosfor juga berfungsi untuk membantu proses asimilasi dan respirasi.

f. Kalsium (Ca)

Kalsium berfungsi sebagai pengatur pengisapan air dari dalam tanah. Kalsium juga berguna untuk menghilangkan (penawar) racun dalam tanaman. Selain itu, kalsium berguna untuk mengaktifkan

pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang.

Kalsium bisa digunakan untuk menetralkan konsidi tanah.

g. Sulfur (S)

Sulfur atau belerang sangat membantu tanaman dalam membentuk bintil akar. Pertumbuhan lainnya yang didukung adalah sulfur adalah pertumbuhan tunas dan pembentukan hijau daun (klorofil) berbagai asam amino.

h. Magnesium (Mg)

Magnesium berfungsi membantu proses pembentukan hijau daun atau klorofil. Selain itu, berfungsi untuk membentuk karbohidrat, lemak dan minyak. Magnesium juga berfungsi membantu proses transportasi fosfat dalam tanaman.

i. Kalium (K)

Kalium berfungsi untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Selain itu, kalium berfungsi untuk memperkuat jaringan tanaman dan berperan dalam pembentukan antibodi tanaman yang bisa melawan penyakit dan kekeringan.

2. Unsur Hara Mikro a. Klor (Cl)

Klor bermanfaat untuk membantu meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Khususnya untuk tanaman tembakau, kentang, kapas, kol, sawi dan tanaman sayuran lainnya. Kekurangan klor akan menyebabkan produktifitas menurun.

b. Besi (Fe)

Zat besi berperan dalam proses fisiologi tanaman seperti proses pernapasan dan pembentukan zat hijau daun (klorofil).

c. Mangan (Mn)

Mangan bermanfaat dalam proses asimilasi dan berfungsi sebagai komponen utama dalam pembentukan enzim dalam tanaman.

d. Tembaga (Cu)

Tembaga bermanfaat bagi tanaman dalam proses pembentukan klorofil dan sebagai komponen utama dalam pembentukan enzim tanaman.

e. Boron (Bo)

Boron merupakan zat yang banyak manfaatnya, boron membawa karbohidrat ke seluruh jaringan tanaman. Boron juga bermanfaat dalam proses mempercepat penyerapan kalium dan berperan pada pertumbuhan tanaman khususnya pada bagian yang masih aktif. Selain itu, berfungsi juga dalam meningkatkan kualitas produksi sayuran dan buah-buahan.

f. Molibdenum (Mo)

Molibdenum berfungsi untuk mengikat oksigen bebas dari udara.

Selain itu, berfungsi sebagai komponen pembuatan enzim pada bakteri akar tanaman leguminosae.

g. Zincum (Zn)

Seng mempunyai fungsi dalam pembentukan hormon tanaman yang berguna untuk pertumbuhan.

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Produksi dan Laboratorium Tanah dan Air di Kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, selama ± 8 bulan mulai bulan Februari 2016 sampai September 2016 meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan.

B. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mesin pencacah, ember ukuran 15 liter, saringan, alat tulis, kamera, plastik bening, thermometer, gelas ukur , alat pengaduk, timbangan analitik

C. Bahan

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu EM4, Kotoran Ayam, Kulit Nanas, Ragi, Air dan Gula Merah

D. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Alat Dan Bahan

a. Bahan baku limbah kulit nanas diperoleh dari pasar pagi Samarinda.

Kemudian kulit nanas dipotong kecil-kecil dengan alat mesin pencacah.

b. Kotoran ayam diperoleh dari peternak ayam di Loa Janan.

c. Alat untuk penelitian ini diperoleh dari peminjaman di Lab. Produksi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Kulit nanas 6 kg yang sudah dipotong kecil-kecil dan kotoran ayam 2 kg dimasukkan ke dalam ember lalu ditambahkan ragi 17 g dan gula merah 200 g yang sudah diencerkan dengan menggunakan air sebanyak 1 liter dan air bersih 5 l. Semua bahan diaduk sampai rata, kemudian tutup dengan plastik transparan lalu diikat dengan karet, cara ini disebut fermentasi dengan sistem semianerob.

3. Pembuataan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Kulit Nanas Dan Kotoran Ayam Dengan Aktivator EM4 (P2)

Kulit nanas 6 kg yang sudah dipotong kecil-kecil dan kotoran ayam 2 kg dimasukkan ke dalam ember lalu ditambahkan EM4 60 ml dan gula merah 200 g yang sudah diencerkan dengan menggunakan air sebanyak 1 liter dan air bersih 5 l. Semua bahan diaduk sampai rata, kemudian tutup dengan plastik transparan lalu diikat dengan karet, cara ini disebut fermentasi dengan sistem semianerob.

E. Pengambilan Data

Data yang diambil dan diamati dari pupuk organik cair tersebut yaitu kandungan N, P, K dan diteliti di Laboratorium Tanah Dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pengamatan fisik secara visual dilakukan setiap hari pada pukul 17.00 Wita terhadap warna, bau dan suhu.

Pengamatan fisik hanya digunakan sebagai penentu bahwa pupuk organik cair sudah jadi yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna, bau dan suhu hingga 3 (hari) pengamatan secara berturut -turut.

Kematangan pupuk organik cair ini dapat diketahui dengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil

ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dan agak

ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dan agak

Dalam dokumen PEMANFAATAN LIMBAH KULIT NANAS (Halaman 13-0)

Dokumen terkait