Ragi merupakan populasi campuran mikroba yang terdapat beberapa jenis yaitu genus Aspergillus, genus Saccharomyces, genus Candida, genus Hansula . Sedangkan bakterinya adalah Acetobacter. Aspergillus dapat menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansnula dapat menurunkan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat lainnya. Acetobacter mengubah alkohol menjadi cuka. Secara fisiologis, ragi mempunyai persamaan menghasilkan fermen atau enzim-enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan mendapat keuntungan berupa energi dan adapun substrat yang diubah berbeda-beda.
Ragi tape sebenarnya adalah berupa mikroba Saccharomyces cerevisiae yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol. Sedang jamur yang ada dalam ragi tape adalah jenis Aspergillus. Ragi tape merupakan inokulam yang mengandung kapang aminolitik dan khamir yang mampu menghidrolisis pati. Kapang tersebut adalah Amilomyces rouxii, sedangkan khamir tersebut adalah Saccharomyces. Adapun mikroflora yang berperan pada ragi tape adalah jenis Candida, Endomycopsis, Hansnula, Amilomyces rouxii dan Aspergil lus Orizae. Ragi menghasilkan enzim pitase yang dapat melepaskan ikatan fosfor dalam phitin, sehingga dengan ditambahkan ragi tape dalam ransum akan menambah ketersediaan mineral. Ragi bersifat katabolik atau memecah komponen yang kompleks menjadi zat yang lebih sederhana
sehingga lebih terurai (Anonim, 2010).
Mikroorganisme yang digunakan untuk proses fermentasi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungsi (khomir) yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor, Amylomyces, Endaucosis, Saccharomices Hancenula, Anomala, lactobacillus, dan Acetobacur (Suharno, 2007).
G. Tinjauan Umum Effective Microorganism4 (EM4)
EM4 merupakan mikroorganisme (bakteri) pengurai yang dapat membantu dalam pembusukan sampah organik (Suparman, 1994). EM4 berisi sekitar 80 genus mikroorganisme fermentasi, diantaranya bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., Actinomycetes sp. dan ragi (Agro Media, 2007). EM4 digunakan untuk pengomposan modern. EM4 diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Kompos yang dihasilkan dengan cara ini ramah lingkungan berbeda dengan kompos anorganik yang berasal dari zat-zat kimia. Kompos ini mengandung zat-zat yang tidak dimiliki oleh pupuk anorganik yang baik bagi tanaman (Suparman, 1994).
Larutan EM4 ditemukan pertama kali Prof. Dr. Teuro Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang. Larutan EM4 ini berisi mikroorganisme fermentasi. Jumlah mikroorganisme fermentasi EM4 sangat banyak, sekitar 80 genus. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada empat golongan utama yang terkandung di dalam EM4, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomyces sp, ragi (yeast). Selain mempercepat pengomposan, EM4 dapat diberikan secara langsung untuk menambah unsur hara tanah dengan
cara disiramkan ke tanah, tanaman atau disemprotkan ke daun tanaman (Indriani, 2012).
Biasanya, untuk mempercepat proses pengomposan harus dilakukan dalam kondisi aerob karena tidak menimbulkan bau. Namun, proses mempercepat pengomposan dengan bantuan EM4 berlangsung secara anaerob (sebenarnya semi anaerob karena masih ada sedikit udara dan cahaya). Dengan metode ini, bau yang dihasilkan ternyata dapat hilang bila proses berlangsung dengan baik (Indriani, 2012).
Menurut Indriani (2012), Jumlah mikroorganisme EM4 sangat banyak sekitar 80 jenis, mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan baik dalam menguraikan bahan organik dan sekian banyak mikroorganisme ada 4 golongan pokok yaitu:
1. Bakteri Laktat adalah bakteri gram positif, tidak membentuk spora dan berfungsi menguraikan bahan organik dengan cara fermentasi membentuk asam laktat dan glukosa. Asam laktat akan bertindak sebagai sterilizer atau menekan mikroorganisme yang merugikan serta meningkatkan perombakan bahan-bahan organik dengan cepat.
2. Ragi (yeast) berfungsi mengurai bahan organik dan membentuk zat anti bakteri, dapat pula membentuk zat aktif (substansi bioaktif) dan enzim yang berguna untuk pertumbuhan sel dan pembelahan akar. Ragi ini juga berperan dalam perkembangan mikroorganisme lain yang menguntungkan seperti Actynomicetes dan Lactobacillus sp.
3. Actynomicetes merupakan bentuk peralihan antara bakteri dan jamur, mempunyai filament, berfungsi mendekomposisikan bahan organik ke dalam bentuk sederhana. Simbiosis antara Actynomicetes dengan
bakteri fotosintesis akan menjadi bakteri anti mikroba sehingga dapat menekan pertumbuhan jamur dan bakteri yang merugikan dengan cara menghancurkan khitin yaitu zat esensial untuk pertumbuhannya.
4. Bakteri fotosintesis terdiri dari bakteri hijau dan ungu, bakteri hijau memiliki pigmen hijau (bakteri viridian dan bakteri klorofil), sedangkan bakteri ungu mempunyai pigmen ungu, merah dan kuning (bakteri purpurin). Bakteri fotosintesis merupakan bakteri bebas yang mensintesis senyawa nitrogen, gula dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolik yang diproduksi diserap langsung oleh tanaman yang tersedia sebagai substrat untuk perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan.
Menurut Djuarnani dkk (2009), cara kerja EM4 telah dibuktikan secara ilmiah dan menyatakan EM4 dapat berperan sebagai berikut:
a. Menekan pertumbuhan patogen tanah.
b. Mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik.
c. Meningkatkan ketersediaan unsur hara dan senyawa organik pada tanaman.
d. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan seperti Mycorrhiza sp, Rhizobium sp dan bakteri pelarut fosfat.
e. Meningkatkan nitrogen.
f. Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.
EM4 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen yang selalu menjadi masalah pada budidaya monokultur dan budidaya sejenis secara terus-menerus. EM4 merupakan larutan yang berisi beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat untuk menghilangkan bau pada
limbah dan mempercepat pengolahan limbah menjadi kompos.
H. Tinjauan Umum Unsur Hara
Menurut Pranata (2004), unsur hara yang dibutuhkan tanaman beraneka ragam. Sedikitnya ada 60 jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dari sekian banyak unsur hara tersebut, sebanyak 16 unsur atau senyawa diantaranya merupakan unsur hara esensial yang mutlak dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhannya.
1. Unsur Hara Makro a. Karbon (C)
Karbon yang digunakan oleh tumbuhan berasal dari karbondioksida (CO2 ) yang ada di udara. Karbondioksida merupakan hasil respirasi (pernapasan manusia) atau pembakaran sempurna zat-zat organik. Karbon berfungsi untuk membentuk karbohidrat, lemak dan protein yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Selain itu, berfungsi membentuk selulosa yang merupakan dinding sel dan memperkuat bagian tanaman.
b. Hidrogen (H)
Hidrogen diperoleh tanaman dengan memecah air (H2O). air dapat diperoleh tanaman dari udara dan tanah, hidrogen berguna dalam proses pembuatan gula (glukosa) menjadi karbohidrat dan sebaliknya, serta proses pembentukan lemak dan protein. Proses untuk menghasilkan glukosa dikenal dengan proses asimilasi karbondioksida atau fotosintesis.
c. Oksigen (O2)
Oksigen diperoleh tanaman dari air dan udara. Sekitar 21%
volume udara adalah oksigen, oksigen dihisap tanaman dari udara melalui respirasi. Oksigen dibutuhkan tanaman untuk membentuk bahan organis tanaman. Seluruh tanaman, baik akar, batang, daun, bunga dan buah memerlukan oksigen. Oksigen dibutuhkan dalam sel tanaman untuk mengubah karbohidrat menjadi energi.
d. Nitrogen (N)
Tumbuhan memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan terutama pada fase vegetatif yaitu pertumbuhan cabang, daun dan batang.
Nitrogen juga bermanfaat dalam proses pembentukan hijau daun atau klorofil. Klorofil sangat berguna untuk membantu proses fotosintesis.
Selain itu, nitrogen bermanfaat dalam pembentukan protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Perlu diketahui, sekitar 78% volume udara terdiri dari nitrogen.
e. Fosfor (P)
Bagi tanaman fosfor berguna untuk membentuk akar sebagai bahan dasar protein, mempercepat penuaan buah, memperkuat batang tanaman, meningkatkan hasil biji-bijian dan umbi-umbian, selain itu fosfor juga berfungsi untuk membantu proses asimilasi dan respirasi.
f. Kalsium (Ca)
Kalsium berfungsi sebagai pengatur pengisapan air dari dalam tanah. Kalsium juga berguna untuk menghilangkan (penawar) racun dalam tanaman. Selain itu, kalsium berguna untuk mengaktifkan
pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang.
Kalsium bisa digunakan untuk menetralkan konsidi tanah.
g. Sulfur (S)
Sulfur atau belerang sangat membantu tanaman dalam membentuk bintil akar. Pertumbuhan lainnya yang didukung adalah sulfur adalah pertumbuhan tunas dan pembentukan hijau daun (klorofil) berbagai asam amino.
h. Magnesium (Mg)
Magnesium berfungsi membantu proses pembentukan hijau daun atau klorofil. Selain itu, berfungsi untuk membentuk karbohidrat, lemak dan minyak. Magnesium juga berfungsi membantu proses transportasi fosfat dalam tanaman.
i. Kalium (K)
Kalium berfungsi untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Selain itu, kalium berfungsi untuk memperkuat jaringan tanaman dan berperan dalam pembentukan antibodi tanaman yang bisa melawan penyakit dan kekeringan.
2. Unsur Hara Mikro a. Klor (Cl)
Klor bermanfaat untuk membantu meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Khususnya untuk tanaman tembakau, kentang, kapas, kol, sawi dan tanaman sayuran lainnya. Kekurangan klor akan menyebabkan produktifitas menurun.
b. Besi (Fe)
Zat besi berperan dalam proses fisiologi tanaman seperti proses pernapasan dan pembentukan zat hijau daun (klorofil).
c. Mangan (Mn)
Mangan bermanfaat dalam proses asimilasi dan berfungsi sebagai komponen utama dalam pembentukan enzim dalam tanaman.
d. Tembaga (Cu)
Tembaga bermanfaat bagi tanaman dalam proses pembentukan klorofil dan sebagai komponen utama dalam pembentukan enzim tanaman.
e. Boron (Bo)
Boron merupakan zat yang banyak manfaatnya, boron membawa karbohidrat ke seluruh jaringan tanaman. Boron juga bermanfaat dalam proses mempercepat penyerapan kalium dan berperan pada pertumbuhan tanaman khususnya pada bagian yang masih aktif. Selain itu, berfungsi juga dalam meningkatkan kualitas produksi sayuran dan buah-buahan.
f. Molibdenum (Mo)
Molibdenum berfungsi untuk mengikat oksigen bebas dari udara.
Selain itu, berfungsi sebagai komponen pembuatan enzim pada bakteri akar tanaman leguminosae.
g. Zincum (Zn)
Seng mempunyai fungsi dalam pembentukan hormon tanaman yang berguna untuk pertumbuhan.
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Produksi dan Laboratorium Tanah dan Air di Kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, selama ± 8 bulan mulai bulan Februari 2016 sampai September 2016 meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan.
B. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mesin pencacah, ember ukuran 15 liter, saringan, alat tulis, kamera, plastik bening, thermometer, gelas ukur , alat pengaduk, timbangan analitik
C. Bahan
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu EM4, Kotoran Ayam, Kulit Nanas, Ragi, Air dan Gula Merah
D. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Alat Dan Bahan
a. Bahan baku limbah kulit nanas diperoleh dari pasar pagi Samarinda.
Kemudian kulit nanas dipotong kecil-kecil dengan alat mesin pencacah.
b. Kotoran ayam diperoleh dari peternak ayam di Loa Janan.
c. Alat untuk penelitian ini diperoleh dari peminjaman di Lab. Produksi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Kulit nanas 6 kg yang sudah dipotong kecil-kecil dan kotoran ayam 2 kg dimasukkan ke dalam ember lalu ditambahkan ragi 17 g dan gula merah 200 g yang sudah diencerkan dengan menggunakan air sebanyak 1 liter dan air bersih 5 l. Semua bahan diaduk sampai rata, kemudian tutup dengan plastik transparan lalu diikat dengan karet, cara ini disebut fermentasi dengan sistem semianerob.
3. Pembuataan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Kulit Nanas Dan Kotoran Ayam Dengan Aktivator EM4 (P2)
Kulit nanas 6 kg yang sudah dipotong kecil-kecil dan kotoran ayam 2 kg dimasukkan ke dalam ember lalu ditambahkan EM4 60 ml dan gula merah 200 g yang sudah diencerkan dengan menggunakan air sebanyak 1 liter dan air bersih 5 l. Semua bahan diaduk sampai rata, kemudian tutup dengan plastik transparan lalu diikat dengan karet, cara ini disebut fermentasi dengan sistem semianerob.
E. Pengambilan Data
Data yang diambil dan diamati dari pupuk organik cair tersebut yaitu kandungan N, P, K dan diteliti di Laboratorium Tanah Dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pengamatan fisik secara visual dilakukan setiap hari pada pukul 17.00 Wita terhadap warna, bau dan suhu.
Pengamatan fisik hanya digunakan sebagai penentu bahwa pupuk organik cair sudah jadi yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna, bau dan suhu hingga 3 (hari) pengamatan secara berturut -turut.
Kematangan pupuk organik cair ini dapat diketahui dengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil
ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dan agak sedikit berbau (Purwendro dan Nurhidayat, 2007).
F. Pengolahan Data
Hasil data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar mutu pupuk SNI berdasarkan No.70/Permentan/SR.140/10/2011.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Hasil Uji Kimia POC
Setelah fermentasi selesai, dilakukan uji laboratorium di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda untuk mengetahui kandungan unsur hara yang meliputi pH, N Total, P, K, C-Organik dan C/N dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisa Kimia Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair (POC) Dari Limbah Kulit Nanas.
Sumber : Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (2016) dan Standar Mutu Pupuk Organik no.70/Permentan/SR.140/10/2011.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium, pupuk organik cair bahan Kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam dan aktivator ragi (P1) dengan kandungan unsur hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,18%, Fospor (P) sebesar 0,0467%, Kalium (K) sebesar 0,0414%, C-Organik sebesar 3,504 dan nilai pH adalah 5,44. Dan pada pupuk organik cair bahan Kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam dan aktivator EM4
(P2) dengan kandungan unsur hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,16%, Fospor (P) sebesar 0,0402%, Kalium (K) sebesar 0,0255%, C-organik sebesar 4,349%, dan dengan nilai pH adalah 5,16.
B. Pembahasan
1. Sifat Kimia Pupuk Organik Cair (MOL)
Berdasarkan hasil uji laboratoriun pada pembuatan POC bahan Kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator EM4 dan ragi tape, dapat dilihat bahwa sifat kimia POC pada perlakuan P1 dan P2 tersebut tidak berbeda jauh dan jika dibandingkan standar mutu pupuk organik masih belum memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik No.70/Permentan/SR.140/10/2011.
a. Derajat Keasaman (pH)
Berdasarkan hasil uji kimia di laboratoriun pada penelitian POC bahan kulit Nanas dengan aktivator ragi P1 memiliki nilai pH untuk P1 5,44 lebih tinggi dari P2 dengan aktivator EM4 yaitu 5,16 sudah sesuai dengan Standar Teknis Mutu Pupuk Organik No.70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu 4-9. Menurut Djuarni, dkk (2006) bahwa peningkatan nilai pH pupuk organik cair disebabkan karena adanya aktivitas mikroorganisme dalam dekomposer yang diberikan masukan ion OH atau hidroksida dari hasil proses dekomposisi bahan organik cai r itu sendiri. Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikro organisme yang terlihat dalam pengomposan akan merubah bahan organik menjadi asam organik namun belum maksimal sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang rendah.
b. Nitrogen (N Total)
Dari hasil uji laboratorium pada penelitian POC bahan kulit Nanas dengan aktivator ragi (P1) senilai 0,18% lebih besar dari
bahan Kulit Nanas dengan aktivator EM4 (P2) senilai 0,16 namun kedua perlakuan tersebut belum memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik.
Rendahnya kandungan N-total pada setiap perlakuan disebabkan karena pengaruh dari proses yang terjadi dalam siklus nitrogen. Proses fermentasi dilakukan secara semi anaerob yang menyebabkan proses fermentasi tidak berjalan dengan maksimal.
Menurut Suwastika dkk. (2012) ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi yaitu oksigen, pH, suhu, dan kelembaban.
Hal ini juga diduga karena unsur hara yang telah dirombak digunakan kembali untuk metabolisme hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Notohadiprawiro (1999) yang menyatakan bahwa mikroorganisme selain merombak nitrogen tersebut juga menggunakannya untuk aktivitas metabolisme hidupnya.
Mikroorganisme yang terdapat pada aktivator berperan merombak unsur N meskipun masih belum memenuhi standar mutu pupuk berdasarkan No.70/Permentan/SR.140/10/2011 Karena menurut Fitria (2008), bakteri fotosintentik merupakan bakteri yang dapat mensintesa senyawa nitrogen dan gula, jamur fermentatik berfungsi untuk menfermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa organik dalam bentuk alkohol, gula dan asam amino yang siap diserap oleh perakaran tanaman.
c. Fosfor (P Total)
Dari hasil uji laboratorium pada penelitian POC bahan kulit Nanas dengan aktivator ragi (P1) senilai 0,0467% lebih besar bahan kulit Nanas dengan aktivator EM4 (P2) senilai 0,0402% belum memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik.
Menurut Sumarsih (2003), Berbagai asam organik tersebut terutama asam-asam hidroksi dapat mengikat secara kelat dan membentuk kompleks yang relatif stabil dengan kation-kation Ca2+,
Mg2+, Mg2+, Fe3+, dan Al3+, sehingga P yang semula terikat oleh kation-kation tersebut menjadi terlarut. Bakteri kelompok Nitrosomonas dan Thiobacillus berturut-turut dapat menghasilkan asam nitrat dan asam sulfat. Asam-asam tersebut merupakan asam kuat yang mampu melarutkan P yang berbentuk tidak larut
d. Kalium (K Total)
Dari hasil uji laboratorium pada penelitian POC bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator ragi (P1) senilai 0,18% dan bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator EM4 (P2) senilai 0,16% belum memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik.
Menurut Amanillah (2011), menyatakan kalium merupakan senyawa yang dihasilkan juga oleh metabolisme bakteri dimana bakteri menggunakan ion-ion K+ bebas yang ada pada bahan pembuat pupuk untuk keperluan metabolisme, sehingga pada hasil fermentasi kalium akan meningkat seiring dengan semakin berkembangnya jumlah bakteri yang ada dalam bahan penyusun
pupuk organik cair. Oleh Novizan (2012), yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan beberapa unsur hara oleh jasad renik terutama kalium. Unsur hara tersebut dapat kembali melalui pelapukan sisa makhluk hidup bila mikroorganisme tersebut mati.
Kandungan N total, P Total, dan K Total pada ke-2 perlakuan tersebut memiliki kadar unsur hara yang tidak memenuhi standar mutu pupuk organik dikarenakan bahwa kedua bahan tersebut memiliki kandungan unsur hara yang rendah tetapi lengkap kandungan unsur haranya. Namun dalam penelitian ini yang diamati hanya pH, N total, P Total, dan K Total.
Menurut Wijana, dkk (1991), bahwa kandungan kimia kulit nanas adalah 81,72% air, 20,87% serat kasar, 17,53% karbohidrat, 4,41% protein, 0,02% lemak, 0,48% abu, 1,66% serat basah, dan 13,65% gula reduksi. Selain itu buah nanas juga mengandung asam chlorogen yaitu antioksidan kemudian cytine yang berguna untuk pembentukan kulit dan rambut, lalu zat asam amino esensial.
Menurut Suriadikarta, dkk (2006) bahwa kelemahan pupuk organik cair, yaitu viabilitas (daya hidup) mikrooarganisme yang dikandungnya sangat rendah, populasi mikroorganisme yang kecil dan bahkan cenderung tidak ada/mati seiring dengan waktu dan nutrisi yang terkandung sedikit.
A. Kesimpulan
1. Nilai pH pada pupuk organik cair dari bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator ragi (P1) senilai 5,44 dan bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator EM4 (P2) senilai 5,16 sudah memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/
SR.140/10/2011.
2. Unsur Nitrogen (N), Fospor (P), Kalium (K), pada pupuk organik cair dari bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator ragi (P1) dan bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator EM4 (P2) masih belum memenuhi Standar Mutu Pupuk Organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2011.
3. Perlakuan yang paling baik dari penelitian pembuat an pupuk organik cair dari bahan kulit nanas yaitu Perlakuan 1 (P1) yaitu dengan menggunakan aktivator ragi namun masih belum memenuhi Standar Mutu Pupuk Organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2011.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penambahan bahan baku yang bisa menaikkan unsur hara pupuk organik cair yang terbuat dari bahan kulit nanas.
2. Perlu waktu pengamatan yang lebih lama lagi.
3. Perlu penambahan air untuk pembuatan POC dari bahan kulit nanas.
Agro Media. 2007, Petunjuk Pemupukan, Agro Media Pustaka Jakarta.
Amanillah. Zi. 2011. Pengaruh Konsentrasi Em4 Pada Fermentasi Urin sapi Terhadap Konsentrasi N,P,K. Skripsi Fakultas MIPA. Universitas Brawijaya. Malang.
Anonim. 2010. Mengenal ragi dan fungsinya http://dapurpunyaku. Diakses pada tanggal 5 Januari 2016
Djuarnani. N, Kristian, B.S., Setiawan. 2009. Cara Tepat Membuat Kompos.
Agromedia Pustaka, Jakarta
Fidi. 2011. Manfaat Kotoran Ayam Sebagai Bahan http://Fidi.com 24 Januari 2016
Fitria. Y. 2008. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Industri Perikanan Menggunakan Asam Asetat Dan Effective Microorganisms 4.
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Institut Pertanian. Bogor.
Skripsi 72 Hal.
Foth. H. D. 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan Purbayanti, E, Lukiwati, D.W, Mulatsih, R.T, UGM Press. Yogyakarta. 762.
Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Mediatama Saran Perkasa. Jakarta.
Indriani. Y.H. 2012. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mubarok. K. 2012. Pengelolaan Sampah, https://khamdiutm. Di akses pada tanggal 30 Januari 2016.
Mustikawati . I. 2006. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid dari Daun Gendarussa vulgaris Nees. Tesis. Digital Library Universitas Airlangga . Surabaya
Notohadiprawiro. T. 1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Jakarta.
Novizan. 2012. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Edisi Revisi. AgroMedia Pustaka
Pelczar MJ. 1986. Dasar-Dasar Mikro bilologi. UI-Press. Jakarta.
Pranata. AS. 2004. Pupuk Organik Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Puwendro. D. dan Nurhidayat T. 2007. Pembuatan Pupuk Cair. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Rosyidah. 2010. Nanas Raksasa di Indonesia http://rosyidah.com Diakses tanggal 16 Februari 2016.
Samsul. 2002. Budidaya Nanas. Rieneka Cipta, Jakarta
Sudaryono. 2009. Tingkat Keuburan Tanah Ultisol pada Lahan Pertambangan Batubara Sangatta, Kalimantan Timur. Peneliti Pusat Teknologi Badan Lingkungan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta
Suharno. 2007. Biologi X. Jakarta; Erlangga
Sumarsih. S. 2003. Mikrobiologi Dasar. Diktat Kuliah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UPN Veteran. Yogyakarta.
Suparman. M. 1994, EM4 Mi kroorganisme Yang Efektif. Sukabumi: KTNA.
Suratna. 1992. Pupuk dan Pemupukan. MSP Militon Putra. Jakarta.
Suriadikarta, Didit Ardi, Simanungkalit, R. D. M. (2006). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Jawa Barat.
Suwastika. A.A.N.G., N.N. Soniari. dan A.A.I. Kesumadewi. 2012. Biologi Tanah. Bahan Ajar. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar Syira. R. 2012. Pupuk Kotoran Ayam http://rahmasyira. Diakses 24 Januari 2016 Yuliarti. N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Yowono. D. 2005 . Kompos Penebar Swadaya. Jakarta
Wijana S. Kumalaningsih A, Setyowati U, Efendi dan Hidayat N. (1991).
-bahan Tepung Kulit Nanas dan Proses Fermen-tasi pada Pakan Ternak terhadap Peningkatan
(Deptan). Universitas Brawijaya. Malang. Dalam http://digilib.unila.ac.id/11814/Intan . Di akses pada tanggal 14 Februari 2016
NO PARAMETER STANDAR
Lampiran 2. Hasil Pengamatan Fisik Pupuk Organik Cair Dari Limbah Kulit
Lampiran 2. Hasil Pengamatan Fisik Pupuk Organik Cair Dari Limbah Kulit