• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT NANAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMANFAATAN LIMBAH KULIT NANAS"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

Sainal Abidin NIM. 130 500 108

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2016

(2)

AKTIVATOR RAGI SERTA EFFECTIVE MICROORGANISM4 (EM4)

Oleh :

Sainal Abidin NIM. 130 500 108

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2016

(3)

Oleh :

Sainal Abidin NIM. 130 500 108

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2016

(4)

Judul Karya Ilmiah : Pemanfaatan Limbah Kulit Nanas (Ananas comosus) Sebagai Pupuk Organik Cair Dengan Campuran Kotoran

Ayam Dan Aktivator Ragi Serta Effective Microorganism4 Nama Mahasiswa : Sainal Abidin

NIM : 130 500 108

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian

Lulus ujian pada tanggal : 22 September 2016 Pembimbing,

Nur Hidayat, SP, MSc NIP. 19721025 200112 1 001

Penguji II,

Rusmini, SP, MP NIP. 19811130 200812 2 002 Penguji I,

Riama Rita Manul lang, SP, MP NIP. 19701116 200003 2 002

Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan

Nur Hidayat, SP, MSc NIP. 19721025 200112 1 001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. M. Masrudy, MP NIP.196008051988031003

(5)

Ragi Serta Effective Microorganisme4 (EM4). (Di bawah bimbingan Nur Hidayat).

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) limbah padat lebih dikenal sebagai sampah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan unsur hara yang terdapat didalam pupuk organik cair, yang terbuat dari limbah kulit nanas dengan campuran Kotoran Ayam dengan menggunakan Ragi dan EM4.

Penelitian ini dilakukan di Laboratoriun Produksi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 8 bulan sejak bulan Februari 2016 sampai Sebtember 2016, meliputi pembuatan proposal, persiapan dan pelaksanaan Penelitian, hingga pembuatan laporan karya ilmiah.

Penelitian ini dibuat dal am dua taraf perlakuan yaitu P1 : Kulit nanas 6 kg ditambah kotoran ayam 2 kg ditambahkan ragi 17 g dan gula merah 200 g dan air bersih 6 l, P2 : Kulit nanas 6 kg ditambah kotoran ayam 2 kg ditambahkan EM4 60 ml dan gula merah 200 g dan air bersih 6 l.

Hasil analisa kandungan pupuk organik cair bahan limbah Kulit Nanas adalah Kandungan N pada P1 adalah 0,18%; Pada P2 adalah 0,16%.

Kandungan P2O5, pada P1 adalah 0,0467%; dan P2 adalah 0,0402%.

Kandungan K pada P1 adalah 0,0414%; dan P2 adalah 0,0255%. Kandungan C- Organik pada P1 adalah 3,504; dan P2 adalah 4,349%. pH P1 adalah 5,44 dan P2 adalah 5,16. Untuk kandungan unsur hara N,P,K belum sesuai dengan standar mutu pupuk SNI berdasarkan No.70/Permentan/SR.140/10/2011.

Kata kunci : Limbah, Pupuk Organik Cair, Kulit nanas, EM4, Ragi tape dan Kotoran

ayam

(6)

SAINAL ABIDIN. Lahir pada tanggal 25 Oktober 1993 di Salokalama merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan bapak Sulo Lipu dan Bahria. Pada tahun 2000 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 160 Salokalama Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan lalu pada saat naik kelas 6 SD pindah ke Sekolah Dasar 01 Otting Kecamatan Otting Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan dan lulus pada tahun 2006.

Kemudian pada tahun 2006 melanjukan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Sebuku Kabupaten Nunukan, dan lulus pada tahun 2010.

Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri Malinau dan mengambil Studi Keahlian Agribisnis Tanaman Perkebunan, lulus pada Pada tahun 2013. Kemudian melanjutkan pendidikan tinggi pada tahun 2013 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

Pada tanggal 02 Maret sampai dengan 30 April 2016 Mengikuti Praktek Kerja Lapang di PT. Kintap Jaya Wattindo Desa Ranggang Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan.

(7)

melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya pada program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Keberhasilan dan kelancaran dalam penyusunan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Keluarga yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis.

2. Bapak Nur Hidayat SP, M. Sc, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sekaligus Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

3. Ibu Riama Rita Manullang, SP, MP dan Ibu Rusmini, SP, MP selaku dosen penguji karya ilmiah.

4. Bapak Ir. M. Masrudy, MP Selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.

5. Bapak Ir. Hasanudin, MP Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

6. Para staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis berharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan laporan ini.

Penulis

Kampus Sei Keledang, 22 September 2016

(8)

Halaman KATA PENGANTAR ... V DAFTAR ISI ... VI DAFTAR TABEL ... VII DAFTAR LAMPIRAN ... VIII

I PENDAHULUAN ... 1

II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Tinjauan Umum Limbah ... 3

B. Tinjauan Umum Nanas ... 4

C. Tinjauan Umum Pupuk Organik ... 7

D. Tinjauan Umum Pupuk Cair ... 8

E. Tinjauan Umum Kotoran Ayam ... 9

F. Tinjauan Umum Ragi ... 10

G. Tinjauan Umum EM4... 11

H. Tinjauan Umum Unsur Hara ... 14

III METODE PENELITIAN ... 19

A. Tempat dan Waktu ... 19

B. Alat ... 19

C. Bahan ... 19

D. Prosedur Kerja ... 19

E. Pengambilan Data ... 20

F. Pengolahan Data ... 21

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

A. Hasil ... 22

B. Pembahasan ... 23

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

A. Kesimpulan ... 27

B. Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

LAMPIRAN ... 30

(9)

1. Hasil Analisa Kimia Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik

Cair (POC) Dari Limbah Kulit Nanas ... 22

(10)

No Halaman 1. Standar Mutu Pupuk Cair No.70/Permentan/SR.140/10/2011 ... 31 2. Hasil Pengamatan Fisik Pupuk Organik Cair Dari Limbah Kulit

Nanas Dan Kotoran Ayam dengan aktivator Ragi dan EM4 32 3. Dokumentasi Penelitian Pembuatan POC ... 33

(11)

Bagi sebagian orang sampah adalah masalah, karena beranggapan bahwa mengelola sampah menghabiskan biaya dan tenaga, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Sampah bisa dipandang sebagai sumber daya yang dapat mendatangkan keuntungan. Sudah tentu, hal ini bisa terjadi jika sampah dikelolah dengan baik (Yowono, 2003). Sampah organik biasanya berasal dari limbah dapur rumah tangga, limbah restoran, limbah hotel, limbah pasar buah dan lainnya.

Sampah dari bahan organik ini banyak mengandung air serat dan senyawa komplek lainnya. Bahan organik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan merupakan bahan baku yang bagus untuk pupuk organik, disamping karena murah dan tidak merusak lingkungan, proses pembuatannya pun mudah. Bila jenis sampah organik dibiarkan atau terlambat diolah akan mengalami proses pembusukan. Berdasarkan pengamatan tempat pembuangan sampah di Pasar Pagi Samarinda yang di dominasi oleh limbah buah nanas sangat banyak sekali dan masih kurang dimanfaatkan. Padahal limbah buah nanas adalah salah satu bahan baku organik yang sangat bagus sekali jika dijadikan pupuk organik cair karena jika di lihat dari tampilannya buah nanas yang lembut, banyak mengandung air dan serat. Oleh karena itu peneliti beranggapan buah nanas akan mudah terdekomposisi jika dijadikan bahan baku pupuk organik cair.

Dalam penelitian ini pupuk yang dibuat adalah pupuk organik cair karena proses pembuatan pupuk organik cair terbilang mudah dan ramah lingkungan, dan juga pupuk organik cair tidak membutuhkan banyak waktu dan tenaga dalam proses pembuatannya. Karena setelah bahan-bahan dicampur di dalam ember, pupuk organik cair dapat dibiarkan sampai pupuk organik cair tersebut jadi.

(12)

Buah nanas mengandung vitamin A dan C, kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), dan enzim bromelain. Bromelain, berkhasiat antiradang, membantu melunakkan makanan di lambung, mengganggu pertumbuhan set kanker, menghambat agregasi platelet, dan mempunyai aktivitas fibrinolitik. Kandungan seratnya dapat mempermudah buang air besar pada penderita sembelit (konstipasi). Daun mengandung kalsium oksalat dan pectic substances (Rosyidah, 2010). Berdasarkan kandungan nutriennya, ternyata kulit buah nanas mengandung karbohidrat dan gula yang cukup tinggi.

Menurut Wijana, dkk (1991) kulit nanas mengandung 81,72% air; 20,87%

serat kasar; 17,53% karbohidrat; 4,41% protein dan 13,65 % gula reduksi.

Mengingat kandungan karbohidrat, gula, dan protein yang cukup tinggi, maka kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk melalui proses fermentasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan unsur hara yang terdapat di dalam pupuk organik cair, yang terbuat dari limbah kulit nanas dengan campuran kotoran ayam dengan menggunakan ragi dan EM4.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu memberikan informasi atau pengetahuan kepada masyarakat khususnya pada masyarakat petani bahwa kulit nanas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair untuk tanaman.

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah jika didasarkan asalnya, limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1. Limbah Organik

Limbah ini terdiri atas bahan bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah pertanian berupa sisa tumpahan atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya dari pestisida dan pemupukan yang berlebihan. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Limbah rumah tangga seperti kertas, plastik, air cucian, minyak goreng bekas dan lain lain. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi misalnya : sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut tergolong B3.

(14)

2. Limbah Anorganik.

Limbah ini terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan Limbah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tidak dapa diuraikan dan tidak dapat diperbaharui. Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik seperti garam anorganik yaitu magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari kegiatan pertambangan dan industri, Asam anorganik yaitu asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam dan bahan bakar fosil. Limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium (Mubarok, 2012).

B. Tinjuan Umum Nanas

Nanas berasal dari Brasil. Di Indonesia, nanas ditanam di kebun-kebun, pekarangan, dan tempat-tempat lain yang cukup mendapat sinar matahari pada ketinggian 1-1.300 m dpl.

1. Sejarah Singkat Nanas

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Memiliki nama daerah Danas (Sunda) dan Neneh (Sumatra). Dalam bahasa Inggris disebut Pineapple dan orang-oramg Spanyol menyebutnya Pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Columbus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa Nanas ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah

(15)

nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropi k (Samsul, 2002).

2. Jenis Tanaman

Klasifikasi tanaman Nanas adalah : Kingdom : Plantae ( Tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta ( Tumbuhan berbiji) Kelas : Angiospermae ( Berbiji tertutup ) Ordo : Farinosae ( Bromeliales)

Famili : Bromiliaceae Genus : Ananas

Species : Ananas comosus (L) Merr.

Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama Nanas liar yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A. Braceteatus (Lindl) Schultes, A. Erectifolius L, B. Smith, dan A. Nanassoides (Bak) L.

B.Smith. . berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas, yaitu :

Cayene : daun halus, tidak berduri, buah besar

Queen : daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut

Spanyol/Spanis : daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar, dan

Abacaxi : daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida).

(16)

Varietas cultivar Nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Golongn Spanis dikembangkan di Kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brasilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor, Subang dan Palembang.

3. Kulit Nanas

Secara ekonomi kulit nanas masih bermanfaat untuk diolah menjadi pupuk. Berdasarkan kandungan nutriennya, ternyata kul it buah nanas mengandung karbohidrat dan gula yang cukup tinggi. Menurut Wijana, dkk (1991) kulit nanas mengandung 81,72 % air, 20,87 % serat kasar, 17,53 % karbohidrat, 4,41 % protein, 0,02 % lemak, 0,48 % abu, 1,66 % serat basah, dan 13,65 % gula reduksi. Selain itu buah nanas juga mengandung asam chlorogen yaitu antioksidan kemudian cytine yang berguna untuk pembentukan kulit dan rambut, lalu zat asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh untuk mempercepat pertumbuhan dan memperbaiki jaringan otot. Pada limbah kulit nanas diduga terdapat senyawa alkaloid, yaitu sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tumbuh-tumbuhan.

Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid.

Selain daun- daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan

(17)

bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion (Mustikawati, 2006). Mengingat kandungan karbohidrat dan gula yang cukup tinggi tersebut maka kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair melalui proses pengomposan dan ekstraksi untuk mengambil senyawa-senyawa yang terdapat dalam kulit nanas tersebut. Senyawa-senyawa tersebut diduga merupakan kelompok senyawa humat dan senyawa lainnya, yang diduga dapat berperan sebagai zat perangsang tumbuh (ZPT) tanaman, seperti kelompok giberelin, sitokinin, dan auksin.

C. Tinjauan Umum Pupuk Organik

Pupuk organik didefinisikan sebagai pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik mempunyai beragam jenis dan varian. Jenis-jenis pupuk organik dibedakan dari bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya. Dari sisi bahan baku ada yang terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau campuran keduanya. Dari metode pembuatan ada banyak ragam seperti kompos aerob, bokashi, dan lain sebagainya. Sedangakan dari sisi wujud ada yang berwujud serbuk, cair maupun granul atau tablet.

Teknologi pupuk organik berkembang pesat dewasa ini. Perkembangan ini tak lepas dari dampak pemakaian pupuk kimia yang menimbulkan berbagai masalah, mulai dari rusaknya ekosistem, hilangnya kesuburan tanah,

(18)

masalah kesehatan, sampai masalah ketergantungan petani terhadap pupuk.

Oleh karena itu, pemakaian pupuk organik kembali digalakan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut (Pranata, 2004).

D. Tinjauan Umum Pupuk Organik cair

Pupuk organik cair adalah pupuk berfasa cair yang dibuat dari bahan-bahan organik melalui proses pengomposan. Terdapat dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses pengomposan. Pertama adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara melarutkan pupuk organik yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang difermentasikan dalam kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan bakunya dari material organik yang belum terkomposkan. Unsur hara yang terkandung dalam larutan pupuk cair tipe ini benar-benar berbentuk cair. Jadi larutannya lebih stabil. Bila dibiarkan tidak mengendap. Oleh karena itu, sifat dan karakteristiknya pun berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dari pupuk padat yang dilarutkan ke dalam air (Suratna, 1992).

Menurut Suriadikarta, dkk (2006), keunggulan dari pupuk organik cair yaitu : (a) Mudah untuk membuatnya, (b) Murah harganya, (c) Tidak ada efek samping bagi lingkungan maupun tanaman, (d) Bisa juga dimanfaatkan untuk mengendalikan hama pada daun (bio-control), seperti ulat pada tanaman sayuran. (e) Aman karena karena tidak meninggalkan residu, pestisida organik juga tidak mencemari lingkungan. Kelemahan yang umum terdapat pada pupuk organik/hayati cair, yaitu: (a) Viabilitas (daya hidup) mikro organisme yang dikandungnya sangat rendah, (b) Populasi mikroorganisme kecil dan bahkan cenderum tidak ada/mati seiring dengan waktu, (c) Nutrisi

(19)

yang terkandung sedikit. Umumnya nutrisi yang ada berupa tambahan bahan kimia seperti pupuk NPK dan Urea, (d) Mikroorganisme di dalamnya sangat mudah berkurang bahkan mati, (e) Tingkat kontaminasi sangat tinggi, (f) Seringkali menghasilkan gas (kemasan rusak) dan bau tidak sedap (busuk), (g) Tidak tahan lama (kurang dari setahun), (h) Masalah dari transportasi dan penyimpanan, (i) Perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi dalam membuatnya, (j) Hasilnya tidak bisa diproduksi secara massal.

E. Tinjauan Umum Kotoran Ayam

Menurut Hardjowigeno (1995), kotoran ayam merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam yang terkadang masih dikesampingkan, jika di cermati bahwa sektor peternakan merupakan mata rantai dari program integrited farming. Maka pemanfaatan limbah peternakan seharusnya menjadi sorotan bagi para peternak untuk mewujudkan integrited farming secara luas, selain itu pengolahan kotoran ayam untuk menjadi pupuk kandang pun memiliki nilai ekonomis yang tidak dapat dipandang sebelah mata melihan kebutuhan petani akan pupuk.

Kotoran ayam adalah bahan makanan yang tidak tercerna yang dikeluarkan dari usus ke kloaka dan dikeluarkan dari tubuh. Kotoran ayam yang terdiri dari sisa bahan yang tidak dicerna, mikroorganisme usus (bakteri, virus, parasit, dan jamur), getah pencernaan dan jaringan usus yang halus dan zat-zat mineral yang berasal dari tubuh (Fidi, 2011).

Menurut Syira (2012), menambahkan bahwa kotoran ayam atau bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, serta berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah serta lingkungan. Di dalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme

(20)

primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap.

F. Tinjauan Umum Ragi

Ragi merupakan populasi campuran mikroba yang terdapat beberapa jenis yaitu genus Aspergillus, genus Saccharomyces, genus Candida, genus Hansula . Sedangkan bakterinya adalah Acetobacter. Aspergillus dapat menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansnula dapat menurunkan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat lainnya. Acetobacter mengubah alkohol menjadi cuka. Secara fisiologis, ragi mempunyai persamaan menghasilkan fermen atau enzim-enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan mendapat keuntungan berupa energi dan adapun substrat yang diubah berbeda-beda.

Ragi tape sebenarnya adalah berupa mikroba Saccharomyces cerevisiae yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol. Sedang jamur yang ada dalam ragi tape adalah jenis Aspergillus. Ragi tape merupakan inokulam yang mengandung kapang aminolitik dan khamir yang mampu menghidrolisis pati. Kapang tersebut adalah Amilomyces rouxii, sedangkan khamir tersebut adalah Saccharomyces. Adapun mikroflora yang berperan pada ragi tape adalah jenis Candida, Endomycopsis, Hansnula, Amilomyces rouxii dan Aspergil lus Orizae. Ragi menghasilkan enzim pitase yang dapat melepaskan ikatan fosfor dalam phitin, sehingga dengan ditambahkan ragi tape dalam ransum akan menambah ketersediaan mineral. Ragi bersifat katabolik atau memecah komponen yang kompleks menjadi zat yang lebih sederhana

(21)

sehingga lebih terurai (Anonim, 2010).

Mikroorganisme yang digunakan untuk proses fermentasi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungsi (khomir) yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor, Amylomyces, Endaucosis, Saccharomices Hancenula, Anomala, lactobacillus, dan Acetobacur (Suharno, 2007).

G. Tinjauan Umum Effective Microorganism4 (EM4)

EM4 merupakan mikroorganisme (bakteri) pengurai yang dapat membantu dalam pembusukan sampah organik (Suparman, 1994). EM4 berisi sekitar 80 genus mikroorganisme fermentasi, diantaranya bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., Actinomycetes sp. dan ragi (Agro Media, 2007). EM4 digunakan untuk pengomposan modern. EM4 diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Kompos yang dihasilkan dengan cara ini ramah lingkungan berbeda dengan kompos anorganik yang berasal dari zat-zat kimia. Kompos ini mengandung zat-zat yang tidak dimiliki oleh pupuk anorganik yang baik bagi tanaman (Suparman, 1994).

Larutan EM4 ditemukan pertama kali Prof. Dr. Teuro Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang. Larutan EM4 ini berisi mikroorganisme fermentasi. Jumlah mikroorganisme fermentasi EM4 sangat banyak, sekitar 80 genus. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada empat golongan utama yang terkandung di dalam EM4, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomyces sp, ragi (yeast). Selain mempercepat pengomposan, EM4 dapat diberikan secara langsung untuk menambah unsur hara tanah dengan

(22)

cara disiramkan ke tanah, tanaman atau disemprotkan ke daun tanaman (Indriani, 2012).

Biasanya, untuk mempercepat proses pengomposan harus dilakukan dalam kondisi aerob karena tidak menimbulkan bau. Namun, proses mempercepat pengomposan dengan bantuan EM4 berlangsung secara anaerob (sebenarnya semi anaerob karena masih ada sedikit udara dan cahaya). Dengan metode ini, bau yang dihasilkan ternyata dapat hilang bila proses berlangsung dengan baik (Indriani, 2012).

Menurut Indriani (2012), Jumlah mikroorganisme EM4 sangat banyak sekitar 80 jenis, mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan baik dalam menguraikan bahan organik dan sekian banyak mikroorganisme ada 4 golongan pokok yaitu:

1. Bakteri Laktat adalah bakteri gram positif, tidak membentuk spora dan berfungsi menguraikan bahan organik dengan cara fermentasi membentuk asam laktat dan glukosa. Asam laktat akan bertindak sebagai sterilizer atau menekan mikroorganisme yang merugikan serta meningkatkan perombakan bahan-bahan organik dengan cepat.

2. Ragi (yeast) berfungsi mengurai bahan organik dan membentuk zat anti bakteri, dapat pula membentuk zat aktif (substansi bioaktif) dan enzim yang berguna untuk pertumbuhan sel dan pembelahan akar. Ragi ini juga berperan dalam perkembangan mikroorganisme lain yang menguntungkan seperti Actynomicetes dan Lactobacillus sp.

3. Actynomicetes merupakan bentuk peralihan antara bakteri dan jamur, mempunyai filament, berfungsi mendekomposisikan bahan organik ke dalam bentuk sederhana. Simbiosis antara Actynomicetes dengan

(23)

bakteri fotosintesis akan menjadi bakteri anti mikroba sehingga dapat menekan pertumbuhan jamur dan bakteri yang merugikan dengan cara menghancurkan khitin yaitu zat esensial untuk pertumbuhannya.

4. Bakteri fotosintesis terdiri dari bakteri hijau dan ungu, bakteri hijau memiliki pigmen hijau (bakteri viridian dan bakteri klorofil), sedangkan bakteri ungu mempunyai pigmen ungu, merah dan kuning (bakteri purpurin). Bakteri fotosintesis merupakan bakteri bebas yang mensintesis senyawa nitrogen, gula dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolik yang diproduksi diserap langsung oleh tanaman yang tersedia sebagai substrat untuk perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan.

Menurut Djuarnani dkk (2009), cara kerja EM4 telah dibuktikan secara ilmiah dan menyatakan EM4 dapat berperan sebagai berikut:

a. Menekan pertumbuhan patogen tanah.

b. Mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik.

c. Meningkatkan ketersediaan unsur hara dan senyawa organik pada tanaman.

d. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan seperti Mycorrhiza sp, Rhizobium sp dan bakteri pelarut fosfat.

e. Meningkatkan nitrogen.

f. Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.

EM4 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen yang selalu menjadi masalah pada budidaya monokultur dan budidaya sejenis secara terus-menerus. EM4 merupakan larutan yang berisi beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat untuk menghilangkan bau pada

(24)

limbah dan mempercepat pengolahan limbah menjadi kompos.

H. Tinjauan Umum Unsur Hara

Menurut Pranata (2004), unsur hara yang dibutuhkan tanaman beraneka ragam. Sedikitnya ada 60 jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dari sekian banyak unsur hara tersebut, sebanyak 16 unsur atau senyawa diantaranya merupakan unsur hara esensial yang mutlak dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhannya.

1. Unsur Hara Makro a. Karbon (C)

Karbon yang digunakan oleh tumbuhan berasal dari karbondioksida (CO2 ) yang ada di udara. Karbondioksida merupakan hasil respirasi (pernapasan manusia) atau pembakaran sempurna zat-zat organik. Karbon berfungsi untuk membentuk karbohidrat, lemak dan protein yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.

Selain itu, berfungsi membentuk selulosa yang merupakan dinding sel dan memperkuat bagian tanaman.

b. Hidrogen (H)

Hidrogen diperoleh tanaman dengan memecah air (H2O). air dapat diperoleh tanaman dari udara dan tanah, hidrogen berguna dalam proses pembuatan gula (glukosa) menjadi karbohidrat dan sebaliknya, serta proses pembentukan lemak dan protein. Proses untuk menghasilkan glukosa dikenal dengan proses asimilasi karbondioksida atau fotosintesis.

(25)

c. Oksigen (O2)

Oksigen diperoleh tanaman dari air dan udara. Sekitar 21%

volume udara adalah oksigen, oksigen dihisap tanaman dari udara melalui respirasi. Oksigen dibutuhkan tanaman untuk membentuk bahan organis tanaman. Seluruh tanaman, baik akar, batang, daun, bunga dan buah memerlukan oksigen. Oksigen dibutuhkan dalam sel tanaman untuk mengubah karbohidrat menjadi energi.

d. Nitrogen (N)

Tumbuhan memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan terutama pada fase vegetatif yaitu pertumbuhan cabang, daun dan batang.

Nitrogen juga bermanfaat dalam proses pembentukan hijau daun atau klorofil. Klorofil sangat berguna untuk membantu proses fotosintesis.

Selain itu, nitrogen bermanfaat dalam pembentukan protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Perlu diketahui, sekitar 78% volume udara terdiri dari nitrogen.

e. Fosfor (P)

Bagi tanaman fosfor berguna untuk membentuk akar sebagai bahan dasar protein, mempercepat penuaan buah, memperkuat batang tanaman, meningkatkan hasil biji-bijian dan umbi-umbian, selain itu fosfor juga berfungsi untuk membantu proses asimilasi dan respirasi.

f. Kalsium (Ca)

Kalsium berfungsi sebagai pengatur pengisapan air dari dalam tanah. Kalsium juga berguna untuk menghilangkan (penawar) racun dalam tanaman. Selain itu, kalsium berguna untuk mengaktifkan

(26)

pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang.

Kalsium bisa digunakan untuk menetralkan konsidi tanah.

g. Sulfur (S)

Sulfur atau belerang sangat membantu tanaman dalam membentuk bintil akar. Pertumbuhan lainnya yang didukung adalah sulfur adalah pertumbuhan tunas dan pembentukan hijau daun (klorofil) berbagai asam amino.

h. Magnesium (Mg)

Magnesium berfungsi membantu proses pembentukan hijau daun atau klorofil. Selain itu, berfungsi untuk membentuk karbohidrat, lemak dan minyak. Magnesium juga berfungsi membantu proses transportasi fosfat dalam tanaman.

i. Kalium (K)

Kalium berfungsi untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Selain itu, kalium berfungsi untuk memperkuat jaringan tanaman dan berperan dalam pembentukan antibodi tanaman yang bisa melawan penyakit dan kekeringan.

2. Unsur Hara Mikro a. Klor (Cl)

Klor bermanfaat untuk membantu meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Khususnya untuk tanaman tembakau, kentang, kapas, kol, sawi dan tanaman sayuran lainnya. Kekurangan klor akan menyebabkan produktifitas menurun.

(27)

b. Besi (Fe)

Zat besi berperan dalam proses fisiologi tanaman seperti proses pernapasan dan pembentukan zat hijau daun (klorofil).

c. Mangan (Mn)

Mangan bermanfaat dalam proses asimilasi dan berfungsi sebagai komponen utama dalam pembentukan enzim dalam tanaman.

d. Tembaga (Cu)

Tembaga bermanfaat bagi tanaman dalam proses pembentukan klorofil dan sebagai komponen utama dalam pembentukan enzim tanaman.

e. Boron (Bo)

Boron merupakan zat yang banyak manfaatnya, boron membawa karbohidrat ke seluruh jaringan tanaman. Boron juga bermanfaat dalam proses mempercepat penyerapan kalium dan berperan pada pertumbuhan tanaman khususnya pada bagian yang masih aktif. Selain itu, berfungsi juga dalam meningkatkan kualitas produksi sayuran dan buah-buahan.

f. Molibdenum (Mo)

Molibdenum berfungsi untuk mengikat oksigen bebas dari udara.

Selain itu, berfungsi sebagai komponen pembuatan enzim pada bakteri akar tanaman leguminosae.

g. Zincum (Zn)

Seng mempunyai fungsi dalam pembentukan hormon tanaman yang berguna untuk pertumbuhan.

(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Produksi dan Laboratorium Tanah dan Air di Kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, selama ± 8 bulan mulai bulan Februari 2016 sampai September 2016 meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan.

B. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mesin pencacah, ember ukuran 15 liter, saringan, alat tulis, kamera, plastik bening, thermometer, gelas ukur , alat pengaduk, timbangan analitik

C. Bahan

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu EM4, Kotoran Ayam, Kulit Nanas, Ragi, Air dan Gula Merah

D. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Alat Dan Bahan

a. Bahan baku limbah kulit nanas diperoleh dari pasar pagi Samarinda.

Kemudian kulit nanas dipotong kecil-kecil dengan alat mesin pencacah.

b. Kotoran ayam diperoleh dari peternak ayam di Loa Janan.

c. Alat untuk penelitian ini diperoleh dari peminjaman di Lab. Produksi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

(29)

Kulit nanas 6 kg yang sudah dipotong kecil-kecil dan kotoran ayam 2 kg dimasukkan ke dalam ember lalu ditambahkan ragi 17 g dan gula merah 200 g yang sudah diencerkan dengan menggunakan air sebanyak 1 liter dan air bersih 5 l. Semua bahan diaduk sampai rata, kemudian tutup dengan plastik transparan lalu diikat dengan karet, cara ini disebut fermentasi dengan sistem semianerob.

3. Pembuataan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Kulit Nanas Dan Kotoran Ayam Dengan Aktivator EM4 (P2)

Kulit nanas 6 kg yang sudah dipotong kecil-kecil dan kotoran ayam 2 kg dimasukkan ke dalam ember lalu ditambahkan EM4 60 ml dan gula merah 200 g yang sudah diencerkan dengan menggunakan air sebanyak 1 liter dan air bersih 5 l. Semua bahan diaduk sampai rata, kemudian tutup dengan plastik transparan lalu diikat dengan karet, cara ini disebut fermentasi dengan sistem semianerob.

E. Pengambilan Data

Data yang diambil dan diamati dari pupuk organik cair tersebut yaitu kandungan N, P, K dan diteliti di Laboratorium Tanah Dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pengamatan fisik secara visual dilakukan setiap hari pada pukul 17.00 Wita terhadap warna, bau dan suhu.

Pengamatan fisik hanya digunakan sebagai penentu bahwa pupuk organik cair sudah jadi yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna, bau dan suhu hingga 3 (hari) pengamatan secara berturut -turut.

Kematangan pupuk organik cair ini dapat diketahui dengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil

(30)

ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dan agak sedikit berbau (Purwendro dan Nurhidayat, 2007).

F. Pengolahan Data

Hasil data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar mutu pupuk SNI berdasarkan No.70/Permentan/SR.140/10/2011.

(31)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Uji Kimia POC

Setelah fermentasi selesai, dilakukan uji laboratorium di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda untuk mengetahui kandungan unsur hara yang meliputi pH, N Total, P, K, C-Organik dan C/N dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisa Kimia Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair (POC) Dari Limbah Kulit Nanas.

NO Kode Unsure

POC Kulit Nanas Kotoran

Ayam Ragi (P1)

POC Kulit Nanas Kotoran

Ayam EM4 (P2)

Standar Mutu Pupuk Organik No.70/Permentan/

SR.140/10/2011

1 N Total 0,18 0,16 3 - 6

2 P Total 0,0467 0,0402 3 6

3 K Total 0,0414 0,0255 3 6

4 C Total 3,504 4,349 Min 6 %

5 Rasio C/N

19,476 27,181 -

6 pH 5,44 5,16 4 - 9

Sumber : Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (2016) dan Standar Mutu Pupuk Organik no.70/Permentan/SR.140/10/2011.

Berdasarkan hasil analisa laboratorium, pupuk organik cair bahan Kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam dan aktivator ragi (P1) dengan kandungan unsur hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,18%, Fospor (P) sebesar 0,0467%, Kalium (K) sebesar 0,0414%, C-Organik sebesar 3,504 dan nilai pH adalah 5,44. Dan pada pupuk organik cair bahan Kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam dan aktivator EM4

(P2) dengan kandungan unsur hara yaitu Nitrogen (N) sebesar 0,16%, Fospor (P) sebesar 0,0402%, Kalium (K) sebesar 0,0255%, C-organik sebesar 4,349%, dan dengan nilai pH adalah 5,16.

(32)

B. Pembahasan

1. Sifat Kimia Pupuk Organik Cair (MOL)

Berdasarkan hasil uji laboratoriun pada pembuatan POC bahan Kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator EM4 dan ragi tape, dapat dilihat bahwa sifat kimia POC pada perlakuan P1 dan P2 tersebut tidak berbeda jauh dan jika dibandingkan standar mutu pupuk organik masih belum memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik No.70/Permentan/SR.140/10/2011.

a. Derajat Keasaman (pH)

Berdasarkan hasil uji kimia di laboratoriun pada penelitian POC bahan kulit Nanas dengan aktivator ragi P1 memiliki nilai pH untuk P1 5,44 lebih tinggi dari P2 dengan aktivator EM4 yaitu 5,16 sudah sesuai dengan Standar Teknis Mutu Pupuk Organik No.70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu 4-9. Menurut Djuarni, dkk (2006) bahwa peningkatan nilai pH pupuk organik cair disebabkan karena adanya aktivitas mikroorganisme dalam dekomposer yang diberikan masukan ion OH atau hidroksida dari hasil proses dekomposisi bahan organik cai r itu sendiri. Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikro organisme yang terlihat dalam pengomposan akan merubah bahan organik menjadi asam organik namun belum maksimal sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang rendah.

b. Nitrogen (N Total)

Dari hasil uji laboratorium pada penelitian POC bahan kulit Nanas dengan aktivator ragi (P1) senilai 0,18% lebih besar dari

(33)

bahan Kulit Nanas dengan aktivator EM4 (P2) senilai 0,16 namun kedua perlakuan tersebut belum memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik.

Rendahnya kandungan N-total pada setiap perlakuan disebabkan karena pengaruh dari proses yang terjadi dalam siklus nitrogen. Proses fermentasi dilakukan secara semi anaerob yang menyebabkan proses fermentasi tidak berjalan dengan maksimal.

Menurut Suwastika dkk. (2012) ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi yaitu oksigen, pH, suhu, dan kelembaban.

Hal ini juga diduga karena unsur hara yang telah dirombak digunakan kembali untuk metabolisme hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Notohadiprawiro (1999) yang menyatakan bahwa mikroorganisme selain merombak nitrogen tersebut juga menggunakannya untuk aktivitas metabolisme hidupnya.

Mikroorganisme yang terdapat pada aktivator berperan merombak unsur N meskipun masih belum memenuhi standar mutu pupuk berdasarkan No.70/Permentan/SR.140/10/2011 Karena menurut Fitria (2008), bakteri fotosintentik merupakan bakteri yang dapat mensintesa senyawa nitrogen dan gula, jamur fermentatik berfungsi untuk menfermentasi bahan organik menjadi senyawa- senyawa organik dalam bentuk alkohol, gula dan asam amino yang siap diserap oleh perakaran tanaman.

(34)

c. Fosfor (P Total)

Dari hasil uji laboratorium pada penelitian POC bahan kulit Nanas dengan aktivator ragi (P1) senilai 0,0467% lebih besar bahan kulit Nanas dengan aktivator EM4 (P2) senilai 0,0402% belum memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik.

Menurut Sumarsih (2003), Berbagai asam organik tersebut terutama asam-asam hidroksi dapat mengikat secara kelat dan membentuk kompleks yang relatif stabil dengan kation-kation Ca2+,

Mg2+, Mg2+, Fe3+, dan Al3+, sehingga P yang semula terikat oleh kation-kation tersebut menjadi terlarut. Bakteri kelompok Nitrosomonas dan Thiobacillus berturut-turut dapat menghasilkan asam nitrat dan asam sulfat. Asam-asam tersebut merupakan asam kuat yang mampu melarutkan P yang berbentuk tidak larut

d. Kalium (K Total)

Dari hasil uji laboratorium pada penelitian POC bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator ragi (P1) senilai 0,18% dan bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator EM4 (P2) senilai 0,16% belum memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik.

Menurut Amanillah (2011), menyatakan kalium merupakan senyawa yang dihasilkan juga oleh metabolisme bakteri dimana bakteri menggunakan ion-ion K+ bebas yang ada pada bahan pembuat pupuk untuk keperluan metabolisme, sehingga pada hasil fermentasi kalium akan meningkat seiring dengan semakin berkembangnya jumlah bakteri yang ada dalam bahan penyusun

(35)

pupuk organik cair. Oleh Novizan (2012), yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan beberapa unsur hara oleh jasad renik terutama kalium. Unsur hara tersebut dapat kembali melalui pelapukan sisa makhluk hidup bila mikroorganisme tersebut mati.

Kandungan N total, P Total, dan K Total pada ke-2 perlakuan tersebut memiliki kadar unsur hara yang tidak memenuhi standar mutu pupuk organik dikarenakan bahwa kedua bahan tersebut memiliki kandungan unsur hara yang rendah tetapi lengkap kandungan unsur haranya. Namun dalam penelitian ini yang diamati hanya pH, N total, P Total, dan K Total.

Menurut Wijana, dkk (1991), bahwa kandungan kimia kulit nanas adalah 81,72% air, 20,87% serat kasar, 17,53% karbohidrat, 4,41% protein, 0,02% lemak, 0,48% abu, 1,66% serat basah, dan 13,65% gula reduksi. Selain itu buah nanas juga mengandung asam chlorogen yaitu antioksidan kemudian cytine yang berguna untuk pembentukan kulit dan rambut, lalu zat asam amino esensial.

Menurut Suriadikarta, dkk (2006) bahwa kelemahan pupuk organik cair, yaitu viabilitas (daya hidup) mikrooarganisme yang dikandungnya sangat rendah, populasi mikroorganisme yang kecil dan bahkan cenderung tidak ada/mati seiring dengan waktu dan nutrisi yang terkandung sedikit.

(36)

A. Kesimpulan

1. Nilai pH pada pupuk organik cair dari bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator ragi (P1) senilai 5,44 dan bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator EM4 (P2) senilai 5,16 sudah memenuhi Standar Teknis Mutu Pupuk Organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/

SR.140/10/2011.

2. Unsur Nitrogen (N), Fospor (P), Kalium (K), pada pupuk organik cair dari bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator ragi (P1) dan bahan kulit Nanas dengan campuran kotoran ayam serta aktivator EM4 (P2) masih belum memenuhi Standar Mutu Pupuk Organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2011.

3. Perlakuan yang paling baik dari penelitian pembuat an pupuk organik cair dari bahan kulit nanas yaitu Perlakuan 1 (P1) yaitu dengan menggunakan aktivator ragi namun masih belum memenuhi Standar Mutu Pupuk Organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2011.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penambahan bahan baku yang bisa menaikkan unsur hara pupuk organik cair yang terbuat dari bahan kulit nanas.

2. Perlu waktu pengamatan yang lebih lama lagi.

3. Perlu penambahan air untuk pembuatan POC dari bahan kulit nanas.

(37)

Agro Media. 2007, Petunjuk Pemupukan, Agro Media Pustaka Jakarta.

Amanillah. Zi. 2011. Pengaruh Konsentrasi Em4 Pada Fermentasi Urin sapi Terhadap Konsentrasi N,P,K. Skripsi Fakultas MIPA. Universitas Brawijaya. Malang.

Anonim. 2010. Mengenal ragi dan fungsinya http://dapurpunyaku. Diakses pada tanggal 5 Januari 2016

Djuarnani. N, Kristian, B.S., Setiawan. 2009. Cara Tepat Membuat Kompos.

Agromedia Pustaka, Jakarta

Fidi. 2011. Manfaat Kotoran Ayam Sebagai Bahan http://Fidi.com 24 Januari 2016

Fitria. Y. 2008. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Industri Perikanan Menggunakan Asam Asetat Dan Effective Microorganisms 4.

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Institut Pertanian. Bogor.

Skripsi 72 Hal.

Foth. H. D. 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan Purbayanti, E, Lukiwati, D.W, Mulatsih, R.T, UGM Press. Yogyakarta. 762.

Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Mediatama Saran Perkasa. Jakarta.

Indriani. Y.H. 2012. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mubarok. K. 2012. Pengelolaan Sampah, https://khamdiutm. Di akses pada tanggal 30 Januari 2016.

Mustikawati . I. 2006. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid dari Daun Gendarussa vulgaris Nees. Tesis. Digital Library Universitas Airlangga . Surabaya

Notohadiprawiro. T. 1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Jakarta.

Novizan. 2012. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Edisi Revisi. AgroMedia Pustaka

Pelczar MJ. 1986. Dasar-Dasar Mikro bilologi. UI-Press. Jakarta.

Pranata. AS. 2004. Pupuk Organik Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Puwendro. D. dan Nurhidayat T. 2007. Pembuatan Pupuk Cair. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

(38)

Rosyidah. 2010. Nanas Raksasa di Indonesia http://rosyidah.com Diakses tanggal 16 Februari 2016.

Samsul. 2002. Budidaya Nanas. Rieneka Cipta, Jakarta

Sudaryono. 2009. Tingkat Keuburan Tanah Ultisol pada Lahan Pertambangan Batubara Sangatta, Kalimantan Timur. Peneliti Pusat Teknologi Badan Lingkungan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta

Suharno. 2007. Biologi X. Jakarta; Erlangga

Sumarsih. S. 2003. Mikrobiologi Dasar. Diktat Kuliah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UPN Veteran. Yogyakarta.

Suparman. M. 1994, EM4 Mi kroorganisme Yang Efektif. Sukabumi: KTNA.

Suratna. 1992. Pupuk dan Pemupukan. MSP Militon Putra. Jakarta.

Suriadikarta, Didit Ardi, Simanungkalit, R. D. M. (2006). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Jawa Barat.

Suwastika. A.A.N.G., N.N. Soniari. dan A.A.I. Kesumadewi. 2012. Biologi Tanah. Bahan Ajar. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar Syira. R. 2012. Pupuk Kotoran Ayam http://rahmasyira. Diakses 24 Januari 2016 Yuliarti. N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lily Publisher.

Yogyakarta.

Yowono. D. 2005 . Kompos Penebar Swadaya. Jakarta

Wijana S. Kumalaningsih A, Setyowati U, Efendi dan Hidayat N. (1991).

-bahan Tepung Kulit Nanas dan Proses Fermen- tasi pada Pakan Ternak terhadap Peningkatan

(Deptan). Universitas Brawijaya. Malang. Dalam http://digilib.unila.ac.id/11814/Intan . Di akses pada tanggal 14 Februari 2016

(39)

NO PARAMETER STANDAR MUTU 1. C Organik Min 6 % .2 Bahan Ikutan :

Plastik,Kaca, kerikil)

Maks 2 % .3 Logam berat :

- As - Hg - Pb - Cd

Maks 2,5 ppm Maks 0,25 ppm Maks 12,5 ppm Maks 0,5 ppm

.4 pH 4 9

.5 Hara Makro : - N

- P2O5 - K2O

3 6 % 3 6 % 3 6 % .6 MikrobaKontaminan:

- E.coli

- Salmonella sp

Maks 102

MPN/ml

Maks 102

MPN/ml .7 Hara Mikro :

- Fe total atau - Fe tersedia - Mn

- Cu - Zn - B - Co - Mo

90 900 ppm 5 50 ppm 250 5000 ppm 250 5000 ppm 250 5000 ppm 125 2500 ppm 5 20 ppm 2 10 ppm .8 Unsur Lain:

- La - Ce

0 0

(40)

Lampiran 2. Hasil Pengamatan Fisik Pupuk Organik Cair Dari Limbah Kulit Nanas Dan Kotoran Ayam dengan aktivator Ragi Tape dan EM4

Hari Bau Warna Suhu

P1 P2 P1 P2 P1 P2

1 Berbau buah Berbau Buah Hitam kecoklatan Hitam kecoklatan 31 31 2 Berbau buah Berbau buah Hitam kecoklatan Hitam kecoklatan 30 30

3 Berbau buah Berbau buah coklat Coklat 30 30

4 Tidak Berbau Tidak Berbau coklat Coklat 31 31

5 Tidak Berbau Tidak Berbau Coklat Coklat 30 30

6 Tidak Berbau Tidak Berbau Coklat Coklat 31 30

7 Tidak Berbau Tidak Berbau Coklat Coklat 31 30

8 Tidak Berbau Tidak Berbau Coklat muda Coklat muda 31 30 9 Tidak Berbau Tidak Berbau Coklat muda Coklat muda 31 31 10 Tidak Berbau Tidak Berbau Coklat muda Coklat muda 30 31 11 Sedikit berbau Sedikit berbau Coklat muda Coklat muda 29 30 12 Sedikit berbau Sedikit berbau Coklat muda Coklat muda 29 29 13 Sedikit berbau Sedikit berbau Coklat muda Coklat muda 29 29 14 Sedikit berbau Sedikit berbau Coklat muda Coklat muda 29 29

(41)

Cair.

Gambar 1. Penggilingan Kulit Nanas

Gambar 2. Bahan-Bahan Penelitian

(42)

Gambar 3. Penimbangan bahan Kulit Nanas

Gambar 4. Penimbangan Bahan Kotoran Ayam

(43)

Gambar 5. Penimbangan Gula Merah untuk P!

Gambar 6. Penimbangan Gula Merah untuk P2

(44)

Gambar 7. Pengukuran Bahan EM4 Untuk P1.

Gambar 8. Penimbangan Bahan Ragi Tape Untuk P2

(45)

Gambar 9. Pencampuran Bahan-Bahan Penelitian (P1)

Gambar 10. Pencampuran Bahan-Bahan Penelitian (P2)

(46)

Gambar 11. Setelah Pencampuran Semua Bahan (P1)

Gambar 12. Setelah Pencampuran Semua Bahan (P2)

(47)

Gambar 25. Pupuk Organik Cair Umur 14 Hari (P1)

Gambar 26. Pupuk Organik Cair Umur 14 Hari (P2)

(48)

Gambar 27. Pupuk Organik Cair Setelah disaring

Gambar

Gambar 1. Penggilingan Kulit Nanas
Gambar 3. Penimbangan bahan Kulit Nanas
Gambar 5. Penimbangan Gula Merah untuk P!
Gambar 7. Pengukuran Bahan EM4 Untuk P1.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam ketentuan Pasal 55 ayat (I) Undang-undang KPKPU, nampaknya Undang- undang ini memang mengakui hak separatis dari kreditur pemegang hak jaminan (Hak

4.2 Kesesuaian Penerapan Pemungutan dan Pelaporan PPh Pasal 22 BUMN KBM Komersial Kayu Semarang dengan Peraturan Menteri Keuangan. Berdasakan peraturan Menteri Keuangan Republik

mengandung rahasia, bahwa selama masih ada sedikit perlainan dan perbedaan dengan ajaran- ajaran Nabi Muhammad saw,, maka baran^iapa yang mendakwakan menjadi nabi berarti dia te-.

Berdasarkan diagram alir pada Gambar 3.3 sistem deteksi okupansi dilakukan dengan menggunakan pembagian frame pada frame citra awal yang didapat dari IP Camera..

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah diduga perlakuan dosis biourine sapi 20 ml/polybag dan media tanam tanah + pupuk kandang sapi serta

Terlaksananya kegiatan pertemuan Temu Bisnis Usaha Perikanan Provinsi Sumatera Barat dan Luar Provinsi 1.. 3 4 6

J.Conner, Jemaat Dalam Perjanjian Baru , (terj.. Tetapi kemudiani, Ia meninggalkan jemaat itu lagi. Ada tiga hal yang terjadi sesudah Yesus tidak bersama-sama lagi

“Kerasulan Muhammad dalam perspektif al -Quran dan al- Kitab” maka dengan demikian berdasarkan hal tersebut penulis akan menguraikan perbandingannya sebagai berikut: