• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Makna Gaya Bahasa Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah

1. Gaya Bahasa Hiperbola

a. Ibu dengan daster hijau yang bersimbah peluh dan tangan yang berbau diterjen itu menunujuk kami. (hal 6)

Hiperbola adalah ungkapan kata yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan baik jumlah, ukuran, atau sifatnya. Kalimat diatas menggunakan gaya bahasa hiperbola karena mengandung pernyataan yang berlebihan. Kata yang menunujukkan bahwa kalimat diatas termasuk jenis kalimat yang menggunakan gaya bahasa hiperbola terletak pada kata bersimbah peluh. Makna kalimat diatas adalah Ibu dengan daster hijau yang berkeringat dan tangan yang berbau diterjen itu menunujuk kami.

b. Pada saat itulah, sebuah suara mengguntur di telingaku.(hal. 7)

Hiperbola adalah ungkapan kata yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan baik jumlah, ukuran, atau sifatnya. Kalimat diatas menggunakan gaya bahasa hiperbola karena mengandung pernyataan yang berlebihan. Kata yang menunujukkan bahwa kalimat diatas termasuk jenis kalimat yang menggunakan gaya bahasa hiperbola terletak pada kata mengguntur. Makna kalimat diatas adalah pada saat itu ada suara keras kudengar.

c. Tiba-tiba suara Pepeng memecah telinga. (hal. 26)

Hiperbola adalah ungkapan kata yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan baik jumlah, ukuran, atau sifatnya. Kalimat diatas menggunakan gaya bahasa hiperbola karena mengandung pernyataan yang berlebihan. Pada kalimat diatas dinyatakan suara Pepeng memecah telinga , maksud dari kalimat tersebut adalah suara Pepeng yang telalu keras.

d. Sorot matanya yang tajam membuatku tak mampu memandang

wajahnya. (hal 85).

Kalimat diatas menggunakan gaya bahasa hiperbola karena mengandung pernyataan yang berlebihan. Sorot matanya yang tajam

berlebihan. Berdasarkan konteksnya makna kalimat tersebut adalah tatap matanya yang tajam membuatku tak berani memandang wajahnya.

e. Segebung semangat menyala di hati kami. (hal. 87)

Kalimat diatas menggunakan gaya bahasa hiperbola karena mengandung pernyataan yang berlebihan. Segebung semangat menyala

jika apabila dilihat kenyataannya hal seperti itu tidak pernah ada. Berdasarkan konteksnya makna kalimat diatas adalah semangat yang besar di hati kami.

f. Alloh Maha Pengampun, akan mengampuni dosa manusia seluas lautan ataupun setinggi gunung. (hal. 100)

Kalimat diatas menggunakan gaya bahasa hiperbola karena mengandung pernyataan yang berlebihan. Mengampuni dosa manusia seluas lautan ataupun setinggi gunung pada kalimat tersebut merupakan bahasa hiperbola yang mempunyai makna dosa yang besar. Makna kalimat diatas adalah Alloh Maha Pengampun, akan mengampuni dosa manusia yang besar.

g. Pintu berlapis dari kayu jati dan lapisan depannya adalah teralis besi itu disibakkan hingga menimbulkan suara logam beradu yang memekakkan telinga sekaligus menyentak perhatian mereka. (ha.l 135)

Pemanfaatan gaya bahasa hiperbola nampak pada kalimat diatas karena mengandung pernyataan mengenai suatu hal yang berlebihan.

Memekakkan telinga adalah kata yangg mengandung bahasa hiperbola yang bermakna terdengar nyaring ditelinga atau suara yang sangat keras. Makna kalimat diatas adalah pintu berlapis dari kayu jati dan lapisan depannya adalah teralis besi itu disibakkan hingga menimbulkan suara logam beradu yang menimbulkan suara yang keras di telinga sekaligus menyentak perhatian mereka.

h. Lantai ubin itu begitu dingin terasa mencucuk tulang sampai ke kepala. (hal. 137)

Kalimat diatas menggunakan gaya bahasa hiperbola karena mengandung pernyataan yang berlebihan. Mencucuk tulang sampai ke

kepala pada kata-kata tersebut merupakan bahasa hiperbola yang mempunyai makna sangat dingin. Makna kalimat di atas adalah lantai ubin itu begitu dingin. Pengarang lebih memilih kata dingin mencucuk tulang sampai ke kepala karena bertujuan untuk menggambarkan begitu dinginnya kejadian dalam cerita tersebut.

i. Bergemuruh layaknya ribuan tawon mengamuk. (151)

Kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa hiperbola karena melebih-lebihkan keadaan sebenarnya. Kata gemuruh digambarkan seperti ribuan tawon mengamuk. Pada kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa hiperbola. Makna kalimat di atas adalah melukiskan suara gemuruh yang sangat keras.

j. Suara-suara itu membelah angkasa, memecah langit, menjadi mendung yang diseret angin, bertabrakan ion positif dan negatif, lantas guntur menggelegar. (hal. 151)

Pemanfaatan gaya bahasa hiperbola nampak pada kalimat diatas karena mengandung pernyataan mengenai suatu hal yang berlebihan. Dalam kenyataan tidak mungkin terjadi ada suara yang mampu membelah angkasa, memecah langit, menyeret angin, dan menimbulkan guntur. Berdasarkan konteksnya makna kalimat diatas adalah suara yang keras.

k. Suaranya benar-benar memekakkan telinga. (hal. 151)

Pemanfaatan gaya bahasa hiperbola nampak pada kalimat diatas karena mengandung pernyataan mengenai suatu hal yang berlebihan. Dalam kenyataan tidak mungkin terjadi ada suara yang mampu memekakkan telinga. Makna kalimat di atas dalah suara yang sangat keras.

l. Semburan air mata deras di pipinya. (hal. 176)

Pemanfaatan gaya bahasa hiperbola nampak pada kalimat diatas karena mengandung pernyataan mengenai suatu hal yang berlebihan. Pada kalimat di atas dinyatakan semburan air mata deras di pipinya, maksudnya adalah ia menangis tersedu-sedu.

m. Lagi-lagi jiwaku terasa di sayat-sayat. (hal. 188)

Pemanfaatan gaya bahasa hiperbola nampak pada kalimat di atas karena mengandung pernyataan mengenai suatu hal yang berlebihan. Dalam kenyataan tidak mungkin terjadi jiwa yang di sayat-sayat. Seperti yang kita ketahui bahwa jiwa merupakan ruh yang tidak mungkin dapat di sayat. Berdasarkan konteksnya makna kalimat di atas adalah dalam keadaan yang sangat sedih.

n. Tetapi meledaklah tangis Pambudi, tangis yang mengharu-biru dan memecah langit. (hal 191)

Pemanfaatan gaya bahasa hiperbola nampak pada kalimat diatas karena mengandung pernyataan mengenai suatu hal yang berlebihan. Dalam kenyataan tidak mungkin terjadi ada tangis yang meledak dan suara tangis yang dapat memecah tangis. Berdasarkan konteksnya makna kalimat di atas adalah Pambudi menangis dengan kerasnya.

o. Dengan peluh membanjir di tubuh dan serbuk kapur yang kadang bisa memerihkan mata menandakan kalau iya begitu sungguh-sungguh agar murid yang diajarinya paham. (hal. 200)

Kalimat tersebut termasuk jenis kalimat yang menggunakan gaya bahasa hiperbola karena menyatakan sesuatu yang ada secara berlebihan. Peluh membanjir dalam konteks ini mempunyai arti banyak mengeluarkan keringat.

p. Keringat mereka membanjir. (hal. 212)

Kalimat tersebut termasuk jenis kalimat yang menggunakan gaya bahasa hiperbola karena menyatakan sesuatu yang ada secara berlebihan. Peluh membanjir dalam konteks ini mempunyai arti banyak mengeluarkan keringat.

q. Walaupun diejek oleh seluruh manusia di seluruh dunia. (hal. 264)

Hiperbola adalah gaya bahasa yang membesar-besarkan sesuatu dari hal yang sebenarnya. Dikatakan manusia di seluruh dunia yang mengejek tetapi kenyataannya hanya beberapa saja. Kalimat tersebut membesar-besarkan dari maksud yang ada.

r. Tangis yang semula hanya sesenggukan itu berubah menjadi sayatan melengking. (hal. 268)

Kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa hiperbola karena mengandung pernyataan mengenai suatu hal berlebihan. Makna kalimat di atas adalah tangis yang mulanya biasa-biasa saja kemudian menangis secara terisak-isak. Pengarang menggunakan kata sayatan melengking bertujuan untuk menonjolkan kejadian yang diceritakan.

s. Kita akan hidup seribu tahun lagi. (hal. 339)

Pemanfaatan gaya bahasa hiperbola nampak pada kalimat tersebut karena menyatakan sesuatu yang ada secara berlebihan. hidup seribu tahun lagi dalam konteks ini adalah bahwa hidup lebih lama lagi maka dilukiskan ingin hidup seribu tahun lagi.

Dokumen terkait