• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Makna Gaya Bahasa Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah

7. Gaya Bahasa Metafora

a. Maka diam-diam mencuri badan jalan atau lengkong-lengkong sempit untuk dijadikan halaman. (hal .6)

Kalimat tersebut merupakan bentuk bahasa kias metafora. Metafora berusaha membandingkan dua hal yang dinyatakan secara eksplisit (Burhan Nurgiantoro, 2005: 299). Mencuri badan jalan merupakan gambaran dari rumah-rumah kampung yang saling berdesakan sehingga tak punya tempat untuk halaman dan jalan raya pun dijadikan untuk halaman rumah-rumah mereka.

b. Mat Karmin tak ingin kehilangan muka. (hal. 8)

Kalimat tersebut merupakan bentuk bahasa kias metafora. Metafora berusaha membandingkan dua hal yang dinyatakan secara eksplisit. Dalam konteks ini Mat Karmin dianggap tidak ingin kehilngan muka, yakni hidung, mata, mulut, alis, dan sebagainya. Makna kalimat di atas adalah Mat Karmin tidak ingin dipermalukan, oleh sebab itu ia berusaha agar tetap menjadi yang paling benar sehingga kebohonganpun tak jarang ia lakukan.

c. Yudi hanya berdiri mematung. (hal. 44)

Kalimat tersebut merupakan bentuk bahasa kias metafora karena membandingkan dua hal yang sebenarnya berbeda dianggap memiliki kesamaan makna. Dalam konteks ini Yudi dianggap seperti patung dalam arti tidak melakukan aktivitas apa pun, tidak tidak beranjak dari tempat atau berdiam diri. Pengarang lebih memilih kata mematung

untuk mengungkapkan gagasannya daripada berdiam diri.

d. Penduduk berlomba-lomba mendirikan bangunan dan memelarkan tanah. (hal. 66)

Kailimat tersebut bermajas metafora karena membandingkan dua hal yang sebenarnya berbeda dianggap memiliki kesamaan makna. Dalam konteks ini memelarkan tanah merupakan gambaran dari

memanfaatkan tanah sebaik-baiknya untuk bisa mendapatkan uang, bukan membuat tanah menjadi panjang. Kalimat di atas mempunyai pesan bahwa kita harus pintar-pintar memanfaatkan sesuatu yang ada untuk mendapatkan uang.

e. Tiba-tiba, setitik air mata menetes di pipinya, ia pasti terharu dan batu di dalam hatinya akan pecah mendengar cerita sedih mereka. (hal. 92)

Kailimat tersebut menggunakan majas metafora yang lazim digunakan bagi orang yang tergugah hatinya karena terharu setelah mendengar cerita sedih seseorang. Pengarang menggunakan bahasa kias batu di

dalam hatinya dengan tujuan agar pembaca kritis dalam

mengintreprestasikan makna kalimatnya. Nilai kalimat di atas akan berkurang apabila pengarang mengungkapkan gagasannya dengan kalimat Tiba-tiba, setitik air mata menetes di pipinya, ia pasti terharu dan luluh hatinya mendengar cerita sedih mereka. Kalimat tersebut mengandung ketulusan sesorang untuk membantu orang lain.

f. Si bintang jatuh yang berotak emas itu. (hal . 192)

Kailimat tersebut menggunakan majas metafora yang lazim digunakan untuk menggambarkan kepintaran seseorang. Berotak emas bukan berarti orang yang memiliki otak emas. Nilai kalimat di atas akan berkurang apabila menggunakan kata pintar dan mengubah kalimatnya menjadi Si bintang jatuh yang pintar itu.

g. Bisa melupakan sejenak seluruh beban yang menggantung di pikiranku. (hal. 198)

Kailimat tersebut menggunakan majas metafora. Kata menggantung di pikiranku menggambarkan seseorang yang sedang memikirkan sesuatu. Pengarang lebih memilih kata menggantung di pikiranku untuk mengungkapkan gagasannya daripada sedang memikirkan sesuatu. h. Sebagai sebuah petaka yang akan dikunyah-kunyahnya sendiri segala

dera deritanya. (hal. 231)

Kalimat tersebut merupakan bentuk bahasa kias metafora karena membandingkan dua hal yang sebenarnya berbeda dianggap memiliki

kesamaan makna. Kata dikunyah-kunyahnya sendiri mengandung makna dirasakan sendiri. Nilai kalimat di atas akan berkurang apabila pengarang menggunakan kata dirasakan sendiri. Makna kalimat di atas adalah menggambarkan seseorang yang menderita tetapi tak sanggup untuk menceritan apa yang di deritanya kepada orang lain.

i. Padahal dia sendiri adalah seorang wanita berdarah biru. (hal. 266)

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Berdarah biru adalah sebutan bagi orang yang mempunyai keturunan bangsawan, bukan orang tersebut mempunyai darah berwarna biru. Darah manusia lazimnya berwarna merah. Pengarang menggunakan berdarah biru

untuk mengungkapkan gagasannya daripada menggunakan keturunan bangsawan.

j. Mereka menjelma menjadi batu. (hal. 266)

Kalimat tersebut merupakan bentuk bahasa kias metafora karena membandingkan dua hal yang sebenarnya berbeda dianggap memiliki kesamaan makna. Dalam konteks ini manusia dianggap dapat menjelma menjadi batu yang tidak mau bernajak dari tempat apabila tidak ada orang yang berusaha menyingkirkannya. Berdasarkan konteksnya makna kalimat di atas adalah menahan kesedihan sehingga tak mampu beranjak pergi.

k. Pagi itu, hari Selasa, tetapi tampak gelap di hati Kharisma. (hal. 279)

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. gelap di hati dalam konteks ini adalah kesedihan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Kharisma kelihatan sedih pada Selasa pagi. Kalimat di atas mengandung pesan jangan terlalu larut dalam keterpurukan.

l. Kita semua sedang berusaha untuk keluar dari jeratan hidup yang membelenggu ini, kita sedang keluar dari lubang hitam yang teramat gelap. (hal. 295)

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Lubang hitam dalam konteks ini adalah hidup dalam keadaan miskin. Kalimat di atas mengandung pesan kita tak boleh menyesali hidup karena menjadi miskin, kemiskinan bukan menjadi penghalang untuk mewujudkan cita-cita.

m. Relung hatinya serasa di cuci kembali, dibersihkan dari debu-debu karat, hingga seperti orang yang baru lahir. (hal. 310)

Kailimat tersebut menggunakan majas metafora yang lazim digunakan untuk menggambarkan orang yang telah mendapatkan nasihat dari orang lain dan membuatnya sadar dengan apa yang dia lakukan selama ini. Pengarang menggunakan bahasa kias Relung hatinya serasa di cuci kembali dengan tujuan agar pembaca kritis dalam menginterpretasikan makna kalimatnya.

n. Dalam sekejab ia telah menantang pedasnya debu-debu jalanan dari asap knalpot kendaraan maupun debu-debu jalanan yang tersibak oleh kendaraan-kendaraan besar dijalanan. (hal. 317)

Dikatakan sebagai gaya bahasa metafora karena dalam kalimat tersebut dua hal yang berbeda dibandingkan secara lansung, sehingga satu hal seolah-olah sama persis dengan hal lain yang digunakan sebagai pembanding. Kalimat di atas lazimnya digunakan untuk melukiskan orang yang mempunyai keinginan dan semangat yang kuat untuk mencapainya walaupun dalam situasi apapun. Pesan yang dapat di ambil dari kalimat di atas adalah berjuang demi cita-cita walaupun banyak rintangan yang harus dihadapi.

o. Diikuti oleh sesungging senyuman yang bisa membuat dunia tak pernah berawan. (hal. 328)

Kalimat tersebut merupakan bentuk bahasa kias metafora karena membandingkan dua hal yang sebenarnya berbeda dianggap memiliki kesamaan makna. Dalam konteks ini kebahagiaan dilukiskan dengan

dunia tak pernah berawan. Berdasarkan kontesnya kalimat di atas mempunyai makna karena senyuman seseorang yang dicintainya akan membuat kebahagiaan yang tiada tara.

p. Kau begitu baik, kau benar-benar berhati emas. (hal. 329)

Kailimat tersebut menggunakan majas metafora yang lazim digunakan untuk menggambarkan kebaikan seseorang. Berhati emas bukan berarti orang yang memiliki hati emas. Nilai kalimat di atas akan berkurang apabila menggunakan kata baik. Berdasarkan konteksnya kalimat di atas mempunyai makna kebaikan seseorang yang dilakukan dengan tulus.

q. Seperti baru kemarin mereka mengunyah-kunyah pelajaran dari ibu Mutia. (hal. 331)

Kalimat tersebut merupakan bentuk bahasa kias metafora karena membandingkan dua hal yang sebenarnya berbeda dianggap memiliki kesamaan makna. Kata mengukunyah-kunyah pelajaran mengandung makna mempelajari ilmu dengan seksama. Nilai yang terkandung dalam kalimat di atas adalah seperti baru kemarin mereka belajar yang diajarkan bu. Mutia di sekolah.

r. Wajahnya tak punya sinar. (hal. 360)

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Tak punya sinar dalam konteks ini adalah tampak tak bahagia. Nilai dalam kalimat tersebut akan berkurang apabila pengarang menggunakan gagasannya dengan kalimat wajahnya tampak tak bahagia.

s. Rena telah mencoreng arang di wajah orang tuanya. (hal. 384)

Kailimat tersebut menggunakan majas metafora yang lazim digunakan untuk menggambarkan kebaikan seseorang. Mencoreng arang di wajah orang tuanya bukan berarti Rena telah mencoreng muka kedua orang tuanya menggunakan arang. Mencoreng arang di wajah orang tuanya

lazim digunakan untuk melukiskan anak yang mempermalukan kedua orang tuanya karena perbuatannya sendiri. Makna dalam kalimat di atas adalah seorang anak harus menjaga nama baik kedua orang tuanya dengan cara menjaga nama baik diri sendiri.

t. Sabtu mendung kelabu ketika terima rapor. (hal. 398)

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Mendung kelabu dalam kalimat di atas mengandung makna suasana hati yang kurang bahagia, bukan mengandung makna langit sedang mendung berwarna kelabu. Pengarang menggunakan kata mendung kelabu dengan tujuan agar pembaca kritis dalam menginterpretasikan makna kalimatnya.

u. Perempuan itu berhadapan dengan perempuan berhati baja yang tak bisa di bengkokkan sedikitpun. (hal. 403)

Kalimat tersebut merupakan bentuk bahasa kias metafora karena membandingkan dua hal yang sebenarnya berbeda dianggap memiliki kesamaan makna. Dalam konteks ini berhati baja bukan mengandung arti seorang perempuan yang hatinya terbuat dari baja melainkan menggambarkan seorang perempuan yang mempunyai pendirian yang kuat. Pengarang menggunakan kata berhati baja dengan tujuan agar pembaca kritis dalam menginterpretasikan makna kalimatnya. Dari kalimat di atas pengarang menyampaikan pesan bahwa perempuan juga harus memiliki kemauan dan pendirian yang kuat agar tidak mudah diremehkan orang lain.

v. Maka, batu yang ada di dalam hatiku ini pecah. (hal. 416)

Kalimat tersebut merupakan bentuk bahasa kias metafora karena membandingkan dua hal yang sebenarnya berbeda dianggap memiliki

kesamaan makna. Batu dalam hati dalam kalimat di atas mengandung makna keraguan yang kuat sehingga tak berani untuk mengambil keputusan. Dari kalimat di atas pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa di suatu ketika kita harus bisa memutuskan sesuatu untuk kebaikan diri kita sendiri.

Dokumen terkait