BAB V Bab terakhir membahas tentang Kesimpulan dan Saran
TEMUAN DAN ANALISIS
B. Bahasa Jurnalistik dan Bentuk Pesan Dakwah Terhadap pemerintahan SBY
Seperti diketahui, bahasa jurnalistik dapat dibedakan berdasarkan bentuknya yaitu bahasa jurnalistik surat kabar, bahasa jurnalistik tabloid, bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio siaran, bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik media on line internet. Dalam penelitian ini menggunakan Bahasa jurnalistik surat kabar. Seperti diketahui, karakteristik bahasa jurnalistik ada 17 yang telah dijelaskan di BAB sebelumnya.
Pada penelitian ini, membahas tentang pemberitaan satu tahun pemerintahan SBY Budiono di Harian Media Indonesia. Seperti yang telah di analaisis di atas, terdapat bahasa – bahasa yang digunakan oleh Media Indonesia yang melenceng berdasarkan karakteristik bahasa Jurnalisitk yang telah dikutip di BAB sebelumnya.
Seperti contoh kata “mendepak” yang terdapat dalam berita di edisi 20 Oktober 2010. Bahasa tersebut melenceng dari kaidah bahasa jurnalistik, yakni tidak tunduk kepada kaidah etika. Salah satu utama fungsi pers adalah edukasi, mendidik, dengan penggunaan bahasa tersebut mencerminkan Media Indonesia tidak menunjukan etika dalam pemilihan kata-kata di setiap berita. Dalam konteks dakwah, terdapat bentuk pesan dakwah dimana pengertian tersebut membahas tentang pemilihan kata yang tepat. Secara qoulan karimah atau perkataan yang mulia, kata “mendepak” sama sekali tidak mencerminkan kata-kata yang mulia. Berita ini membahasa tentang satu tahun pemerintahan SBY Budiono, seharusnya
media lebih memilih kata-kata yang pantas untuk memberitakan seorang pemimpin agar secara etika tidak melenceng.
Ada pula kata “penggulingan” yang digunakan Media Indonesia, kata tersebut juga melenceng secara kaidah bahasa jurnalistik. Yakni tidak tunduk kepada etika dalam setiap penulisan kata-kata dalam berita. Secara dakwah, tidak termasuk kedalam qoulan karima karena kata ini tidak termasuk kata-kata yang mulia dan tidak pantas digunakan untuk pemberitaan seorang pemimpin di sebuah Negara.
Namun tidak semua kata-kata yang digunakan Media Indonesia dalam menyusun berita melenceng dari kaidah bahasa jurnalistik dan bentuk pesan dakwah. Seperti kata “diplomatis, mesra, rapor” kata – kata tersebut lebih halus dan lebih tepat dalam penulisan berita. Kata “diplomatis”, secara jurnalistik kata tersebut memenuhi kaidah bahasa jurnalistik yakni tunduk kepada etika dan populis. Secara bentuk pesan dakwah juga lebih cocok dan ini termasuk kedalam qoulan karima karena kata ini termasuk kata yang mulia dan sangat pas penggunaannya ketika dalam penulisan berita yang membahas pemimpin dalam sebuah Negara.
Penggunaan kata “mesra” dalam penulisan berita di Media Indonesia, sangat pas dalam pemberitaan ini karena secara kaidah bahasa jurnalistik, pemilihan kata ini agar lebih menarik pembaca. Secara dakwah, kata ini termasuk
qoulan karimah karena kata ini termasuk kata yang mulia dan pantas digunakan
77
Penggunaan kata “rapor” dalam penulisan berita di Media Indonesia, adalah untuk lebih menarik perhatian pembaca karena dalam berita tersebut terkait evaluasi. Kata rapor sendiri berarti buku hasil prestasi belajar, namun Media Indonesia memilih kata ini bukan dari pengertian tersebut, tetapi lebih kepada kata ganti sebagai hasil dari pemerintahan selama satu tahun pemerintahan SBY. Secara jurnalistik, kata ini termasuk kaidah bahasa jurnalistik yakni menarik. Secara dakwah, kata ini juga termasuk qoulan karimah atau kata – kata yang mulia.
C. Interpretasi
Berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono tentu menyedot perhatian publik. Karena menyangkut perkembangan selama satu tahun pemerintahan di bawah pimpinan SBY di periode yang kedua dengan wakilnya Budiono. Pada penelitian ini, Media cetak yang digunakan adalah Media Indonesia karena Media Indonesia memang dikenal kritis mengenai pemerintahan, terlebih kini berita yang diangkat mengenai satu tahun pemerintahan SBY - Budiono walaupun pada saat yang bersamaan ada bencana alam di Wasior tetapi Media ini tetap mengangkat berita satu tahun pemerintahan SBY- Budiono di bagian Headline.
Media Indonesia mengangkat berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono di tiga edisi, yakni 19, 20 dan 21 Oktober 2010. Berita yang diangkat pada edisi 19 Oktober 2010, seputar para pemimpin lembaga Negara yang kembali bertemu untuk berkonsolidasi. Media Indonesia tentu punya pertimbangan kenapa mengangkat berita ini, karena bagi Media Indonesia bukan
apa yang disepakati dalam pertemuan itu, mereka berkumpul saja itu bagi Media Indonesia peristiwa politik besar karena di tengah isu tentang bagaimana kekuatan sippil ingin menggusur SBY pada waktu itu.12 Pada edisi ini Media Indonesia menganggap menjatuhkan pemerintahan SBY - Budiono hanyalah angan-angan belakan dan sulit terjadi. Beberapa kata yang digunakan untuk mempertegas pandangan Media Indonesia adalah “mimpi-mimpi penggulingan” mengenai menjatuhkan SBY – Budiono hanyalah angan-angan belaka.
Pada edisi 20 Oktober 2010, seputar gesekan yang terjadi antara Demokrat dan Golkar. Di edisi ini tentang masih terkait century sebetulnya jadi kalau di lihat, ada kongsi yang dibangun pada 6 Mei 2010 tetapi Golkar itu suaranya hingga berita ini di turunkan pada saat itu tanggal 20 Oktber 2010 tetap lebih oposisi dari oposisi Golkarnya.13 Pada edisi ini, Media Indonesia menggunakan beberapa kata untuk mempertegas pandangannya yakni menggunakan kata “mesra dan mendepak”. Kata mesra pilihan kata yang menggambarkan kalau hubungan Demokrat dan PDIP semakin dekat dan kemungkinan masuknya PDIP dalam kabinet. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, kata mesra berarti sangat erat.14 Kata mendepak berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, berarti mengeluarkan dari perkumpulan.15 Kata mendepak kata ganti dari mengeluarkan. Pilihan kata ini untuk memojokan posisi golkar yang memang dalam hal ini akan di keluarkan dari koalisi.
12
Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pukul 17.00
13
Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pukul 17.00
14
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 908
15
79
Pada edisi 21 Oktober 2010 itu terkait hasil penelitian itu bicara tentang tingkat kepuasan publik kota.16 Di edisi ini bukan hanya mengangkat hasil dari pemerintah yang mendapat angka merah dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) tetapi membahas sosok Budiono yang dianggap tidak dapat mengisi kekurangan SBY yang dianggap sosok yang lamban. Di edisi ini sosok Budiono menjadi sorotan, karena memang menurut Media Indonesia kinerja Budiono dianggap kurang maksimal. Terbukti, bukan hasil merah yang diangkat menjadi Headline pada edisi ini melainkan hasil angka merah yang mengarahkan ke sosok Budiono yang tingkat kepuasan publik kota menyatakan tidak puas.
Terkait berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono, Media Indonesia membuat rubrik khusus tentang satu tathun pemerintahan SBY - Budiono yang berisi evaluasi di berbagai bidang namun Lebih kepada puji-pujian lah. Orang mau pasang iklan semua itu saja.17
Pada penelitian ini menggunakan teori ekonomi politik. Di dalam teori ekonomi politik ada 3 entry consep yakni yaitu komodifikasi, spasialisasi dan strukturasi namun dalam penelitian ini khusus membahas tentang komodifikasi karena komodifikasi terkait perubahan isi dari suatu media yang bisa menjadi nilai tukar.
Di analisis seperti yang diungkapkan di atas, ada keterkaitan antara teori ekonomi politik dengan berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono. Di komodifikasi intrinsik atau komodifikasi isi, yakni Media Indonesia memodifikasi
16
Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pukul 17.00
17
Hasil wawancara dengan Abdul Kohar, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia pada tangga 30 Juni 2011 pukul 17.00
berita sesuai dengan ideologis nya membuat berita dengan menonjolkan sisi tertentu disetiap pemberitaannya agar lebih menarik perhatian publik dan mendapat keuntungan penjualan dari berita tersebut.
Di Ekstrinsik commodification (komodifikasi ekstrinsik atau komodifikasi
khalayak) yakni khalayak atau pembaca yang bisa menjadi nilai jual. Kaitannya dengan berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono adalah dengan komodifikasi isi dan akhirnya menyajikan berita yang menarik perhatian publik seperti momen satu tahun pemerintahan SBY - Budiono, tentu Media Indonesia mendapatkan keuntungan dengan jumlah pembaca yang banyak dan jumlah pembaca yang banyak inilah yang menjadi nilai jual kepada pengiklan sehingga pengiklan tidak akan ragu untuk memasang iklan di Media Indonesia.
Di komodifikasi cybernetik, dalam praktiknya ada 2 yakni komodifikasi
intrinsik dan komodifikasi ekstensif. Di komofikasi intrinsik, banyaknya oplah
karena banyak segmen pada cetak diukur dengan oplah dan luas wilayah koran Media Indonesia. Kaitannya dengan berita satu tahun pemerintahan SBY - Budiono yakni pada momen tersebut tentu menyedot perhatian publik sehingga Media Indonesia mendapatkan keuntungan dengan oplah perhari. Komodifikasi ekstensif sama dengan komodifikasi pekerja. Pekerja disini merupakan yang berasal dari luar karena. Kaitannya dengan berita satu tahun pemerintahan SBY Budiono, SBY dan Budiono lah yang menjadi nilai jual. Karena sosok SBY yang merupakan presiden terlebih ini periode ke duanya dan Budiono merupakan wakil presiden di periode kedua SBY ditambah dengan timbulnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik seperti kasus century yang mendorong seluruh media
81
baik media cetak dan elektronik untuk menjadikan satu tahun pemerintahan SBY Budiono menjadi headline di media massa khususnya Media Indonesia sebagai evaluasi selama satu tahun pemerintahan SBY Budiono.
Dalam penelitian ini juga melihat bagaimana berita – berita yang ditampilkan sesuai dengan bahasa jurnalistik dan bentuk pesan dakwahnya. Secara bahasa jurnalistik dan secara dakwah, masih terdapat kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik seperti kata “mendepak, penggulingan” kata ini tidak tunduk kepada etika yang termasuk kedalam kaidah bahasa jurnalistik dan secara dakwah kata ini tidak termasuk kedalam qoulan karimah atau perkataan yang mulia. Dalam setiap penulisan berita di Media Indonesia memang banyak prosesnya dan ada pertimbangan khusus di setiap pemilihan kata. Namun seharusnya Media Indonesia harus lebih memperhatikan kata-kata yang lebih sopan terlebih ketika memeberitakan sorang pemimpin di sebuah Negara.
82
A. Kesimpulan
Berdasarlan pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis mengenai framing
analysis untuk menganalisis teks meia cetak dalam mengemas berita satu
tahun pemerintahan SBY Budiono di harian Media Indonesia pada edisi 19 sampai 21 Oktober 2010. Dari pembahasan sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengemasan berita yang dilakukan Media Indonesia terkait satu tahun pemerintahan SBY Budiono lebih menekankan kepada evaluasi selama satu tahun pemerintahan yang dipimpin SBY dan Budiono. Terlihat dari berita yang disajikan, evaluasi tersebut menyangkut kinerja pemerintahan yakni dibidang hubungan internasional, bidang ekonomi, bidang penegakan hukum dan kinerja politik. Dari keempat angka merah tersebut kemungkinan adanya reshufle.
2. Bahasa jurnalistik dan pesan dakwah terhadap pemerintahan SBY di Media Indonesia masih terdapat kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik yakni tidak tunduk kepada etika seperti kata “mendepak” dan “penggulingan” dan secara dakwah, kata – kata tersebut tidak sesuai dengan qoulan karimah atau perkataan yang mulia apalagi ini berita tentang seorang pemimpin di sebuah Negara.
83
B. Saran
1. Redaksi Harian Media Indonesia sebagai perusahaan yang produknya informasi, maka seharusnya menjadikan Media Indonesia sebagai sarana menyampaikan informasi, bukan sebagai agent of Propaganda bagi pembaca.
2. Seorang wartawan, ketika melaporkan berita, diarapkan dapat menanggalkan bias-bias, (tidak mengikut sertakan opini, ideologi, dan keberpihakan wartawan terhadap suatu persitiwa)
3. Bagi seorang wartawan dan tim redaksi Media Indonesia seharusnya lebih menggunakan kata-kata yang sesuai kaidah bahasa jurnalistik agar sesuai etika dan lebih menggunakan kata-kata yang mulia terlebih dalam memberitakan seorang pemimpin di sebuah Negara.
4. Bagi pembaca, hendaknya dapat memahami makna yang terdapat di media massa, dengan mencermati kata, kalimat istilah, isi berita serta validitas sumber informasi yang tersaji di media masa. Serta aktif mencari informasi yang sama dari sumber media cetak yang berbeda, untuk mengetahui kualitas kebenaran sebuah informasi, serta tidak meneriman informasi secara apriori.
5. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dalam penelitian menengai Analisis Framing dan menggunakan Teori Ekonomi Politik mampu mengembangkan dari penelitian ini dan tidak hanya pada tataran Komodifikasi, melainkan menggunakan Spasialisasi dan Sturkturasi.