• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Bab terakhir membahas tentang Kesimpulan dan Saran

F. Konseptualisasi Framing

Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana,

khususnya untuk menganalisis media. Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai sturktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.23

Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan

dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas ini, hasil akhirnya adalah bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah tampak. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.24

Dengan frame, jurnalis memproses berbgai informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disampaikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media.

23

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), cet. Ke – 4 h. 161-162

24

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2002). h. 66-77

37

Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Kalau saja ada realtias dalam arit obyektif, bisa jadi apa yang ditampilkan dan dibingkai oleh media berbeda dengan realtias objektif tertentu. Karena realitas pada dasarnya bukan ditangkap dan tulis, realitas sebaliknya dikonstruksi. 25

Framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat

mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat, untuk mengiring interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengtahui bagaimana perspektif atau cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut.26

Dalam memframing sebuah berita, media harus melihat dua aspek penting yang menjadi dasar bagaimana sebuah realtas dari peristiwa itu dibangun dan akhrinya ditulis dengan frame yang dianutnya seperti yang dituliskan Eriyanto, yaitu:

Pertama,memilih fakta/realitas. Fakta dipilih berdasarkan asumsi bahwa

wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam melihat fakta selalu terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (excluded). Bagian mana yang ditekankan dalam realtias, bagian mana dari realtias yang diberikan dan bagian mana yang tidak diberitakan. Penekenana aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angle tertentu, memilih fakta tertentu

25

Ibid, h. 139 26

Nugroho, Eriyanto, Frans Suadiarsis, Politik Media Mengemas Media, (Jakarta: institut studi Arus Informasi, 1999) h. 21.

dan melupakan fakta yang hingga peristiwa itu dilihat dari sisi tertentu akibatnya bisa jadi berbeda antara satu media degan media yang lain.

Kedua, menuliskan fakta, berhubungan dengan bagaimana fakta dipilih itu

disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi apa dengan bantuka aksentuasi fot dan gambaran apa dan sebagainya. Bagaimana fakta yang dipilih ditekankan dengan permaianan perangkat tertentu: seperti penempatan mencolok (headline bagian depan atau belakang), pengulangan. Label tertentu ketika menggambarkan peristiwa itu diberitakan. Asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi dan pemkaian kata yang mencolok, gambar dan sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas.27

Definisi framing, dikemukakan oleh beberapa tokoh, diantaranya:

Tabel 2.2

Robert N. Entman Proses seleksi dri berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari penelitian itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapat kan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. Wiliam A. Gamson Cara bercerita (gugusan ide-ide) yang terorganisir

sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu dibentuk dalam sebuah kemasan

(package). Kemasan itu semacam skema atau struktur

pemaahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang disampaikan, menafsirkan makan pesan-pesan yang ia terima.

Todd Gitlin Strategi bagaimana realtias/dunia dibentuk, disederhanakan untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Periwitwa-perisitwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian kahlayak pembaca. Itu

27

39

dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan peresentasi aspek tertentu dari realitas.

David E. Snow

Robert Benford

Pemberian makna untuk menafsirkan perisitwa dari kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.

Amy Binder Skema interpretasiyang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung.

Frame mengorganisir perisitiwa yang kompleks ke dalam

bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna perisitiwa.

Zhongdang Pan Gerald M. Kosicki

Strategi komunikasi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa dan dihubungkan dengan rutinitas kkonvensi pembentukan berita.

Sumber : Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Idiologi dan Politik Media, h.67-68

Namun dalam penelitian ini menggunakan model framing Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki merupakan model yang paling populer dan banyak dipakai. Perangkat framing Zongdang Pan dan Gerald M.Kosicki terdiri dari empat struktur,yakni sintaksis, tematik, skrip dan retoris.

Alasan kenapa mengambil model Zongdang Pan dan Geral M. Kosicki adalah :

a. Model ini sangat cocok dengan pembahasan analisis teks media di koran. Karena perangkat yang di gunakan dalam model Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicky sangat mendukung.

b. Model Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicky memudahkan untuk menganalisis framing yang ada di media.

40