• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

2. Bahasa Reseptif

a) Pengertian Bahasa Reseptif

Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, terdiri dari beberapa tahapan sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya. Perkembangan adalah suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi, seperti biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Bahasa adalah suatu system simbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfolofi (unit kata), sintaksis (tata bahasa), semantic ( variasi arti ), dan pragmatik (pengunaan) bahasa (santrock,2004). Dengan bahasa, anak dapat mengkomunikasiakn maksud, tujuan, pemikiran maupun perasaan pada orang lain. ( Nurbiana, 2018:3.39)

Bahasa reseptif adalah kemampuan berbahasa anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud dan nada suara dan akhirnya kata-kata. Fungsi ekspresif adalah kemampuan anak mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikaksi dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal (Efendi, 2008:73).

b) Menyimak Sebagai Bagian Bahasa Reseptif 1) Batasan dan Pengertian Menyimak

Dalam Bahasa Karo terdapat suatu pameo yang berbunyi „tuju nge ibegina, tapi labo idengkehkenna‟ yang bermakna‟memang didengarnya, tetapi tidak disimaknya‟. Antara suami istri dalam rumah tangga atau antara muda mudi

9 pada masa berpacaran sering terdengar main-main akan soloro, tetapi sebenarnya

bermakna dalam yang berbunyi :‟abang sih, main-main saja. Kalau abang cinta

sama adik, jangan hanya sekedar isi hati adik, tetapi harus juga

menyimaknya!‟para orang tua pun sering memberi nasihat kepada putra-putrinya: „kalau orang tua sedang berbicara, jangan hanya sekedar mendengar saja, masuk

dari telinga kiri keluar dari telinga kanan, tetapi simaklah, dengarkanlah baik-baik,

masukkan kedalam hati.‟

Kemampuan menyimak sebagai salah satu kemampuan berbahasa awal yang harus dikembangkan, memerlukan kemampuan bahasa reseptif dan pengalaman, ketika anak sebagai penyimak secara aktif memproses dan memahami apa yang didengar. Kemampuan menyimak merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati lingkungan sekitarnya dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran. Kemampuan ini terkait dengan kesanggupan anak dalam menangkap isi pesan secara benar dari orang lain. (Nurbiana, 2018:4.1)

Banyak orang yang tidak bisa membedakan antara menyimak dan mendengarkan. Bahkan menganggap menyimak dan mendengarkan adalah kegiatan yang sama, sehingga banyak menimbulkan kesalah pahaman mengenai makna menyimak dan mendengarkan. Menyimak (listening) dikatakan sebagai kegiatan berbahasa reseptif dalam suatu kegiatan bercakap-cakap (talking) dengan medium dengar (aural) maupun medium pandang (visual). Dalam pengajaran bahasa, terutama pengajaran bahasa lisan sering kita jumpai istilah mendengar, mendengarkan dan menyimak. Ketiga istilah itu memang berkaitan dalam makna namun berbeda dalam arti. ( Skripsi Amalia Fauzia, hlm. 9-10)

Djago Tarigan mengatakan, dalam kamus besar bahasa Indonesia

pengertian istilah itu dijelaskan sebagai berikut: “Mendengar diartikan sebagai

menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti mendengarkan sesuatu dengan sungguhsungguh.Sedang menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Artinya menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengar, mengidentifikasi, menginterpretasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interpretasi makna dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut. Dalam bahasa yang mudah lagi sederhana menyimak berarti kemampuan memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan ( Skripsi Amalia Fauzi, hlm. 10)

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.( Henry Tarigan 2015: 31).

2) Tahap-Tahap Menyimak

Ruth G. Strickland menyimpulkan ada Sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan sebagai berikut :

a. Menyimak Berkala, yang terjadi pada saat –saat anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.

b. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal diluar pembicaraan.

11 c. Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menuggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak.

d. Menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.

e. Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; Perhatian secara seksama berganti dengan keasyikan lain; hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja;

f. Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara;

g. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan

h. Menyimak secara seksama dengan sungguh-sunggu mengkuti jalan pikiran san pembicara.

i. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara (Strickland, 1957 ) dalam (Henry Tarigan, 2015 : 31-32).

3) Tujuan dan Proses Menyimak a. Tujuan Menyimak

1. menyimak untuk meyakinkan 2. menyimak untuk belajar 3. menyimak untuk menikmati

4. menyimak untuk mengevaluasi 5. menyimak untuk mengapresiasi

6. menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide 7. menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi

8. menyimak untuk memecahkan masalah. (Logan1972:42; Shrope, 1979:261) dalam (Henry Tarigan, 2015: 60-62)

Tujuan menyimak dari sumber lain :

1. Untuk Belajar, bagi anak TK tujuan mereka menyimak pada umumnya adalah untuk belajar. Misalnya, belajar untuk membedakan bunyi-bunyi yang diperdengarkan guru, mendengarkan cerita, permainan bahasa. Jadi, anak TK melakukan kegiatan menyimak lebih cenderung bukan karena keinginan anak itu sendiri, melainkan ditugaskan sehubungan dengan kegiatan dalam pembelajaran.

2. Untuk Mengapresiasi, artinya bertujuan untuk dapat memahami, menghayati, dan menilai bahan yang disimak. Bahan dengan tujuan ini biasanya berbentuk karya sastra, seperti cerita atau dongeng dan puisi.

3. Untuk Menghibur Diri, menyimak yang bertujuan untuk menghibur diri artinya dengan menyimak anak merasa senang dan gembira.

4. Untuk Memecahkan Masalah yang Dihadapi, tujuan ini biasanya ditemui pada orang dewasa. Orang-orang yang sedang punya permasalahan dapat mencari pemecahannya melalui kegiatan menyimak (Nurbiana, 2018:4.18)

b. Proses Menyimak

1. Tahap mendengar, dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraanya. Jadi, kita masih berada dalam tahap hear-ing.

13 2. Tahap Memahami, setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara. Kemudian, sampailah kita dalam tahap understanding.

3. Tahap menginterprestasi, penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginsterprestasikan isi;

4. Tahap mengevaluasi, setelah memahami serta dapat menafsirkan atau menginterprestasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keungggulan dan kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara.

5. Tahap Menanggapi, tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Lalu, penyimak sampai pada tahap menanggapi. (Logan, 1972:39; Loban, 1969:243) dalam (Henry Tarigan 2015:63)

4) Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak

Sebelum kita sampai pada pembicaraan setiap faktor yang dapat mempengaruhi proses kegiatan menyimak, ada baiknya kalau terlebih dahulu kita memantau pendapat beberapa pakar atau ahli mengenai aneka jenis faktor yang sehubungan dengan topik ini.

Ada pakar yang yang mengatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi menyimak, yaitu :

a) Sikap b) Motivasi

c) Pribadi

d) Situasi kehidupan

e) Peranan dalam masyarakat (Hunt, 1981:19-20) dalam ( Henry Tarigan, 2015:104)

Pakar lain mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi menyimak, diantaranya :

a) Pengalaman b) Pembawaan

c) Sikap atau pendirian

d) Motivasi, daya penggerak, prayojana dan

e) Perbedaan jenis kelamin atau seks (Webb, 1975:137-9) dalam (Henry Tarigan, 2015:104)

Kemampuan menyimak melibatkan proses menginterprestasikan dan menerjemahkan suara yang didengar sehingga memiliki arti tertentu. Kemampuan ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian dan konsentrasi dalam rangka memahami arti informasi yang disampaikan. Sebagian besar anak dapat menyimak infomasi dengan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuannya dalam membaca. (Nurbiana, 2018:4.1)

Kemampuan menyimak sebagai salah satu keterampilan berbahasa reseptif melibatkan beberapa faktor sebagai berikut :

a) Acuity, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga, misalnya mendengar suara percakapan disekitar anak, mendengar suara motor atau binatang dan sebagainya.

15 b) Auditory discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan suara atau bunyi, misalnya suara motor berbeda dengan suara mobil; pertanyaan seseorang tidak sama dengan pernyataan seseorang; duri dan dari berbeda bunyinya dan sebagainya.

c) Auding, yaitu suatu proses yang didalamnya terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang diungkapkan. Proses ini melibatkan pemahaman terhadap isi dan maksud kata-kata yang diungkapkan. Sebagai contoh , yaitu

memahami pernyataan „kamu boleh berlari-lari diatama‟, „gerakan badanmu

ke kiri dan ke kanan‟ (Buttery dan Anderson, dalam Bromley, 1992).

Auding melibatkan aspek perkembangan semantic dan sintaksis. Dengan memahami semantic. Berarti anak memiliki pengetahuan tentang berbagai arti kata, sedangkan sintaksis berkaitan dengan pemahaman anak terhadap aturan dan fungsi kata.

5) Fungsi dan Peranan Menyimak

Apabila kita amati dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang paling banyak kita lakukan di antara tiga keterampilan berbahasa lainnya. Hampir setiap saat kita melakukan kegiatan menyimak. Kegiatan menyimak tersebut kita lakukan baik secara langsung, maupun secara tidak langsung, seperti melalui media elektronik. (Nurbiana, 2018:4.15)

Pendapat ini juga diperkuat oleh Bromley bahwa ada dua alas an mengajari anak mendengarkan. Dua alas an tersebut, yaitu (1) anak dan orang dewasa sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mendengar, (2) kemapuan mendengarkan sangat penting tidak hanya belajar di dalam kelas, tetapi juga

dalam kehidupan sehari-hari. Mendengarkan pidatp, berita, dan percakapan termaksud keahlian yang sering kita gunakan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa menyimak memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Demikian pula, dalam kehidupan anak. Walaupun kemampuan mendengarkan merupakan kemampuan berbahasa secara ilmiah dikuasai oleh setiap anak yang normal, keterampilan menyimak ini harus dikembangkan melalui stimulasi-stimulasi dan latihan-latihan karena keterampilan berbahasa tidak akan dapat dimiliki secara optimal termaksud menyimak didalamnya kalau tidak dikembangkan dan dilatihkan.

Apa saja fungsi atau peranan menyimak bagi anak ? berdasarkan pendapat Sabarti (1992) dan Tarigan (2005) dapat disimpulkan keterampilan menyimak dapat berfungsi untuk :

1. Menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua. Kemampuan berbahasa tidak akan dimiliki oleh seseorang kalau tidak diawali dengan kegiatan mendengarkan. Seorang anak dapat mengucapkan kata mama, papa, dan sebagainya setelah ia sering dan berulang-ulang menyimak pengucapan kata-kata tersebut dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Demikian pula halnya pada saat anak belajar bahasa asing. Kegiatan mungkin diawali dengan menyimak cara pengucapan fonem, kata, dan kalimat sebelum dia dapat mengucapkan sebuah kata dan menggunakannya dalam kegiatan berbicara.

2. Menjadi dasar pengembangan kemampuan bahasa tulis (membaca dan menulis). Kemampuan mendengar ini juga menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki anak sebelum diajarkan membaca. Seperti dikemukakan oleh

17 Tom dan Harriet Sobol, salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak sebelum diajarkan membaca adalah kemampuan membedakan auditorial. Artinya anak mampu membedakan suara-suara dilingkungan mereka dan mampu membedakan bunyi-bunyi huruf atau fonem yang mereka dengarkan (2003:26). Pendapat ini juga diperkuat oleh pflaum dan Steinberg dalam Tampubolon bahwa kemampuan anak memahami bahasa lisan menjadi salah sati ciri penanda kesiapan anak diajarkan membaca (1991:64).

3. Menunjang keterampilan berbahasa lainnya. Apabila bahasa pembicara sama dengan bahasa penyimak maka penyimak dari hasil menyimaknya akan dapat mengetahui ciri-ciri bahasa pembicara. Hal ini dapat menunjang kemampuan berbicara penyimak. Selain itu, penyimak dari hasil menyimaknya akan memperoleh tambahan perbendaharaan kata yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasanya baik lisan (berbicara dan menyimak) maupun tulisan (membaca dan menulis).

4. Memperlancar komunikasi lisan. Setelah menyimak pembicaraan seseorang, tentu penyimak akan dapat mengetahui isi atau makna pembicaraan tersebut maka akan terjadi komunikasi antara pembiacara dan penyimak. Hal ini berarti, menyimak dapat memperlancar komunikasi lisan.

5. Menambah informasi atau pengetahuan. Pengetahuan tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau informasi lainnya tidak hanya diperoleh melalui membaca, tetapi juga melalui menyimak. Pengetahuan baru tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan mendengarkan berita, ceramah, diskusi, dan lain sebagainya. (Nurbiana, 2018: 4.17)

Melihat begitu pentingnya menyimak bagi anak, sebaiknya guru di sekolah selalu memperhatikan dalam masalah keterampilan mendengar kepada siswa-siswanya. Masalahnya keterampilan ini harus diberikan guru agar anak-anak memiliki kemampuan tersebut yang berarti anak-anak mampu untuk berkonsentrasi dalam belajar mendengarkan penjelasan guru maupun pembicaraan teman sekelasnya ketika belajar. Dari semua kemampuan dalam berbahasa, keterampilan mendegar menjadi sangat penting (Jolongo,2007). Kemampuan ini jauh dimiliki anak sejak lahir sampai dewasa.

Pengalaman mendengar anak telah terkumpul lama sebelum anak mampu berbicara, membaca, dan menulis. Setelah organ mendegarnya baik maka sejak itu anak telah mampu untuk mendengar dengan jelas. Seperti yang kita ketahui bayi memberikan bayi memberikan respons yang berbeda ketika mendengar suara. Bayi akan tenang ketika mendengar suara yang sering didengar dan akan menangis jika mendengar suara asing. Jolongo menjelaskan bahwa kemampuan mendengarkan adalah menjadi dasar dalam berbicara, membaca, dan menulis khususnya bagi anak yang tidak mempunyai gangguan mendengar. ( Nurbiana, 2018:4.17)

Menurut Tabor dan Snow bahwa pengalaman bahasa reseptif adalah sumber untuk kemampuan bahasa ekspresif. Tambahan pula bahwa membiasakan dengan phonologi, nada suara penting dan berpengaruh dalam belajar membaca (Jolongo,2007) dalam (Nurbiana, 2018:4.17).

19 3. Permainan Bisik Berantai

a. Pengertian Permainan Bisik Berantai

Banyak metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak, termaksud metode bisik berantai, metode ini juga dapat digunakan di Taman Kanak-kanan. Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang anak atau yang dibisikkan juga bisa berupa tiga kata berurutan sesuai tema tertentu. Kemudian,anak yang pertama membisikkan pesan atau kata-kata tersebut kepada anak kedua. Anak kedua membisikkan pada anak ketiga, dan begitu seterusnya. Anak terakhir menyebutkan isi pesan itu dengan suara keras di depan kelas (Nurbiana, 2018: 10.20)

Dalam artikel penelitian Faridah, Suprawato menerangkan dalam suatu permainan mendengar berantai atau berbisik berantai adalah permainan menyampaikan informasi dengan cara berbisik dari siswa satu kesiswa lainnya dengan cepat dan cermat. Pemain pertama menerima informasi dari guru, kemudian menyampaikan kepada pemain kedua, demikian seterusnya. Pemain terkahir kemudian menyampaikan kepada guru kembali atau menulis informasi tersebut dipapan tulis. Materi berbisik berantai juga bisa ditujukan untuk suatu perintah. Permain terakhir akan melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh perintah yang dibisikkan dan bila penyampaian perintah kurang bisa diterima sampai pemain terakhir, tentu saja apa yang dilakukan oleh pemain terakhir itu akan lucu dan menghibur. (Faridah, 2013:7)

b. Langkah-langkah Permainan Bisik Berantai

1) Guru memberikan pengantar singkat atau penjelasan tentang langkah-langkah permainan bisik berantai kepada anak.

2) Anak didik dibagi menjadi beberapa tim, setiap tim berjumlah 4 orang, kemudian berbaris berderet kesamping atau kebelakang.

3) Kemudian guru mulai membisikkan informasi kepada anak atau anggota tim pertama paling depan

4) Setelah mendengar informasi dari guru anak pertama akan membisikkan ke anak atau anggota tim kedua, begitu seterusnya berantai hingga ke pemain terakhir.

5) Setelah selesai, guru menanyakan informasi apa yang telah didengar anak atau anggota tim terakhir. Jika informasi yang disampaikan sama dengan informasi yang diberikan guru maka dianggap permainan tersebut sukses dan timnya menang, begitupun sebaliknya.( M Subana, 2011:209) dalam (Amalia Fauzia, 2015:28)

c. Kelebihan dan Kekurangan 1) Kelebihan

a. dapat meningkatkan keaktifkan anak didik dalam pembelajaran melalui bermain.

b. Meningkatkan kemampuan bahasa anak dalam hal ini komunikasi lisan.

c. Meningkatkan rasa percaya diri anak karena berani untuk ikut serta dalam permainan . (Faridah dkk,op.cit., hlm 9 dalam skripsi Amalia Fauziah, 2015 : 29) 2) Kekurangan

Kekurangannya yaitu menimbulkan situasi kelas yang ramai atau riuh, memerlukan waktu cukup lama, menimbulkan siswa yang terlalu aktif,

21 menimbulkan interaksi siswa dan guru yang kurang kondusif. (Faridah dkk,op.cit., hlm 9 dalam skripsi Amalia Fauziah, 2015 : 29)

Dokumen terkait