1Pasca Sarjana UMI Makassar
2Pasca Sarjana UMI Makassar
3Pasca Sarjana UMI Makassar
Alamat Korespondensi:[email protected]/081342788710
ABSTRAK
DSME terhadap resiko terjadinya ulkus Diabetik pada pasien DM tipe 2, terbukti DSME memberikan pengaruh yang efektif karena bisa memperbaiki hasil klinis pasien sehingga resiko terjadinya ulkus Diabetik pada kelompok intervensi dapat berkurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis pengaruh DSME terhadap kadar gula darah pasien DM tipe 2 di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar tahun 2017. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimental (Eksperimen Semu) dengan rancangan Randomized Pretest and Postest Control Group Design. Pada desain ini sampel dipilih secara acak dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling, kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan (eksperimen) maupun kelompok control. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji statistic saat pre test didapatkan nilai p= 0.154 (p > 0.05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan rata-rata kadar glukosa darah responden antara kelompok intervensi dengan kelompok control. Sedangkan pada post test nilai P= 0.002 (p < 0.05) yang menunjukkan terjadi perubahan yang signifikan rata-rata kadar glukosa darah responden setelah pelaksanaan intervensi pada kedua kelompok penelitian.
Kata Kunci : Diabetes Self Management Education (Dsme), Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Type II
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI 2011).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2011 menunjukkan jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia sekitar 200 juta jiwa dan diprediksikan akan meningkat dua kali, 366 juta jiwa tahun 2030 (WHO, 2011). Berdasarkan problem data Internasional Diabetes Federation (IDF) tingkat prevelensi global penderita DM pada tahun 2012 sebesar 8,4% dari populasi penduduk dunia dan mengalami peningkatan 382 kasus pada tahun 2013. IDF memperkirakan pada tahun 2035 jumlah insiden DM akan mengalami peningkatan menjadi 55% (592 juta) diantara usia penderita DM 40-59 tahun (IDF, 2013).
Di Asia Tenggara terdapat 12,3 juta jiwa pada tahun 2011 diperkirakan meningkat menjadi hingga 19,4 juta jiwa pada tahun 2020 (WHO, 2011). Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara, dengan Prevelensi penderita sebanyak 8,246,000 jiwa di tahun
2000 dan di proyeksi meningkat 2,5 kali lipat sebanyak 21,257,000 penderita pada tahun 2030 (WHO,2009).
Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia > 15 tahun dengan DM adalah 6,9%. Prevelensi DM yang terdiagnosis dokter, tertinggi terdapat di DI Yogyakarta 2,6%, DKI Jakarta 2,5%, Sulawesi Utara 2,4% dan Kalimantan Timur 2,3%. Prevelensi DM yang terdiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah 3,7%, Sulawesi Utara 3,6%, Sulawesi Selatan 3,4% dan Nusa Tenggara Timur 3,3% (Kemenkes, 2013).
Selain ditingkat Dunia dan Indonesia, peningkatan kejadian DM juga tercermin di tingkat Provinsi khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan Surveilans rutin penyakit tidak menular berbasis Rumah Sakit di Sulawesi Selatan tahun 2008, DM termasuk urutan keempat penyakit tidak menular (PTM), terbanyak yaitu sebesar 6,65% dan urutan kelima terbesar PTM penyebab kematian yaitu sebesar 6,28%. Bahkan pada tahun 2010, DM menjadi penyebab kematian tertinggi PTM di
Pusat-Data-dan-Informasi. (2015). Situasi penyakit kanker. Kementerian Kesehatan RI, 2. Retrieved from www.pusdatin.kemkes.go.id
Rachmawaty, R. (2017). Ethical issues in action-oriented research in Indonesia. Nursing Ethics, 24(6), 686–693. https://doi.org/10.1177/0969733016646156
Sugiyono. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suh, E. E. (2012). The Effects of P6 A cupressure and Nurse-Provided Counseling on Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting in Patients With Breast Cancer. Oncology Nursing Forum, 39, 1–10.
Vergara, N., Montoya, J. E., Luna, H. G., Amparo, J. R., & Cristal-Luna, G. (2013). Quality of life and nutritional status among cancer patients on chemotherapy. Oman Med J, 28(4), 270–274.
https://doi.org/10.5001/omj.2013.75
WHO. (2017). Globocan 2012 : Estimated Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Wordwide 2012. Retrieved April 24, 2017, from http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_population.aspx
Penelitian ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden mendapatkan kemoterapi dengan potensi emetik tinggi dan menyebabkan mual muntah ringan hingga sangat berat. Hampir semua pasien akan mengalami mual muntah sekitar 1-2 jam setelah pemberian kemoterapi dengan potensi emetik tinggi. Biasanya muntah mereda setelah 18-24 jam dan akan mencapai puncak kekambuhan kedua setelah 48-72 jam (Grove, Burns, & Jennifer, 2013; Grunberg, 2004; Jenelsins et al., 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian Suh (2012) yang menemukan 92% dan 51% responden masing-masing melaporkan mual dan muntah akut; 60% melaporkan muntah lambat dan 96% mual lambat (hari ke-2 sampai 5). Hal ini karena regimen kemoterapi yang didapatkan responden merupakan kemoterapi kombinasi yang dapat menyebabkan emetogenik kemoterapi juga meningkat dibandingkan dengan kombinasi tunggal. Ignatavicius & Workman (2006) menjelaskan bahwa kemoterapi kombinasi lebih efektif daripada agen sitotoksik tunggal, tetapi beberapa
kombinasi obat kemoterapi menimbulkan derajat emetogenik yang lebih tinggi daripada dosis tunggal.
KESIMPULAN
Pada penelitian ini menyimpulkan bahwa rata-rata umur pasien yaitu 46 tahun. Tingkat pendidikan responden terbanyak SMA dan Perguruan Tinggi. Lebih dari setengah pasien kanker payudara merupakan ibu rumah tangga dan sudah menikah. Pada penelitian ini faktor yang mempengaruhi kejadian mual muntah lambat pada kanker payudara berhubungan dengan emetogenesitas obat kemoterapi dan riwayat penggunaan KB.
SARAN
Perawat dan tim tenaga kesehatan lain sebaiknya melakukan intervensi keperawatan dan terapi alternative komplimenter kepada pasien yang mendapat kemoterapi dengan tingkat emetogenisitas tinggi dan memiliki riwayat penggunaan alat kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA
Aapro, M., Jordan, K., & Feyer, P. (2015). Pathophysiology of Chemotherapy induced Nausea and Vomiting. Springer Healthcare. London: Springer Healthcare. Retrieved from www.springerhealthcare.com
Chean, D. C., Zang, W. K., Lim, M., & Zulkefle, N. (2016). Health Related Quality of Life ( HRQoL ) among Breast Cancer Patients Receiving Chemotherapy in Hospital Melaka : Single Centre Experience. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 17, 5121–5126. https://doi.org/10.22034/APJCP.2016.17.12.5121 Genc, A., Can, G., & Aydiner, A. (2013). The efficiency of the acupressure in prevention of the
chemotherapy-induced nausea and vomiting. Supportive Care Cancer, 253–261. https://doi.org/doi.org/10.1007/s00520-012-1519-3
Grove, S. K., Burns, N., & Jennifer, G. (2013). The practise of nursing research: Appraisal, synthesis, and generation of evidence (7th ed.). St. Louis Missouri: Elsevier Saunders.
Grunberg, S. M. (2004). Chemotherapy induced nausea vomiting: Prevention, detection and treatment-how are we doing? Tje Journal of Supportive Oncology, 2(1), 1–12.
Hesketh, P. J. (2008). Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting. The New England Journal of Medicine, 358, 2482–2494. Retrieved from www.nejm.org
Ignatavicius, D. D., & Workman, M. . (2006). Medical Surgical Nursing; Critical Thinking for Collaborative Care (5th ed.). Philadelphia: W.B. Sounders Company.
Jenelsins, M. C., Tejani, M., Kamen, C., Peoples, A., Mustian, K., & Morrow, G. R. (2014). Current pharmacotherapy for chemotherapy induced nausea and vomiting in cancer patiens, 14(6), 757–766. https://doi.org/https://doi.org/10.1517/14656566.2013.776541
Key, T., Appleby, P., & Barnes, L. (2002). Endogenous sex hormones and breast cancer in post menopausal women: Reanalysis of nine prospective studies. Journal of the National Cancer Institute, 94, 606–616. Lumintang, L. M., Susanto, A., Gadri, R., & Djatmiko, A. (2015). Profil Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit
Onkologi Surabaya, 2014. Indonesian Journal of Cancer, 9(2), 105–110. Retrieved from httpwww.indonesianjournalofcancer.or.ide-journalindex.phpijocarticleview381
Peoples, A. R., Roscoe, J. A., Block, R. C., Heckler, C. E., Ryan, J. L., Mustian, K. M., … Dozier, A. M. (2016). Nausea and disturbed sleep as predictors of cancer-related fatigue in breast cancer patients: a multicenter NCORP study. Supportive Care in Cancer. https://doi.org/10.1007/s00520-016-3520-8
Tabel 1. Karakteristik Demografik Responden
Tabel 2 menunjukkan analisis riwayat klinis responden yang menjalani kemoterapi pada pasien kanker paydara. Total sampel 60
responden. Mual muntah lambat paling banyak terjadi pada wanita yang tidak menggunakan KB sebanyak 31 orang (51,7%), tetapi skor mual muntah yang ringan dan sedang lebih banyak terjadi pada wanita yang menggunakan KB masing-masing sebanyak 12 orang (41,4%). Stadium kanker yang paling banyak yaitu stadium IIIB sebanyak 27 orang (45%) dan menyebabkan skor mual muntah ringan sebanyak 11 orang (40,7%). Respoden penelitian lebih banyak status kemoterapi neoadjuvant 31 orang (51,7%). Adapun emetogenisitas obat kemoterapi lebih banyak yang menggunakan emetogenisitas tinggi sebanyak 23 orang (38,3%) dan mayoritas pasien mengalami status gizi kurang/malnutisi (60%). Semua data status klinis pada Tabel 2 menunjukkan bahwa yang memiliki pengaruh yang signifikan yaitu riwayat pemakaian KB (p=0,037) dan tingkat emetogenisitas obat kemoterapi (p=0,045)
Tabel 2. Karakteristik Status Klinis
Skor Rhodes Untuk Mual Muntah Lambat
Total p
Tidak ada Ringan Sedang Berat Sangat
Berat n % n % n % n % n % n % Riwayat KB Ya Tidak 3 4 10,3% 12,9% 12 11 41,4% 35,5% 12 6 41,4% 19,4% 1 9 3,4% 29% 1 1 3,4% 3,2% 29 31 48,3% 51,7% 0,037a Stadium Kanker I II III A III B III C IV 1 0 0 4 0 2 33,3% 0% 0% 14,8% 0% 12,5% 1 1 1 11 4 5 33,3% 33,3% 50% 40,7% 44,4% 31,3% 1 0 1 9 3 4 33,3% 0% 50% 33,3% 33,3% 25% 0 1 0 3 1 5 0% 33,3% 0% 11,1% 11,1% 31,3% 0 1 0 0 1 0 0% 33,3% 0% 0% 11,1% 0% 3 3 2 27 9 16 5% 5% 3,3% 45% 15% 26,7% 0,184b Status Kemoterapi Neoadjuvant Adjuvant 3 4 9,7% 13,8% 13 10 41,9% 34,5% 9 9 29% 31% 5 5 16,1% 17,2% 1 1 3,2% 3,4% 31 29 51,7% 48,3% 0,48c Emetogenisitas obat kemoterapi Rendah Sedang Tinggi 0 2 5 0% 9,1% 21,7% 7 6 10 13,3% 45,5% 26,1% 2 10 6 13,3% 45,5% 26,1% 6 4 0 40% 18,2% 0% 0 0 2 0% 0% 8,7% 15 22 23 25% 36,7% 38,3% 0,045a Status Gizi
SGA A (Gizi Baik) SGA B &C (Gizi Kurang/Malnutrisi) 3 4 12,5% 11,1% 12 11 50% 30,6% 7 11 29,2% 30,6% 1 9 4,2% 25% 1 1 4,2% 4,2% 24 36 40% 60% 0,053c aChi-square bPearson Chi-Square cMann-Whitney PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 31 responden (51,7%) tidak ada riwayat pemakaian KB. Hal ini sejalan dengan profil pasien di RS Kanker Dharmais tahun 2014 yang menggambarkan 8,25% pasien kanker payudara menggunakan kontrasepsi oral dan 10,72% menggunakan kontrasepsi suntik.
Sedangkan 82,06% tidak pernah
menggunakan jenis kontrasepsi apa pun (Lumintang, Susanto, Gadri, & Djatmiko, 2015). Status estrogen pasien merupakan faktor risiko
terjadinya kanker payudara (Key, Appleby, & Barnes, 2002). Hal ini dapat dinilai dari penggunaan hormon estrogen (terutama kontrasepsi hormonal dan terapi penggantian hormonal). Berdasarkan data analisis pertama oleh Collaborative Group on Hormonal Factors in Breast Cancer (1996), terdapat peningkatan faktor risiko sebesar 7% dari 54 studi epidemiologi pada wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi hormonal (Lumintang et al., 2015).
Karakteristik n (%)
Usia (mean ± SD); tahun 46,18 ± 9,04 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 2 (3,3%) 16 (26,7%) 8 (13,3%) 17 (28,3%) 17 (28,3%) Pekerjaan PNS Wiraswasta IRT Tidak Bekerja 8 (13,3%) 12 (20%) 37 (61,7%) 3 (5%) Riwayat Pernikahan Menikah Belum Menikah 52 (86,7%) 8 (13,3%)
seperti siklofosfamid, doxorubicin, epirubicin, paclitaxel, docetaxel, fluouracil, dan methotrexate (Peoples et al., 2016).
Mual muntah akibat kemoterapi atau Chemotherapy-induced nausea and vomiting
(CINV) dikategorikan dalam tiga jenis
berdasarkan waktu terjadinya sehubungan
dengan pemberian kemoterapi yaitu
antisipatori, akut dan lambat (delayed) (Aapro, Jordan, & Feyer, 2015; Hesketh, 2008).
Mual dan muntah akibat kemoterapi (CINV) merupakan salah satu efek samping dari pengobatan kemoterapi pada pasien kanker
payudara. Lebih dari setengah dari wanita yang
menjalani kemoterapi telah dilaporkan mengalami mual muntah post kemoterapi meskipun telah menggunakan obat antiemetik
(Peoples et al., 2016). Kemoterapi, selain
mengakibatkan peningkatan mual, muntah, juga menyebabkan diare, hilangnya nafsu makan serta mengurangi status kesehatan di antara penderita kanker payudara (Chean, Zang, Lim, & Zulkefle, 2016).
Gejala mual muntah merupakan salah satu efek samping yang berat akibat pemberian obat kemoterapi. Hal ini bisa menjadi potensi terjadinya stress pada pasien yang terkadang membuat pasien memilih untuk menghentikan siklus terapi dan berpotensi untuk mempengaruhi harapan hidup di masa depan. Disamping itu, jika efek samping ini tidak ditangani dengan baik, maka mual muntah dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan resiko aspirasi pneumonia (Hesketh, 2008)
Studi telah menunjukkan bahwa meskipun mendapatkan profilaksis antiemetik, frekuensi pengalaman mual muntah akut dan lambat lebih dari 50%. Studi lain menunjukkan bahwa 22-50% pasien mengalami mual dan muntah akibat kemoterapi (Genc et al., 2013). Selain itu, mual muntah akibat kemoterapi juga diperparah dengan beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan usia, jenis obat
kemoterapi berdasarkan tingkat
emetogenisitasnya, siklus kemoterapi, dan status gizi pasien kemoterapi (Vergara, Montoya, Luna, Amparo, & Cristal-Luna, 2013).
Dari paparan di atas peneliti ingin menggambarkan faktor resiko terjadinya mual muntah lambat akibat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel
Penelitian ini menggunakan pendekatan desain case control . Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sejak bulan Juli sampai Agustus 2017. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Sampel penelitian sebanyak 60 orang. Pengambilan sampel menggunakan cara non probability sampling jenis consecutive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi dan pernah mengalami mual muntah akibat kemoterapi dan memenuhi kriteria inklusi..
a. Kriteria Inklusi
1) Perempuan yang berusia ≥ 18 Tahun 2) Pasien kanker payudara yang
menjalani kemoterapi
3) Riwayat mengalami mual dan muntah b. Kriteria eksklusi
1) Riwayat konsumsi alkohol 2) Riwayat merokok
3) Terdapat luka robek atau lecet pada lokasi titik pericardium 6
4) Belum pernah kemoterapi
5) Penderita kanker saluran pencernaan, hati & pankreas
Pengumpulan Data
Pengambilan data dengan kuesioner Rhodes dilakukan setelah responden bersedia menjadi sampel dalam penelitian setelah menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Proses informed consent ini akan melindungi partisipan dan peneliti dari eksploitatif (Rachmawaty, 2017). Peneliti melakukan wawancara kepada responden untuk mengisi kuesioner Rhodes.
Analisis Data
1. Analisis univaraiat
Data karakteristik responden dengan data numeric disajikan dalam bentuk nil ai mean, standar deviasi. Data kategorik menggunakan ferekuensi dan persentasi 2. Analisis Bivariat
Analisis menggunakan uji Chi-Square, Pearson Chi-Square dan Mann Whitney HASIL PENELITIAN
Data demografi responden disajikan pada Tabel 1. Dari tabel dapat dilihat usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan riwayat pernikahan responden. Mayoritas responden berusia rata-rata 46 tahun (SD=9,04) dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu SMA dan perguruan tinggi yang masing-masing berjumlah 17 orang (28,3%). Responden yang menjadi sampel penelitian mayoritas telah menikah (86,7%) dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (61,7%).