• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasca Sarjana UMI Makassar 2. Pasca Sarjana UMI Makassar 3. Pasca Sarjana UMI Makassar. (Alamat Korespondensi:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pasca Sarjana UMI Makassar 2. Pasca Sarjana UMI Makassar 3. Pasca Sarjana UMI Makassar. (Alamat Korespondensi:"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN CITRA TERHADAP KEPUASAN DAN

MINAT KEMBALI UNTUK MEMANFAATKAN PELAYANAN DI INSTALASI

RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI

MAKASSAR TAHUN 2017

Yulistia1,Amran Razak2, Haeruddin3 1Pasca Sarjana UMI Makassar 2Pasca Sarjana UMI Makassar 3Pasca Sarjana UMI Makassar

(Alamat Korespondensi: [email protected]/082293764802)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : (1) menganalisis pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pasien; (2) menganalisis pengaruh citra terhadap kepuasan pasien; (3) menganalisis pengaruh kepuasan pasien terhadap minat kembali; (4) menganalisis pengaruh kualitas layanan terhadap minat kembali; (5) menganalisis pengaruh citra terhadap minat kembali; (6) menganalisis pengaruh kualitas layanan dan citra terhadap minat kembali melalui kepuasan pasien. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer melalui survei menggunakan kuesioner sebanyak 109 orang pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar sebagai sampel penelitian. Data dianalisis melalui analisis jalur (Path Analysis) menggunakan program Statistical Service and Product Solution (SPSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada pengaruh positif signifikan secara langsung antara kualitas layanan terhadap kepuasan pasien dengan nilai standardized coefficients beta 0.277 dan juga signifikan 0.004 < 0.05; (2) Ada pengaruh positif signifikan secara langsung antara citra terhadap kepuasan pasien dengan nilai standardized coefficients beta 0.618 dan juga signifikan 0.000 < 0.05; (3) Ada pengaruh positif signifikan secara langsung antara kepuasan terhadap minat kembali pasien dengan nilai standardized coefficients beta 0.414 dan juga signifikan 0.000 < 0.05; (4) Ada pengaruh positif signifikan secara langsung antara kualitas layanan terhadap minat kembali pasien dengan nilai standardized coefficients beta 0.197 dan juga signifikan 0.040 < 0.05; (5) Ada pengaruh positif signifikan secara langsung antara citra terhadap minat kembali pasien dengan nilai standardized coefficients beta 0.434 dan juga signifikan 0.000 < 0.05; (6) Kualitas layanan dan citra tidak berpengaruh terhadap minat kembali melalui kepuasan pasien.

Kata Kunci : Kualitas layanan, Citra, Kepuasan, dan Minat kembali PENDAHULUAN

Citra pelayanan kesehatan di Indonesia semakin menurun, hal ini terindikasi dengan tingginya minat masyarakat yang berobat keluar negeri. Bulan April 2008 lalu salah satu stasiun TV swasta menayangkan statistik bahwa tahun 2006 pasien dari Indonesia yang berobat di rumah sakit Singapura sebanyak 30% dan pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 50%. Selain itu rumah sakit Penang Malaysia pasiennya banyak yang berasal dari Sumatera Utara dan Riau. Jawa Tengah sendiri tiap tahun hampir satu juta lima ratus ribu pasien yang berobat keluar negeri. Semakin tinggi minat masyarakat berobat keluar negeri disebabkan oleh faktor kelengkapan fasilitas dan kualitas pelayanan yang diberikan tidak memenuhi harapan pasien (Nuryadin, 2014).

Persaingan antar rumah sakit juga terjadi di kota Makassar terlihat dari peningkatan jumlah rumah sakit dari tahun 2010 yaitu 16 unit yang terdiri dari 7 RS Pemerintah, 8 RS Swasta, serta 1 RS Khusus lainnya menjadi 18 unit yang terdiri dari 8 RS Pemerintah, 9 RS Swasta, dan 1 RS Khusus lainnya di tahun 2011 (BPS, 2012). Data tersebut menunjukkan terjadi pertumbuhan sebesar 12,5% untuk jumlah rumah sakit di kota Makassar dan memperlihatkan persaingan yang terjadi antar rumah sakit karena semakin banyak pilihan bagi konsumen.

Dari survei awal yang dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar ditemukan pernyataan pasien bahwa petugas tidak komitmen dengan jadwal yang telah ditetapkan berupa keterlambatan pemeriksaan oleh dokter sebesar 20,6%,

(2)

2. Ada pengaruh kualitas layanan terhadap minat kunjungan ulang pasien di wilayah kerja Puskesmas Mandai Kabupaten Maros tahun 2017 . Dengan nilai = 0,000 < 0,05 3. Ada pengaruh kepuasan terhadap minat

kunjungan ulang pasien di wilayah kerja Puskesmas Mandai Kabupaten Maros tahun 2017. Dengan nilai = 0,049 < 0,05

SARAN

Diharapkan tenaga kesehatan dapat memperbaiki hal-hal yang dapat menghambat kualitas pelayanan sehingga bisa lebih baik lagi dalam memberikan layanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Mandai Kabupaten Maros.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 ttg Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta

Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Fandy, Tjiptono. 2002. Strategi Pemasaran. Yogyakarta. Andy Offset

Fandy, Tjiptono. 2006. Manajemen Jasa. Edisi Pertama. Yogyakarta. Penerbit Andi Fandy, Tjiptono. 2011. Pemasaran Jasa. Bayumedia. Malang

Hafizurrachman. 2004. Pengukuran Kepuasan Suatu Institusi Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia. Volume 54. nomor 7. 283 – 288.

Handriani, Yunita Efelyn. 2010. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Berdasarkan Dimensi Kualitas Jasa dan Hubungannya dengan Keinginan Memanfaatkan Kembali Pelayanan di Bagian Rawat Inap RS Bogor Medical Center Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi SarjanaKesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia

Keputusan Menteri Aparatur Negara No. 81 Tahun 1993 tentang Penyelengaraan Pelayanan Publik. Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13 Jakarta. Erlangga. Retherford, Robert D.,1993. Statistical models for causal analysis. Wiley, John & Sons, USA

Ririn Tri Ratnasari dan Mastuti H. Aksa. 2011. Manajemen Pemasaran Jasa. Bogor: Ghalia Indonesia Trihono. 2005. Manajemen puskesmas berbasis paradigma sehat. Jakarta. SagungSeto

Wexley, Kenneth dan Yulk, Gary terjemahan Muh. Shobarudin. 2000. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta: Rhineka Cipta.

(3)

kualitas pelayanan dapat mempengaruhi kepuasan pasien.

Dalam usaha meningkatkan kualitas layanan, perusahaan juga harus meningkatkan komitmen dan kesadaran serta kemampuan para pekerja, terutama mereka yang langsung berhubungan dengan konsumen. Meskipun sistem dan teknik kualitas sudah bagus tetapi jika orang yang melaksanakan dan alat-alat yang digunakan tidak dengan cara yang benar maka kualitas layanan yang diharapkan tidak akan terwujud.

2. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Minat Kunjungan Ulang

Diperoleh data terdapat 65 orang responden (80,2%) dengan kualitas pelayanan yang baik dengan minat kunjungan ulang yang baik, dan 16 orang responden (19,8%) dengan kualitas pelayanan yang baik dengan minat kunjungan ulang yang kurang baik. Sedangkan dengan kualitas pelayanan yang kurang baik terdapat 4 orang responden (30,8%) berminat untuk kunjungan kembali, dan 9 orang responden (69,2 %) merasakan kurang baik untuk melakukan minat kunjungan kembali karena kualitas pelayanan yang kurang baik. Dengan nilai = 0,000 < 0,05 jadi Ha diterima, yang artinya ada pengaruh kualitas layanan terhadap minat kunjungan ulang pasien. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan mempengaruhi minat kunjungan ulang.

Kualitas pelayanan yang baik dapat dilihat dari minat pembelian ulang yang muncul pada diri pelanggan. Sementara konsumen yang merasa tidak puas akan bereaksi dengan tindakan-tindakan negatif seperti mendiamkan saja, melakukan komplain, bahkan merekomendasikan negatif kepada orang lain. Penyedia jasa pelayanan kesehatan akan kehilangan banyak pasien dan dijauhi oleh calon pasien. Pasien akan beralih ke penyedia jasa pelayanan kesehatan lainnya yang memenuhi harapan pasien. (Tjiptono, 2002) Kepuasan pasien berpengaruh terhadap minat kunjungan ulang. Kepuasan pasien menjadi mediator parsial antara dimensi kualitas layanan berupa bukti fisik/ tangible, keandalan/ reliability, ketanggapan/ responsiveness, jaminan/ assurance, dan empati/empathy terhadap minat kunjungan ulang. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kualitas layanan terhadap minat kunjungan ulang yang dimediasi oleh

kepuasan pasien di Klinik Rumah Zakat Yogyakarta.

3. Pengaruh Kepuasan Terhadap Minat Kunjungan Ulang

Diperoleh data terdapat 63 orang responden (76,8%) merasakan puas dan berminat untuk melakukan kunjangan ulang, dan 19 orang responden (23,2%) merasakan puas tetapi kurang baik untuk berminat melakukan kunjungan ulang. Sedangakan terdapat 6 orang responden (50%) kurang puas tetapi masih berminat untuk melakukan kunjungan ulang, dan terdapat 6 orang responden (50%) kurang puas dan menurutnya kurang baik untuk berminat melakukan kunjungan ulang. Dengan nilai = 0,049 < 0,05 jadi Ha ditolak, yang artinya ada pengaruh kepuasan terhadap minat kunjungan ulang pasien.Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien mempengaruhi minat kunjungan ulang.

Berbagai persepsi pasien yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien. Berdasarkan pendapat Wexley dan Yukl (1977) yang mengutip definisi kepuasan dari porter, dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah selisih dari banyaknya sesuatu yang ”seharusnya ada” dengan banyaknya “apa yang ada”. Wexley dan Yukl, lebih menegaskan bahwa seseorang akan terpuaskan jika tidak ada selisih antara sesuatu atau kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual. Semakin besar kekurangan dan semakin banyak hal penting yang diinginkan, semakin besar rasa ketidakpuasan. Istilah kepuasan dipakai untuk menganalisis atau mengevaluasi hasil, membandingkan kebutuhan yang diinginkan yang ditetapkan individu dengan kebutuhan yang telah diperolehnya.

Kepuasan pasien sangat berkaitan dengan kesembuhan pasien dari sakit atau luka.Penilaian pasien terhadap mutu atau pelayanan yang baik, merupakan pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan itu sendiri .informasiyang diberikan dari penilaian pasien merupakan nilai dan harapan pasien yang mempunyai wewenang sendiri dalam menetapkan standar mutu pelayanan yang dikehendaki (Hafizurrachman, 2004).

KESIMPULAN

1. Ada pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pasien di wilayah kerja Puskesmas Mandai Kabupaten Maros tahun 2017. Dengan nilai = 0,000 < 0,05

(4)

Tabel 2. Koefisien Determinasi Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pasien Pada Model 1

Model R R Square

Kualitas Layanan

0.206 0.042

Hasil analisis spss model summary menunjukkan bahwa besarnya R square adalah 0.042 atau 4.2%. Variabel kepuasan dapat dijelaskan oleh variabel kualitas layanan sebesar 4.2% dan 95.8% sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

b. Analisis Regresi Model 2

Tabel 3. Hasil Uji Signifikan Pengaruh Kualitas Layanan dan Kepuasan Pasien Terhadap Minat Kunjungan UlangPada Model 2 Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Sig. B Beta (Constant) Kualitas Layanan Kepuasan 5.961 0.161 0.000 - 0.348 0.002 0.068 0.001 0.981 Hasil pengujian individual kepuasan menunjukkan nilai standardized coefficient beta 0.278 dan menunjukkan nilai signifikan pada 0.981 atau > 0.05, dengan demikian diambil kesimpulan bahwa variabel kepuasan tidak berpengaruh positif signifikan secara langsung terhadap minat kunjungan ulang.

Tabel 4.Koefisien Determinasi Pengaruh Kualitas Layanan dan Kepuasan Pasien Terhadap Minat Kunjungan Ulang Pada Model 2 Model R R Square Kualitas Layanan Kepuasan 0.348 0.121

Hasil analisis spss model summary menunjukkan bahwa besarnya R Square adalah 0.121 atau 12.1%. Variabel minat kunjungan ulang dapat dijelaskan oleh kualitas layanandan kepuasan sebesar 12.1% dan 87.9% sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

4. Analisis Jalur (Path Analysis) a. Koefisien Jalur

Tabel 1. Koefisien Jalur Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pasien dan Minat Kunjungan Ulang

No Jalur Standardized Coefficients 1. 2. 3. Kualitas layanan-Kepuasan (Py1x) Kualitas layanan-Minat kunjungan ulang (Py2x) Kepuasan-Minat kunjungan ulang (Py2y1) 0.206 0.348 0.002 Persamaan Struktural :

Y = PY1X + PY2Y1 + PY2X + Pe Y = 0,206 + 0,002 + 0,348 + 0,937

b. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Tabel 2. Rangkuman Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

No Variabel Langsung langsung Tidak Total 1. 2. 3. X → Y1 X → Y2 Y1 → Y2 0.206 0.348 0.002 0 0.00041 0 0.206 0.348 0.002

Berdasarkan uraian tabel diatas, maka pengaruh tidak langsung kualitas layanan (X) terhadap minat kunjungan ulang (Y2) melalui kepuasan (Y1) sebesar 0.00041< pengaruh langsung kualitas layanan (X) terhadap minat kunjungan ulang (Y2) yaitu sebesar 0.348.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pasien

Diperoleh data terdapat 75 orang responden (92,6%) dengan kualitas pelayanan yang baik dengan kepuasan pasien yang merasakan puas, dan 6 orang responden (7,4%) dengan kualitas pelayanan yang baik merasakan kurang puas. Sedangkan dengan kualitas pelayanan yang kurang baik terdapat 7 orang responden (53,8%) merasakan kepuasan layanan dan 6 orang responden (46,2 %) merasakan kurang puas karena kualitas pelayanan yang kurang baik. Dengan nilai = 0,001 <0,05 jadi Ha diterima, yang artinya ada pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pasien. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa

(5)

b. Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur, di wilayah kerja Puskesmas Mandai Kabupaten Maros Tahun 2017. Menunjukkan bahwa 10 orang responden (10,6%) dengan usia <20 tahun, usia antara 20-30 tahun sebanyak 29 orang responden (30,9%), usia antara 31-40 tahun sebanyak 25 orang responden (26,6%), usia 41-50 sebanyak 21 orang responden (22,3%), usia antara 51-60 tahun sebanyak 6 orang responden (6,4%) dan usia diatas 60 tahun sebanyak 3 orang responden (3,2%).

c. Distribusi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, di wilayah kerja Puskesmas Mandai Kabupaten Maros Tahun 2017. Menunjukkan 8 orang responden (8,5%) dengan tingkat pendidikan SD, 10 orang responden (10,6%) dengan tingkat pendidikan SMP, 54 orang responden (57,4%) dengan tingkat pendidikan SMA, dan 22 orang responden (23,4%) dengan tingkat pendidikan D3/S1. d. Distribusi karakteristik responden

berdasarkan pekerjaan, di wilayah kerja Puskesmas Mandai Kabupaten Maros Tahun 2017. Menunjukkan 4 orang responden (4,3%) yang pekerjaannya sebagai guru, sekitar 33 orang responden (35,1%) yang sebagai Ibu Rumah Tangga, ada pun sebagai pedagang sebanyak 3 orang (3,2%), 11 orang responden (11,7%) sebagai pegawai swasta dan adapun 4 orang (4,3%) sebagai pensiunan, sebagai pegawai negeri sipil sebanyak 8 orang (8,5%), satpam hanya 2 orang responden (2,1%), dan seorang sopir (1,1%), tenaga honorer sebanyak 2 orang responden (2,1), dan terdiri dari 13 orang responden (13,8%) yang tidak bekerja dan Wiraswasta pun sebanyak 13 orang responden (13,8%).

2. Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandai Kabupaten Maros Tahun 2017 Kualitas Pelayanan Frekuensi Persentase (%) Baik 81 86.2 Kurang Baik 13 13.8 Total 94 100,0

Berdasarkan tabel 1. menunjukkan 81 orang responden (86,2%) dengan kualitas pelayanan yang baik, dan 13 orang

responden (13,8%) dengan kualitas pelayanan yang kurang.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Pasien di Wilayah Kerja Puskesmas Mandai Kabupaten Maros Tahun 2017 Kepuasaan Pasien Frekuensi Persentase (%) Puas 82 87,2 Kurang Puas 12 12,8 Total 94 100,0

Tabel 2 menunjukkan 82 orang responden (87,2%) dengan pasien yang merasakan puas akan pelayanan yang diberikan dan 12 orang responden (12,8%) yang merasakan kurang puas akan layanan yang dberikan.

Tabel 3 Responden Berdasarkan Minat Kunjungan Ulang di Wilayah Kerja Puskesmas Mandai Kabupaten Maros Tahun 2017 Minat Kunjungan Ulang Frekuensi Persentase (%) Baik 69 73,4 Kurang Baik 25 26,6 Total 94 100,0

Menurut tabel 3 terdapat 69 orang responden (73,4%) dengan minat kunjungan ulang yang baik dan 25 responden (26,6%) dengan minat kunjungan ulang yang kurang baik.

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Model 1

Tabel 1. Hasil Uji Signifikan Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pasien Pada Model 1

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Sig. B Beta (Constant) Kualitas Layanan 56.195 0.242 - 0.206 0.00041 0.047 Pada uji t didapatkan nilai standardized coefficient beta 0.206 dan juga signifikan 0. 047 atau < 0.05 yang berarti kualitas layanan berpengaruh positif signifikan secara langsung terhadap kepuasan pasien.

(6)

sebaliknya maka akan menyebabkan kehilangan minat pasien untuk berobat.

Puskesmas Mandai sebagai salah satu fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Kabupaten Maros, tidak dapat terhindar dari pengaruh reformasi di bidang kesehatan. Dengan kondisi masyarakat yang semakin kritis terhadap mutu pelayanan kesehatan menuntut puskesmas dapat memberikan pelayanan yang bermutu. Untuk itu perlu kiranya dikembangkan upaya yang maksimal baik kekuatan internal maupun kekuatan eksternal yang ada di puskesmas.

Untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pasien, Puskesmas Mandai menyediakan fasilitas medis dan non medis. Segmen pasar bagi Puskesmas adalah seluruh lapisan masyarakat, tidak memandang golongan atau status masyarakat sehingga diharapkan semua masyarakat dapat menjangkaunya. Kunci keberhasilan kegiatan Puskesmas Mandai adalah kepuasan dari pihak pasien.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien diantaranya adalah pelayanan, biaya dan fasilitas. Pelayanan yang ada di Puskesmas Mandai Kabupaten Maros mencakup kecepatan dalam melayani pasien, keramahan perawat dan dokter, kesopanan perawat dalam berpakaian serta kemudahan dalam bidang administrasi. Adapun dalam bidang harga, dapat mencakup harga kamar, tindakan medis, harga obat-obatan dan biaya dokter.

Peningkatan kualitas layanan yang baik tidak harus hanya berasal dari sudut pandang Puskesmas Mandai saja, tetapi harus pula berasal dari sudut pandang pasien. Puskesmas Mandai harus pula mengetahui keinginan dan kebutuhan pasien. Dengan meningkatnya kualitas layanan maka diharapkan kepuasan pasien juga akan meningkat dan loyalitas pasien akan dapat tercipta.

Kepuasan pasien merupakan tujuan utama puskesmas Mandai dengan harapan agar pasien melakukan kunjungan ulang ke puskesmas. Pasien yang puas terhadap pelayanan kesehatan akan berpeluang untuk berminat melakukan kunjungan ulang ke Puskesmas Mandai ketika kesehatannya terganggu.

Hasil survei awal yang dilakukan terhadap 20 pasien di Puskesmas Mandai Maros sebanyak 12 pasien berpendapat bahwa kualitas pelayanan masih kurang. Hasil

menunjukkan bahwa 60% pasien

mengeluhkan dokter yang datang terlambat sehingga pasien harus menunggu lama untuk dilayani. Serta masih ditemukan pasien yang

kurang puas mengenai waktu pemeriksaan yang cepat tidak sesuai dengan standar pelayanan. Selain itu pasien juga mengeluhkan ruang tunggu yang kurang nyaman karena tidak dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti kipas angin/ac yang tidak berfungsi dengan baik (Survei awal di Puskesmas Mandai tanggal 7 Mei 2017).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan dan minat kunjungan ulang pasien di wilayah kerja Puskesmas Mandai Kabupaten Maros tahun 2017.

BAHAN DAN METODE Lokasi, Populasi dan Sampel

Penelitin ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study. Lokasi penelitian di Puskesmas Mandai Kabupaten Maros. Populasi dalam penelitian ini yaitu rata-rata kunjungan pasien rawat jalan bulan Januari - Maret 2017 sebanyak 359 pasien. Berdasarkan hasil perhitungan maka besar sampel penelitian adalah 94 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan metode Kuesioner. Metode kuesioner (angket) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Analisis Data

1. Analisis Univariat. Analisis data yang dilakukan mendapatkan gambaran umum dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi frekuensinya dalam bentuk tabel.

2. Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis jalur ialah suatu tekhnik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda. Jika variabel-variabel bebasnya mempengaruhi variabel terikat tidak hanya secara langsung akan tetapi juga berpengaruh secara tidak langsung (Robert D Rethaford, 1993).

HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden

a. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, di wilayah kerja Puskesmas Mandai Kabupaten Maros Tahun 2017. Terdapat 35 responden (37,2%) berjenis kelamin laki-laki dan 59 responden (62,8%) berjenis kelamin perempuan.

(7)

PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN MINAT

KUNJUNGAN ULANG PASIEN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

MANDAI KABUPATEN MAROS TAHUN 2017

Eka Dewi Lestari1, Samsualam2, Reza Aril Ahri3

1Program Magister Kesehatan Masyarakat Pascasarjana UMI Makassar 2Pasca Sarjana UMI Makassar

3Pasca Sarjana UMI Makassar

(Alamat Korespondensi: [email protected]/ 082349172008)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pasien; (2) mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap minat kunjungan ulang pasien; (3) mengetahui pengaruh kepuasan terhadap minat kunjungan ulang pasien. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan menggunakan kuesioner dengan sampel sebanyak 94 pasien rawat jalan di Puskesmas Mandai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kualitas layanan berpengaruh positif signifikan secara langsung terhadap kepuasan pasien di Puskesmas Mandai 0,047>0,05; (2) Kualitas layanan berpengaruh positif signifikan secara langsung terhadap minat kunjungan ulang di Puskesmas Mandai 0,001>0,05; (3) Kepuasan pasien tidak berpengaruh positif signifikan secara langsung terhadap minat kunjungan ulang di Puskesmas Mandai 0,981<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan kualitas layanan terhadap kepuasan dan kualitas layanan terhadap minat kunjungan ulang pasien. Dengan demikian diharapkan tenaga kesehatan dapat memperbaiki hal-hal yang dapat menghambat kualitas pelayanan sehingga bisa lebih baik lagi dalam memberikan layanan.

.

Kata Kunci: kualitas layanan, kepuasan pasien, minat kunjungan ulang

ABSTRACT

This study aims to: (1) determine the effect of service quality on patient satisfaction; (2) to know the effect of the quality of service on the interest of the patient's re-visit; (3) to know the effect of satisfaction on the interest of the patient's re-visit. The type of research used is quantitative research using cross sectional design. This study used questionnaires with a sample of 94 outpatients at the Mandai Community Health Center. The results showed that: (1) Service quality positively significant directly to patient satisfaction in Mandai Community Health Center 0,047>0,05; (2) The quality of service has a significant direct positive effect on the interest of the return visit at the Mandai Community Health Center 0,001>0,05; (3) Patient satisfaction did not have a direct positive effect directly on the interest of repeat visit at Puskesmas Mandai 0,981<0,05. This indicates that there is a significant positive effect of service quality on the satisfaction and quality of service on the interest of the patient's re-visit. Thus it is expected that health workers can improve things that can hinder the quality of service so that it can be better again in providing services.

Keyword: service quality, patient satisfaction, revisit intention

PENDAHULUAN

Sebagai lembaga kesehatan yang bermisi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Puskesmas telah berperan dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Adanya bentuk layanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas diharapkan dapat memberikan penilaian tersendiri terhadap Puskesmas

tersebut. Jika layanan yang diberikan sesuai dengan yang dikehendaki, maka pasien akan puas. Menurut Kotler dan Keller (2009) Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja dibawahharapan, itu berarti pelanggan tidak puas. Jika yang terjadi

(8)

atlet untuk lebih sering mengakses video untuk mengetahui hal-hal tentang intensitas latihan.

3. Ada pengaruh edukasi menggunakan video terhadap pengetahuan tentang pola tidur pada klub atlet bola voli Unhas di Makassar, maka dianjurkan kepada para atlet untuk lebih sering mengakses video untuk mengetahui hal-hal tentang pola tidur. 4. Berdasarkan hasil uji statistik pada hasil

post-test didapatkan nilai signifikan pada pengetahuan cedera olahraga sebesar 0,0001, nilai signifikan post-test pada intensitas latihan sebesar 0,0001 sedangkan nilai signifikan post-test pada pola tidur sebesar 0,001, menyatakan

bahwa ada pengaruh edukasi

menggunakan video terhadap pengetahuan klub atlet bola voli Unhas di Makassar, maka dianjurkan kepada para atlet untuk lebih sering mengakses video untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang cedera olahraga, intensitas latihan dan pola tidur

SARAN

1. Atlet Bola Voli

a. Memperhatikan faktor internal maupun eksternal penyebab cedera, sehingga dapat meminimalkan terjadinya cedera olahraga terutama cedera pergelangan kaki dan mengikuti pengarahan yang diberikan oleh pelatih saat berlatih,

bertanding maupun setelah

pertandingan.

b. Lebih sering menonton video terbaru tentang bola voli, cedera olahraga dan intensitas latihan begitu juga dengan pola tidur

2. Pelatih

a. Melakukan tindakan preventif terhadap cedera olahraga pada atlet dengan memperhatikan internal violence maupun eksternal violence.

b. Melakukan penanganan yang cepat dan tepat saat atlet mengalami cedera olahraga, agar cedera dapat ditangani secara tepat.

c. Lebih banyak menonton video terbaru tentang cedera olahraga dan intensitas latihan agar bisa diterapkan kepada atlet dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

ACSM. (2011). ACSM Position Stand. Quantity and Quality Of Exercise for Developing And Maintaining Cardiorespiratory, Musculoskeletal, and Neuromotor Fitness In Apparently Heathly Adults: Guidance for Prescribing Exercise

Afriwardi. (2011). Ilmu Kedokteran Olahraga. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta. 2. Exercise is Medicine Singapore. Your prescription for Health. Exercise Prescription Course for Care Physicians.

Agus,W (2014).Dengan judul “Pengembangan model latihan fun swim pada renang gaya dada melalui media video bagi atlet pemula club Oscar” Kabupaten Malang

Anderson,B 1980. Stretching. Shelter Publications California USA.

Anderson C.R.M.D., 1975. Petunjuk Modern Kepada Kesehatan, Indonesia Publishing House, Bandung.

Andri Hermawan 2015. Persentase Cedera Olahraga Pada Atlet Sepak Bola Usia Di Bawah 12 Tahun Dalam Kompetisi Sepak Bola Antar Ssb Tingkat Nasional. Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

(9)

Berdasarkan hasil uji statistik, perubahan pre-test/post-test pengetahuan intensitas latihan pada kelompok intervensi tertinggi yaitu responden yang mengalami peningkatan sebanyak 23 responden dengan nilai sig. 0,0001 Sedangkan pada kelompok kontrol tertinggi yaitu responden yang mengalami peningkatan sebanyak 20 responden dengan nilai sig. 0,0001 yang berarti bahwa ada pengaruh edukasi

menggunakan video terhadap

pengetahuan tentang intensitas latihan pada klub atlet bola voli di Makassar.

Metode edukasi menggunakan video terhadap intensitas latihan efektif untuk meningkatkan pengetahuan responden terhadap intensitas latih. Peningkatan pengetahuan intensitas latihan disebabkan oleh kegiatan edukasi yang rutin dilakukan sehingga pengetahuan responden semakin meningkat dan berkembang setelah mendengarkan beberapa materi yang di sampaikan oleh konselor mengenai intensitas latihan. Pengetahuan intensitas latihan yang mereka peroleh mampu memunculkan pemahaman dan keyakinan terhadap kebutuhan pentingnya menjaga kesehatan. Selain itu, video yang menampilkan bebera intensitas latihan juga mampu memberikan dapak kepada responden untuk bersikap lebih positif tentang pentingnya untuk kesehatan diri sendiri.

Edukasi menggunakan video yang dilakukan selama 21 hari tidak hanya terbatas pada pemberian materi mengenai intensitas latihan, tetapi juga diselingi dengan sesi tanya jawab dan pemutaran beberapa video. Video yang ditampilkan berupa waktu lama latiha dalam permainan bola voli. Video yang ditampilkan rata-rata berdurasi 3 menit dengan kandungan informasi yang ringan sehingga mudah dipahami oleh responden. Dengan adanya video tersebut memicu responden untuk menjaga stamina tubuh.

Video-video yang menampilkan kejadian nyata yang terjadi disekeliling kita biasanya lebih berpengaruh besar terhadap perubahan sikap dan perilaku, sebab dari hal tersebut kita belajar merasakan kesedihan, ketakutan, serta penderitaan orang lain sehingga mendorong kita untuk melakukan tindakan pencegahan agar tidak merasakan hal serupa.

Prinsip latihan sangat membantu atlet untuk melakukan latihan yang optimal. Selain itu juga bagi pelatih dapat melakukan proses berlatih yang tepat agar dapat meningkatkan prestasi atlet karena

mencakup berbagai aspek baik psikis maupun biologis. Latihan yang efektif dan efisien sangat diperlukan agar potensi atlet dapat dikembangkan secara maksimal (Pekik 2002).

Menurut Sukadiyanto (2005) beban latihan harus mencapai atau melampaui sedikit diatas ambang rangsang. Sebab beban yang terlalu berat akan mengakibatkan tidak mampu diadaptasi oleh tubuh, sedang bila terlalu ringan tidak berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, sehingga beban latihan harus memenuhi prinsip moderat.

Hasil penelitian yang dilakukan Andri Hermawan 2015 diperoleh kesimpulan cedera olahraga pada atlet sepak bola usia di bawah 12 tahun paling banyak adalah cedera pergelangan kaki yaitu 19,4%. Cedera olahraga atlet sepak bola dilihat dari umur diketahui paling banyak adalah cedera pergelangan kaki yang terjadi pada atlet usia 11 tahun yaitu sebanyak 9,3%. Faktor penyebab cedera dari faktor internal violence sebagian besar dalam kategori rendah sebesar 71,7% dan dari faktor eksternal violence sebagian besar dalam kategori rendah sebesar 85%.

Penelitian sejalan dengan penelitian Puput Prasetiawan 2015 tentang Efektivitas Metode Konseling Terhadap Perilaku Kebugaran Fisik Pemain Bolavoli Pada Siswa SMA Negeri 17 Konawe Selatan Tahun 2015. Dengan menggunakan uji statistik Mc.Nemar diperoleh hasil bahwa metode konseling efektif untuk meningkatkan pengetahun (ρ value 0,001), sikap (ρ value 0,002) dan Tindakan (ρ value 0,001) responden tentang kebugaran fisik. Adapun rekomendasi dalam penelitian ini adalah sebaiknya SMA Negeri 17 Konawe Selatan memiliki guru konseling agar kegiatan konseling dapat rutin dilakukan untuk membantu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi siswa baik dalam hal kebugaran fisik maupun masalah-masalah lain yang mungkin dihadapi oleh para siswa.

KESIMPULAN

1. Ada pengaruh edukasi menggunakan video terhadap pengetahuan tentang cedera olahraga pada klub atlet bola voli Unhas di Makassar, maka dianjurkan kepada para atlet untuk lebih sering mengakses video untuk mengetahui hal-hal tentang cedera olahraga.

2. Ada pengaruh edukasi menggunakan video terhadap pengetahuan tentang intensitas latihan pada klub atlet bola voli Unhas di Makassar, maka dianjurkan kepada para

(10)

Berdasarkan tabel 1. Tentang rerata skor pengetahuan cedera olahraga pada kelompok kontrol yang tertinggi yaitu berada pada post-test dengan nilai mean 57 dengan standar deviasi 22,118. Adapun rerata skor intensitas latihan yang tertinggi pada kelompok kontrol yaitu berada pada post-test dengan nilai mean 53,00 dengan standar deviasi 17,840

Sedangkan rerata skor pola tidur yang tertinggi pada kelompok kontrol yaitu berada pada post-test dengan nilai mean 56,00 dengan standar deviasi 24,439. Dengan demikian seluruh skor variabel pada kelompok kontrol mengalami peningkatan rerata dari pre-test ke post-pre-test. Hasil analisis uji normalitas pada kelompok intervensi dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Analisis Uji Normalitas Pada Kelompok Intervensi

Skor Statistik df Sig. Shapiro Wilk Pre-test Cidera Olah Raga 0,971 30 0,557

Pre-test Intensitas Latihan 0,930 30 0,049 Pre-test Pola Tidur 0,948 30 0,153 Post-test Cidera Olah Raga 0,889 30 0,005 Post-test Intensitas Latihan 0,930 30 0,049 Post-test Pola Tidur 0,891 30 0.005

Berdasarkan tabel 2 tentang hasil analisis uji normalitas pada kelompok intervensi yang menyatakan bahwa data berdistribusi tidak normal yaitu pada skor nilai pre-test intensitas latihan, post-tes cidera olahraga dan post-test pola tidur sehingga analisis lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Uji Wilcoxon dan Mann-Whitney.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Edukasi Menggunakan Video Terhadap Pengetahuan Tentang Cedera Olahraga Pada Klub Atlet Bola Voli Di UKM. Dalam kegiatan olahraga perlu adanya pengetahuan tentang cedera olahraga baik itu penyebab terjadinya cedera, cara pencegahan cedera serta terampil dalam penanganan cedera olahraga pada saat di lapangan. Pengetahuan yang erat seperti ilmu faal, ilmu urai, kinesiology, psikologi, ilmu gizi dan ilmu pengetahuan cedera olahraga.

Cedera olahraga merupakan segala bentuk kegiatan yang melampaui batas ambang kemampuan tubuh akibat berolahraga. Secara fisiologis cedera olahraga terjadi akibat ketidakseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan jaringan tubuh yang melakukan aktivitas olahraga. Pada umumnya penyebab terjadi cedera olahraga antara lain kurang pemanasan, melakukakan smash yang salah, memaksakan kodisi tubuh melampaui batas ambang kemampuan tubuh sebelum berolahraga. terutama pada jelang pertandingan yang menuntut banyak gerakan yang eksplosif.

Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini juga melaporkan hasil

penelitiannya yang berjudul Survei Cedera Olahraga Pada Atlet Puteri Bolavoli Surabaya Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Cedera ringan yaitu sebanyak 32 orang atau sebesar 64% dari jumlah 50 atlet bolavoli puteri Surabaya. Penanganan cedera dengan seorang pelatih yang mengalami cedera ringan yaitu sebanyak 23 orang atau sebesar 46% dari jumlah 50 atlet bolavoli puteri Surabaya, untuk cedera sedang menggunakan tim medis yaitu sebanyak 16 orang atau 32% dari jumlah 50 atlet bolavoli puteri Surabaya, dan cedera berat yaitu sebanyak 26 orang atau 52% dari jumlah 50 atlet bolavoli puteri Surabaya (Widyati, 2012).

Hardianto (2015) menyatakan bahwa atlet-atlet bola voli kota Stabat memiliki pengetahuan cedera olahraga dengan kategori “Kurang” sebagai mana sesuai dengan data yang diperoleh melalui perhitungan persentase yaitu “53,9%” yang disesuaikan dengan teori kategori pengetahuan cedera olahraga.

2. Pengaruh Edukasi Menggunakan Video Terhadap Pengetahuan Tentang Intensitas Latihan Pada Klub Atlet Bola Voli Di UKM.

Intensitas latihan merupakan komponen latihan yang penting, karena tinggi rendahnya intensitas akan berkaitan dengan panjang atau pendeknya durasi latihan yang dilakukan. Jika intensitas latihan tinggi biasanya durasi latihan pendek, dan sebaliknya jika intensitas rendah, durasi latihan bisa lebih lama. Intensitas adalah fungsi kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, kuatnya rangsangan tergantung dari beban, kecepatan gerakan, variasi interval atau istirahat diantara ulangan.

(11)

pengembangan model video pembelajaran. Diharapkan media yang dipakai murah dan banyak manfaatnya. Jenis materipun disesuaikan dengan tingkat pemahaman serta bisa menarik perhatian atlet.

Seiring berkembangnya teknologi, muncullah berbagai macam bentuk bahan ajar cetak, lalu merabah ke bahan ajar audio, hingga bahan ajar audiovideo serta bahan ajar interaktif dengan komputer.Sekitar pertengahan abad-20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi dengan peralatan audio. Dari hal ini, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran. Usaha-usaha untuk membuat pelajaran abstrak menjadi lebih konkret dan terus dilakukan. Pada tahun 1960-an, para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai

komponen utama dalam kegiatan

pembelajaran.

Hasil penelitian sebelumnya oleh penelitian Hermaningsih & Nargis (2009) meneliti tentang penggunaan media bantu audio visual dan leaflet terhadap perubahan perilaku perawatan diri pra remaja di Sekolah Menengah Pertama Kecamatan Buahbatu Kota Bandung, dengan hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diputarkan audio visual dengan kelompok yang diberikan leaflet terhadap peningkatan perilaku perawatan diri pada 67 remaja. Artinya dalam memberikan pendidikan kesehatan pada pra remaja khususnya yang terkait dengan materi perawatan diri dapat menggunakan kedua media tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan terdapat peningkatan nilai mean pretest dan posttest untuk masing-masing media. Secara praktis dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan menggunakan audio visual dan leaflet sama-sama efektif untuk meningkatkan perilaku seseorang.

BAHAN DAN METODE Lokasi, Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dan bersifat korelasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2017 di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Hasanuddin

Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah Atlet Bola Voli Club Unhas di Makassar. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah atlet putra Bola Voli Club Unhas Makassar sebanyak 30 orang, 15 kelompok eksperimen dan 15 kelompok kontrol.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahap – tahap sebagai berikut :

1. Editing, untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah terisi lengkap atau masih kurang.

2. Coding, mengklarifikasi jawaban/nilai dengan mengisi kode pada masing-masing jawaban menurut item dalam lembar penilaian.

3. Tabulating, untuk memudahkan pengolahan data maka dibuatkan tabel untuk menganalisis data tersebut menurut sifat-sifat yang dimiliki. Tabel dapat berupa tabel sederhana atau tabel silang.

Analisis data 1. Analisis Univariat

Pada analisis univariat data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel dependen dan variabel independen. 3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah tehnik analisis dengan variabel bebas yang lebih dari satu. Tehnik ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara beberapa variabel bebas secara bersamaan terhadap suatu variable.

HASIL PENELITIAN

Analisis rerata skor pre-test cedera olahraga, pre-test intensitas latihan, pre-test pola tidur, post-test cedera olahraga, post-test intensitas latihan, post-test pola tidur pada kelompok kontrol dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Analisis Rerata Skor Pre-test Dan Post-test Pada Kelompok Kontrol Skor Min Max Mean±SD Pre-test cedera olahraga 0 100 47,00 ± 23,947 Pre-test intensitas latihan 0 80 40,00 ± 19,652 Pre-test pola tidur 0 100 52,00 ± 23,253 Post-test cedera olahraga 0 100 57,33 ± 22,118 Post-test intensitas latihan 10 90 53,00 ± 17,840 Post-test pola tidur 0 100 56,00 ± 24,439

(12)

tertinggi sprain ankle adalah selama berolahraga. (Martin et al., 2013).

Menurut Junaidi (2013), melaporkan kejadian cedera ankle di Poliklinik KONI Provinsi DKI Jakarta pada bulan September-Oktober 2012 populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet Pelatda PON XVIII/2012 Provinsi DKI sebanyak 419 kasus yang merupakan 41,1% dari total kasus cidera yang terjadi.

Cedera kronis dari ligamen pergelangan kaki sisi lateral sering menyebabkan terjadinya instabilitas pergelangan kaki. Gejala kronis yang nampak seperti tendinitis atau sinovitis yang persisten, kekakuan pergelangan kaki, pembengkakan, nyeri, dan kelemahan otot. Studi epidemiologi Fong melaporkan bahwa gejala paling dominan adalah nyeri, ketika sprains pergelangan kaki terjadi lima kali atau lebih, gangguan stabilitas mulai muncul dan menjadi gejala yang dominan.

Penelitian Chan (2011), melaporkan bahwa 80% sprains pergelangan kaki akut akan mengalami perbaikan dengan terapi. Dua puluh persen sprains 3 pergelangan kaki akut akan berkembang menjadi instabilitas mekanik atau fungsional dari pergelangan kaki, akibatnya terjadi instabilitas pergelangan kaki kronis yang menyebabkan terjadinya perubahan degeneratif lebih awal pada pergelangan kaki karena beban yang tidak seimbang pada sisi medial pergelangan kaki.

Terdapat dua kelompok besar faktor risiko dari cedera pergelangan kaki, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik sprains ligamen pergelangan kaki sisi lateral antara lain: riwayat cedera pergelangan kaki; jenis kelamin dan usia; tinggi badan dan berat badan; sisi kaki yang dominan digunakan; tipe anatomi kaki dan ukuran kaki; kelenturan tubuh, kelenturan sendi pergelangan kaki dan rentang gerak kompleks dari sendi pergelangan kaki; kekuatan otot, waktu reaksi otot dan postural sway. Faktor ekstrinsik antara lain: penggunaan penguat (bracing) dan pengikat (taping), tipe sepatu, dan durasi dan intensitas dari kompetisi dan posisi pemain (Beynnon, 2002). Penelitian Kroner (1997) melaporkan bahwa keparahan cedera lebih rendah bila disebabkan oleh faktor ekstrinsik, dan sebaliknya, keparahan tingkat cedera lebih tinggi bila disebabkan oleh faktor intrinsik.

Salah satu cara paling bijak untuk menghindari cedera ringan adalah dengan melakukan pemanasan yang cukup, agar ketika mulai melakukan gerakan-gerakan yang berat dan intens, otot dan persendian tubuh tidak terkejut. Sebelum melakukan olahraga, kita juga dapat melakukan game kecil atau

latihan aerobik dasar untuk adaptasi tubuh. Selain pemanasan, pencegahan cedera yang lebih awal dapat dilakukan dengan melakukan recovery tubuh untuk meningkatkan metabolisme tubuh. Recovery dapat dilakukan dengan cara berendam di air panas dan air dingin secara bergantian, atau lebih populer dengan istilah jacuzzi. Berendam di air es (ice bathing therapy) untuk relaksasi. Para pakar di bidang fisio terapi memberikan tips kesehatan bahwa dengan recovery yang dilakukan atlet sebelum atau setelah pertandingan akan membantu tubuh lebih cepat pulih dan terhindar dari kelelahan (Train,2007).

Salah satu cara agar terhidar dari cedera yaitu dengan pola tidur yang baik. Seiring dengan meningkatnya kesibukan individu maka akan mempengaruhi kualitas dan intensitas tidur individu. Salah satu problem yang paling sering dialami adalah insomnia. Insomnia bukanlah suatu penyakit melainkan kesulitan tidur atau terbangun- bangun pada saat kita tidur di malam hari, kemudian penderita merasakan bahwa dirinya kurang cukup waktu tidurnya sehingga berdampak pada aktivitas pada kesehariannya. Proses tidur akan membantu mengistirahatkan seluruh organ tubuh termasuk perbaikan metabolisme otak. Dengan waktu tidur yang cukup maka kita akan merasa segar bugar ketika bangun pagi dan siap melakukan berbagai aktifitas sepanjang hari dari pagi hingga malam (Fitranda, 2014).

Dengan adanya edukasi

pembelajaran tentang cedera atlet dapat dengan mudah mempelajari tata cara melakukan pemanasan yang baik dan

pendinginan yang baik. Teknik

pembelajaranmerupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan. Di antaranya adalah keterampilan memberikan edukasi.

Kenyataannya di lapangan masih banyak atlet yang kurang aktif bergerak dikarenakan bosan dengan gerakan yang sama dan hanya diulang-ulang, hal ini perlu adanya pengembangan model pembelajaran pemberian edukasi, dengan model pembelajaran, strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa, sehingga menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif dan inovatif.

Salah satu model pemberian edukasi yang dapat dilakukan oleh peneliti untuk meningkatkan kesenangan atlet dan ketidak jenuhan dalam bergerak, salah satunya degan

(13)

PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN

TENTANG CEDERA OLARGA, INTENSITAS LATIHAN DAN POLA TIDUR

PADA ATLET KLUB BOLA VOLI UNHAS MAKASSAR

Harvina Mukrim1, Suriah2, Andi Nurlinda3

1Pasca Sarjana UMI Makassar 2Pasca Sarjana UMI Makassar 3Pasca Sarjana UMI Makassar

(Alamat Korespondensi:[email protected]/081242889884)

ABSTRAK

Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah kesehatan dapat pula menimbulkan dampak yang merugikan bagi tubuh antara lain berupa cedera olahraga. Tujuan penelitian ini adalah Untuk menilai pengaruh edukasi menggunakan video terhadap pengetahuan klub atlet bola voli Unhas di Makassar. Pada penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dan bersifat korelasi. Pada penelitian ini digolongkan dalam penelitian kuantitaif dengan metode quasi eksperiment, populasi dalam penelitian ini adalah Atlet Bola Voli Club Unhas di Makassar. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah atlet putra Bola Voli Club Unhas Makassar sebanyak 30 orang, 15 kelompok eksperimen dan 15 kelompok kontrol. Hasil penelitian Berdasarkan hasil uji statistik pada hasil post-test didapatkan nilai signifikan pada pengetahuan cedera olahraga sebesar 0,0001, nilai signifikan post-test pada intensitas latihan sebesar 0,0001 sedangkan nilai signifikan post-test pada pola tidur sebesar 0,001, menyatakan bahwa ada pengaruh edukasi menggunakan video terhadap pengetahuan klub atlet bola voli Unhas di Makassar, maka dianjurkan kepada para atlet untuk lebih sering mengakses video untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang cedera olahraga, intensitas latihan dan pola tidur. Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat diberikan yaitu memperhatikan faktor internal maupun eksternal penyebab cedera, sehingga dapat meminimalkan terjadinya cedera olahraga terutama cedera pergelangan kaki dan mengikuti pengarahan yang diberikan oleh pelatih saat berlatih, bertanding maupun setelah pertandingan.

Kata Kunci : Edukasi, pengetahuan, cedera olaraga, intensitas latihan dan pola tidur

PENDAHULUAN

Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah kesehatan dapat pula menimbulkan dampak yang merugikan bagi tubuh antara lain berupa cedera olahraga.

Cedera olahraga merupakan momok yang sangat menakutkan bagi seorang atlet profesional, karena cedera akan membuat si atlet kehilangan waktu mengikuti latihan dan pertandingan. Akibatnya, atlet tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan prestasi terbaiknya, atau keadaan tersebut menghilangkan kesempatan atlet profesional mendapatkan sumber penghasilannya (Afriwardi, 2010).

Cedera dapat terjadi pada semua olahraga. Atlet telah disosialisasikan untuk menerima sakit dan cedera sebagai bagian yang normal atau biasa dalam olahraga sebab sakit dan cidera sangat sering terjadi di dalam olahraga (Coakley dan Dunning, 2000).

Menurut hasil penelitian The Electronic Injury National Surveillance System (NEISS) di Amerika menunjukkan bahwa sprain ankle di pengaruhi oleh jenis kelamin, usia, dan keterlibatan dalam olah raga. Laki-laki berusia antar 15- 24 tahun memiliki tingkat lebih tinggi terkana sprain ankle, dan perempuan usia 30 tahun memiliki tingkat lebih tinggi terkena sprain ankle. Setengah dari semua keseleo pergelangan kaki (58,3%) terjadi selama kegiatan atletik, dengan basket (41,1%), football (9,3%), dan soccer (7,9%). Hal ini dapat membuktikan bahwa persentase

(14)

Darmono, Suhartono T., Pemayun T.G.D., Padmomartono F.S. 2007. Naskah lengkap diabetes mellitus ditinjau dari berbagai aspek penyakit dalam. Semarang: Badan Penerbit universitas Diponegoro. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2012. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. FKMUI. Rajawali Pers:

Jakarta.

Depkes RI., 2008. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus. Ditjen PP&PL: Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe. 2013. Profil Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe. Dorlan’s Pocket Medical Dictionary. 1995. 25nd ed.W.B., Saunders Company, Philadelphia, Pennsylvania Ernawati. 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu. MitraWacana Media: Jakarta. Ganley T., Sherman C., Exercise and children’shealth.Alittle counseling can pay lasting dividends. The Physician

and Sports medicine. 2000;28(2). Available in URL: http//www. physsportsmed.com/issues/2000/02_00/ganley.ht

Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Fisiologi Kedokteran, EGC: Jakarta.

Hartati T. 2004. Pengaruh Asupan Serat Makanan, IMT dan Usia terhadap Kadar Glukosa Darah DM tipe2 di RSUD Tugurejo. Skripsi. (tidak diterbitkan).

Hasdianah H.R. 2012. Mengenal Diabetes Melitus pada Orang Dewasa dan Anak- anak dengan Solusi Herbal. NuhaMedika: Yogjakarta.

Hull A. 1996. Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi.Bumi Aksara: Jakarta.

International Diabetes Federation (IDF). 2013. IDF Clinical Guidelines Task Force. Global guide line for Type 2 diabetes.

JNC7. 2003. National High Blood Pressure Education Program. The sixth report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. ArchIntern Med. 1997;157:2413-46.

(15)

PEMBAHASAN

Dari hasil uji statistic dari ketiga variabel yaitu karbohidrat lemak dan protein. Peneliti menarik kesimpulan bahwa secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan ada hubungan antara asupan makan dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan belum ada cukup bukti untuk menyatakan hubungan antara asupan makan dengan kadar gula darah pasien diabetes Mellitus (DM) tipe 2 RSUD Tugurejo Semarang, hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Qurratuaeni (2009) yang menyatakan bahwa asupan makan tidak mempengaruhi kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe-2. Dari hasil tersebut menurut peneliti kemungkinan disebabkan oleh karena asupan makan bukan satu- satunya faktor yang berpengaruh dan memegang peran penting dalam melakukan pengendalian kadar gula darah pada pasien.. Diabetes Mellitus, melainkan masih banyak faktor lain yang mendukung untuk tercapainya status kesehatan yang optimal (terkendalinya kadar gula darah) bagi pasien diabetes mellitus, seperti: melakukan aktivitas atau olahragayang rutin dan teratur, mengkonsumsi obat antidiabetes sesuai dengan instruksi dari tim medis (Slamet Suyono, 2002)

Dukungan keluarga juga tidak kalah penting untuk iku berperan dalam pengendalian kadar gula darah pasien diabetes, misalnya: untuk melakukan olahraga teratur, mengkonsumsi obat antidiabetes sesuai jadwal dan jumlah yang diinstruksikan oleh dokter. Karena dengan adanya dukungan dari keluarga, pasien termotivasi untuk melakukan pengontrolan kadar gula darahnya. Hal ini sejalan dengan teori Green (2005) dalam Notoatmodjo (2003) yang menyebutkan dukungan keluarga merupakan salah satu

faktor penguat atau pendorong terjadinya perilaku kesehatan pada pasien.

Hubungan Antara Latihan Jasmani dengan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan uji statistik di dapatkan P value < 0.05 yaitu sebesar 0.006 maka dapat disimpulkan secara statistik ada hubungan antara latihan jasmani dengan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 RSUD Tugurejo Semarang. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Seisar Komaladewi (2007) yang menyatakan bahwa latihan jasmani mempengaruhi kadar gula darah pasien diabetes Mellitus tipe-2.

Menurut Ilyas (1995) menyatakan bahwa aktivitas fisik/olahraga bagi pasien Diabetes Mellitus bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah, karena latihan jasmani yang teratur menyebabkan kontraksi otot meningkat dan resistensi insulin berkurang.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini daru uji statistik menunjukan faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah adalah latihan jasmani (p-value: 0.006<0.05). Faktor yang tidak berhubungan dengan kadar gula darah adalah asupan makan yang terdiri dari karbohidrat (p-vaue: 0,660>0.05), lemak (p-vaue: 0,678>0.05), protein (p-vaue:1.000>0.05).

SARAN

Rekomendasi yang disarankan penelitipada penderita Diabetes Mellitus (DM) tipe-2 dianjurkan untuk melakukan pencegahan dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin minimal3 kali sepekan, dan memperbanyak aktifitas di rumah. Selain itu melakukan kontrol gula darah secara rutin minimal sebulan sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2006. Penuntun Diet. Pustaka Utama: Jakarta Anne. 2010. GayaHidup Sehat. GrahaIndah Buana: Bandung

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. RinekaCipta: Jakarta. Black & Hawks. 2009. Medical Surgical Nursing. 7thed, St.Louis, Elsevier Saunders.

Bustan M. N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan Ke 2. Edisi Revisi. Rineka Cipta: Jakarta. Cholifah N., Azizah N., Indanah. 2016. Hubungan Antarapola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kadar GDS

Pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) Tipe II Di Puskesmas Mayong II Jepara, Jurnal Ilmu Kesehatan Keperawatan, Vol. 7, No. 2:01-79.

(16)

(pengaturan pola makan), olah raga (aktivitas fisik), dan obat-obatan. Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis, diperlukan pengendalian DM yang baik yang mempunyai sasaran dengan kriteria nilai baik (PERKENI, 2006).

Berdasarkan fenomena yang terjadi bahwa prevalensi DM Tipe II di RSUD Daya Makassar termasuk dalam kategori cukup tinggi merupakan masalah kesehatan yang akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar maka dari itu penulis merasa tertarik melakukan penelitian berjudul “Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe II di RSUD Daya Makassar Tahun 2017”. BAHAN DAN METODE

Lokasi,Populasi dan Sampel

Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Daya Makassar. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan “Cross Sectional Study”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan yang menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe II yang memeriksakan diri di RSUD Daya Makassar tahun 2016 (sampai bulan september) sebanyak 244 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Random Sampling.

Pengolahan Data 1. Editing

Dilakukan setelah data terkumpul untuk

memeriksa kelengkapan data,

kesinambungan data dan memeriksa keseragaman data.

2. Koding

Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu memberikan simbol-simbol dari setiap jawaban yang diberikan oleh responden

3. Tabulasi

Mengelompokkan data kedalam suatu tabel yang memuat sifat masing-masing variabel dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Analisis Data

1. Univariat, untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari beberapa variabel yang diteliti.

2. Bivariat, untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi-Square (X2) dan koefisien Phi (

).

3. Multivariat, untuk melihat variabel independen yang paling berhubungan

dengan variabel dependen dengan menggunakan uji regresi logistik.

HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah responden yang sebagian besar berusia 40-79 tahun yang di terdiri dari perempuan sebesar 56,7% dan laki-laki 43,3% yang memilikipendidikan SMA 53,3% dan perguruan tinggi sebesar 20,0% dimana=memiliki aktivitas paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga sebesar 50,0% 2. Asupan Makan

Asupan Karbohidrat Pasien Diabetes Mellitus Tipe-2 yang memiliki kadar gula darah tidak terkendali baik lebih banyak memiliki asupan karbohidrat yang baik ( ≤ 100% asupan karbohidrat yang dianjurkan) dibandingkan pada pasien yang memiliki kadar gula darah terkendali baik. Pada pasien yang memiliki kadar gula darah tidak

terkendalibaik pada asupan

karbohidrattergolong baik sebesar 50.0%lebih besar dari pada yang memiliki kadar gula darah yang terkendali baik 30,0% Asupan Lemak

Pasien Diabetes Mellitus Tipe-2 yang memiliki kadar gula darah tidak terkendali baik lebih banyak memiliki asupan lemak yang baik ( ≤ 100% asupan lemak yang dianjurkan) dibandingkan pada pasien yang memiliki kadar gula darah terkendali baik. Pada pasien yang memiliki kadar gula darah tidak terkendali baik pada asupan lemak tergolong baik sebesar 46,7%lebih besar dari pada yang memiliki kadar gula darah yang terkendali baik sebesar 26,7% . Asupan ProteinPasien Diabetes Mellitus Tipe-2 yang memiliki kadar gula darah tidak terkendali baik lebih banyak memiliki asupan lemak yang baik ( ≤ 100% asupan lemak yang dianjurkan) dibandingkan pada pasien yang memiliki kadar gula darah terkendali baik. Pada pasien yang memiliki kadar gula darah tidak terkendalibaik pada asupan lemak tergolong baik sebesar 53,3% lebih besar dari pada yang memiliki kadar gula darah yang terkendali baik sebesar 36,7%. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini mengenai asupan makan (karbohidrat, lemak, dan protein) yang tidak berlebih pada sebagian besar pasien, kemungkinan dapat disebabkan karena pasien masih mengikuti anjuran makan. Diabetes Mellitus yang diberikan sesuai dengan kebutuhan oleh tenaga medis yang ada.

(17)

Dari hasil surveilans PTM berbasis rumah sakit di Sulawesi Selatan pada tahun 2008, diperoleh informasi bahwa lima urutan PTM terbanyak ditemukan pada rumah sakit sentinel, yaitu kecelakaan lalu lintas (30,50%), hypertensi (17,63%), asma (7,53%), diabetes mellitus (6,65%), dan stroke (5,86%). Sedangkan lima urutan terbesar PTM penyebab kematian, yaitu hypertensi primer (22,07%), kecelakaan lalu lintas (16,61%), hypertensi sekunder (14,58%), stroke (6,66%), dan dibetes mellitus (6,28%) (Sudarku, 2010).

Rumah Sakit Umum Daerah Daya merupakan salah satu rumah sakit rujukan dari Kabupaten Barru dan Maros. Penyuluhan mengenai diabetes selalu dilaksanakan di rumah sakit ini, karena metode penyuluhan merupakan salah satu cara pengendalian penyakit Diabetes Mellitus. Sejalan dengan hal tersebut, Bapak diabetes Amerika, Joslin, mengatakan bahwa pendidikan atau penyuluhan merupakan landasan untuk mendirikan pilar-pilar penanganan DM. Beliau mengatakan, "Semakin banyak pengetahuan seorang diabetisi, semakin panjang usianya dan semakin besar peluangnya untuk hidup sehat sampai usia lanjut tanpa mengalami komplikasi seperti kaki diabetes, mata diabetes, ginjal diabetes, stroke dan penyakit jantung koroner (Suharnadi, 2011).

Melalui penyuluhan ini, pasien dibekali cara mengatur pola makan, aktivitas fisik dan pengobatan sehingga diharapkan kadar gula darah pasien tetap baik, namun, masih banyak pasien dengan kadar gula darah yang tergolong buruk, yaitu gula darah puasa ≥ 126 mg/dL dan gula darah 2 jam post prandial ≥ 180 mg/dL (RSUD Daya, 2011).

Selain itu, Diabetes Mellitus Tipe II merupakan penyakit yang berada dalam urutan 5 besar penyakit terbanyak di instalasi rawat jalan di RSUD Daya. Dan setiap tahun penyakit ini mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 terdapat 368 penderita dan meningkat menjadi 586 kasus pada tahun 2010 dan kembali terjadi peningkatan pada tahun 2017 (sampai bulan September) sebanyak 692 kasus dengan kasus baru sebanyak 244 (RSUD Daya, 2017). Beberapa kondisi dapat meningkatkan risiko terjadinya DM adalah prediabetes, riwayat keluarga, obesitas, kurang aktivitas, usia dan stres. Berdasarkan penelitian, stress meningkatkan risiko DM pada usia dewasa muda hingga 23%. Stres dapat meningkatkan hormon–hormon yang bekerja berlawanan dengan insulin sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah (Syam ,dkk, 2014:270-271).

Stres dan DM memiliki hubungan yang sangat erat, pada keadaan stress

menyebabkan produksi berlebih pada kortisol dan epinefrin. Epinefrin mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, meningkatkan kadar gula darah, meningkatkan ambilan oksigen serta meningkatkan kewaspadaan. Kortisol merupakan musuh dari insulin sehingga membuat glukosa lebih sulit masuk ke dalam sel dan meningkatkan glukosa dalam darah, jika seseorang mengalami stres maka kortisol yang akan dihasilkan semakin banyak, ini akan mengurangi sensitifitas tubuh terhadap insulin dan menyebabkan terjadinya DM (Syam ,dkk, 2014: 271)

Diabetes merupakan penyakit yang berjangka panjang maka bila diabaikan komplikasi penyakit diabetes mellitus dapat menyerang seluruh anggota tubuh yang di akibatkan dari kadar gula darah yang tidak terkontrol pada pengidap diabetes, tindakan pengendalian diabetes untuk mencegah terjadinya komplikasi sangatlah diperlukan khususnya menjaga tingkat gula darah sedekat mungkin dengan normal. Akan tetapi kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk di pertahankan, hal ini disebabkan karena pasien kurang disiplin dalam menjalankan diet atau tidak mampu mengurangi jumlah kalori makanannya. (Worang, 2013:2).

Peningkatan mortalitas dan morbiditas dari pasien Diabetes Mellitus Tipe II disebabkan oleh adanya berbagai komplikasi makrovaskuler maupun mikrovaskuler yang berkembang selama pasien tersebut menderita diabetes melitus, terutama jika kontrol terhadap kadar glukosa sangat buruk (Andayani, 2006). Perilaku penanggulangan DM yang dilakukan oleh setiap penderita berbeda sehingga hal tersebut adalah salah satu faktor yang membuat tingkat kesembuhan penyakit DM berbeda (Worang, 2013:3).

Diabetes Mellitus Tipe II bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor resiko. Faktor resiko penyakit tidak menular termasuk DM Tipe II, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan riwayat keluarga (faktor genetik). Yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok (Trisnawati & Setyorogo, 2013:6)

Penderita Diabetes Mellitus harus tetap menjaga agar kadar gula darah tetap normal dengan mengatur makanan dan melakukan olahraga serta menggunakan obat-obatan yang dianjurkan. Dengan kadar gula yang terkontrol, kehidupan seorang penderita DM bisa berjalan normal (Suharyanto, 2009). DM tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan melalui diet

(18)

kontribusi sama kuatnya terhadap proses timbulnya penyakit tersebut. Sebagian faktor ini dapat dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup, sementara sebagian lainnya tidak dapat diubah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan DM Tipe 2 antara lain umur, riwayat keluarga menderita DM, berat badan berlebih, kurangnya aktifitas fisik, dan diet tidak sehat. Umur dan riwayat keluarga menderita DM termasuk dalam faktor yang tidak dapat dimodifikasi/diubah namun memiliki hubungan yang erat dengan kejadian DM Tipe 2, sehingga dengan mengetahui kedua faktor ini, orang yang berisiko menderita DM Tipe 2 dapat

melakukan pencegahan dengan

mengendalikan faktor lain yang berhubungan dengan kejadian DM Tipe 2 (Kekenusa, dkk, 2013:2).

Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe I, Diabetes Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional, dan Diabetes Mellitus Tipe Lainnya. Jenis Diabetes Mellitus yang paling banyak diderita adalah Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin) (Trisnawati & Setyorogo, 2013:6).

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan 90-95% dari semua kasus diabetes. WHO memastikan peningkatan penderita DM tipe II paling banyak akan terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Saat ini prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia yaitu 5,7%. Prevalensi DM tertinggi terdapat di Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11%) dan yang terendah di Papua sebesar 1,7% (Riskesadas, 2007). Dari jumlah itu, baru 50% penderita yang sadar mengidap, dan sekitar 30% di antaranya melakukan pengobatan secara teratur. (Suyono, 2009).

Pada tahun 2011, Indonesia menempati urutan ke-10 jumlah penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah 7,3 juta orang dan jika hal ini berlanjut diperkirakan pada tahun 2030 penderita DM dapat mencapai 11.8 juta orang. Orang dengan DM memiliki peningkatan risiko mengembangkan sejumlah masalah kesehatan akibat komplikasi akut maupun kronik (Kekenusa, dkk, 2013:2).

Indonesia mempunyai jumlah penderita diabetes hingga 14 juta orang. Tahun 2030 jumlah penderita diabetes mellitus diperkirakan akan menjadi 35 juta orang. Jumlah kasus ini terus bertambah sejalan dengan adanya penurunan aktivitas fisik dan perubahan pola makan yang tidak sehat. Pola makan yang berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori

yang dibutuhkan oleh tubuh dapat meningkatkan kadar gula dalam darah dan resiko terkena DM Tipe II (Cholifah, dkk, 2015:2).

Prevalensi nasional kurang makan buah dan sayur ada sebanyak (93,6%), prevalensi mengkonsumsi manis (68,1%) (Riskesdas, 2007). Hal ini dikarenakan penduduk kota yang selalu mengkonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan yang mengandung kadar glukosa tinggi (Cholifah, dkk, 2015:2).

Berdasarkan hasil penelitian dari Sri Anani tentang hubungan antara perilaku pengendalian diabetes mellitus dengan kadar glukosa darah pasien rawat jalan diabetes mellitus di rumah sakit RSUD Arjawinangun kabupaten Cirebon tahun 2012 menunjukan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik, dengan kadar gula darah, beberapa studi menunjukan bahwa aktivitas fisik terbukti dapat meningkatkan sensitivitas insulin memperbaiki profil lipid dan mengurangi kadar lemak perut (Worang, 2013:3).

Kebiasaan makan respondenpun memiliki hubungan dengan kadar glukosa darah, hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Achmad Yoga Setyo Utomo tahun 2011, yang memperlihatkan bahwa pengeturan makan mempunyai hubungan yang signifikan dengan keberhasilan pengelolaan DM tipe 2. Sama halnya dengan kebiasaan makan, perilaku keteraturan minum obat anti diabetes berhubungan dengan kadar glukosa darah. kepatuhan minum obat berhubungan secara signifikan dengan keberhasilan pengelolaan DM tipe 2. Dalam penelitian ini keteraturan konsumsi responden dilihat dari kesesuaian antara anjuran konsumsi obat dari dokter dengan realita yang dilakukan oleh responden (Worang, 2013:3).

Menurut Sri Anani bahwa Kontrol DM yang buruk dapat mengakibatkan hiperglikemia dalam jangka panjang, yang menjadi pemicu beberapa komplikasi yang serius baik makrovaskular maupun mikrovaskular seperti penyakit jantung, penyakit vaskuler perifer, gagal ginjal, kerusakan saraf dan kebutaan. Banyaknya komplikasi yang mengiringi penyakit DM telah memberikan kontribusi terjadinya perubahan fisik, psikologis maupun sosial (Worang, 2013:3).

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, menyebutkan bahwa 7% dari jumlah penduduk Sulawesi Selatan menyandang penyakit Diabetes Mellitus TipeII dan Makassar merupakan kota dengan penderita DM Tipe II terbanyak. Pada tahun 2010 terdapat 3827 kasus baru dari 17245 atau sekitar 22,19%.\

Gambar

Tabel  2.  Koefisien  Determinasi  Pengaruh  Kualitas  Layanan  Terhadap  Kepuasan  Pasien Pada Model 1
Tabel 1. Analisis Rerata Skor Pre-test Dan Post-test Pada Kelompok Kontrol  Skor                                                 Min                Max                    Mean±SD  Pre-test cedera olahraga                    0                  100
Tabel 1. Distribusi rata-rata kadar glukosa darah responden berdasarkan karakteristik umum
Tabel  2  menunjukkan  analisis  riwayat  klinis  responden  yang  menjalani  kemoterapi  pada  pasien  kanker  paydara
+3

Referensi

Dokumen terkait