• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

11. Gilingan Cabe

Di Desa Meranti Tengah pemanfaatan kayu sebagai perkakas rumah tangga cukup banyak, salah satunya adalah gilingan cabe yang terbuat dari kayu. Perabot ini biasanya terbuat dari batu atau semen yang dicetak, namun Di Desa Meranti Tengah gilingan cabe terbuat dari kayu yang diukir sendiri oleh masyarakat digunakan untuk menggiling bumbu masak di dapur. Alat ini terbuat dari potongan kayu berbentuk persegi, dalam pembuatan barang ini sering digunakan dari sisa kayu pertukangan, namun tidak sedikit diantara masyarakat yang sengaja mengambil kayu dari hutan untuk membuat gilingan cabe tersebut. Di Desa Meranti Tengah barang ini tidak diperjual belikan masih hanya sebatas untuk dipakai sendiri oleh rumah tangga atau masyarakat sekitar hutan. Gilingan cabe yang terbuat dari kayu dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Gilingan Cabe yang Terbuat dari Kayu

12. Bane-bane

Bane-bane atau sering juga disebut dengan sanggul merupakan jenis tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat sekitar hutan sebagai obat yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti demam, diare, sakit gigi. Selain digunakan sebagai obat tumbuhan ini juga dipakai sebagai bahan untuk ritual dalam penyembahan oleh masyarakat yang menganut aliran kepercayaan/ parmalim. Di Desa Meranti Tengah tumbuhan ini selain untuk dimanfaatkan sendiri juga ada yang diperjual belikan dengan harga Rp 500/ tangkai. Karena besarnya kebutuhan akan jenis tumbuhan ini, sebagian dari penduduk sudah ada yang membudidayakan tumbuhan bane-bane di pekarangan rumah. Pengambilan tanaman ini biasanya diambil sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan frekuensi pengambilan yang tidak menentu karena sewaktu-waktu dapat diperlukan. Tumbuhan bane-bane dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Bane-Bane atau Sanggul Sebagai Tanaman Obat

Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan

Nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat diperoleh dari perkalian antara total pengambilan (unit/thn) dengan harga masing-masing hasil hutan (Rp/unit). Total pengambilan (unit/thn) di Desa Meranti Utara dan Desa Meranti Tengah diperoleh dari rata-rata jumlah pengambilan dari setiap jenis barang hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa tersebut.

Harga dari masing-masing harga hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Meranti Utara dan Meranti Tengah didasarkan pada harga yang berlaku yang telah disepakati antara si penjual dan si pembeli. Namun untuk kebanyakan hasil hutan yang dipasarkan oleh masyarakat masih sering mengalami perubahan karena belum adanya ketetapan harga yang dibuat di pasar dimana pemasarannya masih sebatas kesepakatan bersama antara penjual dan pembeli.

perhitungan nilai ekonomi hasil hutan oleh masyarakat Desa Meranti Utara dan Desa Meranti Tengah dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6. Nilai Ekonomi Hasil Hutan yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Meranti Utara. No Jenis Hasil Hutan Satuan (unit) Total Pengambilan (unit/thn) Harga Hasil Hutan (Rp/unit) Nilai Hasil Hutan (Rp/thn) Persentase Nilai Per Jenis

(%) 1 Air nira (Tuak) Botol 86.400 1.500 129.600.000 39,13 2 Kayu Bakar (Soban) Stapel Meter 960 80.000 76.800.000 23,18 3 Talas Hutan Batang 3744 20.000 74.880.000 22,60

4 Antaladan Goni 2496 20.000 49.920.000 15,07

Jumlah 331.200.000 100

Rata-rata per responden 82.800.000

Tabel 7. Nilai Ekonomi Hasil Hutan yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Meranti Tengah. No Jenis Hasil Hutan Satuan (unit) Total Pengambilan (unit/thn) Harga Hasil Hutan (Rp/unit) Nilai Hasil Hutan (Rp/thn) Persentase Nilai Per Jenis (%) 1 Kayu Bakar (Soban) Stapel Meter 840 80.000 67.200.000 37,21 2 Pandan (bayon) Ikat 1200 20.000 24.000.000 13,29

3 Tuak/Air Nira Botol 57600 1.500 86.400.000 47,85

4 Bambu Meter 210 5.000 1.050.000 0,58

5 Lesung Meter 13 50.000 650.000 0,36

6 Rotan Meter 180 3.000 540.000 0,29

7 Bane-bane Tangkai 612 500 306.000 0,16

8 Andalu Meter 26 10.000 260.000 0,14

9 Gilingan cabe Potong 21 6.000 126.000 0.06

10 Sapu Lidi Ikat 15 1.500 22.500 0,01

Jumlah 180.554.500 100

Rata-rata per responden 18.055.450

Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumber daya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena itu akan terjadi keragaman nilai sumberdaya hutan berdasarkan pada persepsi dan lokasi masyarakat yang berbeda-beda. Nilai sumber daya hutan sendiri bersumber dari

berbagai manfaat yang diperoleh masyarakat. Nilai hasil hutan diperoleh dari perkalian total pengambilan per jenis per tahun dengan harga per jenis.

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 6 dan 7) bahwa nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat Desa Meranti Utara dan Meranti Tengah, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir adalah untuk Desa Meranti Utara sebesar Rp. 331.200.000/ tahun. Sedangkan untuk desa Meranti Tengah sebesar Rp. 180.554.500/ tahun. Nilai ini diperoleh dari pemanfaatan hasil hutan seperti nira, kayu bakar, pandan, lesung, bambu, rotan, andalu, sapu lidi, bane-bane, talas hutan, gilingan cabe dan antaladan (tanaman obat).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan yang paling tinggi Desa Meranti Utara terdapat pada pemanfaatan hasil hutan air nira (tuak) yaitu sebesar Rp. 129.600.000/ tahun atau 39,13 %. Demikian halnya di Desa Meranti Tengah nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan tertinggi adalah air nira dengan nilai ekonomi sebesar Rp. 86.400.000/ tahun atau 47,85 %. Walaupun jumlah masyarakat yang mangambil hasil hutan ini hanya lima orang, namun memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena untuk pengelolaan nira tidak membutuhkan waktu dan biaya yang banyak melainkan hanya membutuhkan tenaga untuk beberapa perlakuan dan perawatan.

Nilai ekonomi hasil hutan berikutnya adalah kayu bakar dengan nilai ekonomi Rp.76.800.000 atau 23,18 % untuk Desa Meranti Utara, dan Rp. 67.200.000 atau 37,21 % untuk desa Meranti Tengah. seperti halnya air nira, pengadaan kayu bakar juga tidak memerlukan biaya dan waktu yang banyak selain itu kayu bakar merupakan salah satu jenis hasil hutan yang cukup banyak dipakai masyarakat, hampir semua rumah tangga

yang ada di Desa Meranti Utara dan Meranti Tengah menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak sehari harinya.

Talas hutan merupakan hasil hutan yang menempati urutan ketiga dengan nilai ekonomi sebesar Rp. 74.880.000 atau 22,60 % untuk Desa Meranti Utara. Sedangkan pada Desa Meranti Tengah pandan (bayon) merupakan hasil hutan yang nilai ekonominya berada pada urutan ketiga yaitu sebesar Rp. 24.000.000 atau 13,29 %. Hasil hutan dengan nilai ekonomi terendah di Desa Meranti Utara adalah antaladan sebesar Rp. 49.920.000 atau 15,07 %. Dari semua hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Meranti Utara dan Desa Meranti Tengah, hasil hutan yang nilai ekonominya paling rendah adalah sapu lidi dengan nilai ekonomi sebesar Rp. 22.500/ tahun atau 0,02 %. Hal ini terjadi karena hasil hutan ini sangat jarang diambil oleh masyarakat dimana persentase pengambilannya hanya satu kali dalam satu tahun dimana hasil hutan ini juga belum ada yang dipasarkan. Persentase nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat Desa Meranti Utara dan Desa Meranti Tengah dapat dilihat dalam Gambar 13 dan 14.

Gambar 13. Persentase Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat Desa Meranti Utara

39%

23% 23%

15%

Nilai Ekonomi Hasil Hutan (Rp/thn)

Gambar 14. Persentase Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat Desa Meranti Tengah

Jumlah pengambil hasil hutan yang paling banyak adalah kayu bakar yaitu semua responden dalam penelitian ini (Masyarakat Desa Meranti Utara dan masyarakat Desa Meranti Tengah) sebanyak 75 orang yang terdiri dari 40 orang atau 58 % di Desa Meranti Utara dan 35 orang 21 % di Desa Meranti Tengah. Kemudian diikut i jumlah pengambil pakan ternak (antaladan dan talas hutan) dengan jumlah pengambilm masing-masing sebanyak 13 orang atau 19 % di Desa Meranti Utara dan pandan (bayon) sebanyak 25 orang atau 14 % untuk Desa Meranti Tengah. Jumlah pengambil yang paling rendah untuk desa Meranti Utara adalah air nira yaitu sebanyak 3 orang atau 4 %. Demikian juga halnya di Desa Meranti Tengah jumlah pengambil hasil hutan yang paling sedikit adalah air nira yaitu sebanyak 2 orang atau 1 %, hal ini terjadi karena tidak semua masyarakat mempunyai keahlian untuk melakukan pekerjaan ini. Disamping itu tumbuhan aren juga tidak sepanjang tahun bisa menghasilkan tandan yang dapat mengeluarkan air nira. Persentase jumlah pengambil hasil hutan di Desa Meranti Utara dan Desa Meranti Tengah dapat dilihat pada Gambar 15 dan 16.

37%

13% 48%

1% 1% 0%0% 0%0% 0%

Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan (Rp/Thn) Kayu Bakar Pandan Air Nira Bambu Lesung Rotan Bane-bane Andalu Gilingan cabe Sapu Lidi

Gambar 15. Persentase Jumlah Pengambil Hasil Hutan di Desa Meranti Utara

Gambar 16. Persentase Jumlah Pengambil Hasil Hutan di Desa Meranti Tengah

Pendapatan Rumah Tangga di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan

Pendapatan rumah tangga diluar hasil hutan ini diperoleh dari pendapatan sektor pertanian dan perkebunan (padi, karet, sawit, kopi) dan dari pendapatan lain di luar hasil hutan seperti pekerja bangunan dan sebagai pemain musik pada acara pesta. Total pendapatan rumah tangga sampel dari sektor pertanian adalah sebesar Rp. 541.840.000 dalam satu tahun, pendapatan ini diperoleh dari hasil pertanian seperti kopi, karet, sawit, kemiri dan hasil pertanian lainnya. Sedangakan pendapatan rumah tangga sampel

4%

58% 19%

19%

Dokumen terkait