• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

8. Bangunan operasional

7. Area Budidaya Ikan Jaring Terapung

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Kawasan Jatiluhur, kawasan wisata di Jatiluhur memiliki objek wisata potensial, salah satunya adalah budidaya ikan jaring terapung (Gambar 25). Area budidaya ikan ini termasuk lahan milik Perum Jasa Tirta II yang disewa dan dimiliki oleh masyarakat Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur. Jenis ikan yang terdapat di Waduk Ir. H. Djuanda ini terdiri dari 19 ekor ikan asli Sungai Citarum, dan 8 ekor ikan introduksi. Namun, kini jenis ikan endemik yang tertangkap semakin berkurang, yaitu hanya 9 ekor dikarenakan oleh faktor lingkungan, predasi, kompetisi, ruang dan pakan.

Gambar 25. Budidaya ikan jaring terapung

8. Bangunan operasional

Areal ini terdiri atas bangunan Divisi PLTA, Divisi 4, Subdivisi Bendungan dan Loka Riset Pemacuan Stok Ikan. Lokasi ini seringkali menjadi tujuan wisata bagi lembaga-lembaga pendidikan yang akan melakukan study tour, pengamatan, maupun penelitian. Gambar 26 adalah beberapa bangunan operasional yang terdapat di Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur.

a b c

Gambar 26. Bangunan operasional Perum Jasa Tirta II: (a) Divisi PLTA; (b) Loka Riset Pemacuan Stok Ikan; (c) Divisi 4

50

 

Fasilitas Pelayanan Wisata

Fasilitas wisata yang terdapat di GTJ berupa sarana dan prasarana pelayanan wisata yang berfungsi untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan selama berada dalam kawasan wisata tanpa harus keluar kawasan. GTJ memiliki beberapa fasilitas penunjang wisata di antaranya penginapan yang berjumlah 2 unit hotel (Hotel Pesanggrahan dengan kapasitas 17 kamar dan Hotel Istora dengan kapasitas 6 kamar) dan 17 unit bungalow. Selain penginapan, fasilitas penunjang lainnya adalah 1 unit tempat penjualan tiket, 1 unit information center, 1 unit aula (Graha Vidya Convention Hall), 1 unit restoran, 1 unit bar (Poolside Bar), 1 unit

Coffe Shop, 1 unit ruang karaoke (Dayang Sumbi Family Hall), 2 unit kolam

renang, 1 unit tenis court, 2 unit children playground, 96 unit pondok ikan bakar yang dikelola oleh masyarakat, area parkir, mushala, dan toilet. Secara fisik kondisi eksisting fasilitas-fasilitas tersebut cukup baik, hanya saja fasilitas yang lebih dahulu dibangun kurang terkelola dengan baik seperti 1 unit kolam renang dan 1 unit children playground yang terdapat di dekat bungalow.

a b c

d e f

Gambar 27. Fasilitas penunjang wisata yang ada di GTJ: (a) information center; (b) Graha Vidya Convention Hall; (c) Hotel Pesanggrahan; (d)

51

 

Fasilitas penunjang wisata yang diperlukan oleh GTJ adalah toilet tambahan yang memadai di area rekreasi waduk, tempat pengolahan limbah domestik, sarana telekomunikasi, sarana olahraga, jasa transportasi dan fasilitas penunjang lainnya. Adapun fasilitas yang berkaitan dengan transportasi, GTJ belum memiliki sistem transportasi internal untuk memandu wisatawan dari objek wisata satu menuju objek wisata lainnya dalam kawasan wisata. Wisatawan sebagian besar menuju objek dan atraksi dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan khusus pariwisata. Hal ini menyebabkan rute perjalanan wisata yang tidak jelas, sehingga kurang didapatkan pengalaman wisata yang klimaks. Dilihat dari prasarana yang dimiliki seperti jalan menuju objek dan atraksi wisata sudah cukup memadai dan representatif, namun tidak terdapat batasan kepemilikan lahan kawasan wisata. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan fasilitas wisata seperti pembenahan dan penambahan fasilitas sesuai daya dukung kawasan untuk meningkatkan kepuasan wisatawan.

Adapun bangunan utilitas yang telah dibangun di kawasan wisata meliputi Stasiun Pompa sejumlah 4 unit, yang terdiri atas Pompa Citarum, Stasiun Pompa Biki Lama, Biki Baru, dan Pos Gereja (Gambar 28), Reservoir sejumlah 3 unit yang terdiri atas Reservoir Blok I, Blok K, dan Cimumput (Gambar 29).

a b

c d

Gambar 28. Pompa air yang ada di Kawasan Wisata GTJ: (a) intake Citarum; (b) Biki Baru; (c) Biki Lama; (d) Pos Gereja

52

 

a b c

Gambar 29. Reservoir yang ada di Kawasan Wisata GTJ: (a) blok I; (b) blok K; dan (c) Cimumput

                               

Gambar 30.Skematikjaringanperpipaandaninstalasipompa air

54

 

Aktivitas Wisata

Secara umum, aktivitas wisatawan di GTJ berpusat di waduk Ir. H. Djuanda. Jenis wisata eksisting yang dikembangkan di GTJ sebatas wisata air dikarenakan potensi waduk yang besar dan menarik minat pengunjung. Adapun aktivitas wisatawan seperti memancing, berperahu, menimati pemandangan waduk, berjalan-jalan, dan berekreasi dengan wahana monorel di area sempadan waduk.

a b c

d e

Gambar 31. Jenis aktivitas di Kawasan Wisata GTJ: (a) menikmati pemandangan waduk; (b) memancing; (c) berjalan-jalan di atas deck; (d) rekreasi monorel; (e) berperahu mengelilingi waduk

Saat ini belum terdapat pembatasan terhadap pembangunan fasilitas wisata dan aktivitas sehingga seringkali ditemukan tumpukan sampah, tanah yang semakin terkikis bahkan beberapa pohon yang menaungi area sempadan waduk berkurang. Pembukaan area sempadan waduk untuk tempat berekreasi memberikan dampak yang semakin terlihat dari catchment area yang berkurang yang disebabkan oleh perubahan tata guna lahan. Kemampuan tanah dalam meresap air berkurang sehingga debit air semakin meningkat, sedangkan luas daratan di area sempadan semakin mengecil. Dengan demikian perencanaan tata ruang sangat diperlukan dalam menjaga keberlanjutan sumberdaya lanskap di kawasan wisata dari degradasi lingkungan baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia.

55

 

Hubungan dengan Objek Wisata Lain

Berdasarkan sebaran potensi dan daya tarik obyek wisata, Kabupaten Jatiluhur memiliki potensi wisata alam, wisata budaya wisata budaya dan wisata minat khusus yang disajikan dalam peta sebaran obyek wisata di Kabupaten Purwakarta(Gambar). Wisata minat khusus seperti wisata religi hampir sebagian besar terdapat di setiap Kecamatan. Objek wisata religi yang terdapat di Kabupaten Purwakarta, antara lain Makam Baing Yusuf, Makam Wali Kuning, Makam Mbah Panyingkiran, Makam Mbah Guha Pangatikan, Makam Mbah Kota Kembang, Makam Panembahan Gunung Jatiwangi, Makam Cakrabuana, Makam Mbah Cakrayuda, Makam Mbah Parung, Makam Ibu Cikao, Makam Mbah Sumadhita Anggatuda, Makam Balung Tunggal, Makam Dalem Kuwa, Makam Mama Sempur, Makam Cotak, Makam Dalem Santri, Makam Serpong, Makam Eyang Parta Kusuma, dan Makam Mbah Garda. Adapun wisata pertanian tergolong jarang ditemukan dan hanya terdapat sebagian kecil antara lain Agro Wisata Maniis, Agro Wisata Manggis, Agro Wisata Golden Melon. Jenis wisata ini kurang berkembang dan belum mendapat perhatian dari masyarakat.

Selain itu, Kabupaten Purwakarta memiliki potensi wisata budaya antara lain Gedung Negara, Gedung Karesidenan, Mesjid Agung, Rumah Kuno Citalang, Sanggar Seni, Sentra Keramik Plered, Sentra Kain Songket, dan Ranca Darah. Lokasi penyebaran jenis wisata ini sebagian besar terdapat di pusat kota dan sudah mengalami beberapa kali renovasi sehingga nilai sejarah dan budaya yang terdapat di dalamnya semakin menurun. Objek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Purwakarta, antara lain Situ Buleud, Situ Cikumpay, Situ Kamojing, Curug Gandasoli, Waduk Cirata, Panorama Galumpit, Gunung Parang, Gunung Cupu, Situ Wanayasa, Curug Cipurut, Guha Garacina dan Air Panas Ciracas. Apabila melihat sebaran objek dan daya tarik wisata di Kabupaten Purwakarta, jumlah objek wisata yang termasuk dalam wisata alam di Kabupaten Purwakarta memiliki jumlah yang sedikit dibandingkan wisata minat khusus.

Begitu pula dengan objek dan daya tarik wisata yang memiliki potensi tinggi baik dilihat dari keragaman topografi, vegetasi, atraksi, dan aksesibilitas yang mudah, hanya terdapat di Waduk Ir. H. Djuanda dan kawasan di sebelah Timurnya (GTJ). Pengembangan kawasan wisata di GTJ memiliki potensi yang

56

 

besar karena keberadaan GTJ strategis untuk dikunjungi oleh wisatawan baik yang berasal dari arah Bandung maupun Jakarta. Selain itu, wisatawan dapat mengakses GTJ dengan sarana dan prasarana transportasi secara mudah. Objek wisata lain yang memiliki kedekatan jarak dengan GTJ adalah Bumi Satelit Indosat, Agrowisata Ubrug, dan Makam Wali Kuning. Ketiga objek wisata tersebut, tidak termasuk ke dalam kelompok wisata alam, sehingga GTJ menjadi objek wisata yang diunggulkan dan potensial di kawasan Barat Kabupaten Purwakarta.

Organisasi dan Kelembagaan

Unit Kepariwisataan GTJ dipimpin oleh Kepala Unit Kepariwisataan, yang terdiri dari tiga seksi utama, yaitu Seksi Umum dan Keuangan, Seksi Hotel dan Pemasaran, dan Seksi Rekreasi (Gambar 32). Seksi Umum membawahi Urusan Umum dan Kepegawaian, Urusan Anggaran, Urusan Gudang dan Inventaris, Urusan Akuntansi, Bendahara, dan Urusan Pemeliharaan. Seksi Hotel dan Pemasaran membawahi Urusan Tata Boga, Urusan Tata Graha, dan Urusan Promosi dan Penjualan. Seksi Rekreasi membawahi Urusan Tiket dan Pemandu, dan Urusan Jatiluhur Water World dan Penataan Area. Adapun dalam menjalankan pengelolaan kawasan wisata, GTJ menggunakan sistem kontrak seperti pemeliharaan taman (CV Tunas Mekar), hotel dan bungalow (Koperasi), pemeliharaan lingkungan (PP Info), dan jasa parkir (Jati Mandiri).

Secara umum, kepemilikan lahan kawasan dipegang oleh Perum Jasa Tirta II, yang di dalamnya terdapat unit-unit usaha meliputi Unit Usaha Pelistrikan, Unit Usaha Air baku, dan Unit Usaha Kepariwisataan. Adapun dalam pengelolaan area dan fasilitas, GTJ menyewakan lahan kepada masyarakat yang ingin membangun pondok-pondok ikan bakar, pelelangan ikan, ataupun pemukiman, sehingga area tersebut bukan merupakan wewenang GTJ untuk dikelola. Dalam mengkoordinasikan seksi-seksi kepariwisataan perlu dilakukan pembenahan dan pengembangan koordasi sampai dengan tugas-tugas terkecil untuk memberikan pelayanan yang representatif bagi wisatawan.

57

 

Gambar 32. Struktur organisasi Unit Kepariwisataan KepalaUnit Kepariwisataan

Seksi

Umum dan Keuangan

Seksi

Hotel dan Pemasaran

Seksi Rekreasi

Urusan Umum dan Kepegawaian

Urusan Anggaran

Urusan Gudang dan Inventaris

Urusan Akuntansi dan Verifikasi

Bendahara

Urusan Pemeliharaan

Urusan Tiket dan Pemandu

Urusan Jatiluhur Water World dan Penataan Area Urusan Promosi dan

Penjualan Urusan Tata Graha

Urusan Tata Tata Boga

58

 

Aspek Sosial

Sejarah dan Tujuan Pendirian Kawasan Wisata

Lokasi perencanaan kawasan wisata Jatiluhur ini terletak di Kabupaten Purwakarta dengan luas proyek 13.000 Ha. Secara administratif pemerintahan lokasi kawasan wisata tersebut meliputi sebagian dari wilayah Kecamatan Jatiluhur yang meliputi Desa Kutamanah, Jatimekar, Cibinong, dan Tajur Sindang. Lokasi proyek pengembangan kawasan wisata Jatiluhur ini mengambil sebagian tanah milik penduduk, tanah Perum Otorita Jatiluhur, tanah perkebunan, dan tanah Perhutani yang luas keseluruhannya mencapai 4700 Ha dan sebagian danau Jatiluhur yg memiliki luas keseluruhan 8300 Ha. Bendungan Ir. H. Djuanda, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), serta sarana pengairannya ini selesai dibangun pada tahun 1967 merupakan obyek wisata utama yang mendorong pengembangan pariwisata. Waduk Ir H. Djuanda memiliki fungsi sebagai penyedia air bersih untuk irigasi, pembangkit listrik, sumber air bagi perkotaan, perikanan dan pariwisata. Kawasan di sekitar Waduk Ir. H. Djuanda ini pun berpotensi untuk dikembangan menjadi kawasan wisata karena memiliki kontur yang bervariasi, bentang alam yang indah dipadukan dengan karya teknik hidrolis (ilmiah) berupa bendungan dan PLTA, serta akses yang mudah dicapai oleh masyarakat setempat dan luar kota.

Pengembangan kawasan Jatiluhur sebagai kawasan pariwisata juga mendapatkan prioritas yang tinggi dalam pembangunan pariwisata pada Provinsi Jawa Barat, sejalan dengan rencana pola pembangunan Kaskade Pariwisata untuk mengurangi tekanan pada daerah tujuan wisata Bopunjur. (Bogor, Puncak, dan Cianjur). Selain itu, kawasan Bopunjur juga memiliki akses yang baik dengan adanya jalan Tol Cipularang (Cikampek Purwakarta Padalarang) yang dapat ditempuh ± 1 jam dari Jakarta (125 km) dan ± 45 menit dari Bandung (67 km). Perusahaan Umum Jasa Tirta II sebagai pihak pengelola, khususnya dilaksanakan oleh Unit Kepariwisataan ini bertujuan untuk memanfaatkan fasilitas purna Proyek Serbaguna Jatiluhur yang berada di sekitar Waduk Ir. H. Djuanda untuk penginapan, pertemuan, olahraga, dan rekreasi air.

59

 

Kependudukan Kawasan Sekitar

Kecamatan Jatiluhur memiliki luas wilayah 6.011 Ha yang terdiri dari lahan pertanian 725 Ha, perairan darat atau kolam 12 Ha, permukiman dan kebun 2.755 Ha, dan zona industri 478 Ha. Kecamatan Jatiluhur terdiri dari 10 desa, yaitu Desa Cikao Bandung seluas 656,626 Ha, Desa Jatimekar seluas 546 Ha, Desa Jatiluhur seluas 142,689 Ha, Desa Cilegong seluas 526,673 Ha, Desa KembangKuning seluas 1.158,081 ha, Desa Cibinong 201,245 Ha, Desa Bunder seluas 491,79 Ha, Desa Mekargalih seluas 635 Ha, Desa Cisalada seluas 527,473 Ha, dan Desa Parakanlima seluas 564,684 Ha. Kecamatan Jatiluhur berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan Kecamatan Sukasari Kabupaten Purwakarta di sebelah Utara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pasawahan, di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sukatani, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Babakan Cikao dan Kecamatan Purwakarta.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2009, jumlah penduduk di Kecamatan Jatiluhur yaitu sebesar 63.847 jiwa yang terdiri dari laki-laki 31.989 jiwa dan perempuan 32.020 jiwa. Jumlah warga Negara asing sebesar 252 jiwa. Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Jatiluhur mayoritas adalah karyawan atau buruh sebesar 10.508 jiwa, petani 4.515 jiwa, pedagang 2.836 jiwa, PNS 952 jiwa,

home industry 376 jiwa, dan TNI POLRI 87 orang.

Wisatawan

Berdasarkan data kunjungan lapang yang diperoleh dari pihak pengelola (Tabel) dapat diketahui jumlah kunjungan wisatawan selama lima tahun terakhir (Tahun 2005-2009) dengan rataan jumlah pengunjung 222.1.37 orang. Pengunjung didominasi oleh wisatawan domestik (212.859 orang) dibandingkan dengan wisatawan mancanegara (1607 orang). Wisatawan domestik yang berkunjung berasal dari daerah Jabodetabek dan Bandung, sedangkan wisatawan mancanegara banyak berasal dari Jepang, Korea, Belanda, Amerika, dan Autralia. Adapun rataan jumlah kamar hotel dan bungalow yang terjual selama lima tahun terakhir sebanyak 9088 kamar dimana terdapat penurunan dari tahun ke tahun.

60

 

Tabel 5. Jumlah wisatawan Grama Tirta Jatiluhur Tahun 2005-2009

Sumber: Unit Kepariwisataan Grama Tirta Jatiluhur Tahun 2005-2009

Tabel 6. Jumlah kamar hotel dan bungalow yang terjual Tahun 2005-2009

Sumber: Unit Kepariwisataan Grama Tirta Jatiluhur Tahun 2005-2009

Aspek Teknis Rencana Penggunaan Lahan

Adapun dalam Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta No. 8 Tahun 1991, tata ruang Kawasan Jatiluhur dibagi ke dalam empat kawasan, meliputi (1) kawasan lindung, yang terdiri atas hutan lindung dan jalur hijau pengaman sungai dan waduk, (2) kawasan penyangga, yang terdiri atas tanaman hutan wisata dan tanaman tahunan dan membatasai antara kawasan wisata dan pemukiman penduduk, (3) kawasan budidaya pertanian, yang terdiri atas perkebunan karet, tanaman tahunan, lahan kering, dan lahan basah dimana kawasan ini terdapat di luar GTJ, dan (4) kawasan budidaya non-pertanian, yang terdiri atas permukiman perkotaan, permukiman perkotaan, perindustrian, kampung nelayan, dan dermaga air.

Tahun Jumlah Wisatawan

Mancanegara (orang) Domestik (orang)

2005 3107 234419 2006 2182 199668 2007 1490 237549 2008 521 171259 2009 737 221400 Rataan 1607 212859

Tahun Jumlah Kamar yang Terjual (kamar)

2005 11733 2006 11533 2007 9344 2008 6416 2009 6414 Rataan 9088

61

 

Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang

Penjelasan mengenai rencana alokasi pemanfaatan ruang di Kawasan Jatiluhur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Dokumen terkait