• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

6. Ruang Konservasi

6. Ruang Konservasi

Ruang konservasi merupakan ruang yang berfungsi melindungi kawasan wisata dari kerusakan. Ruang ini memiliki sumberdaya lanskap yang cukup rentan dengan kemiringan lahan 25-45% dan keberadaan vegetasi yang perlu dipertahankan untuk menjaga kestabilan tanah dan cadangan air tanah. Pada ruang ini aktivitas yang dapat dilakukan seperti berjalan, melakukan pengamatan, dan aktivitas lainnya yang bersifat konservasi.

Gambar 47. Diagram konsep pembagian ruang

Konsep Tata Hijau

Konsep tata hijau yang akan dikembangkan adalah penataan vegetasi sebagai sumberdaya lanskap yang disesuaikan dengan fungsi ruang dan jenis atraksi wisata yang dikembangkan. Konsep tata hijau ini dibagi menjadi empat zona yaitu (1) zona inti, sebagai pusat aktivitas wisata, (2) zona pengembangan, dimana terdapat fasilitas-fasilitas wisata, (3) zona penyangga, sebagai inviolate

belt, (4) zona konservasi, sebagai pelindung kawasan dari kerusakan dimana

sebagian besar terdiri atas tegakan pohon alami. Konsep vegetasi yang direncanakan di zona inti adalah zona tanaman kayu, zona tanaman perkebunan, dan zona tanaman pangan. Dalam zona pengembangan konsep vegetasi diarahkan pada fungsi arsitektural dan artistik, sedangkan dalam zona konservasi dan

Ruang Pelayanan  dan Penunjang  Wisata            Ruang Penyangga  Ruang  Wisata Inti  Ruang  Wisata  Penunjang  Ruang  Penerimaan  Ruang Konservasi  Ruang Konservasi

112

 

penyangga konsep vegetasi diarahkan pada fungsi ekologis yang dapat merekayasa iklim serta mengontrol erosi tanah dan air.

Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi di kawasan wisata terbagi menjadi tiga, yaitu jalur sirkulasi primer, sekunder, dan tersier (Gambar 48). Jalur sirkulasi primer di kawasan wisata ini yaitu berupa jalan aspal yang biasa dilalui kendaraan roda dua, kendaraan roda empat, mobil wara-wiri, dan pejalan kaki yang berfungsi menghubungkan ruang-ruang utama. Selanjutya, jalur sirkulasi sekunder yang berfungsi menghubungkan kelompok-kelompok atraksi wisata dalam satu ruang wisata utama atau wisata penunjang berupa jalan yang dapat diakses oleh pejalan kaki, kendaraan roda dua, dan kendaraan roda empat. Jalur sirkulasi tersier berupa jalur pedestrian yang menghubungkan antara fasilitas satu dengan fasilitas lainnya dalam masing-masing kelompok atraksi tersebut.

Keterangan : Sirkulasi Primer Sirkulasi Sekunder Sirkulasi Tersier

Gambar 48. Diagram konsep sirkulasi

Ruang Pelayanan  dan Penunjang  Wisata            Ruang Penyangga      Ruang  Penerimaan  Ruang Konservasi  Ruang Konservasi  Ruang  Wisata Inti    Wisata  Penunjang 

113

 

Konsep Aktivitas Wisata dan Pengembangannya

Konsep aktivitas wisata yang akan dikembangkan adalah pengembangan aktivitas wisata yang melestarikan nilai alam sesuai dengan sumberdaya lanskap yang terdapat di Kawasan Wisata GTJ (vegetasi hutan, air, persawahan, ladang). Diharapkan sumberdaya yang terdapat di kawasan tetap terjaga dan wisata yang terdapat di dalamnya dapat berkelanjutan. Pemilihan bentuk wisata direncanakan beragam, mulai dari bentuk wisata dengan tingkat tantangan tinggi (wisata alam), wisata dengan tingkat tantangan sedang (wisata air), dan wisata dengan tingkat tantangan rendah (agrowisata). Bentuk wisata ini diklasifikasikan ke dalam paket-paket wisata, yaitu paket-paket wisata perorangan dan berkelompok, sehingga dapat dipilih touring circuit sesuai dengan rute perjalanan yang diinginkan ataupun

longer stay dengan pelayanan yang ingin didapatkan sebelum atau sesudah

melakukan aktivitas wisata. Hal ini didasarkan pada segmentasi pasar wisata dengan pendekatan identitas, persepsi, preferensi wisatawan melalui kuesioner, yang dipengaruhi oleh tiga indikator yaitu geografis (asal wisatawan), sosio-profesional (umur, jenis kelamin, jumlah pendapatan, dan pekerjaan) dan motivasi wisata (menikmati alam, pendidikan).

Konsep Fasilitas Wisata dan Pengembangannya

Fasilitas yang direncanakan sesuai dengan kondisi lingkungan dan budaya lokal. Penataan tata letak fasilitas yang mendukung kegiatan wisata alam, wisata air, wisata teknologi, dan agrowisata, terutama dalam menginterpretasikan nilai-nilai alam dan teknologi yang terdapat pada kawasan wisata ini. Adapun fasilitas dibagi menjadi dua yaitu fasilitas utama dan fasilitas pelengkap. Fasilitas utama adalah fasilitas yang diperuntukkan bagi pariwisata alam, sedangkan fasilitas pelengkap adalah fasilitas umum, sign system, maupun site furniture.

Daya Dukung Kawasan

Daya dukung merupakan kemampuan kawasan untuk menerima sejumlah pengunjung dengan intensitas penggunaan maksimal terhadap sumber daya yang berlangsung terus-menerus tanpa merusak lingkungan. Daya dukung tersebut sangat menentukan keberlanjutan kawasan wisata. Dengan adanya daya dukung kawasan wisata alam tersebut dapat dilakukan pengendalian terhadap jumlah wisatawan yang

114

 

berkunjung. Daya dukung dapat dihitung dengan cara membagi luas area suatu kawasan dengan standar kebutuhan ruang per orang (Tabel 13 ).

Tabel 14. Daya dukung kawasan

Aktivitas Luas atau

Panjang Area (m2 atau m) Standar Kebutuhan Ruang (m2 atau m/orang) Daya Dukung (orang) Wisata Alam • Hiking • Picnicking • Camping • Flying fox • Bungee Jumping • Canopy Trail 7.000 7.500 10.900 300 200 700 25 16.6 20 8 8 25 280 451 545 37 25 28 Subtotal 1.366 Wisata Air dan Sempadan

Waduk • Fishing • Speed boating • Canoeing • Photo hunting* • Outbond • Waterskiing • Swimming (JWW) • Panggung Terbuka • Kolam Pemancingan 19.300 557.640 743.520 7.300 2.800 557.640 1.100 2.050 1.000 10 5.000 5.000 2 8 2.500 3 10 10 1.930 111 1.487 3.650 350 223 366 205 100 Subtotal 8.422 Wisata Teknologi • Melihat dan mencari informasi 17.500 7 2500 Wisata Pertanian • Aktivitas tani • Photo hunting* • Aktivitas budidaya ikan • Aktivitas perbanyakan tanaman • Aktivitas belanja di pelelangan 225.850 15.300 1.743.500 21.700 12.900 8 2 600 8 1.5 2831 7.650 2.905 2.712 8.600 Subtotal 17.093 Akomodasi dan Pelayanan

• Menginap • Pelayanan 36.400 42.100 20 2 1.820 21.050 Subtotal 22.870

Keterangan: * Kapasitas photo hunting untuk satu orang dengan tripod

115

 

Perencanaan Lanskap

Perencanaan lanskap ini didasarkan pada konsep wisata alam di Timur Waduk Ir. H. Djuanda, yaitu meningkatkan potensi alam sebagai wisata yang berkelanjutan yang harus memiliki prinsip (1) nilai edukatif, (2) nilai rekreatif, (3) memberikan keuntungan kepada komunitas lokal, pengelola, wisatawan, dan pemerintah, (4) meningkatkan peran serta komunitas lokal, dan (5) berorientasi pada kepentingan konservasi kawasan.

Pendekatan yang dilakukan dalam perencanaan ini adalah pendekatan sumberdaya dan aktivitas pengunjung sehingga diperoleh kebutuhan ruang dan

touring plan yang menghubungkan ruang-ruang wisata dengan tingkat

penggunaan tertentu dan tipe kelompok pengunjung yang berbeda.

Rencana Ruang (Lanskap)

Berdasarkan konsep perencanaan lanskap kawasan wisata GTJ dan data yang telah dianalisis secara spasial maupun dilihat dari potensi dan kendalanya diperoleh kawasan wisata alam dengan luas 3580.25 Ha, termasuk di dalamnya sebagian kecil waduk Ir. H. Djuanda dengan luas 3009.4 Ha yang dapat digunakan untuk wisata, yang dibagi menjadi lima ruang utama. Lima ruang tersebut meliputi (1) ruang penerimaan, (2) ruang pelayanan dan penunjang wisata, (3) ruang wisata inti, (4) ruang wisata penunjang, (5) ruang penyangga, dan (6) ruang konservasi.

1. Ruang penerimaan memiliki luas 3 Ha (0.084% dari luas keseluruhan). Ruang penerimaan ini merupakan pintu masuk utama bagi para wisatawan untuk memasuki Kawasan Wisata GTJ. Penetapan ruang ini berdasarkan letaknya yang strategis dan aksesibilitas yang memadai. Ruang ini ditujukan untuk memberikan kesan dan identitas awal dari suatu kawasan wisata. Selain itu, ruang ini memberikan kemudahan bagi pengelola kawasan dalam mengidentifikasi jumlah dan identitas pengunjung yang datang ke kawasan. 2. Ruang pelayanan dan penunjang wisata memiliki luas 50.97 Ha (1.42% dari

luas keseluruhan). Ruang pelayanan merupakan ruang pengenalan sebelum memasuki ruang inti. Ruang ini direncanakan agar para wisatawan

116

 

mendapatkan informasi sekilas mengenai GTJ dan pelayanan yang disediakan pihak pengelola. Ruang ini memiliki sub ruang pelayanan yang di dalamnya terdapat akomodasi (hotel, bungalow, mess karyawan), restoran, jasa-jasa lain (kantor pos, fitness centre, souvenir shop, money

changer, atm center klinik, travel agency, pemadam kebakaran, indosat) dan

fasilitas-fasilitas lainnya (lapangan olahraga, kolam renang, sarana peribadatan). 

3. Ruang wisata inti memiliki luas 111.31 Ha (3.11% dari luas keseluruhan). Berdasarkan potensi lanskap, khususnya topografi dan vegetasi, terdapat sub ruang inti berdasarkan intensitas dan tingkat tantangannya, yaitu ruang wisata dengan tingkat tantangan yang tinggi. Ruang wisata dengan tingkat tantangan tinggi (wisata petualangan) merupakan ruang wisata utama yang dikembangkan sebagai ruang wisata semi intensif. Pada ruang ini terdapat objek wisata utama yaitu hutan wisata dengan atraksi beragam, yaitu trails (Gambar 56), flying fox (Gambar 55), camping ground, picnic lawn (Gambar 57), rumah pohon, dan menara pandang. Di ruang ini, wisatawan dapat melakukan hiking, tracking, camping, picnicking dan rekreasi pasif seperti fotografi, dan birdwatching.

4. Ruang wisata penunjang terbagi atas bagian daratan dengan luas 133.8 Ha (3.74% dari luas keseluruhan) dan perairan dengan luas 3009.4 Ha (84.06% dari luas keseluruhan). Berdasarkan potensi lanskap, khususnya topografi dan vegetasi, terdapat dua sub ruang berdasarkan intensitas dan tingkat tantangannya, yaitu ruang wisata dengan tingkat tantangan yang sedang dan rendah. Subruang wisata dengan tingkat tantangan sedang terdapat di area sempadan waduk (sekitar 70 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat) sebagai wisata semi intensif dan waduk yang dikembangkan sebagai wisata intensif. Subruang wisata ini terdiri atas objek wisata air, yaitu waduk Ir. H. Djuanda yang dilengkapi dengan atraksi wisata, yaitu dermaga apung (Gambar 52), dermaga kampung air, dan kolam pemancingan. Di ruang ini wisatawan dapat melakukan aktivitas ski air, berkano, polo air, giant

bubble, water sliding, dan outbond. Selain itu, di dalam subruang wisata

117

 

wisata utama dilengkapi dengan atraksi wisata, yaitu Museum Teknologi (Gambar 51). Subruang wisata ini digolongkan sebagai wisata semi-intensif karena terkait dengan pengendalian daya dukung terhadap fungsi sempadan sungai. Subruang wisata dengan tingkat tantangan rendah (agrowisata) terbagi menjadi (1) ruang budidaya ikan dengan jaring terapung, dimana wisatawan dapat berkeliling area tersebut dengan perahu, belajar mengenai budidaya ikan, dan mengemas ikan untuk didistribusikan di pelelangan ikan (Gambar 53), (2) ruang budidaya pertanian yang terdiri dari sawah, kebun milik penduduk sekitar (Gambar 54), serta ke pembibitan tanaman hias (nursery) dimana wisatawan dapat mempraktikkan sendiri mengolah tanah, menanam benih, dan melakukan pengamatan terhadap tanaman yang terdapat di kebun, ladang, maupun rumah kaca (Gambar 50).

5. Ruang penyangga memiliki luas 129.01 Ha (22.60% dari luas daratan dan 3.60% dari luas keseluruhan). Ruang penyangga merupakan ruang yang berfungsi menyangga ruang-ruang wisata di dalam Kawasan Wisata GTJ dari gangguan yang berasal dari luar kawasan. Ruang ini direncanakan sebagai RTH (jalur hijau, koridor, dan taman) untuk memodifikasi iklim mikro sehingga lebih nyaman bagi pengunjung dan menjaga keberlanjutan wisata dan melindungi keseimbangan ekosistem di dalamnya.

6. Ruang konservasi memiliki luas 142.67 Ha (24.99% dari luas daratan dan 3.98 % dari luas keseluruhan). Ruang konservasi merupakan ruang yang berfungsi melindungi kawasan wisata dari kerusakan, mengkonservasi tanah dan ketersediaan cadangan air tanah. Ruang ini direncanakan sebagai area vegetasi dengan tegakan pohon alami. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan merupakan kegiatan yang bersifat konservasi seperti pengamatan, pengelolaan, dan pendidikan. 

118

 

Rencana Tata Hijau

Dalam perencanaan dan pengembangan tata hijau di GTJ direncanakan pembagian ruang hijau menjadi empat zona, yaitu zona inti, zona pengembangan, zona penyangga, dan zona konservasi. Zona inti dibagi menjadi menjadi zona tanaman kayu, zona tanaman pangan, dan zona tanaman perkebunan. Keempat zona tersebut disesuaikan dengan kondisi eksisting dan aktivitas wisata terkait adengan atraksi yang akan dikembangkan. Tanaman kayu diarahkan untuk kegiatan wisata alam, seperti hiking, camping, dan tracking. Jenis tanaman kayu yang digunakan dalam zona tanaman kayu adalah vegetasi hutan dan vegetasi ekoton di antaranya yaitu Tectonia grandis, Bambusa vulgaris, Pinus merkusii,

Paraserianthes falcataria, Swietenia mahogani, Manglietia glauca, Acacia auriculiformis, Muntingia calabura, Hibiscus tiliaceus, Alstonia scholaris, Lagerstromia speciosa, Dalbergia latifolia, Pithecellobium dulce, Filicium decipiens, Averrhoa bilimbi, Hibiscius tiliaceus, Musa sp, Cocos nucifera, Swietenia macrophylla, dan Dalbergia latifolia.

Adapun tanaman pangan (padi) dan perkebunan (beragam buah-buahan) diarahkan untuk memperkuat karakter fisik kawasan sebagai kawasan pertanian. Tanaman buah-buahan yang digunakan dalam zona tanaman perkebunan adalah tanaman eksisting yang terdapat di kawasan di antaranya yaitu Durio zibethinus,

Artocarpus integra, lancium domesticum, Nephelium lappaceum, Arenga pinnata, Sacharum edule, dan Psidium guajava. Zona inti diarahkan pada fungsi vegetasi

sebagai sumberdaya tapak yang merupakan faktor penarik utama bagi wisatawan. Pembagian ruang tersebut berdasarkan kondisi eksisting dan potensi pengembangan sesuai dengan kesesuaian lahan pada tapak.

Zona pengembangan diarahkan untuk pengembangan area terbangun untuk menunjang aktivitas wisatawan di ruang penerimaan, ruang pelayanan, dan ruang penunjang wisata. Rencana pengembangan pada area tersebut di antaranya adalah area parkir, hotel, restaurant, taman, sport area, recreation area, dan sebagainya. Dalam zona pengembangan ini, Jenis tanaman yang digunakan memiliki fungsi keindahan adalah tanaman yang memiki bentuk arsitektural yang baik dilihat dari bentuk tajuk, bunga, daun, batang, buah, maupun biji. Dalam pengembangan fungsinya diarahkan sebagai pengarah (direction), pemberi aksen (focal point),

119

 

pembatas view (border), penguat karakter (emphasys), pembingkai (vista) dan penyekat (border). Jenis tanaman yang digunakan dalam zona pengembangan di antaranya yaitu Bauhinia purpurea, Erythrina cristagalli, Filicium decipiens,

Samanea saman, Delonix regia, Lagerstromia speciosa, dan sebagianya. Zona

penyangga diarahkan pada fungsi ekologis yang dapat merekayasa iklim, dan melindungi kawasan dari gangguan di luar kawasan. Adapun fungsi rekayasa lingkungan digunakan tanaman yang berdaun jarum, berbulu, kasar, dan lengket untuk mereduksi polusi seperti asam keranji (Tamarindus indica), flamboyan (Delonix regia), bougenvil (Bougainvillea spectabilis), nusa inda (Mussaenda

philipica) dan berbau harum untuk mereduksi bau seperti cempaka (Michelia champaca), kenanga (Cananga odorata), kayu putih (Eucaliptus alba), kemuning

(Murraya paniculata), dan sebagainya. Zona pengembangan diarahkan untuk pengembangan area yang memiliki kemiringan lebih dari 25%, area sempadan Waduk Ir. H. Djuanda dan Sungai Citarum. Zona konservasi ditekankan untuk fungsi ekologis dengan jenis tanaman berakar papan untuk mengontrol erosi seperti flamboyan (Delonix regia), kapuk randu (Ceiba petandra), dan sebagainya. berakar serabut untuk sistem hidrologi seperti kirei (Nypa fruticans), bamboo (Bambusa multiplex), dan sebagainya.

Rencana Akses dan Sirkulasi

Rencana sirkulasi di kawasan wisata ini adalah menghubungkan antara ruang satu dengan ruang lainnya dan atraksi-atraksi wisata di dalamnya. Terdapat perubahan pengembangan terhadap kondisi sirkulasi eksisting, yaitu dengan menetapkan batas sempadan waduk minimal 50 m dari titik pasang tertinggi sesuai dengan UU No. 32 Tahun 1990. Untuk mengatasi penggunaan intensif kawasan sempadan, lebar sempadan diperlebar menjadi 100 m ke arah darat.

Jalur sirkulasi pada tapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Jalur sirkulasi primer. Jalur sirkulasi primer merupakan jalur yang menghubungkan antara ruang satu dengan ruang lainnya dalam tapak. Jalur ini dikembangkan dari jalan lokal yang dapat diakses oleh kendaraan roda dua, kendaraan roda empat, mobil wira-wiri, dengan penambahan lajur khusus untuk pengguna sepeda dan pejalan kaki.

120

 

2. Jalur sirkulasi sekunder. Jalur sirkulasi sekunder merupakan jalur yang menghubungkan antara kelompok atraksi satu dengan kelompok atraksi lainnya. Jalur ini dikembangkan dari kebutuhan ruang-ruang yang ada. Jalur ini dapat diakses oleh kendaraan roda dua, roda empat, dan pejalan kaki.

3. Jalur sirkulasi tersier. Jalur sirkulasi tersier merupakan jalur yang menghubungkan satu fasilitas ke fasilitas lainnya dalam masing-masing kelompok atraksi. Jalur ini dikembangkan dari hubungan antara fasilitas-fasilitas yang ada. Jalur ini dapat berupa jalan setapak atau deck yang hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki.

Rencana Aktivitas

Rencana aktivitas yang dikembangkan berdasar pada kondisi eksisting dan konsep pengembangan ruang. Masing-masing ruang memiliki jenis yang sifat aktivitas yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi ruang yang ada. Aktivitas pada ruang penerimaan cenderung bersifat pasif. Jenis aktivitas yang dapat dilakukan yaitu parkir, istirahat, duduk-duduk, sanitasi, melihat papan interpretasi, dan mencari informasi di information centre. Aktivitas pada ruang pelayanan juga bersifat pasif. Jenis aktivitas yang dapat dilakukan yaitu belanja souvenir, jalan-jalan, transaksi uang, pengiriman jasa pos, pemesanan jasa angkutan, berolahraga ibadah, makan, dan menginap.

Rencana aktivitas pada ruang wisata direncanakan berupa aktivitas aktif dan pasif. Aktivitas wisata pada ruang dibedakan menjadi tiga, yaitu aktivitas wisata dengan tingkat tantangan tinggi (wisata alam), aktivitas wisata dengan tingkat tantangan sedang (wisata air dan teknologi), dan aktivitas wisata dengan tingkat tantangan rendah (agrowisata). Perbedaan jenis aktivitas di antara ketiga jenis wisata tersebut berdasarkan pada jarak tempuh, kondisi topografi eksisting, dan tingkat preferensi pengunjung terhadap tantangan. Jenis aktivitas wisata alam yang terdapat di hutan wisata yaitu hiking, picnicking, camping, tracking, meluncur, melihat-lihat, interpretasi alam, istirahat, penelitian, dan fotografi. Gambar 65 dan 66 adalah contoh gambar ilustrasi atraksi wisata alam. Jenis aktivitas wisata air yaitu berkano, outbond, melihat-lihat, interpretasi wisata,

121

 

duduk-duduk, dan memancing. Aktivitas wisata teknologi yang dikembangkan yaitu interpretasi wisata ke bendungan utama, bangunan operasional, dan museum teknologi (Gambar 61). Pengunjung dapat mengenal teknik pengoperasian bendungan dan alat-alat yang digunakan untuk mengoperasikannya. Jenis aktivitas wisata pertanian (agrowisata) yang direncanakan bersifat edukatif berupa pengenalan jenis tanaman pertanian, perkebunan, tanaman hias, dan ikan. Selain itu pengunjung dapat mempraktikkan langsung cara menanam benih, membudidaya tanaman dan ikan. Gambar 60, 62, dan 64 adalah beberapa contoh gambar ilustrasi aktivitas wisata pertanian.

Rencana Fasilitas

Berdasarkan Pasal 6-10 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1994, jenis sarana pariwisata alam meliputi usaha (1) sarana akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, caravan, (2) rumah makan dan minum; (3) sarana wisata tirta, (4) sarana wisata budaya, (5) sarana angkutan wisata, (6) cinderamata. Untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi wisatawan, maka penyediaan fasilitas, sarana, dan prasarana perlu direncanakan secara terpadu. Sarana dan fasilitas utama yang direncanakan di GTJ ini sebagai kawasan wisata alam, seperti (1) sarana akomodasi (penginapan, bungalow, ruang pertemuan, ruang makan dan minum, children playground, dan gudang), (2) fasilitas pelayanan umum dan kantor (information center, fasilitas pelayanan telekomunikasi, transportasi, money changer, laundry, telepon umum, mushola, klinik, menara pandang, tempat sampah, kantor pengelola, mess karyawan, dan pemadam kebakaran), (3) sarana rumah makan (restoran, kedai terapung, dan kios), (4) sarana wisata tirta (boat, perahu dayung atau kano, dan rakit), (5) sarana wisata alam (nature interpretation center), (6) sarana wisata pertanian (kantor admin atau farm guest center, plant research center, rumah kaca, gudang peralatan, dan lapangan jemur), (7) sarana wisata teknologi (museum teknologi), (8) sarana angkutan wisata (mobil wara-wiri), dan (9) sarana kios cinderamata. Gambar 62 adalah contoh gambar ilustratif sarana wisata tirta yang direncanakan.

Selain itu, direncanakan pula dalam pengembangan fasilitas pelengkap wisata seperti papan interpretasi, bangku dan meja piknik, tempat ibadah, toilet,

122

 

wartel, pasar tradisional pelelangan ikan, kantor pos, children playground, arena olahraga, kolam renang, dan fasilitas lainnya. Dalam pengembangannya, baik fasilitas utama maupun fasilitas pelengkap wisata didesain dengan pola arsitektur lokal tradisional agar terlihat menyatu dengan lingkungan alam dan budaya setempat. Khusus untuk elemen keras (hardscape) terbatas pada elemen yang mencerminkan budaya setempat atau alam lingkungan setempat. Selain itu, penggunaan material pada sarana pariwisata alam diorientasikan pada konsep beraktivitas di alam terbuka. Bahan-bahan bangunan untuk pembuatan sarana, sejauh dimungkinkan menggunakan produk alamiah seperti kayu, bambu, dan sebagainya.

Tabel 15. Rencana ruang, aktivitas, dan fasilitas

Ruang Fungsi Aktivitas Fasilitas Persentase Ruang

Penerimaan Penerimaan Parkir, istirahat, duduk-duduk, sanitasi, melihat papan interpretasi, mencari informasi di

information centre

Pintu gerbang, pos jaga, papan interpretasi, information centre, loket karcis, dan tempat parkir

3 Ha/ 0.084%

Pelayanan Pelayanan Belanja souvenir, jalan-jalan, transaksi uang, pengiriman jasa pos, pemesanan jasa angkutan, berolahraga ibadah, makan, dan menginap

Hotel, bungalow, mess karyawan, restoran, kantor pos, fitness centre, souvenir

shop, money changer, atm

center klinik, travel agency, pemadam kebakaran, indosat, lapangan olahraga, kolam renang, dan sarana peribadatan

50.97 Ha/ 1.42%

Wisata Inti Wisata alam Hiking, picnicking, camping, tracking,

meluncur, interpretasi alam, istirahat, penelitian, dan fotografi

Trails, flying fox, camping ground, picnic lawn, rumah

pohon, dan menara pandang, shelter, mushola, kios makanan, dan toilet

111.31 Ha/ 3.11% Wisata penunjang Wisata air dan teknologi Wisata pertanian Berkano, outbond, melihat-lihat, interpretasi wisata, duduk-duduk, dan memancing Interpretasi wisata, mempraktikkan langsung cara menanam benih, membudidaya tanaman dan ikan

Dermaga wisata, dermaga kapal, deck, shelter, perahu wisata, bangunan operasional, museum Loka Riset , pelelangan ikan, shelter, gazebo, green house, pusat riset tanaman, pembibitan tanaman hias

3143.2 Ha, 87.80%

Penyangga Penyangga Pengelolaan, pengamatan

Jalur hijau jalan, taman, koridor

129.01 Ha/ 3.60% Konservasi Konservasi Jalur hijau waduk, jalur

hijau sungai

142.67 Ha/ 3.98%

123

 

Rencana Lanskap

Hasil analisis kesesuaian lahan berupa blockplan dikembangkan menjadi rencana tata ruang, rencana akses dan sirkulasi, rencana aktivitas, rencana fasilitas dalam satu kesatuan rencana lanskap dalam bentuk grafis (Gambar 49). Produk perencanaan lainnya yaitu gambar perspektif dan gambar potongan (Gambar 65 dan 66).

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

 

Gambar 60. Perspektif nursery

136

 

Gambar 62. Perspektif dermaga apung

137

 

Gambar 64. Perspektif farm guest center

138

 

139

 

Rencana Penyelenggaraan Program Wisata

Pengembangan objek dan atraksi wisata yang telah ada dan penambahan objek bertujuan menarik minat pengunjung untuk mengekplorasi jenis kegiatan wisata yang terdapat di Timur Waduk Ir. H. Djuanda. Penyelenggaraan objek dan atraksi tidak hanya dilaksanakan pada hari-hari biasa, tetapi akan direncanakan penambahan waktu penyelenggaraan atraksi. Waktu penyelenggaraan yang bersifat khusus diacu pada hari penting nasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan olahraga (Tabel 16).

Tabel 16. Rencana penyelenggaraan objek dan atraksi

Program Objek dan Atraksi Waktu

Pelaksanaan

Rutin 1. Information Center Setiap Waktu

2. Hiking Trails, Canopy Trails, Camping

Ground, Picnic Lawn (Wisata Alam)

06.00-17.00 (Kecuali Camping Ground)

3. Dermaga Apung, Dermaga Kampung Air, JWW, Pemancingan (Wisata Waduk)

06.00-17.00

(Kecuali JWW, 09.00-17.00)

4. Bendungan Utama, Museum Teknologi (Wisata Bendungan)

08.00-14.00

5. Nursery, Loka Riset Pemacuan Stok Ikan Pelelangan Ikan, Budidaya Ikan Jaring Terapung, Sawah, dan Perkebunan (Wisata Pertanian)

06.00-16.00

Insidental 1. Lomba Mendayung Nasional Hari Jadi PON 2. Festival Perahu Hias Hari Jadi Porseni

3. Pagelaran Budaya

Hari Ulang Tahun Purwakarta

4. Workshop Teknologi dan Lingkungan Hidup Hari Pendidikan Nasional

5. Penanaman 1000 Pohon di Area Sempadan Waduk

Hari Bumi

6. Lomba Rakyat Hari

Kemerdekaan RI

Rencana Perjalanan Wisata

Adanya pengembangan sirkulasi pada kawasan wisata GTJ bertujuan untuk memudahkan pengunjung dalam menikmati objek dan atraksi wisata, membatasi kegiatan pengunjung yang mengarah pada tindakan merusak

140

 

lingkungan serta membatasi jumlah pengunjung agar tidak melebihi daya dukung kawasan. Rencana perjalanan wisata (Tabel 17 dan 18) dibuat berdasarkan akses dan jenis atraksi wisata sesuai dengan pilihan paket wisata, touring circuit,

Dokumen terkait