• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

2.3. Bank Syariah

2.3.1. Pengertian Bank Syariah

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, yakni bank yang operasionalnya mengikuti ketentuan syariah khususnya menyangkut tata cara ber-muamalat secara Islam. Perwataatmadja dan Antonio (1997:1).

Sehingga dapat dikatakan bahwa bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan/perbankan yang opersional dan produknya berlandaskan

pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain, bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

2.3.2. Dasar Hukum Bank Syariah

Akomodasi peraturan perundang-undangan Indonesia terhadap ruang gerak perbankan syariah terdapat pada beberapa peraturan perundang-undangan berikut ini.

1) Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang N0.7 tahun 1992 tentang perbankan.

2) Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang bank sentral. Undang-Undang ini member peluang bagi bank Indonesia untuk menerapkan kebijakan moneter berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

3) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tanggal 12 mei 1999 tentang bank umum berdasarkan prinsip syariah. Peraturan perundang-undangan ini mengatur kelembagaan bank syariah yang meliputi pengaturan tata cara pendirian, kepemilikan, kepengurusan, dan kegiatan usaha bank. 4) Ketentuan yang dikeluarkan oleh BIS yang berkedudukan di basel, swiss yang dijadikan acuan oleh perbankan Indonesia untuk mengatur pelaksanaan prinsip kehati-hatian.

5) Peraturan lainnya yang diterbitkan oleh bank Indonesia dan lembaga lain sebagai pendukung operasi bank syariah yang meliputi ketentuan berkaitan dengan pelaksanaan tugas bank sentral, ketentuan standard akuntansi dan audit, ketentuan pengaturan perselisihan perdata antar bank dengan nasabah, standardisasi fatwa produk bank syariah, dan peraturan lainnya.

2.3.3. Tujuan Bank Syariah

Sudarsono (2004:40) Bank Syariah mempunyai beberapa tujuan di antaranya sebagai berikut :

1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam.

2) Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi.

3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan membuka peluang usaha yang lebih besar.

4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan. 5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter.

6) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-syariah.

2.3.4. Fungsi Dan Peran Bank Syariah

Sudarsono (2004:39) Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standard akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), sebagai berikut :

1) Manajer investasi, mengelola investasi dana nasabah.

2) Investor, menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah.

3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan.

4) Pelaksanaan kegiatan sosial. 2.3.5. Ciri-Ciri Bank Syariah

Sudarsono (2004:41) Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional, adapun ciri-ciri bank syariah adalah :

1) Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal.

2) Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindari.

3) Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka.

4) Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpan tidak dijanjikan imbalan pasti.

5) Dewan pengawas syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi opersionalisasi bank dari sudut syariahnya.

6) Fungsi kelembagaan bank syariah yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan.

2.3.6. Sistem Operasional Bank Syariah

Sistem operasional bank syariah terdiri atas sistem penghimpunan, sistem penyaluran dana yang dihimpun, dan sistem penyediaan jasa keuangan. Jika dibandingkan dengan bank konvensional, perbedaannya terletak pada mekanisme pemerolelan keuntungan pada pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana bank. Mekanisme pemerolehan pendapatan pada bank konvensional mengguakan sistem bunga,

yaitu sistem yang menjanjikan pihak yang menyimpan uangnya atau yang menyalurkan dananya dengan persentase tertentu terhadap dan yang disimpan atau disalurkan. Berikut ini adalah perbedaan bank syariah dengan bank konvensional.

Tabel 2.1

perbedaan bank syariah dengan bank konvensional

No Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional

1 Falsafah Tidak berdasarkan

bunga, spekulasi, dan ketidakjelasan

Berdasarkan bunga

2 Operasionalisasi Dana masyarakat

berupa titipan dan

investasi yang baru

akan mendapatkan

hasil jika

diusahakan terlebih

dahulu.

Dana masyarakat

berupa simpanan yang

harus dibayar

bunganya pada saat jatuh tempo.

3 Aspek sosial Dinyatakan secara

eksplisit dan tegas yang tertuang dalam misi dan visi.

Tidak diketahui secara tegas.

4 Organisasi Memiliki dewan

pengawas syariah

(DPS).

Tidak memiliki dewan

pengawas syariah

(DPS). Sumber : IBI 2002( dalam Heri Sudarsono, 2004:42 )

2.3.7. Prinsip-Prinsip Penyaluran Dana Bank Syariah

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Dalam penyaluran dana oleh bank syariah, terdapat beberapa prinsip yaitu : Riza (2012:76) 1) Prinsip Simpanan (Al-Wadiah) Dalam prinsip simpanan ini

perjanjian antara pemilik barang (termasuk uang), dimana pihak penyimpan bersedia menyimpan dan menjaga keselamatan barang yang dititipkan kepadanya.

2) Prinsip Bagi Hasil/Investasi

(a) Al-Musyarakah adalah perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih pemilik modal (uang atau barang) untuk membiayai suatu usaha.

(b) Al-Mudharabah adalah perjanjian antara pemilik modal (uang atau barang) dengan pengusaha. Dalam perjanjian ini pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek atau usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian bagi hasil sesuai dengan perjanjian.

(c) Al-Muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) hasil panen.

(d) Al-Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah dimana si penggarap lahan hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.

3) Prinsip Jual Beli, yaitu hak proses pemindahan hak milik barang atau asset dengan menggunakan uang sebagai media. Macam-macam dari prinsip jual beli ini adalah :

(a) Al-Musawamah adalah jual beli biasa dimana penjual memasang harga tanpa memberitahu si pembeli tentang berapa margin keuntungan yang diambilnya.

(b) Al-Tauliah adalah menjual dengan harga beli tanpa mengambil keuntungan sedikitpun, seolah si penjual dijadikan pembeli sebagai walinya atas barang atau asset. (c) Al-Murabahah adalah jual beli dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

(d) Al-Salam adalah jual beli yang pelunasannya dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima.

(e) Al-Istishna’ adalah jual beli yang didasarkan atas penugasan oleh pembeli kepada penjual yang juga produsen untuk menyediakan barang atau suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati.

4) Prinsip Sewa

(a) Al-Ijarah adalah transaksi sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.

(b) Al-Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah transaksi sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disediakannya dengan opsi perpindahan hak milik pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa. Berbeda dengan transaksi Ijarah, transaksi Ijarah Muntahiya Bittamlik memberi hak pilih pada penyewa untuk memiliki barng yang disewa.

5) Prinsip Jasa

(a) Al-Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seorang (muwakkil) kepada yang lain (wakil) dalam hal-hal yang diwakilkan.

(b) Al-Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makfuul ‘anhu ‘ashil).

(c) Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang (muhil) kepada orang lain yang menanggungnya (muhal’alaih).

(d) Al-Sharf adalah prinsip yang digunakan dalam transaksi jual beli mata uang, baik antarmata uang sejenis maupun antarmata uang berlainan jenis.

2.4. Pembiayaan/Akad Murabahah

Dokumen terkait