• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus dari penelitian ini adalah ditemukannya model manajemen pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar sebagai pengembang karakter, yang tepat (fit) melalui kajian konfigurasi faktor apresiasi guru tentang pembangunan karakter, kepemimpinan kepala sekolah, kultur sekolah, dan rancangan pembelajaran, serta mengurai perencanaan awal manajemen pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar sebagai pengembang karakter, dengan mengacu pada model yang fit dari hasil penelitian.

Mengacu pada lingkup dari penelitian ini, dan agar bahasan lebih terarah, berikut disampaikan batasan-batasan sebagai berikut.

1. Manajemen dalam konteks penelitian ini diartikan sebagai serangkaian kegiatan dalam merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya untuk mengatur dan mendayagunakan sumber-sumber balajar, secara efisien dan efektif guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam konteks penelitian ini, terkandung model manajemen yang merupakan jembatan antara kegiatan intelektual abstrak murni dengan kinerja praktis. Sintesis antara teori dan praktek yang lebih banyak memfokuskan pada hal-hal umum dari dimensi khusus pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Model adalah konfigurasi intelektual abstrak dari hubungan dan interaktif yang memungkinkan penginterpretasian, penjelasan, atau peramalan kecenderungan-kecenderungan antar hubungan yang terjadi di dunia empiris.

2. Pembelajaran adalah usaha, tindakan, dan kegiatan, serta fasilitasi untuk memberikan kesempatan kepada para peserta didik terjadi dialog antara potensi yang ada di dalam dirinya dengan lingkungan belajar yang ada di sekolah. Model pembelajaran dalam penelitian ini bukanlah pengembangan model yang sudah ada melainkan dikembangkan berdasarkan teori dari faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran (Model teoritis). Selanjutnya, data expost facto faktor-faktor yang mempengaruhi model teoritis tersebut dianalisis dengan Structural Equation Model (SEM). Akhirnya melalui analisis SEM tersebut dapat ditemukan model yang fit yang diharapkan tepat dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang bermuatan pembangunan karakter. 3. Pendidikan Kewarganegaraan atau Civic Education merupakan mata

pelajaran wajib sebagai implementasi amanat dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang secara substantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan. membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air

4. Character (karakter) merupakan ciri-ciri kepribadian yang tetap dan gaya hidup yang khas yang ditemui pada penduduk negara bangsa tertentu, sebagai kualitas moral. Karena terkait dengan masalah kepribadian yang merupakan bagian dari aspek kejiwaan, maka karakter merupakan istilah

abstak yang terikat oleh aspek budaya dan termasuk dalam mekanisme psikologis yang menjadi karakteristik masyarakat tertentu.

5. Pembangunan karakter, merupakan upaya membangun/membentuk karakter, yang dalam konteks penelitian ini adalah membangun/membentuk karakter peserta didik dengan didasarkan atas nilai-nilai Pancasila, melalui proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

47

Kajian teoritis dan kajian pengembangan model yang digunakan dalam penelitian ini mencakup (1) Pembelajaran Pembangunan Karakter dalam Perspektif Manajemen Pendidikan, (2) Pembelajaran sebagai Suatu Sistem, (3) Pendidikan Kewarganegaraan dan Pembangunan Karakter, (4) Teori yang Mendasari Pembelajaran sebagai Pembangun Karakter, (5) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn sebagai Pembangun Karakter, (6) Temuan-temuan Penelitian Terdahulu, (7) Pengembangan Model Pembelajaran PKn sebagai Pembangun Karakter, (8) Kerangka Konseptual dan Alur Penelitian, (9) Hipotesis Penelitian.

2.1 Pembelajaran Pembangunan Karakter dalam Perspektif

Manajemen Pendidikan

Terminologi manajemen kerapkali dipandang sebagai ilmu, dan sebagai strategi. Manajemen dikatakan sebagai ilmu oleh karena dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Sedangkan sebagai strategi, karena manejemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional yang dituntun oleh suatu kode etik.

Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok berupa: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pemimpinan (Leading), dan Pengawasan (Controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Aspek perencanaan berfungsi untuk menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman, menentukan strategi, kebijakan, taktik dan program. Semua itu dilakukan berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah. Aspek pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi ke dalam fungsi garis, staf, dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang, dengan struktur horizontal dan vertikal. Aspek pemimpin menggambarkan bagaimana manajer mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama. Sedangkan aspek pengawasan meliputi penentuan standar, supervisi dan mengukur penampilan/pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Produk dari aspek pengawasan ini sangat erat kaitannya dengan perencanaan, oleh karena melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur.

Manajemen tidak hanya dipandang sebagai ilmu, melainkan juga sebagai seni. Adalah Stoner (2006:15) menyatakan bahwa manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang. Dia menegaskan ”The art of getting things done through people”. Definisi ini perlu mendapat perhatian karena berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur orang lain. Hal senada juga diungkapkan Botinger (2005:23), manajemen sebagai suatu seni membutuhkan tiga unsur, yaitu: pandangan, pengetahuan teknis, dan komunikasi. Ketiga unsur tersebut terkandung dalam manajemen. Oleh karena itu, keterampilan perlu dikembangkan melalui pelatihan manajemen, seperti halnya melatih seniman. Pada masa yang akan datang ada kemungkinan bidang manajemen akan lebih banyak menyerupai seni daripada ilmu. Semakin banyak belajar tentang manajemen, dalam banyak hal dapat memperoleh informasi tentang seperangkat tindakan. Demikian pula dalam hal hubungan antar manusia, struktur sosial, dan organisasi menuntut seorang manajer memahami ilmu perilaku yang mendasari manajemen. Akan tetapi, sebelum pengetahuan tersebut dikuasai, manajer harus bergantung pada intuisinya sendiri (karena informasi tidak memadai) dan melakukan penilaian sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa meskipun banyak aspek manajemen telah menjadi ilmiah, tetapi masih banyak unsur-unsur manajemen yang tetap merupakan kiat tersendiri seorang manajer.

Menurut Wikipedia (2007:176) dikatakan bahwa prinsip-prinsip umum dalam manajemen terdiri dari (1) pembagian kerja sesuai dengan kemampuan

dan keahlian, (2) wewenang dan tanggung jawab pekerjaan yang diikuti pertanggungjawaban, (3) disiplin yang berupa ketaatan dan kepatuhan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab, (4) kesatuan perintah dalam

melaksanakan pekerjaan, (5) kesatuan pengarahan menuju sasaran, (6) mengutamakan organisasi di atas kepentingan sendiri, (7) penggajian

pegawai yang menumbuhkan kedisiplinan dan kegairahan kerja, (8) pemusatan wewenang menuju pemusatan tanggung jawab, (9) hirarki puncak dan bawahan, (10) ketertiban dalam melaksanakan tugas, (11) keadilan dan kejujuran moral karyawan, (12) stabilitas kondisi karyawan, (13) prakarsa mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan baik, dan (14) semangat kesatuan.

Dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen tersebut seorang manajer akan melakukan seluruh kegiatannya dengan berpijak pada tahapan-tahapan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (Terry dalam Handoko, 1998:78; Wikipedia, 2007:176). Fungsi manajemen yang meliputi tahap-tahap tersebut akan selalu dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.

Pencapaian suatu tujuan pada sebuah organisasi atau lembaga memerlukan anasir manajemen, yang memerlukan pemberdayaannya secara simultan. Anasir manajemen tersebut dikenal dengan 6M yaitu men, money, materials, machines, methods, dan market (Wikipedia, 2007:135).

Kendatipun anasir manajemen terdiri atas berbagai elemen, akan tetapi elemen manusia (men) merupakan unsur yang paling menentukan dalam

manajemen. Manajemen timbul karena adanya orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja (Rachman, 2007:142).

Unsur uang (money) merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan dalam manajemen. Besar kecilnya hasil kegiatan diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan, karena uang merupakan pengukur nilai sebuah organisasi. Oleh karena itu, uang merupakan sarana yang penting untuk mencapai tujuan organisasi.

Selanjutnya unsur material merupakan bahan yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu kegiatan. Dalam dunia usaha, untuk mencapai hasil yang baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus menggunakan bahan/materi sebagai salah satu sarana. Manusia dan materi tidak dapat dipisahkan, tanpa materi organisasi sulit mencapai tujuan. Sedangkan unsur mesin merupakan sarana yang dapat membawa kemudahan dalam mencapai keuntungan. Dalam sebuah perusahaan, mesin sangat diperlukan agar terjadi efisiensi kerja. Selanjutnya unsur metode (methode) merupakan cara-cara kerja. Metode ini digunakan dalam penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas yang memberikan berbagai pertimbangan kepada sasaran, fasilitas, waktu, dan uang dalam kegiatan usaha.

Dari seluruh anasir manajemen, pada akhirnya unsur manusia yang menjadi core dari proses-proses manajemen. Begitu juga dalam konteks

manajemen pendidikan, anasir manusia menjadi pusat dari seluruh kegiatan manajemen pendidikan. Hal ini disebabkan karena manusia adalah salah satu bidang garapan manajemen, dan sekaligus juga menjadi sasaran bidang pendidikan. Oleh karena itu, di dalam proses pendidikan manusialah yang menjadi fokus garapannya guna mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.

Menurut Mulyasa (2004:48) manajemen pendidikan adalah suatu proses pengembangan kegiatan kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses pengembangan kegiatan tersebut mencakup perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan; sebagai suatu proses untuk mewujudkan visi menjadi aksi. Oleh karena itu kerangka kerja manajemen secara umum diterapkan juga dalam manajemen pendidikan, baik anasir maupun fungsi-fungsinya.

Oleh karena manajemen merupakan serangkaian kegiatan dalam merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya untuk mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Handoko, 1998; Hersey dan Blanchard, 1996; Stoner, 1986; Sugiyono, 2002; Sudjana, 2004), maka begitu juga halnya dengan manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan merupakan penataan, pengelolaan, pengaturan, dan kegiatan-kegiatan lain sejenisnya yang berkenaan dengan lembaga pendidikan beserta segala komponennya dan dalam kaitannya dengan pranata dan lembaga lain

(Sudjana, 2004:137). Dengan demikian, manajemen pendidikan adalah proses untuk mencapai tujuan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian.

Manajemen pembelajaran di kelas yang merupakan fokus kajian dalam penelitian ini, merupakan salah satu aspek kajian dalam manajemen pendidikan, khususnya adalah manajemen persekolahan. Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, yang diwujudkan melalui proses pembelajaran, guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien, dengan memberdayakan potensi yang ada di sekolah, maka diperlukan kegiatan manajemen program pembelajaran. Yaitu keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pembelajaran terlaksana secara efektif dan efisien.

Menurut Susilo (2007:32), terdapat tiga dimensi penting dalam manajemen persekolahan, yaitu dimensi organisasi, dimensi komponen pendidikan, dan dimensi proses. Dimensi organisasi berkenaan dengan struktur, kultur, dan teknologi, dimensi komponen pendidikan mencakup pendidik, peserta didik, kurikulum, biaya, sarana, dan sejenisnya, sedangkan dimensi proses berkenaan dengan proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas, termasuk di dalamnya proses pembimbingan, pelatihan, dan semacamnya. Secara substansial manajemen pembelajaran ini terjadi pada dimensi proses pendidikan di dunia persekolahan.

Sebagai sebuah proses manajemen, pembelajaran di dalam kelas haruslah terbangun dari seluruh pentahapan secara komprehensif, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, sampai pada evaluasi /pengendalian; yang merupakan pilar-pilar dari manajemen pendidikan. Dalam kajian ini, mainstream-nya adalah bagaimana pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat dijadikan wahana Pembangunan Karakter bagi peserta didik.