• Tidak ada hasil yang ditemukan

Batasan Penelitian

Dalam dokumen Pedoman Tata Bangunan Di Jl. Pemuda, Medan (Halaman 36-40)

Urban friendly corridor sebuah peri-kehidupan di pusat kota yang humanis, manusiawi dan bersahabat (friendly) telah dikemukan oleh tokoh-tokoh gerakan arsitektur modern yang tergabung dalam CIAM Congres International of Architecture Modern. Ide tersebut mengarah kepada penghormatan lebih terhadap nilai-nilai manusiawi. Adapun ide tentang sebuah peri-kehidupan di pusat kota yang humanis tersebut dilatar-belakangi oleh pembangunan kota yang dititik-beratkan pada pembangunan jalan-jalan untuk kendaraan bermotor dan bangunan-bangunan tinggi sebagai simbol dari kemakmuran. Peri-kehidupan di pusat kota yang humanis merupakan usaha untuk mensejajarkan kembali manusia (pejalan kaki) dengan kendaraan bermotor dalam haknya untuk mempergunakan ruang kota dan menikmati arsitekturnya.

Suatu hal yang sangat tragis yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia adalah tidak diperhatikannya kepentingan manusia di jalan sebagai ruang kota yang nyaman, aman dan sehat bagi pejalan kaki. Keadaan yang tidak nyaman dan aman

yang dialami oleh pejalan kaki juga berdampak kepada tidak nyaman dan tidak aman bagi pengendara kendaraan. Keadaan tragis tersebut tidak terkecuali juga terjadi di Kota Medan. Jalan-jalan yang ada di kota merupakan ruang kota yang memaparkan hampir semua kejadian kehidupan perkotaan. Oleh karena itu, kota akan disebut baik, aman dan nyaman jika jalan-jalannya baik, aman dan nyaman. Ahli perkotaan bernama Donald Appleyard dalam bukunya “Livable Streets” (1981) menegaskan bahwa orang akan selalu tinggal dan menjalani kehidupan di jalan, yaitu suatu tempat dimana anak-anak pertama kali mengenal dunia, bertemu dengan para tetangga dan merupakan pusat sosialisasi dari sebuah kota. Disamping itu jalan juga menjadi jalur transportasi dengan segala kebisingan, polusi, sampah, becek dan lumpur. Jalan juga tempat dimana orang asing mengganggu dan tempat kriminalitas terjadi.

“Urban friendly corridor” merupakan perencanaan sebuah koridor Kota yang bersahabat adalah suatu konsep ideal tentang sebuah koridor kota yang menempatkan manusia/masyarakat penghuninya sebagai “tuan rumah” yang dapat merasakan kemakmuran, kenyamanan, kesehatan dan keamanan secara adil dan merata, dalam prinsip-prinsip kota yang berkesinambungan. Dapat dikatakan juga ruang kota yang bersahabat adalah “City for All” atau ruang kota untuk semua, baik untuk orang yang miskin, kaya, tua, muda, sehat, sakit, mampu, cacat dan lain-lain. Sebagai kebalikannya, kota yang tidak bersahabat adalah kota yang secara langsung maupun tidak langsung mendeskriminasikan/mengesampingkan manusianya. Peran kota saat ini telah berubah, yaitu menjadi sebuah mesin besar yang merongrong kenyamanan, keamanan, kemakmuran dan kesehatan. David Sucher, dalam “City

Comforts How To Build an Urban Village” (1995) mengatakan “Manusia adalah alat ukur dari dunia, sehingga kenyamanan manusia adalah ukuran keberhasilan sebuah kota”. Kawasan yang menjadi objek penelitian adalah Jalan Pemuda Medan yang merupakan koridor utama yang menghubungkan Kawasan Kesawan dengan Kawasan Brigjen Katamso.

Penelitian ini tidak berusaha untuk mencari dan merumuskan suatu pengendalian perancangan tata bangunan yang bersifat menyeluruh untuk semua koridor-koridor yang penting lainnya di Kota Medan, namun hanya bersifat spesifik pada objek penelitian yaitu koridor utama Jalan Pemuda Medan, karena pedoman tata bangunan di Jalan Pemuda Medan hanya untuk koridor jalan tersebut. Proses mengkaji tata bangunan ini juga dapat dilakukan pada koridor-koridor yang penting lainnya di Kota Medan, tetapi pedomannya tidak dapat digunakan pada koridor lainnya di Kota Medan.

Pemilihan Kawasan Pemuda sebagai objek penelitian yang dianggap dapat mewakili permasalahan umum tentang pengendalian intensitas pembangunan penataan tata bangunan karena kawasan Jalan Pemuda Medan merupakan salah satu kawasan bersejarah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Kota Medan modern yang memiliki bangunan lama/bersejarah yang dikelilingi kawasan-kawasan lain yang merupakan hasil dari perkembangan Kota Medan, sehingga perlu diantisipasi untuk mengurangi dan menghindari fenomena penurunan fisik kawasan yang berpengaruh terhadap penataan tata bangunan di kawasan tersebut. Adapun

peraturan-peraturan yang dapat dibuat menyangkut bentuk dan massa bangunan terdiri dari:

1. Ketinggian bangunan

2. Bentuk massa bangunan (Bulk) 3. Koefisien Lantai Bangunan 4. Garis Sempadan Bangunan 5. Skala

6. Penutup Bangunan 7. Material

8. Tekstur 9. Warna

Shirvani, Hamid (1985) dalam Urban Design Process menyatakan bahwa penataan massa dan bentuk bangunan akan menciptakan efek visual yang baik, yaitu: memperlihatkan hubungan antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lain, menciptakan efek visual yang baik jika bangunan didesain sebaik mungkin. Penataan tata bangunan tidak hanya terfokus dalam menganalisa ketinggian bangunan dan efek bulk yang terjadi pada bangunan, yang menjadi faktor yang paling diperhatikan pada bentuk bangunan dan massa bangunan, tetapi juga warna, material, tekstur dan fasade bangunan. Sehingga pembahasan mengenai pedoman tata bangunan sebagai usaha penciptaan urban friendly corridor dibatasi oleh beberapa hal, yaitu:

1. Karakter tata bangunan yang terdiri dari intensitas pembangunan dan fasade bangunan di Jalan Pemuda Medan.

2. Penciptaan urban friendly corridor dalam konteks keserasian visual melalui usulan penataan intensitas pembangunan dan fasade bangunan. Pendekatan rasional digunakan untuk menentukan keserasian visual dan kualitas unsur fisik yang dianggap dapat mewakili image public.

3. Pendekatan regional dan perubahan regional akan memberikan peluang perancangan yang berbeda pada kawasan Jalan Pemuda Medan.

4. Tata bangunan lama/bersejarah akan menjadi panduan dalam menata fasade bangunan baru di Jalan Pemuda Medan.

5. Urban friendly corridor akan dijadikan tema dalam pengembangan konsep di kawasan Pemuda, karena dapat mencerminkan kehidupan kota yang nyaman, indah dan sejahtera yang tetap memperhatikan kehidupan masyarakat di dalamnya dan elemen perancangan kota yang nantinya akan membentuk kota tersebut dalam konteks keserasian visual melalui usulan penataan intensitas pembangunan dan fasade bangunan.

Dalam dokumen Pedoman Tata Bangunan Di Jl. Pemuda, Medan (Halaman 36-40)

Dokumen terkait