• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batasan Pengertian Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara turun sampai ketingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannnya. ( Chandra, 2006 )

Udara yang bersih merupakan campuran dari berbagai gas. Susunannya seperti dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2. Komposisi Udara Bersih dan Kering

Macam Gas Volume (%)

Nitrogen (N2) Oksigen (O2) Argon (Ar) Karbondioksida(CO2) Helium (He) Neon (Ne) Xenon (Xe) Kripton (Kr) Metana (CH4)

Karbon Monoksida (CO) Amoniak (NH3) Nitrat Oksida (N2O) Hidrogen Sulfida (H2S) 78 21 0,94 0,03 0,01 0,01 0,01 0,01 Sedikit sekali Sedikit sekali Sedikit sekali Sedikit sekali Sedikit sekali Sumber: Sastrawijaya,2006 8

Sumber pencemaran udara dapat dikatagorikan atas sumber bergerak dan sumber tidak bergerak, yang meliputi berbagai faktor termasuk transportasi, industri dan domestik. Pada umumnya proses pembakaran bahan bakar fosil, baik yang didalam mesin (transportasi), proses pembakaran dan pengolahan industri, maupun pembakaran terbuka (domestik), mengeluarkan pencemar-pencemar udara yang hampir sama, walaupun secara spesifik jumlah masing-masing pencemar yang diemisikan masih tergantung pada karakteristik (properti) bahan bakar dan kondisi pembakaran.(UAQ-i SDP. 2006)

Dari beberapa komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini : 1. Karbon monoksida (CO)

2. Nitrogen Oksida ( NOx) 3. Belerang Oksida (SOx) 4. Hidrokarbon (HC) 5. Partikel

2.2. Partikel

Berdasarkan penelitian Bank Dunia tahun 1994 (Indonesia Environment and Development ) menunjukkan bahwa kendaraan di Jakarta ( diperkirakan kondisi yang sama terjadi di kota-kota besar lainnya) memberikan kontribusi timbal 100%, SPM10 42%, hidrokarbon 89%, nitrogen oxida 64% dan hampir seluruh karbonmonoksida. (Gunawan, 2007)

Data dari Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyebutkan pada tahun 2003 ada 4,48 juta unit kendaraan yang setiap hari memenuhi jalan raya. Dari jumlah itu tidak seluruh kendaraan dalam kondisi mesin yang bagus. (Kusminingrum, 2007)

Menurut Wardhana ( 2004 ), penyebab pencemaran udara yang menghasilkan partikel secara umum ada 2 macam, yaitu :

a. Karena faktor internal ( secara alamiah ), yaitu : 1. Debu yang beterbangan akibat tiupan angin

2. Abu ( debu ) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik

3. Proses pembusukan sampah organik

b. Karena faktor eksternal ( karena ulah manusia ), contoh : 1. Hasil pembakaran bahan bakar fosil

2. Debu atau serbuk dari kegiatan industri

3. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.

Suspended partikulat ( partikulat polutan ), sangat banyak jenisnya termasuk di dalamnya material dan partikel yang berasal dari industri, pertambangan dan pertanian. (Hahn and Payne, 1991 )

Suspended partikulat adalah partikel halus di udara yang terbentuk pada pembakaran bahan bakar minyak. Terutama partikulat halus yang disebut PM10 sangat berbahaya bagi kesehatan. ( Soemarwoto, 2004 ). Suspended partikulat adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap serta melayang di udara.

Secara fisik, partikulat dikatagorikan sebagai pencemar udara aerosol. Debu terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu padat (solid) dan cair (likuid). Partikulat yang terdiri atas partikel padat misalnya dust, fumes dan smoke.

Dust terdiri atas berbagai ukuran mulai dari yang mikroskopik sampai yang besar. Yang berbahaya adalah ukuran yang bisa terhisap ke dalam sistem pernapasan, umumnya lebih kecil daripada 100 mikron dan bersifat dapat terhisap ke dalam tubuh. Paparan dari Total Suspended Particulate ini juga banyak yang mengandung partikel timah hitam dalam hal ini dikenal sebagai Pb yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan banyak berhubungan dengan tempat kerja.

Tabel 3. Ukuran Partikel Debu Dalam Saluran Pernafasan

Ukuran Saluran Pernafasan

8 – 25 mikron 2 – 8 mikron 0,5 – 2 mikron < 0,5 mikron

Melekat di hidung dan tenggorokan Melekat di saluran bronchial Deposit pada alveoli

Bebas keluar masuk melalui saluran pernafasan Sumber : Chandra, 2006

Suspended partikulat sebagai komponen dari faktor kimia ( nuisance) merupakan salah satu faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja.. Pengaruh partikulat terhadap produktivitas dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh debu secara langsung terhadap kenyamanan kerja tentunya akan mengganggu waktu penyelesaian kerja dan hasil pekerjaan. Paparan suspended partikulat yang melebihi nilai ambang batas akan mempengaruhi aktivitas kerja. Sedangkan secara tidak langsung dapat menimbulkan berbagai

gangguan kesehatan seperti gangguan pernafasan, iritasi mata dan kulit yang akan mempengaruhi produktivitas kerja karena pekerja menderita sakit. (Panggabean dan Silaban, 2003 )

Polutan partikulat ini dapat bermacam-macam, termasuk didalamnya yang berupa material dan partikel. Ini dapat secara potensial menyebabkan penyakit saluran pernafasan yang fatal, termasuk di dalamnya silikososis yang berasal dari debu kapur, asbestosis yang berasal dari serat asbestos.

Debu partikulat ini juga terutama dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan. Sekitar 50% - 60% dari partikel melayang merupakan debu berdiameter 10 µm atau dikenal dengan PM10. Debu PM10 ini bersifat sangat mudah terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, sehingga PM10 dikategorikan sebagai Respirable Particulate Matter ( RPM ). Akibatnya akan mengganggu sistem pernafasan bagian atas maupun bagian bawah (alveoli). Pada alveoli terjadi penumpukan partikel kecil sehingga dapat merusak jaringan atau sistem jaringan paru-paru, sedangkan debu yang lebih kecil dari 10 µm, akan menyebabkan iritasi mata, mengganggu serta menghalangi

pandangan mata. (Chahaya, 2003 )

Partikulat yang terhisap ke dalam system pernafasan akan disisihkan tergantung dari diameternya.. Partikel berukuran besar akan tertahan pada saluran pernafasan atas, sedangkan partikel kecil (inhable) akan masuk ke dalam paru-paru dan bertahan di dalam tubuh dalam waktu yang lama.

PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernafasan. Pada konsentrasi 140 µm/m3 dapat menurunkan

fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350 µm/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronchitis.( UAQ-I SDP, 2006)

Sedangkan dampak nyata dari beberapa polutan yang menyerang kesehatan manusia sangat banyak. Menurut Hahn dan Payne ( 1991) umur, gender, genetic, pekerjaan, tempat tinggal dan olahraga perorangan, dan gaya hidup juga berpengaruh bagi kesehatan. Bagaimanapun pencemaran udara terutama akan sangat berdampak bagi orang dewasa, perokok, dan orang-orang yang punya masalah dalam saluran pernafasan dan orang-orang yang harus bekerja pada daerah yang udaranya tercemar. Efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik secara cepat maupun lambat, sebagai berikut :

1. Secara cepat :

Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernafasan.

2. Efek lambat :

Pencemaran udara diduga juga sebagai salah satu penyebab penyakit bronchitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara antara lain : empisema paru, black lung disease, asbestosis, silicosis, bisinosis dan pada anak-anak asma dan eksema.

Pencemaran udara karena partikulat pada lokasi-lokasi sekitar kegiatan industri, terminal, pastilah mengandung debu yang sangat tinggi. Selain karena peningkatan volume kendaraan, kondisi emisi gas buang kendaraan rata-rata yang

kurang baik juga menjadi penyebab meningkatnya konsentrasi Total Suspended Particulates.

Banyaknya senyawa dan partikel dalam udara apabila jumlahnya meningkat akan menyebabkan terjadinya penyakit. Senyawa dan partikel tersebut akan dapat mengganggu kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu setelah berinteraksi dengan faktor lainnya.

Partikel asbestos yang dapat pula ditemukan di udara apabila terhirup dan masuk ke paru-paru dapat menyebabkan kanker paru. Dalam hal ini asbestos tidak menjadi penyebab langsung perubahan sel normal paru menjadi sel ganas tetapi akan menjadi penyakit pengembangan sel kanker. Jadi, asbestos disini berfungsi sebagai promotor. Kanker tidak terjadi apabila initiatornya tidak ada. Hal ini dibuktikan dengan penelitian epidemiologi yang menunjukkan bahwa pemaparan orang pada rokok dan asbestos akan meningkatkan kejadian kanker paru 10 kali lebih dari bila dipaparkan pada rokok saja.(Koeswadji,1994).

Sebuah laporan penelitian tahun 1999 bahwa kota Jakarta mempunyai rata-rata angka kematian yang tinggi akibat dari tingginya angka konsentrasi ambient suspended particulate matter. Lebih jauh dikatakan bahwa ketinggian angka konsentrasi ambient SPM adalah 1,7% - 3,5% dari angka kematian kasar pada tahun 1990. ( Purwana, 2005 )

Dalam hal ini kondisi keadaan meteorology lingkungan juga sangat mempengaruhi keadaan udara, seperti temperature, kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Juga keadaan cuaca seperti cerah, berawan atau hujan. Terjadinya

fluktuasi situasi keadaan meteorologi yang bervariasi juga dapat mempengaruhi dispersi polutan di atmosfir.( Martono dan Sulistiyani, 2004 ).

Dokumen terkait