• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Kendaraan Bermotor

Sesuai dengan meningkatnya pendapatan dan kebutuhan akan moda transportasi, peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia setiap tahunnya mengalami perkembangan yang cukup pesat. Di Sumatera Utara perkembangan ini pun dapat dilihat berdasarkan tabel berikut :

Perkembangan transportasi juga dapat dilihat dengan memperhatikan jumlah kendaraan bermotor yang memanfaatkan fasilitas jalan tol, sebagai salah satu sarana yang menghubungkan Kawasan Industri Me dan dan Pelabuhan Belawan serta Kawasan Industri Medan Star di Tanjung Morawa. Juga sebagai penghubung antara Kota Medan dengan kabupaten / kota lainnya di propinsi Sumatera Utara.

Tabel 12 . Banyaknya Kendaraan Bermotor Tahun 2005-2007 Di Jalan Tol Belmera Medan Gerbang Tol Tahun/Bulan Amplas Tj. Morawa Tj. Mulia Bdr. Selamat Mabar 2005 2006 2007 2.684.971 2.698.573 2.906.670 3.734.906 3.571.638 3.783.393 3.034.993 3.047.324 3.125.361 2.554.237 2.384.642 2.478.688 2.428.591 2.562.096 2.757.330 Rata-rata 2.763.401 3.696.645 3.069.226 2.472.522 2.582.672 Sumber : PT Jasa Marga Cabang Jalan Tol Belmera Medan 2008

Terlihat dalam tabel diatas bahwa kendaraan terbanyak adalah yang melalui gerbang tol Tanjung Morawa, sedangkan yang paling sedikit adalah yang melalui gerbang tol Bandar Selamat. Gerbang tol Tanjung Morawa merupakan gerbang dimana banyak kendaraan berkapasitas besar keluar dan masuk ke kawasan industri serta merupakan jalan menuju kabupaten lain di propinsi Sumatera Utara. Sedangkan gerbang tol Mabar lebih banyak dilalui oleh kendaraan pribadi yang menuju pusat kota.

4.1.2. Distribusi Karyawan / Responden

Karyawan PT Jasa Marga Belmera Medan dibagi dalam 2 katagori yaitu karyawan non lapangan dan karyawan lapangan. Karyawan lapangan ini masih terbagi lagi petugas pintu tol, petugas patroli jalan tol dan karyawan kantor gerbang tol.

Karyawan petugas pintu tol bekerja 8 jam sehari dengan waktu istirahat 1 jam dimana mereka akan diganti oleh petugas cadangan sehingga total jam kerja 7 jam selama 6 hari seminggu dan 1 hari off atau istirahat.

Saat bekerja karyawan tidak pernah memakai alat pelindung diri berupa masker. PT Jasa Marga sebenarnya telah menyediakan masker, namun responden merasaa agak terganggu atau kurang nyaman, sehingga mereka hampir semua tidak pernah menggunakannya.

Sedangkan distribusi frekuensi responden pintu tol berdasarkan umur terlihat yang paling banyak adalah berumur 40 tahun dengan rata-rata umur responden 40.7 tahun.

Tabel 13. Distribusi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Berdasarkan Umur Tahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Umur (Tahun)

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

≤30 31 – 40 41 – 50 >50 3 10 16 1 10 33 54 3 1 8 18 3 3 27 60 10 Jumlah 30 100 30 100 Umur Rata-Rata 40.77 42.6

Sedangkan distribusi frekuensi responden pintu tol berdasarkan umur terlihat yang paling banyak adalah berumur 40 tahun dengan rata-rata umur responden 40.7 tahunSedangkan responden / karyawan petugas non pintu tol yang paling banyak adalah karyawan berusia sekitar 44 tahun dan karyawan berjenis kelamin laki-laki jauh lebih banyak daripada perempuan, dengan umur rata-rata responden 42,6 tahun.

Secara jumlah karyawan non lapangan ada sekitar 66 orang sedangkan karyawan lapangan keseluruhannya berjumlah 158 orang.

Responden yang diambil sebagai sampel adalah karyawan tetap. Karena PT Jasa Marga menerapkan 2 jenis status karyawan yaitu karyawan tetap dan karyawan kontrak (outsourcing). Karyawan tidak tetap menandatangani kontrak kerja untuk 1 (satu) tahun dan sesudahnya dapat diperpanjang atau tidak dapat diperpanjang sesuai dengan kebijakan manajemen PT Jasa Marga. Dan selama hampir 5 tahun terakhir ini tidak ada pengangkatan karyawan tetap.

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008 Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Jenis Kelamin

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Laki-Laki Perempuan 23 7 77 23 24 6 80 20 Jumlah 30 100 30 100

Berdasarkan penelitian terhadap jenis kelamin responden diperoleh data bahwa karyawan laki-laki lebih banyak daripada karyawan perempuan. Sebanyak 80% responden laki-laki pada kelompok responden non pintu tol sedangkan pada responden karyawan pintu tol sebanyak 77%.

Sedangkan berdasarkan masa kerja, dapat dilihat distribusi responden seperti tabel di bawah ini. Rata-rata masa kerja responden pintu tol adalah 10.2 tahun sedangkan responden non pintu tol adalah 14,3 tahun.

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Berdasarkan Masa Kerja Responden Tahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Masa Kerja (Tahun)

Jumlah Persentase Jumlah Persentase <10 11-15 >16 8 21 1 27 70 3 4 17 9 13 57 30 Jumlah 30 100 30 100 Masa kerja Rata-Rata 10.2 14.3

Sedangkan berdasarkan jarak rumah responden dengan lokasi bekerja dapat dilihat dari tabel di bawah ini, dimana jarak rumah responden yang terbanyak bagi petugas pintu tol adalah 10 km, sedangkan responden non pintu tol pada jarak 15 km. Sedangkan rata-rata untuk responden pintu tol jarak rumahnya dengan lokasi kerja adalah 10,6 km dan responden non pintu tol jarak rumahnya 13,8 km.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Berdasarkan Jarak Rumah ke Lokasi Kerja Tahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Jarak Rumah (Km)

Jumlah Persentase Jumlah Persentase <10 10-15 >16 4 24 2 13 80 7 3 20 7 10 67 23 Jumlah 30 100 30 100 Rata-Rata 10.6 13.8

Sedangkan berdasarkan transportasi yang dipergunakan oleh responden sebagai angkutan mereka ke tempat kerja dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Berdsarkan hasil penelitian terlihat jenis transport yang digunakan responden terbanyak adalah sepeda motor, baik untuk responden pintu tol (77%) dan responden non pintu tol (67%).

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Berdasarkan Transport ke Tempat KerjaTahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Transport ke Tempat Kerja

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Mobil Pribadi Sepeda Motor Angkutan Umum 4 23 3 13 77 10 3 21 6 10 70 20 Jumlah 30 100 30 100

Sedangkan berdasarkan kebiasaan responden merokok, pada responden pintu tol yang mempunyai kebiasaan merokok adalah sebesar 73% sedangkan pada responden non pintu tol sebanyak 80%.

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Berdasarkan Kebiasaan Merokok Tahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Kebiasaan Merokok

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Merokok Tidak Merokok 22 8 73 27 24 6 80 20 Jumlah 30 100 30 100

4.1.3. Total Suspended Particulates ( TSP ) Gerbang Tol Belmera

Sebagai salah satu tempat atau lokasi yang selalu ramai dilalui oleh kendaraan bermotor baik kecil maupun kendaraan besar maka gerbang tol Belmera juga dapat menjadi indikator dari tingkat paparan Total Suspended Particulates ( TSP ) ini.

Pengukuran dilakukan dengan alat dari Laboratorium Fisika Balai Teknis Kesehatan Lingkungan Medan, dengan waktu 24 jam dan hasil sebagai berikut:

Tabel 19. Jumlah Total Suspended Particulates Udara Ambient di Gerbang Tol Belmera Medan 2008

Nama Gerbang Tol Kadar TSP Ambien (µg/m3)

Amplas 926.00

Bdr Selamat 115.00

Mabar 326.00

Tj.Morawa 637.00

Tj.Mulia 386.00

Terlihat yang paling tinggi kadar TSP ambientnya adalah Gerbang Tol Amplas sedangkan yang terendah adalah di Gerbang Tol Bandar Selamat. Hal ini disebabkan di Amplas sedang dilaksanakan pembangunan jalan layang (fly over Amplas ). Kondisi lingkungan di sekitar gerbang tol Amplas ini sangat macet, secara langsung akan meningkatkan emisi kendaraan bermotor. Hal ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar TSP ini. Sedangkan di Gerbang Tol Bandar Selamat disebabkan karena jarak antar pintu jauh dan jumlah kendaraan yang masuk dan keluar juga sedikit.

Kadar Total Suspended Particulates yang diukur menunjukkan di tiap gerbang berada di atas nilai ambang batas yang ditetapkan oleh PP No. 41 tahun 1999. Hanya Gerbang Tol Bandar Selamat yang kadar Total Suspended Particulatesnya (TSP) berada di bawah nilai ambang batas.

4.1.4. Kadar Pb Udara Ambient Gerbang Tol Belmera Medan

Plumbum ( Pb) dalam udara ambient dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor. Plumbum (Pb) ini melekat, bereaksi dan bergabung dengan partikel debu. Dalam hal ini di setiap gerbang Tol Belmera didapat hasil pengukuran kadar Pb ambient adalah sebagai berikut :

Berdasarkan pengukuran di lapangan ditemukan bahwa kadar Pb ambient tertinggi adalah di gerbang tol Amplas sedangkan terendah adalah di gerbang tol Bandar Selamat. Semuanya masih dibawah NAB yang ditetapkan oleh WHO yaitu 2

µg/m3.

Tabel 20. Kadar Pb dalam Udara Ambient di Gerbang Tol Belmera Medan Tahun 2008

Nama gerbang tol Kadar Pb ambient(µg/m3)

Amplas 1.368

Bdr Selamat 0.124

Mabar 0.814

Tj.Morawa 1.045

4.1.5. Kadar Pb Darah dan Hb Responden Karyawan Tol Belmera Medan

Pb dalam udara ambient dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara antara lain, terhirup (inhalasi) ataupun tertelan dan kontak melalui kulit. Namun yang terbanyak adalah yang masuk melalui inhalasi (saluran pernafasan). Pengukuran kadar Pb dalam darah dapat diukur melalui darah dan juga urine. Namun menurut Sunu (2001), pengukuran dalam darah merupakan indikator yang lebih baik daripada pengukuran di dalam urine.

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Kadar Pb Dalam Darah Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Kadar Pb Dlm Darah (ìg/dL)

Jumlah Persentase Jumlah Persentase <10 11-12 13-14 >15 7 11 7 5 23 37 23 17 28 0 0 2 93 0 0 7 Jumlah 30 30 100 Rata-Rata 12 3.97

Berdasarkan pengukuran di atas terlihat bahwa kadar Pb dalam darah petugas pintu tol Belmera adalah sebesar 12 µg/dL sedangkan pada responden non pintu tol

sebesar 3.97µg/dL

Dalam tabel di atas terlihat hasil pengukuran kadar Pb dalam darah responden semua masih dalam batas normal bahkan masih di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan oleh WHO yaitu 40 µg/dL.

Sedangkan hasil pengukuran terhadap kadar Hb darah responden terlihat bahwa rata-rata Hb darah responden pintu tol adalah 14,1 sedangkan responden non pintu tol adalah 12,9.

Tabel 22. Distribusi Frekuensi Kadar Hb Darah Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Kadar Pb Dlm Darah (ìg/dL)

Jumlah Persentase Jumlah Persentase <10 10-12 13-14 >15 1 4 16 9 3 13 53 31 2 20 4 4 7 67 13 13 Jumlah 30 100 30 100 Rata-Rata 14.1 12.9

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka didapatkan bahwa kadar darah responden semua masih dalam nilai normal dan tidak ditemukan adanya penyimpangan atau kadar Hb yang tidak normal. Dimana pada responden pintu tol kadar Hb rata-rata adalah 14,1 sedangkan pada responden non pintu tol 12,9.

4.1.6. Gangguan Kesehatan

Keadaan kesehatan yang diteliti dalam penelitian ini adalah pernah tidaknya responden mengalami keluhan-keluhan penyakit, seperti gangguan penglihatan, gangguan konsentrasi, gangguan daya ingat dan gangguan iritasi mata.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap responden pintu tol maka diperoleh bahwa 56,7% responden mengalami gangguan penglihatan sedangkan sisanya 43,3%

tidak mengalami keluhan. Pada responden non pintu tol seluruh responden tidak mengalami keluhan atas gangguan penglihatan ini.

Tabel 23. Distribusi Keluhan Gangguan Penglihatan Yang Dialami oleh RespondenKaryawan Jalan Tol Belmera Medan 2008

Gangguan penglihatan Distribusi Frekuensi

Frekuensi Persentase

Ya 17 56.7

Tidak 13 43.3

Total 30 100.0

Berdasarkan adanya keluhan gangguan pernafasan diperoleh data bahwa responden yang mengalami ganggguan sebanyak 15 orang dan yang tidak mengalami keluhan gagguan juga sebanyak 15 orang

Tabel 24. Distribusi Frekuensi Keluhan Gangguan Pernafasan Responden Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008

Distribusi Frekuensi Keluhan Gangguan

Pernafasan Frekuensi Persentase

Ya 15 50.0

Tidak 15 50.0

Total 30 100.0

Berdasarkan hasil pengukuran adanya keluhan gangguan konsentrasi pada responden pintu tol Belmera adalah sebanyak 10 orang dan 20 orang lagi tidak mngeluhkan adanya gangguan ini.

Tabel 25. Distribusi Frekuensi Gangguan Konsentrasi Responden Pintu Tol Belmera Medan

Distribusi Frekuensi Keluhan Gangguan

Konsentrasi Jumlah Persentase

Ya 10 33.3

Tidak 20 66.7

Total 30 100.0

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa responden pintu tol yang mengeluhkan adanya gangguan konsentrasi adalah sebesar 33,3% sedangkan yang tidak mengeluhkan adanya gangguan ini sebesar 62,7%

Sedangkan untuk keluhan gangguan daya ingat, responden yang mengeluhkan adanya ganggguan ini adalah sebesar 37.5% sedangkan yang merasa tidak ada keluhan adalah sebesar 60%. Hal ini dapat dilihat dalam tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 26. Distribusi Frekuensi Gangguan Daya Ingat Responden Pintu Tol Belmera Medan

Distribusi Frekuensi Keluhan Gangguan Daya

Ingat Frekuensi Persentase

Ya 12 40.0

Tidak 18 60.0

Total 30 100.0

Sedangkan gangguan iritasi kulit tidak ada keluhan yang dialami oleh responden pintu tol.

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa gangguan penyakit yang dialami oleh semua karyawan petugas pintu tol adalah terutama pada gangguan penglihatan dan gangguan pernafasan. Penurunan daya ingat dan konsentrasi sudah mulai dirasakan

oleh responden. Sedangkan sulit tidur sudah dialami oleh beberapa karyawan. Iritasi kulit juga tidak dirasakan oleh karyawan.

Keluhan gangguan kesehatan ini, baik gangguan pernafasan, konsentrasi, daya ingat dan iritasi kulit, pada responden non pintu tol seluruhnya mengatakan tidak ada pernah mersakan keluhan kesehatan ini.

Berdasarkan pemantauan yang dilakukan di lapangan terlihat bahwa loket tol pada awalnya sudah diberi pengamanan yang cukup dengan adanya kaca pembatas lapis 2 serta pemakaian AC. Namun dalam prakteknya banyak alat yang sudah tidak berfungsi lagi.

Demikian juga halnya dengan pemakaian masker bagi karyawan, pada awal bekerja sudah diberikan. Namun dalam prakteknya karyawan tidak menggunakannya oleh karena merasa terganggu dan tidak efisien serta merasa sesak saat bernafas menggunakan alat tersebut.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Kadar Total Suspended Particulates di Pintu Tol Belmera

Kadar Total Suspended Particulates ( TSP ) di dalam udara ambient di kota Medan, khususnya di sekitar Gerbang Tol Belmera Medan memiliki kaitan yang erat dengan aktivitas dan jumlah kendaraan bermotor, yang dalam arti semakin banyak kendaraan bermotor memungkinkan semakin tingginya kadar Total Suspended Particulates ( TSP ) di udara ambient. Hal ini dapat dililihat dari jumlah kendaraan bermotor yang keluar dan masuk dari pintu tol, maka Pintu tol Amplas dan Tanjung Morawa jauh lebih banyak jumlah kendaraannnya.

Pintu tol Amplas adalah yang terbanyak dalam jumlah kendaraan bermotor yang memasukinya, sehingga terlihat bahwa kadar Total Suspended Particulates (TSP) yang ada jga merupakan yang tertinggi. Sedangkan pintu tol Bandar Selamat kadar Total Suspended Particulates (TSP) paling rendah , demikian juga halnya dengan kendaraannya paling sedikit memasuki gerbang tol Belmera.

Kadar TSP Ambien (µg/m3) 0 200 400 600 800 1000 Amplas Bdr Selamat Mabar Tj.Moraw Tj.Mulia Rata-rata Kadar TSP Ambien (µg/m3)

Gambar 3. Grafik Perbedaan Kadar Total Suspended Particulates di Gerbang Tol Belmera Medan 2008

Medan sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia dengan jumlah kendaraan hampir 2,5 juta buah serta ribuan industri besar maupun sedang, berpotensi besar untuk terjadinya pencemaran udara akibat pembakaran bahan bakar yang digunakan untuk seluruh kegiatan tersebut dan transportasi.

Hasil monitoring kualitas udara kota Medan menunjukkan bahwa selama setahun hanya terhitung 22 hari berkualitas baik, 95 hari berkualitas sedang dan sisanya 223 hari berkualitas buruk. ( BPS, 2007)

Hasil pengukuran kadar Total Suspended Particulates ( TSP ) di gerbang tol juga melihat kondisi keadaan meteorologi lingkungan selama pengambilan sampel udara ambient dengan melihat : kondisi temperatur 260C - 330C, arah angin dan cuaca berubah-ubah. Terjadinya fluktuasi keadaan meteorologi yang bervariasi tersebut dapat mempengaruhi terjadinya tingkat dispersi zat pencemar di atmosfir. (Martono,dkk, 2003).

Berdasarkan uji statistik Anova dengan signifikansi f = 0,05 dan p= 0,00 diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kadar Total Suspended Particulates (TSP) yang bermakna diantara seluruh gerbang tol Belmera.

. Kadar Total Suspended Particulates di Gerbang Tol Amplas jauh melebihi kadar Total Suspended Particulates di gerbang lainnya kemungkinan disebabkan adanya proyek pembangunan jalan layang (fly over ) Amplas yang masih dalam taraf pembangunan.

4.2.2. Kadar Pb Ambient Gerbang Tol Belmera Medan

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kadar Pb ambient udara gerbang tol juga dapat dilihat dengan grafik berikut ini:

Kadar Pb Ambien (µg/m3) 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 Amplas Bdr Selamat Mabar Tj.Moraw Tj.Mulia Kadar Pb Ambien p = 0,001 f >0,05 df= 4

Gambar 4. Grafik Perbedaan Kadar Plumbum (Pb) Ambient Gerbang Tol Belmera Medan 2008

Sedangkan berdasarkan uji beda Anova diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kadar Pb ambient di gerbang tol Belmera Medan dimana f > 0,05 dengan p = 0,001

4.2.3. Kadar Pb Dalam Darah Responden

Dengan melakukan uji beda ( t – test ) dengan á= 0,05 dan test value = 0,01 terlihat bahwa terdapat perbedaan kadar Pb darah antara petugas non pintu tol dan petugas pintu tol. Meskipun kadar Pb dalam darah mereka semua masih di bawah nilai ambang batas, tapi perbedaan keduanya bermakna.

Perbedaan Kadar Pb Darah

responden

0 5 10 15 Responden Kadar Pb Darah Responden Non Pintu tol Responden pintu tol

df = 29 f = 0.00 p=0,001

Gambar 5. Grafik Perbedaan Kadar Pb Dalam Darah Responden Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008

Sedangkan kadar timbal (Pb) di udara ambient juga sangat erat kaitannya dengan jumlah kendaraan bermotor. Hal ini terutama karena bahan bakar minyak di Indonesia masih mengandung Pb (timbal).

Udara ambient dengan radius 0,5 km dari sumber emisi gas buang merupakan lokasi yang paling besar resikonya, 0,5 – 1 km merupakan resiko sedang, dan di atas 1 km merupakan resiko rendah. (Atrisman, 2002).

Hal ini sesuai dengan pendapat Sunu bahwa konsentrasi Pb di udara perkotaan yang padat lalu lintasnya bisa mencapai 5 – 50 kali lebih dibanding dengan udara pegunungan yang masih asri . (Sunu, 2001)

Karyawan petugas pintu tol sebagian sudah bekerja lebih dari 10 tahun, namun kadar Pb dalam darah mereka masih di bawah normal.Namun terdapat perbedaan antara petugas pintu tol dan petugas non pintu tol. Namun dilihat dari

umur mereka yang masih rata-rata muda berarti masa kerja mereka juga masih akan lama. Hal ini berarti tingkat keterpaparan mereka juga akan terus bertambah. Sedangkan Pb dalam darah ini bersifat terakumulasi, yang terbuang adalah yang masuk dalam saluran cerna dan dibuang melalui urine.

Dibandingkan karyawan non pintu tol terlihat bahwa karyawan pintu tol memiliki angka paparan yang jauh lebih tinggi. Hal ini disebabkan karyawan non pintu tol bekerja tidak secara langsung terpapar. Kemungkinan mereka terpapar oleh kebiasaan merokok dan selama perjalan dari rumah ke tempat bekerja. Karena sebagian besar responden menggunakan transportasi roda dua.

Sedangkan karyawan pintu tol, selain terpapar selama rata-rata 8 ( delapan ) jam sehari selama bekerja, mereka juga mendapat paparan tambahan dengan kebiasaan merokok dan jauhnya rumah dari tempat bekerja serta transportasi yang dominan digunakan yaitu sepeda motor atau kendaraan roda dua. ( f-test = 0.000, p- value = 0.01)

Kebiasaan merokok ini juga berkaitan erat dengan tingginya paparan Pb dalam darah. Hal ini karena kemungkinan terpaparnya tembakau oleh pestisida, yang bersifat akumulatif. (Depkes, 2001)

Kasus terpapar Pb (timbal secara kronis antara lain menyebabkan kelelahan, kelesuan, iritabilitas dan gangguan gastrointestinal yang merupakan tanda awal intoksikasi timbal ( Pb ) secara kronis. Dalam penelitian ini terlihat beberapa responden sudah mulai mengalami gejala sulit berkonsentrasi, sulit tidur dan daya

ingat berkurang, meskipun mereka menganggap belum terlalu mengganggu aktivitas mereka.

Sedangkan dampak paparan total suspended particulates ( TSP ) sendiri dapat dilihat dengan adanya gangguan pernafasan, gangguan penglihatan, iritasi pada mata yang dialami oleh petugas pintu tol. Sedangkan responden petugas non pintu tol tidak mengeluhkan ganggguan di atas.

Partikel Total suspended Particulates ( TSP ) ini beranekaragam, namun yang paling beresiko membahayakan kesehatan adalah yang berukuran 0,1 – 10 µ. Dan bahayanya ini dapat diperkuat lagi oleh karena adanya persenyawaan antara partikel Total Suspended particulates ini dengan senyawa lain yang berbahaya seperti sulfur, Pb dan lain sebagaianya. ( Martono, 2003 )

Kadar Pb darah ini juga dapat dipengaruhi oleh jenis transportasi yang dipergunakan oleh responden. Dimana responden yang menggunakan kendaraan bermotor roda dua 77% untuk responden pintu tol dan 70% untuk responden non pintu tol.

4.2.4. Kadar Hb Darah Responden

Sedangkan berdasarkan kadar Hb darah responden baik pintu tol dan non pintu tol berdasarkan uji t dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan antara petugas pintu tol dan petugas non pintu tol, dimana f<0,05 dengan p = 0,001

Perbedaan Rata-Rata Kadar Hb Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belm era Medan 2008

Responden Non Pintu Tol

Responden Pintu Tol 0 5 10 15 1 2 3 R e s p o n d e n Kadar Hb Darah

Gambar 6. Grafik Perbedaan Kadar Hb Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan 2008

4.2.5. Kondisi Kesehatan Responden

Grafik keluhan gangguan kesehatan seperti gangguan daya ingat, gangguan pernafasan, gangguan penglihatan, gangguan konsentrasi dilihat dalam Gambar 5 di bawah ini :

Keluhan / Gangguan Kesehatan Responden Pintu Tol Belmera Medan 2008

Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak 0 5 10 15 20 25 Gangguan Pernafasan Gangguan Penglihatan Gangguan Konsentrasi Gangguan Daya Ingat

Jum lah Rresponden

Ya Tidak

Gambar 7. Grafik Distribusi Frekuensi Keluhan Gangguan Kesehatan Oleh Responden Pintu tol Belmera Medan

Responden non pintu tol tidak ada yang mengeluhkan adanya gangguan kesehatan seperti gangguan penglihatan, pendengaran, pernafasan dan konsentrasi serta daya ingat. Sehingga disimpulkan memang terdapat perbedaan antara kondisi kesehatan responden pintu tol dan non pintu tol Belmera Medan.

4.3. Medical Check-Up

PT Jasa Marga Cabang Medan dalam hal ini sebagai pengelola jalan tol Belmera Medan juga ternyata secara rutin sudah melakukan test kesehatan secara rutin kepada seluruh karyawan tetapnya. Namun demikian medical check-up ini belum diberlakukan kepada karyawan outsourcing atau karyawan kontrak.

Medical check-up ini biasanya dilakukan dengan kerjasama dengan laboratorium kesehatan, seperti pada tahun 2007 dilaksanakan oleh Laboratorium Pramita Medan. Dan hasilnya dikembalikan kepada seluruh karyawan.

Dokumen terkait