ANALISIS EPIDEMIOLOGIS EFEK PAPARAN DEBU ( TOTAL SUSPENDED PARTICULATES) TERHADAP KONDISI KESEHATAN
KARYAWAN PETUGAS PINTU TOL BELMERA MEDAN
TESIS
Oleh
EVAWANI MARTALENA SILITONGA 067004008/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS EPIDEMIOLOGIS EFEK PAPARAN DEBU ( TOTAL SUSPENDED PARTICULATES) TERHADAP KONDISI KESEHATAN
KARYAWAN PETUGAS PINTU TOL BELMERA MEDAN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
EVAWANI MARTALENA SILITONGA 067004008/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS EPIDEMIOLOGIS EFFEK PAPARAN TOTAL SUSPENDED PARTICULATES TERHADAP KONDISI KESEHATAN KARYAWAN PETUGAS PINTU TOL BELMERA MEDAN
Nama Mahasiswa : Evawani Martalena Silitonga Nomor Pokok : 067004008
Program Studi : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Menyetujui : Komisi Pembimbing
(Prof.dr.Sorimuda Sarumpaet, MPH) Ketua
(Drs.Chairuddin, MSc) ( Drs. Heru Santosam MS) Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS ) ( Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B, MSc)
Telah diuji pada
Tanggal : 27 September 2008
____________________________________________________________________
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH Anggota : 1. Drs. Chairuddin, MSc
ABSTRAK
Udara merupakan campuran dari berbagai macam gas. Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan kegiatan industri dan trasnportasi yang berkontribusi pada peningkatan pencemaran udara. Terutama Total Suspended Particulates (TSP). Kendaraan bermotor dalam hal ini adalah kintributor paling utama dalam terjadinya peningkatan pencemaran udara di jalanan.
Karyawan petugas pintu tol adalah yang paling rentan terhadap paparan Total Suspended Particulates (TSP) karena mereka langsung bekerja di tengah emisi kendaraan bermotor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paparan Total Suspended Particulates di tiap gerbang tol Belmera dan paparan Plumbum yang ada dalam Total Suspended Particulates tersebut di udara ambient gerbang tol dan juga dalam kadar darah petugas pintu tol serta kadar Hb darah dan kondisi kesehatan karyawan.
Rancangan penelitian adalah cross-sectional, dengan uji t dan ÷2 dimana diperolehhasil bahwa kadar Total Suspended Particulates tertinggi adalah di gerbang tol Amplas (926µg/m3). Kadar Pb ambient tertinggi juga terdapat di Gerbang Tol Amplas (1,368µg/m3).Sedangkan kadar Pb dalam darah karyawan pintu tol dan karyawan non pintu tol berbeda (p=0,01) meskipun semuanya masih di baah nilai ambang batas. Demikian juga kadar Hb darah responden semua dalam kondisi normal. Kondisi kesehatan karyawan pintu tol berbeda dari karyawan non pintu tol. Dimana karyawan pintu tol mengalami gangguan penglihatan 53,1%, gangguan pernafasan 46,9%, gangguan konsentrasi 62,5%, dan gangguan daya ingat sebesar 37,5%. Sedangkan karyawan non pintu tol tidak ada yang mengeluhkan gangguan kesehatan ini.
PT Jasa Marga sebagai pengelola jalan tol Belmera Medan sudah secara rutin mnelaksanakan medical check-up terhadap seluruh karyawan tetap mereka. Dan diharapkan karyawan petugas pintu tol ini akan mendapat perhatian lebih dari pimpinan terutama dalam pengaturan shift kerja.
Kata Kunci : Suspended Particulates (TSP), Plumbum (Pb), Haemoglobin (Hb), status kesehatan karyawan
ABSTRACT
Air was mixed by various kinds of gases. Air quality in Indonesia now is showing degradation. The increase of economic development has made the industrialization and transportasion became higher and they has been contributed to the increased of air polution, include the Total Suspended Partculates (TSP). Vehicle trasnportations are the major contributor for the increasing of air polution on the street.
Highway gate employees are the most susceptible affected by The Total Suspended Particulates (TSP), because they work all day around vehicle emissions. The results of this thesis was to know the content of Total the Suspended Particulates in the ambient highway Belmera gates and the contents of Plumbum (Pb) on the ambient air of higway Belmera Gates. And also to know the contents of Plumbum (Pb) on the blood of the employees. The Haemoglobine contents and the health condition of the employees.
This study was cross-sectional study with t-test significancy and the ÷2 and
Anova test. The results are the higher contents of Total Suspended Particulates is on The Amplas Gate (926µg/m3), so do the Plumbum (Pb) contents (1.368µg/m3). The Plumbum (Pb) mean on the employees blood are still under the assaulth of WHO. And there is a significant differences within the gate employees and non gate employees.. The haemoglobine was still normal. Health status of the employees is significancy different (p=0,001).Where are the gate-employees feel eye sickness are 53,1%, breathe sickness are 46,9%, concentration 62,5% and remembrance are 37.5%. but non-gate employees feel no one of these sickness.
All of the employees habe had routine medical check-up every year. And hope they will have a good condition with their jobs.
Key words : Suspended Particulates Matters (TSP), Plumbum (Pb), haemoglobine (Hb), health status
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
berkatnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, yang merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains dari Program Studi Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
USU Medan
2. Prof. Dr. Alvi Syahrin, MS, selaku Ketua Program Studi S-2
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan SPs-USU Medan
3. Prof. Dr. Erman Munir, MSc, selaku Sekretaris Program Studi Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan SPs-USU Medan
4. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku Ketua Komisi Pembimbing
5. Drs. Chairuddin, MSc dan Drs. Heru Santosa, MS, selaku pembimbing II dan
pembimbing III
6. Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia, MS, selaku dosen pembanding
7. Koordinator Kopertis Wil-I NAD-Sumut yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk melanjutkan pendidikan S-2
8. Bang Ponci, Johan, Mbak Maya dan Pak Min yang banyak membantu
penulis selama mengikuti perkuliahan di PSL SPs-USU Medan
9. Kepala Cabang PT Jasa Marga Cabang Belmera Medan yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah
kerjanya.
10. Teman-teman seangkatan PSL-2006 yang telah memberikan masukan dan
dorongan kepada penulis.
11. Orangtua St.K.P.Silitonga (+) dan Mama T. Sinaga (Op. Deandra) yang
menjadi sumber semangat dan inspirasi serta atas dorongannya yang tiada
habis, serta mertuaku I.B. Sidabutar / M br Sianturi (Op. Kristina)
12. Suamiku Ir. Maruli Sidabutar yang telah banyak berkorban dan tetap
memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan
penelitian ini.
13. Anak-anakku Kristina Debora, Helena Agustine, Joy Natalia dan William
Alexander yang sudah banyak terlupakan dan terkurangi perhatiannya selama
penulis mengikuti pendidikan dan penelitian ini
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua yang membacanya dan
dapat berguna bagi penelitian yang akan datang.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, karena itu
penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut.
Medan, September 2008
Evawani Martalena Silitonga
RIWAYAT HIDUP
Evawani Martalena Silitonga, lahir di Pekanbaru (Riau) pada tanggal 24 Juni
1973 dari pasangan St. K.P. Silitonga(+) dan Tumiar Sinaga (Op. Deandra), yang
saat ini berdomisili di Kota Jambi. Merupakan anak sulung dari 3 bersaudara
(Anthonius Silitonga, SP dan Alfredo Silitonga, S.Kom)
Pendidikan dasar di lalui di SD Xaverius Jambi sampai kelas III, kemudian
pindah ke Semarang (Jawa Tengah) dan melanjutkan pendidikan di SDL Don Bosco
Semarang. Tahun 1986 melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP PL
Domenico Savio Semarang. Tahun 1989 melanjutkan pendidikan menengah atas di
SMA Negeri III Semarang, kemudian pindah pada saat kelas II ke kota Jambi dan
masuk ke SMA Negeri I Jambi, tamat 1992. Pendidikan tinggi dilanjutkan di
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan pada tahun 1992 dan selesai pada
tahun 1996.
Menikah dengan Ir. Maruli Sidabutar pada 15 Februari 1997 dan telah
dikarunia 3 orang putri dan seorang putra, yaitu Kristina Debora Sidabutar ( 1 Maret
1998 ), Helena Agustine Sidabutar (3 Agustus 1999), Joy Natalia Sidabutar (31
Desember 2003) serta William Alexander Sidabutar (1 Agustus 2007)
Pada tahun 2004 mengikuti ujian masuk PNS di Kopertis Wilayah I
NAD-Sumut dan diterima sebagai staff pengajar. Ditempatkan sebagai dosen dipekerjakan
di STIKes Medistra Lubuk Pakam. Kemudian pindah dpk ke STIKes Sumut Medan
pada tanggal 01 Juni 2008.
Pada tahun 2006 penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan
S-2 di Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah
Pasca Sarjana USU Medan melalui beasiswa BPPS Dikti.
DAFTAR ISI
ABSTRAK………
ABSTRACT………. ii
KATA PENGANTAR………. iii
RIWAYAT HIDUP………. v
DAFTAR ISI……… vii
DAFTAR TABEL……… x
DAFTAR GAMBAR………. xii
DAFTAR LAMPIRAN………. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN...……… 1
1.1. Latar Belakang ………. 1
1.2. Perumusan Masalah………. 5
1.3. Kerangka Konsepsional………... 6
1.4. Tujuan Penelitian……… 6
1.5. Manfaat Penelitian……… 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.………..……… 8
2.1. Batasan Pengertian Pencemaran Udara………....... 8
2.3. Jenis Penyakit Akibat Paparan Total Suspended Partikulat....…………... 15
2.3.1. Darah... 15
2.3.2. Paru... 15
2.3.3. Kelenjar Mucus... 15
2.4. Penelitian Sebelumnya... 2.4.1. Kendaraan Bermotor ... 16 16 BAB 3 BAHAN DAN METODOLOGI... 24
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian... 24
3.2. Bahan dan Alat Penelitian... 24
3.2.1. Bahan dan Alat Pengukuran... 24
3.2.2. Kuesioner Bagi Karyawan... 28
3.3. Jenis dan Sumber Data... 28
3.3.1. Jenis Data... 28
3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 29
3.3.3. Populasi dan Sampel... 29
3.4. Desain Penelitian... 29
3.5. Definisi Operasioal... 30
3.6. Analisis Data... 33
3.6.1. Jenis Variabel... 33
3.6.2. Menghitung Signifikansi... 33
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 35
4.1. Hasil Penelitian ... 35
4.1.1. Kendaraan Bermotor... 35
4.1.2. Distribusi Karyawan/Responden... 36
4.1.3. Total Suspended Particulates (TSP) Gerbang Tol Belmera…... 41
4.1.4. Kadar Pb Udara Ambient Gerbang Tol Belmera Medan…..…. 42
4.1.5. Kadar Pb Darah dan Hb Responden Karyawan Tol Belmera Medan Tahun 2008... 43
4.1.6. Gangguan Kesehatan... 44
4.2. Pembahasan... 4.2.1. Kadar Total Suspended Particulates di Pintu Tol Belmera ……… 47 47 4.2.2. Kadar Pb Ambient Gerbang Tol Belmera Medan... 49
4.2.3. Kadar Pb Dalam Darah Responden ... 50
4.2.4. Kadar Hb Darah Responden... 53
4.2.5. Kondisi Kesehatan Responden... 54
4.3. Medical Check-Up... 55
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
5.1. Kesimpulan... 56
5.2. Saran... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1 Produksi Minyak Bumi, Gas Bumi, Batubara dan LNG……… 2
2 Komposisi Udara Bersih dan Kering………. 8
3 Ukuran Partikel Debu Dalam Saluran Pernafasan... 11
4 Jumlah Kendaraan Bermotor ( Unit ) Yang Terdaftar Di Sumatera Utara 1998 – 2006... 17
5 Banyaknya Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan 2002 – 2006 di Kotamadya Medan ... 19
6. Perkiraan Besarnya Emisi Debu Yang Berasal Dari Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan 2004 – 2006 ( Ton / Tahun )... 19
7. Rata-Rata Bulanan Konsentrasi Partikel Terlarut Di Udara Beberapa Kota Menurut Bulan dan Kota (ìg/m3) 2005 – 2006... 20
8 Beban Emisi Perkapita Pertahun 2006 – 2007... 21
9. Beban Emisi Debu Per PDRB Pertahun 2000 – 2006... 21
10 Hasil Pengukuran TSP di Malaysia………. 22
11. Rata-Rata Tingkat Pencemaran Udara di Ruas Jalan Kota Bandung…... 23
12 Banyaknya kendaraan Bermotor Tahun 2005-2007 di Jalan Tol Belmera Medan………... 35
13. Distribusi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Berdasarkan Umur Tahun 2008………... 37
14 Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Tahun 2008 Berdasarkan Jenis Kelamin... 38
15 Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Berdasarkan Lama Kerja Tahun 2008... 38
16. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Berdasarkan Jarak Rumah Ke Lokasi Kerja Tahun 2008……….
39
17. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera
Medan Berdasarkan Transport ke Tempat Kerja Tahun 2008 ……… 40
18. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera
Berdasarkan Kebiasaan Merokok Tahun 2008... 40
19. Jumlah Total Suspended Particulates Udara Ambient di Gerbang Tol
Belmera Medan 2008……… 41
20 Kadar Pb Dalam Udara Ambient Di Gerbang Tol Belmera Medan Tahun 2008...
42
21. Distribusi Kadar Frekuensi Kadar Pb Dalam Darah Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008 ……….. 43
22. Distribusi Frekuensi Kadar Hb Darah Responden Pintu Tol dan Non
Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008... 44
23. Distribusi Keluhan Gangguan Penglihatan Yang Dialami oleh Responden Karyawan Jalan Tol Belmera Medan 2008……….. 45
24 Distribusi Frekuensi Keluhan Gangguan Pernafasan Responden Pintu
Tol Belmera Medan Tahun 2008……...………. 45
25 Distribusi Frekuensi Gangguan Konsentrasi Responden Pintu Tol
Belmera Medan……….……….… 46
26 Distribusi Keluhan Gangguan Daya Ingat Responden Pintu Tol Belmera Medan ………..……… 46
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1 Kerangka Konsepsional... 6
2 Kerangka Operasional Penelitian... 34
3. Grafik Perbedaan Kadar Total Suspended Particulates di Gerbang Tol
Belmera Tahun 2008... 48
3. Grafik Perbedaan Kadar Plumbum (Pb) Ambient Gerbang Tol Belmera
Tahun 2008... 50
4. Grafik Perbedaan Kadar Pb Dalam Darah Responden Pintu Tol Belmera
Medan Tahun 2008... 50
5. Grafik Distribusi Kadar Hb RespondenPintu Tol dan Non Pintu Tol
Belmera Medan Tahun 2008... 54
6. Grafik Distribusi Frekuensi Keluhan Gangguan Kesehatan Oleh Responden Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008... 54
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Daftar Keterangan Master Data Responden……….. 62
2. Daftar Keterangan Master Data Responden……….. 65
3. Surat Ijin Melaksanakan Penelitian Dari PT Jasa Marga Cabang Medan 69
4. Laporan Hasil Uji Laboratorium dari BTKL Medan……….... 70
ABSTRAK
Udara merupakan campuran dari berbagai macam gas. Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan kegiatan industri dan trasnportasi yang berkontribusi pada peningkatan pencemaran udara. Terutama Total Suspended Particulates (TSP). Kendaraan bermotor dalam hal ini adalah kintributor paling utama dalam terjadinya peningkatan pencemaran udara di jalanan.
Karyawan petugas pintu tol adalah yang paling rentan terhadap paparan Total Suspended Particulates (TSP) karena mereka langsung bekerja di tengah emisi kendaraan bermotor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paparan Total Suspended Particulates di tiap gerbang tol Belmera dan paparan Plumbum yang ada dalam Total Suspended Particulates tersebut di udara ambient gerbang tol dan juga dalam kadar darah petugas pintu tol serta kadar Hb darah dan kondisi kesehatan karyawan.
Rancangan penelitian adalah cross-sectional, dengan uji t dan ÷2 dimana diperolehhasil bahwa kadar Total Suspended Particulates tertinggi adalah di gerbang tol Amplas (926µg/m3). Kadar Pb ambient tertinggi juga terdapat di Gerbang Tol Amplas (1,368µg/m3).Sedangkan kadar Pb dalam darah karyawan pintu tol dan karyawan non pintu tol berbeda (p=0,01) meskipun semuanya masih di baah nilai ambang batas. Demikian juga kadar Hb darah responden semua dalam kondisi normal. Kondisi kesehatan karyawan pintu tol berbeda dari karyawan non pintu tol. Dimana karyawan pintu tol mengalami gangguan penglihatan 53,1%, gangguan pernafasan 46,9%, gangguan konsentrasi 62,5%, dan gangguan daya ingat sebesar 37,5%. Sedangkan karyawan non pintu tol tidak ada yang mengeluhkan gangguan kesehatan ini.
PT Jasa Marga sebagai pengelola jalan tol Belmera Medan sudah secara rutin mnelaksanakan medical check-up terhadap seluruh karyawan tetap mereka. Dan diharapkan karyawan petugas pintu tol ini akan mendapat perhatian lebih dari pimpinan terutama dalam pengaturan shift kerja.
Kata Kunci : Suspended Particulates (TSP), Plumbum (Pb), Haemoglobin (Hb), status kesehatan karyawan
ABSTRACT
Air was mixed by various kinds of gases. Air quality in Indonesia now is showing degradation. The increase of economic development has made the industrialization and transportasion became higher and they has been contributed to the increased of air polution, include the Total Suspended Partculates (TSP). Vehicle trasnportations are the major contributor for the increasing of air polution on the street.
Highway gate employees are the most susceptible affected by The Total Suspended Particulates (TSP), because they work all day around vehicle emissions. The results of this thesis was to know the content of Total the Suspended Particulates in the ambient highway Belmera gates and the contents of Plumbum (Pb) on the ambient air of higway Belmera Gates. And also to know the contents of Plumbum (Pb) on the blood of the employees. The Haemoglobine contents and the health condition of the employees.
This study was cross-sectional study with t-test significancy and the ÷2 and
Anova test. The results are the higher contents of Total Suspended Particulates is on The Amplas Gate (926µg/m3), so do the Plumbum (Pb) contents (1.368µg/m3). The Plumbum (Pb) mean on the employees blood are still under the assaulth of WHO. And there is a significant differences within the gate employees and non gate employees.. The haemoglobine was still normal. Health status of the employees is significancy different (p=0,001).Where are the gate-employees feel eye sickness are 53,1%, breathe sickness are 46,9%, concentration 62,5% and remembrance are 37.5%. but non-gate employees feel no one of these sickness.
All of the employees habe had routine medical check-up every year. And hope they will have a good condition with their jobs.
Key words : Suspended Particulates Matters (TSP), Plumbum (Pb), haemoglobine (Hb), health status
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Udara merupakan campuran mekanis dari bermacam-macam gas. Komposisi
udara normal terdiri atas gas nitrogen 78,1 %, oksigen 20,93 %, dan karbondioksida
0,03%, sementara selebihnya berupa gas argon, neon, kripton, xenon dan helium.
Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora dan sisa tumbuh-tumbuhan.
(Chandra, 2006)
Udara juga merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan
kehidupan di permukaan bumi. Selain memberikan oksigen, udara juga
menghantarkan suara, bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas dan dapat
pula menjadi media penyebaran penyakit pada manusia.
Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun
dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh yang ditandai dengan
laju urbanisasi yang tinggi telah mendorong peningkatan kebutuhan energi, terutama
energi yang berasal dari bahan bakar minyak atau fosil, yang pada akhirnya
menyebabkan bertambahnya buangan sisa energi.
Dari data BPS tahun 1999, di beberapa propinsi, terutama di kota-kota besar
seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan
kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih
Pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan kegiatan industri dan transportasi
yang berkontribusi pada penurunan kualitas udara. Penurunan kualitas udara ini
terjadi karena emisi yang berasal dari industri, transportasi, domestik ataupun
kebakaran hutan yang telah melampaui daya dukung lingkungan. Sebagai gambaran
bahwa peningkatann ini dapat dilihat dari pemakaian bahan bakar fosil yang banyak
digunakan untuk penunjang kegiatan industri dan teknologi.
Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota besar hampir mencapai 15%
pertahun . Dengan proyeksi 6-8% maka penggunaan bahan bakar di Indonesia
diperkirakan sebesar 2,1 kali konsumsi tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali
pada tahun 2008 dan 9,0 kali pada tahun 2018.(Gunawan 2007)
Konsumsi energi terbanyak adalah di bidang perlistrikan, baik itu domestik,
dan industri. Energi listrik ini berasal dari gas bumi, minyak bumi dan batu bara.
Perkembangan pemakaian bahan bakar ini dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 1. Produksi Minyak Bumi, Gas Bumi, Batubara dan LNG
No Produksi 1973/1974 1983/1984 1990/1991 1 Minyak Bumi (juta barrel) 508.4 517.6 553.0 2 Gas Bumi ( ribu Mcf) 186.1 1.228.2 2.206.9 3 Batubara (ribu ton) 145.8 614.7 11.211.6 4 LNG (juta MMBTU) 226.2 569.3 1.142.0
Sumber : Wardhana, 2004
Kemajuan industri juga meningkatkan jumlah alat angkutan baik darat, udara, air
transportasi ini mengandung banyak zat yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi
udara sekitar kita. Zat-zat yang dikeluarkan oleh emisi kendaraan dan industri ini
berupa gas karbondioksida, karbonmonoksida, hidrokarbon, sulfurdioksida, ozone,
nitrogendioksida dan juga partikel debu.
Penurunan kualitas udara perkotaan ini berdasarkan penelitian Kusminingrum
2007 di berbagai kota besar untuk NOx dapat dilihat sebagai berikut : Bandung 0,063
ppm, Surabaya 0,017 ppm, Yogyakarta 0,054 ppm, dan Medan 0,067 ppm.
Sedangkan ambang batas baku mutu udara ambien untuk NOx adalah : 0,05 ppm
sesuai Kep.02/MENKLH/1998.
Sebagai contoh di Jakarta berdasarkan hasil studi Bank Dunia tahun 1994
(Indonesia Environment and Development) menunjukkan kendaraan di Jakarta
menyumbang emisi sebesar (diperkirakan hal yang sama juga terjadi di kota besar
laninnya di Indonesia) : Pb 100%, SPM 42%, HC 89%, NOx 64% dan CO hampir
100%.
Masalah pengotoran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan masyarakat,
terutama di negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor.
Sementara berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Puslitbang Jalan dan
Jembatan (tahun 1999) di kota Bandung dan Surabaya menyimpulkan bahwa setiap
orang mengeluarkan biaya kesehatan rata-rata Rp 30.000/orang/th.(Gunawan, 2007)
Polusi udara yang mempengaruhi kesehatan .Ini disebabkan oleh partikulat
matter. Partikulat ini diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan
menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350
µm/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronchitis.( UAQ-I SDP, 2006)
Sebenarnya udara sendiri cenderung mengalami pencemaran oleh kehidupan dan
kegiatan manusia serta proses alam lainnya. Hal ini misalnya dapat dilihat dari
terjadinya bencana alam, proses metabolisme manusia, pekerjaan manusia dan lain
sebagainya.
Kawasan Industri Medan yang merupakan suatu sentra pembangunan industri
kota Medan sangat berkontribusi dalam peningkatan polusi di Medan. Demikian juga
halnya dengan asap kendaraan bermotor yang jumlahnya semakin banyak seiring
dengan sudah menjadi kebutuhan manusia akan moda transportasi yang bersifat
pribadi. Yang dengan sendirinya tentu akan memberikan dampak sisa emisi dari
buangan pembakaran kendaraan bermotor.
Orang-orang yang bekerja langsung berhubungan dengan bensin seperti petugas
pompa bensin dan pintu tol, polisi lalu lintas, sopir taxi dan pegawai dapat
mengakumulasi Pb dalam darahnya lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang
tidak langsung berhubungan dengan bahan bakar fosil.(Siregar, 2005). Pb dalam hal
ini dapat berada di antara partikel yang melayang di udara dalam hal ini suspended
particulate matters (TSP ).
Jalan tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera) adalah jalan tol
pertama di Propinsi Sumatera Utara yang saat ini sedang beroperasi. Jalan tol ini
melayani lalu lintas dari dan ke Pelabuhan Belawan, yang merupakan pelabuhan
baik untuk keluar maupun masuk, yaitu : Amplas, Tanjung Mulia, Tanjung Morawa,
Mabar, Bandar Selamat dan Belawan.
Karyawan petugas pintu tol ini sangat rentan terhadap paparan debu yang
dikeluarkan asap kendaraan bermotor yang hendak mengambil tiket tol dan
membayar tiket tol. Hal ini disebabkan asap kendaraan bermotor yang banyak
mengeluarkan polutan yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Karyawan petugas pintu tol, dalam hal ini pintu tol Belmera Medan,
merupakan orang yang setiap hari bekerja dalam kondisi dilalui oleh asap kendaraan
bermotor. Dan terutama juga oleh karena pintu tol Belmera berada di sekeliling
kawasan industri.
Hal ini tentunya akan mempunyai dampak yang cukup banyak bagi mereka
oleh karena mereka langsung terpapar oleh debu kendaraan bermotor dan juga emisi
dari pabrik yang berada di sekitar pintu tol tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh paparan polutan udara dalam hal ini total suspended
partikulat (TSP ) terhadap kesehatan karyawan pintu tol Belmera Medan dan
mengetahui apakah ada perbedaan Total Suspended Partikulates ( TSP ) di tiap pintu
1.3. Kerangka Konsepsional
Gambar 1. Kerangka Konsepsional
1.4.Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbedaan kadar Total Suspended Particulates di tiap pintu tol
Belmera Medan.
2. Mengetahui kadar paparan polutan Total Suspended Particulates pada
karyawan petugas pintu tol
3. Mengetahui perbedaan kadar paparan Total Suspended Particulates Pb
pada karyawan petugas pintu tol dan karyawan tidak petugas pintu tol
Belmera
4. Mengetahui kadar Hb karyawan pintu tol Belmera
Pembangunan
Kemajuan Sektor Industri
&Transportasi Polusi udara
Jalan Tol
5. Mengetahui perbedaan kadar Hb karyawan petugas pintu tol dan karyawan
tidak petugas pintu tol Belmera
6. Mengetahui kondisi kesehatan karyawan petugas pintu tol Belmera Medan
7. Mengetahui perbedaan kondisi kesehatan karyawan petugas pintu tol dan
karyawan tidak petugas pintu tol Belmera.
1.5.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi usaha pengelolaan lingkungan
terutama lingkungan kerja karyawan tol Belmera Medan dan dapat memberikan
manfaat bagi upaya mencegah dan menurunkan angka kesakitan akibat kerja di
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Batasan Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain ke dalam udara,
baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung maupun akibat
proses alam sehingga kualitas udara turun sampai ketingkatan tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai
peruntukannnya. ( Chandra, 2006 )
Udara yang bersih merupakan campuran dari berbagai gas. Susunannya
seperti dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2. Komposisi Udara Bersih dan Kering
Macam Gas Volume (%) Hidrogen Sulfida (H2S)
Sumber pencemaran udara dapat dikatagorikan atas sumber bergerak dan
sumber tidak bergerak, yang meliputi berbagai faktor termasuk transportasi, industri
dan domestik. Pada umumnya proses pembakaran bahan bakar fosil, baik yang
didalam mesin (transportasi), proses pembakaran dan pengolahan industri, maupun
pembakaran terbuka (domestik), mengeluarkan pencemar-pencemar udara yang
hampir sama, walaupun secara spesifik jumlah masing-masing pencemar yang
diemisikan masih tergantung pada karakteristik (properti) bahan bakar dan kondisi
pembakaran.(UAQ-i SDP. 2006)
Dari beberapa komponen pencemar udara, maka yang paling banyak
berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini :
1. Karbon monoksida (CO)
2. Nitrogen Oksida ( NOx)
3. Belerang Oksida (SOx)
4. Hidrokarbon (HC)
5. Partikel
2.2. Partikel
Berdasarkan penelitian Bank Dunia tahun 1994 (Indonesia Environment and
Development ) menunjukkan bahwa kendaraan di Jakarta ( diperkirakan kondisi yang
sama terjadi di kota-kota besar lainnya) memberikan kontribusi timbal 100%, SPM10
42%, hidrokarbon 89%, nitrogen oxida 64% dan hampir seluruh karbonmonoksida.
Data dari Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyebutkan pada tahun
2003 ada 4,48 juta unit kendaraan yang setiap hari memenuhi jalan raya. Dari jumlah
itu tidak seluruh kendaraan dalam kondisi mesin yang bagus. (Kusminingrum, 2007)
Menurut Wardhana ( 2004 ), penyebab pencemaran udara yang menghasilkan
partikel secara umum ada 2 macam, yaitu :
a. Karena faktor internal ( secara alamiah ), yaitu :
1. Debu yang beterbangan akibat tiupan angin
2. Abu ( debu ) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut
gas-gas vulkanik
3. Proses pembusukan sampah organik
b. Karena faktor eksternal ( karena ulah manusia ), contoh :
1. Hasil pembakaran bahan bakar fosil
2. Debu atau serbuk dari kegiatan industri
3. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
Suspended partikulat ( partikulat polutan ), sangat banyak jenisnya termasuk
di dalamnya material dan partikel yang berasal dari industri, pertambangan dan
pertanian. (Hahn and Payne, 1991 )
Suspended partikulat adalah partikel halus di udara yang terbentuk pada
pembakaran bahan bakar minyak. Terutama partikulat halus yang disebut PM10
sangat berbahaya bagi kesehatan. ( Soemarwoto, 2004 ). Suspended partikulat adalah
debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap serta melayang di
Secara fisik, partikulat dikatagorikan sebagai pencemar udara aerosol. Debu
terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu padat (solid) dan cair (likuid). Partikulat yang terdiri
atas partikel padat misalnya dust, fumes dan smoke.
Dust terdiri atas berbagai ukuran mulai dari yang mikroskopik sampai yang
besar. Yang berbahaya adalah ukuran yang bisa terhisap ke dalam sistem pernapasan,
umumnya lebih kecil daripada 100 mikron dan bersifat dapat terhisap ke dalam tubuh.
Paparan dari Total Suspended Particulate ini juga banyak yang mengandung
partikel timah hitam dalam hal ini dikenal sebagai Pb yang sangat berbahaya bagi
kesehatan dan banyak berhubungan dengan tempat kerja.
Tabel 3. Ukuran Partikel Debu Dalam Saluran Pernafasan
Ukuran Saluran Pernafasan
8 – 25 mikron 2 – 8 mikron 0,5 – 2 mikron < 0,5 mikron
Melekat di hidung dan tenggorokan Melekat di saluran bronchial Deposit pada alveoli
Bebas keluar masuk melalui saluran pernafasan
Sumber : Chandra, 2006
Suspended partikulat sebagai komponen dari faktor kimia ( nuisance)
merupakan salah satu faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi
produktivitas kerja.. Pengaruh partikulat terhadap produktivitas dapat terjadi secara
langsung dan tidak langsung. Pengaruh debu secara langsung terhadap kenyamanan
kerja tentunya akan mengganggu waktu penyelesaian kerja dan hasil pekerjaan.
Paparan suspended partikulat yang melebihi nilai ambang batas akan mempengaruhi
gangguan kesehatan seperti gangguan pernafasan, iritasi mata dan kulit yang akan
mempengaruhi produktivitas kerja karena pekerja menderita sakit. (Panggabean dan
Silaban, 2003 )
Polutan partikulat ini dapat bermacam-macam, termasuk didalamnya yang
berupa material dan partikel. Ini dapat secara potensial menyebabkan penyakit
saluran pernafasan yang fatal, termasuk di dalamnya silikososis yang berasal dari
debu kapur, asbestosis yang berasal dari serat asbestos.
Debu partikulat ini juga terutama dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan.
Sekitar 50% - 60% dari partikel melayang merupakan debu berdiameter 10 µm atau
dikenal dengan PM10. Debu PM10 ini bersifat sangat mudah terhirup dan masuk ke
dalam paru-paru, sehingga PM10 dikategorikan sebagai Respirable Particulate Matter
( RPM ). Akibatnya akan mengganggu sistem pernafasan bagian atas maupun bagian
bawah (alveoli). Pada alveoli terjadi penumpukan partikel kecil sehingga dapat
merusak jaringan atau sistem jaringan paru-paru, sedangkan debu yang lebih kecil
dari 10 µm, akan menyebabkan iritasi mata, mengganggu serta menghalangi
pandangan mata. (Chahaya, 2003 )
Partikulat yang terhisap ke dalam system pernafasan akan disisihkan
tergantung dari diameternya.. Partikel berukuran besar akan tertahan pada saluran
pernafasan atas, sedangkan partikel kecil (inhable) akan masuk ke dalam paru-paru
dan bertahan di dalam tubuh dalam waktu yang lama.
PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh
fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350 µm/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronchitis.( UAQ-I SDP, 2006)
Sedangkan dampak nyata dari beberapa polutan yang menyerang kesehatan
manusia sangat banyak. Menurut Hahn dan Payne ( 1991) umur, gender, genetic,
pekerjaan, tempat tinggal dan olahraga perorangan, dan gaya hidup juga berpengaruh
bagi kesehatan. Bagaimanapun pencemaran udara terutama akan sangat berdampak
bagi orang dewasa, perokok, dan orang-orang yang punya masalah dalam saluran
pernafasan dan orang-orang yang harus bekerja pada daerah yang udaranya tercemar.
Efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik secara
cepat maupun lambat, sebagai berikut :
1. Secara cepat :
Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus
pencemaran pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus
kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernafasan.
2. Efek lambat :
Pencemaran udara diduga juga sebagai salah satu penyebab penyakit
bronchitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh
pencemaran udara antara lain : empisema paru, black lung disease, asbestosis,
silicosis, bisinosis dan pada anak-anak asma dan eksema.
Pencemaran udara karena partikulat pada lokasi-lokasi sekitar kegiatan
industri, terminal, pastilah mengandung debu yang sangat tinggi. Selain karena
kurang baik juga menjadi penyebab meningkatnya konsentrasi Total Suspended
Particulates.
Banyaknya senyawa dan partikel dalam udara apabila jumlahnya meningkat
akan menyebabkan terjadinya penyakit. Senyawa dan partikel tersebut akan dapat
mengganggu kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu setelah
berinteraksi dengan faktor lainnya.
Partikel asbestos yang dapat pula ditemukan di udara apabila terhirup dan
masuk ke paru-paru dapat menyebabkan kanker paru. Dalam hal ini asbestos tidak
menjadi penyebab langsung perubahan sel normal paru menjadi sel ganas tetapi akan
menjadi penyakit pengembangan sel kanker. Jadi, asbestos disini berfungsi sebagai
promotor. Kanker tidak terjadi apabila initiatornya tidak ada. Hal ini dibuktikan
dengan penelitian epidemiologi yang menunjukkan bahwa pemaparan orang pada
rokok dan asbestos akan meningkatkan kejadian kanker paru 10 kali lebih dari bila
dipaparkan pada rokok saja.(Koeswadji,1994).
Sebuah laporan penelitian tahun 1999 bahwa kota Jakarta mempunyai
rata-rata angka kematian yang tinggi akibat dari tingginya angka konsentrasi ambient
suspended particulate matter. Lebih jauh dikatakan bahwa ketinggian angka
konsentrasi ambient SPM adalah 1,7% - 3,5% dari angka kematian kasar pada tahun
1990. ( Purwana, 2005 )
Dalam hal ini kondisi keadaan meteorology lingkungan juga sangat
mempengaruhi keadaan udara, seperti temperature, kelembaban, kecepatan angin dan
fluktuasi situasi keadaan meteorologi yang bervariasi juga dapat mempengaruhi
dispersi polutan di atmosfir.( Martono dan Sulistiyani, 2004 ).
2.3. Jenis Penyakit Akibat Paparan Total Suspended Partikulat
Penyakit akibat paparan Total Suspended Particulates ini dapat menyerang
pada bermacam organ atau bagian tubuh, misalnya :
2.3.1. Darah
Paparan Total Suspended Particulares yang dapat mengendap di darah adalah
partikel-partikel yang masuk melalui pernafasan dan diabsorbsi oleh darah dalam O2.
Misalnya adalah Timbal (Pb) yang banyak dikeluarkan oleh emisi kendaraan
bermotor yang menggunakan bensin bertimbal. Juga kadar Hb darah terpengaruh oleh
karena sintesa Hb menjadi terhambat dengan terpaparnya darah oleh Pb ini.
2.3.2. Paru
Paru-paru merupakan organ pernafasan yang paling rentan terpapar oleh TSP
ini oleh karena masuk melalui saluran pernafasan kita. Penyakit yang timbal dapat
bermacam-macam, misalnya pnemokoniosis, bisinosis, asma kerja, beriliosis, alergi,
dan lain sebagainya.
2.3.3. Kelenjar mucus
Dalam dosis besar, semua partikulat bersifat merangsang dan dapat
menimbulkan reaksi walaupun ringan. Reaksi tersebut berupa produksi lendir
berlebihan. Apabila ini terus berlangsung maka dapat terjadi hiperlasi kelenjar mucus
Partikulat yang masuk ke dalam saluran napas menyebabkan timbulnya reaksi
mekanisme pertahanan tubuh berupa batuk dan bersin. Otot polos di sekitar jalan
napas dapat terangsang dan menimbulkan penyempitan. Keadaan ini akan terjadi bila
melebihi nilai ambang batas.
Partikulat ini selain memiliki dampak terhadap kesehatan juga dapat
menyebabkan gangguan sebagai berikut :
a. Gangguan estetik dan fisik seperti terganggunya pemandangan dan pelunturan
warna bangunan dan pengotoran.
b. Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori-pori
tumbuhan sehingga mengganggu jalannya proses photosintesa.
c. Merubah iklim global regional maupun internasional.
d. Mengganggu perhubungan yang akhirnya mengganggu kegiatan sosial
ekonomi di masyarakat.
2.4. Penelitian Sebelumnya 2.4.1. Kendaraan Bermotor
Sesuai dengan meningkatnya pendapatan dan kebutuhan akan moda
transportasi, peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia setiap tahunnya
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Di Sumatera Utara perkembangan ini
pun dapat dilihat berdasarkan tabel berikut :
Tabel 4. Jumlah Kendaraan Bermotor (Unit) Yang Terdaftar di Sumatera Utara 1998-Sumber : BPS 2007 : Sumatera Utara Dalam Angka 2007
Sedangkan perkembangan jumlah kendaraan bermotor berdasarkan jenis
kendaraan bermotor di Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara dapat
Tabel 5. Banyaknya Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan 2002-2006 Di Sumber : BPS 2007: Medan Dalam Angka 2007
Perkembangan transportasi juga dapat dilihat dengan memperhatikan jumlah
kendaraan bermotor yang memanfaatkan fasilitas jalan tol, sebagai salah satu sarana
yang menghubungkan Kawasan Industri Medan dan Pelabuhan Belawan serta
Kawasan Industri Medan Star di Tanjung Morawa. Juga sebagai penghubung antara
Kota Medan dengan kabupaten / kota lainnya di provinsi Sumatera Utara.
Secara umum Total Suspended Particulates ( TSP ) di kota Medan sudah
tinggi. Hal ini terutama disebabkan oleh jumlah kendaraan bermotor yang terus
cukup berarti dalam peningkatan kadar Total Suspended Particulates ( TSP ) ini.
Menurut BPS jumlah emisi debu yang berasal dari kendaraan bermotor dapat
diperkirakan sebagai berikut :
Tabel 6. Perkiraan Besarnya Emisi Debu Yang Berasal Dari Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan 2004-2006 (Ton/Tahun)
Tahun Mobil Penumpang
Mobil Bus Mobil Gerobak Sepeda Motor
Sumber : BPS Jakarta 2007: Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2006/2007
Data ini adalah data yang bersifat nasional dan mempelihatkan perkiraan
emisi debu oleh karena kendaraan bermotor. Ternyata jenis kendaraan yang terbanyak
mengeluarkan emisi debu adalah sepeda motor. Hal ini terutama karena terjadinya
peningkatan jumlah kendaraan bermotor roda dua saat ini.
Di bawah ini terlihat pengukuran kadar debu ambient ( TSP ) di beberapa kota
besar di Indonesia. Medan dalam hal ini dilakukan pengukuran di daerah Sampali.
Sedangkan berdasarkan pengamatan di Sampali sebagai titik pengamatan diperoleh
data kadar TSP di Medan adalah masih di bawah ambang batas, namun sudah cukup
tinggi.
Tabel pengukuran kadar debu ambient kota Medan ini memang tidak lengkap.
Dimana ada beberapa waktu yang tidak dilaksanakan pengamatan. Namun terlihat
Tabel 7. Rata-Rata Bulanan Konsentrasi Partikel Terlarut di Udara Beberapa Kota Menurut Bulan dan Kota (µg/m3) 2005-2006
Bulan Tahun Palembang Jakarta/ Ancol Bandung Sampali Januari 2005
perkapita, yang menunjukkan indikasi setiap tahun mengalami kenaikan. Dalam hal
ini diestimasikan bahwa setiap orang memberikan kontribusi terhadap timbulnya
emisi debu ( TSP ). Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh di masa yang akan
Tabel 8. Beban Emisi Per Kapita Pertahun 2006-2007
Beban Emisi Perkapita Pertahun Tahun
HC NO CO SO Debu
2000 5778 3206 65954 3.247 0.317 2001 6168 3422 70401 0.263 0.338 2002 6788 3766 77478 0.290 0.372 2003 7457 4138 85123 0.318 0.409 2004 8485 4708 96852 0.362 0.466 2005 10438 5790 119119 0.445 0.573 2006 11191 6210 127741 0.478 0.614 Sumber : BPS Jakarta Indonesia 2007 : Indikator Pembangunan Berkelanjutan
2006-2007
Sedangkan secara nasional dapat dilihat beban emisi debu berdasarkan PDRB
selama tahun 2000 sampai dengan 2006 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Sedangkan berdasarkan PDRB maka beban emisi yang harus ditanggung adalah
sebesar rata-rata 0,41 sampai dengan 0,45.
Tabel 9. Beban Emisi Debu per PDRB Pertahun 2000-2006
Tahun Beban emisi Per PDRB
2000 0,045
2001 0,041
2002 0,041
2003 0,044
2004 0,044
2005 0,045
2006 0,041
Sumber : BPS Jakarta Indonesia 2007 : Indikator Pembangunan Berkelanjutan 2006-2007
Kejadian dramatis yang pernah terjadi akibat pemaparan polusi udara adalah
polutan partikulat dan sulfur dioksida berakumulasi sampai mencapai konsentrasi
yang luar biasa tinggi. Bagi sebagian besar penduduk yang kesehatannya normal,
kabut tidak lebih dari sekedar gangguan. Tetapi bagi mereka yang rentan terhadap
penyakit pernafasan dan kardiovaskular kabut tersebut semakin memperparah gejala
yang mereka derita.
Sedangkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di Malaysia oleh
Masitah Alias pada tahun 2007 pada stasiun pengisian bahan bakar dapat dilihat
dalam tabel berikut :
Tabel 10. Hasil pengukuran TSP di Malaysia
Suspended Particulate Matters
Range 42,4-108,3 41,2-216,6
Sumber: Alias, 2007
Selain itu juga dapat dilihat tingkat pencemaran udara di kota Bandung
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gugun Gunawan tahun 2007
Tabel 11. Rata-Rata Tingkat Pencemaran Udara di Ruas Jalan Kota Bandung
Sedangkan penelitian terhadap kadar Pb darah pengemudi angkutan kota yang
pernah dilakukan di Surabaya terhadap pengemudi jalur padat adalah rata-rata 56,22
µg/dl dan kadar Pb darah pengemudi jalur tidak padat adalah 30,96 µg/dL (Aminah,
BAB 3
BAHAN DAN METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah di setiap pintu tol Belmera Medan di 5 pintu tol
yaitu Tanjung Morawa, Amplas, Bandar Selamat, Tanjung Mulia dan Belawan.
Waktu penelitian dilaksanakan dari April sampai Juni 2008.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat penelitian adalah partikulat di sekitar pintu tol Belmera Medan
serta catatan kondisi kesehatan karyawan pintu tol Belmera Medan.
3.2.1. Bahan dan Alat Pengukuran
Bahan penelitian dan instrumen penelitian berdasarkan buku panduan
pengujian kualitas udara (Depkes RI, 2003) adalah sebagai berikut :
1. Total Suspended Particulates Alat yang digunakan :
High Volume Sampler
Pinset
Sumber listrik
Roll kabel
Meja setinggi 1,5 m
Kotak Bertutup
Filter fiber glass
Cara Pengambilan Contoh Uji :
Peralatan HVS (High Volume Sampler) diletakkan pada ketinggian
1,5 meter.Filter fiber glass yang telah diketahui beratnya diletakkan / dipasang pada
holder HVS, kemudian HVS dihubungkan dengan sumber listrik dan atur serta catat
kecepatan alir. Setelah setengah jam listrik dimatikan. Filter dengan hati-hati
diangkat/ dilepaskan dari holder HVS dan dibawa ke laboratorium untuk pengujian
kadar debu (TSP) dan Pb dalam debu.
Metode Pengujian contoh uji :
Filter fiber glass yang sudah digunakan untuk mengambil contoh uji
debu dimasukkan ke dalam desikator yang sudah diisi silika gel atau pada ruangan
yang bersuhu 15 – 270C dan kelembaban 0 – 50% setelah 24 jam ditimbang dengan timbangan analitik. Hitung kadar debu, dengan rumus :
ìg/m3 = ( B – A ) x 109
Qt
Dimana = A = berat filter sebelum digunakan untuk mengambil contoh uji
debu
( gram)
B = berat sampel sesudah digunakan untuk mengambil contoh uji
debu
( gram )
Q = kecepatan alir pengambilan contoh uji debu (liter/menit)
2. Pengukuran Kadar Pb dalam Debu
Penyerapan untuk uji Pb ini juga menggunakan High Volume Sampler
dan dipreparasi dari TSP yang sudah ditangkap oleh filter fiberglass.
Bahan yang digunakan :
Larutan induk Pb
Asam nitrat, HNO3 (2 : 98)
Aquades bebas logam
Asam klorida. HCl (1:2)
Hidrogen peroksida, H2O2
Cara pengijian :
Penyerapan untuk uji Pb ini juga menggunakan High Volume Sampler dan
dipreparasi dari TSP yang sudah ditangkap oleh filter fiberglass.
Rumus penghitungan kadar Pb ambient ini adalah :
ìg/m3 = ( C1 –Cb) x Vt x 103
Qt
Dimana : C1 = konsentrasi Pb dalam larutan contoh uji (ìg/m3)
Ct = Konsentrasi Pb dalam larutan blanko (ìg/m3)
Vt = volume larutan contoh uji (ml)
Q = kecepatan alir pengambilan contoh uji Pb (liter/menit)
3. Lead-Care untuk pengukuran Pb darah sampel
Pb darah diukur dengan alat Lead-Care ( Merck) dengan langkah
sebagai berikut : Pertama darah responden diambil dari vena lengan sebanyak
lebih kurang 2 ml. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diberi
anti koagulan. Setelah semua sampel terkumpul diambil sekitar 1 ml untuk
dioleskan dalam filter fiberglass. Kemudian dimasukkan dalam alat Lead Care
dan ditunggu selama lebih kurang 3 menit, maka nilai kadar Pb dalam darah
akan diketahui.
4. Pengukuran Kadar Hb Darah Alat dan bahan :
Hb meter (Merck)
HCl 0,1 N
Kapas alkohol dalam tempatnya
Nald
Nierbekken
Tissue
Aquadest
Pipet
Metodologi Pengujian :
Isi tabung haemometer dengan HCl 0,1 N sampai angka 2. Bersihkan
ujung jari dengan jarum steril, bersihkan darah yang pertama keluar
dengan kapas kering, tekan jari supaya lebih banyak darah keluar.
Gunakan pipet untuk menghisap darah sampai mencapai garis biru
pada tabung / 20 mm. Masukkan darah dalam haemometer sampai
semua darah keluar dari pipet. Aduk HCl dengan darah sampai
benar-benar tercampur rata. Masukkan aquades tetes demi tetes ke dalam
tabung, diaduk kembali, setelah ditetesi sampai warnanya sama
dengan warna standar. Lihat ujung paling atas dan baca angka di ujung
tersebut
3.2.2. Kuesioner Bagi Karyawan
Kuesioner ini berisi daftar pertanyaan tentang penyakit –penyakit yang
mungkin pernah diderita oleh responden dan keluhan-keluhan yang mungkin mereka
rasakan serta tentang data umur, jenis kelamin, lama kerja dan lain sebagainya.
3.3. Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data
Data yang diambil adalah :
a. Data primer berupa data Total Suspended Particulates dalam 24 jam
terakhir, kadar Pb ambient gerbang tol, kadar Pb darah dan kadar Hb
darah responden serta data berupa kuesioner terhadap karyawan pintu
b. Data sekunder berupa jumlah kendaraan, ,serta data lain yang
diperlukan yang diambil dari Bapedalda, Biro Pusat Statistik dan
Kantor Jasa Marga sebagai Pengelola Jalan Tol.
3.3.2.. Metode Pengumpulan Data Dapat dilakukan berupa :
a. Angket/wawancara
b. Observasi
c. Pemeriksaan laboratorium
3.3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh karyawan yang bertugas di pintu tol Belmera Medan
baik petugas tiket maupun karyawan lainnya.
Sampel adalah seluruh karyawan yang bertugas di pintu tol Belmera yaitu
petugas pemberi tiket tol dan petugas penerima tiket tol serta karyawan yang
bekerja tidak berhubungan langsung dengan asap kendaraan bermotor. Jumlah sampel
yang ada ditentukan sebanyak 30 orang di bagian non pintu tol dan 30 orang di
bagian pintu toll karena sampel bersifat homogen. Pengambilan sampel dilakukan
secara acak. (Budiarto, 2001).
3.4. Desain Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian cross sectional yaitu
suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel
yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Sedangkan
1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi
faktor resiko dan faktor efek.
2. Menetapkan subjek penelitian yaitu total suspended particulares di
udara dan juga karyawan pintu tol
3. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang
merupakan faktor resiko dan efek sekaligus berdasarkan status
keadaan variable pada saat itu (pengumpulan data) yaitu dengan
pengukuran kadar TSP di tiap pintu tol, kadar Pb dalam darah dan Hb
karyawan serta data kondisi kesehatan karyawan.
4. Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi
antar kelompok-kelompok hasil observasi ( pengukuran)
3.5. Definisi Operasional
1. Pengukuran polutan udara adalah memakai high volume sampler yang
merupakan alat yang direkomendasikan oleh pemerintah. Dalam pengukuran
ini adalah total partikulat tersuspensi yang ada di udara ambien yang diukur
dalam 24 jam. Dimana sebagai perbandingan adalah NAB TSP dalam udara
ambient 230 µg/Nm3 berdasarkan PP No. 41 tahun 1999. Diukur dengan
diatas NAB atau di bawah NAB.
Adapun kriterianya adalah sebagai berikut :
2. Kesehatan karyawan adalah penyakit-penyakit atau keluhan-keluhan yang
berhubungan dengan kondisi kesehatan karyawan yang dialaminya selama
kerja yang dilihat dari daftar pertanyaan maupun data rekam medis mereka
bila ada. Dalam hal ini adalah apakah batuk, mata berair, gangguan
penglihatan, penurunan konsentrasi, dan penurunan daya ingat.
Adapun kriterianya adalah :
1. Ya
2. Tidak
3. Darah
Berfungsi sebagai media transport O2 dan nutrisi di dalam tubuh. Pb dapat
menurunkan sintesa hemaglobin. Kadar Hb normal untuk pria adalah 14-18
dan wanita 12-14. Hb diukur dengan diatas normal atau dibawah normal.
Adapun kriterianya adalah :
1. <10
2. 11 – 12
3. 13 – 14
4. > 15
4. Pb adalah logam berwarna kelabu-kebiruan dan lunak dengan NA 82 dan BA
207,2. Di dalam udara ambient ambang batasnya adalah 2µg/m3. Sedangkan
menurut WHO pajanan untuk pria adalah 40 µg/dL dan wanita 30 µg/dL (
Denny, 2007). Diukur dengan diatas atau dibawah kadar pajanan yang
Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:
1. <9µg/dL
2. 10 – 11µg/dL
3. 12 – 13µg/dL
4. 14 – 15µg/dL
5. > 15µg/dL
5. Karyawan adalah seluruh pegawai yang bekerja di jalan tol Belmera baik
petugas pintu tol maupun yang bekerja di ruangan
6. Lama bekerja adalah masa atau waktu sejak karywan mulai bekerja di PT Jasa
Marga Cabang Belmera Medan, dengan kriteria sebagai berikut :
1. < 10 tahun
2. 11 – 15 tahun
3. > 15 tahun
7. Kebiasaan Merokok
Adalah kebiasaan responden dalam merokok, diukur dengan:
1. ya
2. tidak
8. Transportasi ke Lokasi Kerja
Adalah media transportasi yang dipergunakan oleh responden dari rumah ke
lokasi kerja.
1. Mobil pribadi
3. Angkutan Umum
9. Jenis Kelamin
Adalah perbedaan jenis kelamin di antara responden, dengan kriteria:
1. Laki-laki
2. Perempuan
3.6. Analisis Data
Data yang didapat dari penelitian, diolah untuk mencari hubungan antara
agent potencial dengan penyakit yang hendak diteliti sebagai berikut (Soemirat,
2005), (Notoadmodjo, 2005) :
3.6.1. Jenis Variabel
Variabel Bebas : Total Suspended Particulates, Pb udara ambient gerbang tol,
Pb darah, Hb darah dan kondisi kesehatan karyawan
Variable Tergantung adalah : jenis kelamin, lama bekerja, jarak rumah ke
lokasi kerja, umur, kebiasaan merokok dan trasnportasi ke lokasi kerja.
3.6.2. Menghitung signifikansi
Variable yang dihitung adalah berskala rasio dan bertujuan untuk mengetahui
perbedaan kandungan Pb darah dan Hb darah. Dihitung dengan menggunakan
analisis uji t, anova dan ÷2 dengan derajat kebebasan = 1 dan á = 5% dengan
3.7. Kerangka Operasional Penelitian
Gambar 2. Kerangka Operasional Penelitian Pengumpulan Data
Lapangan TSP dan Pb Ambiet
Pengumpulan Data PB darah dan Hb darah
Pengumpula n data lewat kuesioner
BAB [ 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Kendaraan Bermotor
Sesuai dengan meningkatnya pendapatan dan kebutuhan akan moda
transportasi, peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia setiap tahunnya
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Di Sumatera Utara perkembangan ini
pun dapat dilihat berdasarkan tabel berikut :
Perkembangan transportasi juga dapat dilihat dengan memperhatikan jumlah
kendaraan bermotor yang memanfaatkan fasilitas jalan tol, sebagai salah satu sarana
yang menghubungkan Kawasan Industri Me dan dan Pelabuhan Belawan serta
Kawasan Industri Medan Star di Tanjung Morawa. Juga sebagai penghubung antara
Kota Medan dengan kabupaten / kota lainnya di propinsi Sumatera Utara.
Terlihat dalam tabel diatas bahwa kendaraan terbanyak adalah yang melalui gerbang
tol Tanjung Morawa, sedangkan yang paling sedikit adalah yang melalui gerbang tol
Bandar Selamat. Gerbang tol Tanjung Morawa merupakan gerbang dimana banyak
kendaraan berkapasitas besar keluar dan masuk ke kawasan industri serta merupakan
jalan menuju kabupaten lain di propinsi Sumatera Utara. Sedangkan gerbang tol
Mabar lebih banyak dilalui oleh kendaraan pribadi yang menuju pusat kota.
4.1.2. Distribusi Karyawan / Responden
Karyawan PT Jasa Marga Belmera Medan dibagi dalam 2 katagori yaitu
karyawan non lapangan dan karyawan lapangan. Karyawan lapangan ini masih
terbagi lagi petugas pintu tol, petugas patroli jalan tol dan karyawan kantor gerbang
tol.
Karyawan petugas pintu tol bekerja 8 jam sehari dengan waktu istirahat 1 jam
dimana mereka akan diganti oleh petugas cadangan sehingga total jam kerja 7 jam
selama 6 hari seminggu dan 1 hari off atau istirahat.
Saat bekerja karyawan tidak pernah memakai alat pelindung diri berupa
masker. PT Jasa Marga sebenarnya telah menyediakan masker, namun responden
merasaa agak terganggu atau kurang nyaman, sehingga mereka hampir semua tidak
pernah menggunakannya.
Sedangkan distribusi frekuensi responden pintu tol berdasarkan umur terlihat
yang paling banyak adalah berumur 40 tahun dengan rata-rata umur responden 40.7
Tabel 13. Distribusi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Berdasarkan Umur Tahun 2008
Distribusi Responden
Pintu Tol Non Pintu Tol
Umur (Tahun)
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
≤30
Sedangkan distribusi frekuensi responden pintu tol berdasarkan umur terlihat
yang paling banyak adalah berumur 40 tahun dengan rata-rata umur responden 40.7
tahunSedangkan responden / karyawan petugas non pintu tol yang paling banyak
adalah karyawan berusia sekitar 44 tahun dan karyawan berjenis kelamin laki-laki
jauh lebih banyak daripada perempuan, dengan umur rata-rata responden 42,6 tahun.
Secara jumlah karyawan non lapangan ada sekitar 66 orang sedangkan
karyawan lapangan keseluruhannya berjumlah 158 orang.
Responden yang diambil sebagai sampel adalah karyawan tetap. Karena PT
Jasa Marga menerapkan 2 jenis status karyawan yaitu karyawan tetap dan karyawan
kontrak (outsourcing). Karyawan tidak tetap menandatangani kontrak kerja untuk 1
(satu) tahun dan sesudahnya dapat diperpanjang atau tidak dapat diperpanjang sesuai
dengan kebijakan manajemen PT Jasa Marga. Dan selama hampir 5 tahun terakhir ini
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008 Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi Responden
Pintu Tol Non Pintu Tol
Jenis Kelamin
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Laki-Laki
Berdasarkan penelitian terhadap jenis kelamin responden diperoleh data
bahwa karyawan laki-laki lebih banyak daripada karyawan perempuan. Sebanyak
80% responden laki-laki pada kelompok responden non pintu tol sedangkan pada
responden karyawan pintu tol sebanyak 77%.
Sedangkan berdasarkan masa kerja, dapat dilihat distribusi responden seperti
tabel di bawah ini. Rata-rata masa kerja responden pintu tol adalah 10.2 tahun
sedangkan responden non pintu tol adalah 14,3 tahun.
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Berdasarkan Masa Kerja Responden Tahun 2008
Distribusi Responden
Pintu Tol Non Pintu Tol
Masa Kerja (Tahun)
Sedangkan berdasarkan jarak rumah responden dengan lokasi bekerja dapat
dilihat dari tabel di bawah ini, dimana jarak rumah responden yang terbanyak bagi
petugas pintu tol adalah 10 km, sedangkan responden non pintu tol pada jarak 15
km. Sedangkan rata-rata untuk responden pintu tol jarak rumahnya dengan lokasi
kerja adalah 10,6 km dan responden non pintu tol jarak rumahnya 13,8 km.
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Berdasarkan Jarak Rumah ke Lokasi Kerja Tahun 2008
Distribusi Responden
Pintu Tol Non Pintu Tol
Jarak Rumah (Km)
Jumlah Persentase Jumlah Persentase <10
Sedangkan berdasarkan transportasi yang dipergunakan oleh responden
sebagai angkutan mereka ke tempat kerja dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Berdsarkan hasil penelitian terlihat jenis transport yang digunakan responden
terbanyak adalah sepeda motor, baik untuk responden pintu tol (77%) dan responden
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Berdasarkan Transport ke Tempat KerjaTahun 2008
Distribusi Responden
Pintu Tol Non Pintu Tol
Transport ke Tempat Kerja
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Mobil Pribadi
Sedangkan berdasarkan kebiasaan responden merokok, pada responden pintu
tol yang mempunyai kebiasaan merokok adalah sebesar 73% sedangkan pada
responden non pintu tol sebanyak 80%.
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Berdasarkan Kebiasaan Merokok Tahun 2008
Distribusi Responden
Pintu Tol Non Pintu Tol
Kebiasaan Merokok
4.1.3. Total Suspended Particulates ( TSP ) Gerbang Tol Belmera
Sebagai salah satu tempat atau lokasi yang selalu ramai dilalui oleh kendaraan
bermotor baik kecil maupun kendaraan besar maka gerbang tol Belmera juga dapat
menjadi indikator dari tingkat paparan Total Suspended Particulates ( TSP ) ini.
Pengukuran dilakukan dengan alat dari Laboratorium Fisika Balai Teknis
Kesehatan Lingkungan Medan, dengan waktu 24 jam dan hasil sebagai berikut:
Tabel 19. Jumlah Total Suspended Particulates Udara Ambient di Gerbang Tol Belmera Medan 2008
Nama Gerbang Tol Kadar TSP Ambien (µg/m3)
Amplas 926.00
Bdr Selamat 115.00
Mabar 326.00
Tj.Morawa 637.00
Tj.Mulia 386.00
Terlihat yang paling tinggi kadar TSP ambientnya adalah Gerbang Tol
Amplas sedangkan yang terendah adalah di Gerbang Tol Bandar Selamat. Hal ini
disebabkan di Amplas sedang dilaksanakan pembangunan jalan layang (fly over
Amplas ). Kondisi lingkungan di sekitar gerbang tol Amplas ini sangat macet, secara
langsung akan meningkatkan emisi kendaraan bermotor. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap peningkatan kadar TSP ini. Sedangkan di Gerbang Tol Bandar Selamat
disebabkan karena jarak antar pintu jauh dan jumlah kendaraan yang masuk dan