• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.3 Perilaku

2.1.3.1 Batasan Perilaku

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan, tidak hanya badan atau ucapan, sedangkan batasan-batasan perilaku (behavior) menurut Chaplin adalah respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan ) yang dilakukan suatu organisme, secara khusus merupakan bagian dari kesatuan pola reaksi suatu perbuatan atau aktivitas, suatu gerak atau kompleks gerak-gerik.14

Masalah kesehatan merupakan masalah yang kompleks yang berupa resultan dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat keehatan masyarakat yang disebut sebagai Psycho-Socio Somatic Health Well Being, merupakan resultan dari 4 faktor yaitu :

a. Environment atau lingkungan

b. Behaviour atau perilaku baik perilaku kesehatan maupun perilaku-perilaku lainnya, antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.

c. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagaianya.

d. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama, bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.15

Selanjutnya lewrence Green mejelaskan bahwa perilaku itu dilator belakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Faktor Predisposisi ( predisposing factors) seperti pengetahuan, sikap dan sebagainya.

b. Faktor- faktor yang mendukung (enabling factors ) seperti ketersediaan sumber/ fasilitas.

c. Faktor- faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors ) seperti sikap dan perilaku petugas.16

paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik,proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai maslaah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit. Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang sakit segera sehat. pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk menguatamakan kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit.17

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hiudp ) yang bersangkutan. Oleh sebab itu , dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perliaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari masnusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan ataupun aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.18

Skinner 1938 seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus ( rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap oraganisme,k dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan adanya dua respons:

a. Respondent respons atau Reflexive, yakni respons yang

ditimbulkan oleh rangsangan- rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut elictitng stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya, makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,cahaya teranga menyebabkan mata tertutup dan sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraan dengan mengadakan pesta dan sebagainya.

b. Operante respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudia diikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing

stimulaton atau reinforce, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksankan tugasnya dengan baik (respons terhadaptugasnya) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanaan tugasnya.18

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons sesorang terhadap stimulus dalam bentuk terselebung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengerahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka ( overt behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.18

Menurut teori behaviourism yang memandang perilaku sebagai proses fisiologis, dimana prinsip dasar fisiologis tersebut menggambarkan bahwa bila ada stimulus, maka ada respon. Cattle merumsukan bahwa perilaku sebagai respon merupakan fungsi dari situasi dan keperibadian. Berperan sebagai stimulus yang merupakan faktor eksternal yang dalam hal ini dapat berupa faktor-faktor sosial budaya, ekonomi, dan sebagainya. Sedangkan faktor internal adalah keperibadian yang berasal dari dalam indvidu itu sendiri. Keperibadian dapat berupa nilai-nilai maupun sikap.19

2.1.3.2. Tingkatan Perilaku

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, praktik atau tindakan memiliki beberapa tindakan, sebagi berikut:

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh yang daapt merupakan indicator praktik tingkat dua.

c. Mekanisme ( mechanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi ( adoption)

Adospi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasitanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.18

Dokumen terkait