• Tidak ada hasil yang ditemukan

123. BAWASLU: NASRULLAH

Dalam dokumen MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA (Halaman 43-46)

122. KETUA: ANWAR USMAN

Waalaikumsalam wr. wb.

Pak Taufik ini luar biasa, ya. Ringkasannya luar biasa. Padat tapi jelas. Sesuai dengan Permohonan Pemohon, maka MK sudah menindaklanjutinya sehingga hadir di tengah kita, Bawaslu. Silakan, Pak Nasrullah menyampaikan Keterangannya. Ya, tentu poin-poinnya saja. Kalau bisa seperti Pak Taufik tadi.

123. BAWASLU: NASRULLAH

Terima kasih, Yang Mulia. Yang Mulia, yang kami hormati, Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait yang kami muliakan.

Pertama, Bawaslu sangat memahami bahwa persoalan di Halmahera Tengah ini sesungguhnya tidak masuk di dalam ambang batas karena memang selisihnya tiga koma sekian berapa persen, atau kalau dijumlahkan, 1.100 sekian.

Yang kedua, terdapat sembilan TPS di daerah Kecamatan Patani Utara. Dari sembilan TPS, satu diantaranya telah dilakukan proses pemungutan suara ulang. Karena memang limit waktu, proses itu masih memungkinkan. Lalu, delapan TPS, kami coba melakukan proses pendalaman, investigasi, dan klarifikasi, mencari dari sisi kebenaran substansi yang ada. Dan sebenarnya, Bawaslu ingin memberikan sebuah rekomendasi pemungutan suara ulang di delapan TPS hanya saja karena persoalan keterbatasan waktu, limit waktu berdasarkan peraturan KPU yang dibatasi empat hari.

Nah, oleh sebab itu, masalah ini kami serahkan semuanya kepada Majelis Yang Mulia, Hakim Yang Mulia di Mahkamah Konstitusi ini.

Apa, beberapa, temuan-temuan Bawaslu tersebut? Pertama, di TPS 1 Tepeleo, kami melihat ... ini ada bukti rekaman videonya, Yang Mulia, dugaan pelibatan anak-anak yang di bawah usia. Dan ini dibimbing oleh salah seorang saksi, yang secara kebetulan berbaju putih saksi ini, bolak-balik masuk mengantarkan ... ya kami kira ... tapi kami belum bisa memastikan, apakah ini anak di bawah usia. Tetapi memang sangat muda, Yang Mulia. Bolak-balik masuk ke dalam bilik TPS. Dan orang yang sama mengantarkan bolak-balik itu adalah saksi di TPS.

Sehingga, kesimpulan kami terhadap TPS 1 Tepeleo, tidak hanya melanggar atau ketidaktaatan terhadap aturan, tetapi juga ketidaktaatan terhadap asas. Apa asas itu? Adalah kerahasiaan. Jadi, sebanyak enam kali saksi yang berbaju putih. Kita bisa menyaksikan di dalam video rekaman itu bolak-balik. Ya, kurang-lebih sekitar enam kali, Yang Mulia, masuk ke dalam bilik mengantarkan orang. Kemudian keluar lagi, masuk lagi ke dalam bilik, terus mengantarkan berulang-ulang pemilih tersebut. Itu yang pertama di TPS 1 Tepeleo.

Yang kedua, TPS 2 Tepeleo. Terdapat pemilih ganda menggunakan hak pilih lebih dari sekali. Terdapat nama Yusuf A. Manaf, ia terdaftar di dalam DPT, Nomor Urut 523, dan ia menggunakan hak pilihnya ... sori, ia terdaftar di Nomor Urut 523 dan Nomor Urut 524, ya, di dalam DPT, tetapi ia menggunakan hak pilih ... jadi, cara untuk me-cross-check penggunaan hak pilih itu adalah ada di dalam form C7-KWK. Nah, jadi dilihatlah di dalam daftar hadir itu, siapa yang menggunakan hak pilih? Ternyata, Saudara Yusuf Manaf ini, itu menggunakan dua hak … dua kali, 546 dan 547. Itu bisa dilacak di form C7-KWK. Kami punya bukti juga, Yang Mulia.

Yang kedua, atas nama Kamelia Majid, tercatat di Nomor Urut 242 DPT, TPS 2 Tepeleo, ya. Dan juga menggunakan hak pilih di TPS 2 Tepeleo, Nomor Urutnya 259.

Nah, selain itu, Kamelia Majid juga menggunakan hak pilihnya di TPS Tepeleo Batudua. Jadi, beda TPS Tepeleo, ya, dan Tepeleo Batu Dua. Jadi, desa yang berbeda. Itu juga dia gunakan hak pilihnya. Dan terbukti di dalam form C7-KWK, semuanya ada bukti-bukti, kami sampaikan, Yang Mulia.

Demikian juga atas nama Latief Umar, tercatat di Nomor Urut 275 DPT TPS 2 Tepeleo. Namun, menggunakan hak pilih berdasarkan C7-KWK TPS 2 Tepeleo, Nomor Urut 268, tetapi ia juga menggunakan hak pilih di TPS Tepeleo Batu Dua. Lagi-lagi terdaftar nama di Tepeleo Batu Dua. Di Nomor Urut 269, tapi ia menggunakan hak pilih di Nomor Urut 255. Jadi, TPS 2 Tepeleo, TPS 2 Tepeleo Batu Dua, dua-duanya terdaftar dan terbukti menggunakan hak pilih, jika dilihat form C7-KWK.

Selanjutnya, di TPS Tepeleo Batu Dua. Jadi, tadi kita TPS 1 Tepeleo, yang pertama. Yang kedua, TPS 2 Tepeleo. Sekarang kita masuk ke TPS 2 Tepeleo Batu Dua. Temuan Bawaslu terdapat pemilih yang sudah meninggal menggunakan hak pilih. Nomor Urut DPT 156 atas nama Hamid Buba. Kemudian, Nomor Urut 501, Suleman Samaun, juga menggunakan hak pilih di TPS Batuleo … sori, TPS Tepeleo Batu Dua.

Kemudian, Majelis Yang Mulia. Kami menemukan juga, tadi orang yang telah menggunakan di TPS 2 Tepeleo ya, ganda dia, kemudian dia gunakan juga di TPS Tepeleo Batu Dua. Jadi automatically itu terkait. Karena dia dari TPS Tepeleo plus Tepelo Batu Dua. Jadi, dia sudah terbukti ganda tadi di TPS 2 Tepeleo dan plus TPS 2 Tepeleo Batu Dua. Jadi orang yang meninggal plus ganda, yang kalau TPS 2 Tepeleo Batu Dua.

Yang keempat, TPS 1 Gemia. TPS 1 Gemia terdapat empat orang yang sudah meninggal menggunakan hak pilih. Pertama, Saudari Baihati Ibrahim, Fajar, dan seterusnya. Kami ada buktinya di situ, Majelis. Kemudian juga, ditemukan pemilih yang ganda, semuanya juga ada di dalam bukti di situ di halaman 13, Yang Mulia.

Selanjutnya, TPS 2 Gemia, di TPS 2 Gemia lagi-lagi orang yang sudah meninggal, kami temukan tiga orang menggunakan hak pilih. Saudari Gorondibu, Hanafikalis, dan Maimunah.

Kami juga menemukan lagi-lagi pemilih ganda atas nama Sidra Ali, dia terdaftar di TPS 2 Desa Gemia. Kemudian, terdapat juga pemilih yang tidak jelas NIK-nya, Yang Mulia. Jadi, kami coba lacak di sistem aplikasi e-KTP terdapat nomor NIK, atas nama Rosi Saban, yang ternyata itu terdata di dalam DPT nomor NIK-nya, tetapi kami coba pakai sistem aplikasi, itu tidak ketemu NIK itu dan Saudara Rosi Saban ini, terdaftar juga di TPS 1 Desa Bilifitu. Jadi, dua nama terdaftar, tapi menggunakan hak pilih. Uniknya di situ. Di laporan C7-KWK-nya, dia menggunakan hak pilih. Buktinya juga ada, Yang Mulia.

Selanjutnya, di TPS Pantura Jaya. Temuan Bawaslu terkait TPS Pantura Jaya, kami menemukan daftar pemilih yang tidak jelas. Luar biasa banyaknya di sini, Yang Mulia. Bisa dilihat di bukti 20 dan PK-33.

NIK, nomor identitas kependudukan itu berbeda dengan tanggal lahir. Jadi, sangat berbeda dengan tanggal lahir. Di mana-mana kita bisa

buktikan, NIK itu pasti punya korelasi dengan tanggal lahir. Kalau dia perempuan, biasanya tanggal lahirnya tinggal ditambah angka 40.

Nah, ini kami temukan luar biasa banyaknya nama yang … nama-nama yang ter … ada di situ dan menggunakan hak pilih, Yang Mulia, di TPS 1 Pantura Jaya.

Selanjutnya, di TPS Maliforo. Di TPS Maliforo, kami menemukan C7-KWK yang dimiliki oleh KPPS, tampaknya posisi sengaja dikaburkan. Jadi, orang-orang yang menggunakan hak pilih, itu dalam C-7, itu posisi kabur, itu. Siapa saja yang menggunakan hak pilih, itu dikaburkan. Jadi, kita sulit untuk membaca siapa manusia yang menggunakan hak pilih itu, ya. Dia hanya diberi tanda datar saja. Tetapi sebenarnya, kami juga menemukan beberapa nama-nama, ya, NIK dan tanggal lahirnya juga berbeda. Jadi, diragukan status pemilih itu. Misal bernama Anita Karim, Anita Saptu, Arisan Diidam, Asnia Puasa, Burhan Rustam, ada pada bukti PK-32. Tidak jelas semuanya, Yang Mulia. Kami coba cross-check NIK dan tanggal lahirnya berbeda. Bahkan kalau kami coba lacak melalui sistem aplikasi KTP itu, malah tahunnya berbeda, jadi semakin lucu kita, kalau semakin melacak, semakin apa ... tidak jelas.

Kemudian yang terakhir, Desa Bilifitu, TPS 1 Bilifitu. Kami menemukan juga tidak … apa namanya ... kayak model atas nama Rosi Saban ini tadi, yang tidak jelas NIK-nya. Kami coba lacak di sistem aplikasi, tapi tidak ada, tapi tercantum di dalam daftar pemilih. Dan ada beberapa temuan-temuan kami, tidak punya NIK, tidak punya NKK tapi ada namanya. Nah, ini nih, aneh nih. Tidak punya NIK, tidak punya NKK, ada namanya, kok bisa menggunakan hak pilih?

Nah, begitu, Yang Mulia. Temuan-temuan kami dari sekitar delapan TPS. Memang, apakah ini memengaruhi hasil? Tetapi, kami pahami bahwa pemilih ini, daftar pemilih inilah yang dijadikan bahan proses kontestasi.

Nah, jadi selanjutnya, kami serahkan kepada Yang Mulia, apa pun langkahnya, yang jelas Bawaslu telah menyampaikan hasil proses klarifikasi, dan investigasinya, dan sekali lagi, Yang Mulia, kami tidak punya kewenangan apa pun, yang jelas kami sekadar menyampaikan hasil temuan kami.

Terima kasih, Yang Mulia. Demikian. Wassalamualaikum wr. wb.

Dalam dokumen MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA (Halaman 43-46)

Dokumen terkait