• Tidak ada hasil yang ditemukan

119. KETUA: ANWAR USMAN

Dalam dokumen MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA (Halaman 37-43)

Halaman berapa tadi?

120. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 8/PHP.BUP-XV/2017: ROBIKIN EMHAS

Halaman 14 ... mohon maaf, halaman 12, pada Poin 14 di baris pertama.

Baik, Yang Mulia. Kami ada tiga Eksepsi yang pada pokoknya, Eksepsi kami hampir tidak berbeda dengan yang disampaikan Termohon.

Yang pertama adalah terkait dengan Kewenangan Mahkamah. Dalam pandangan kami bahwa Permohonan ini tidak memenuhi ketentuan yang ditentukan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengingat kewenangan Mahkamah dalam memeriksa perkara perselisihan hasil pemilu adalah berbeda dengan kewenangan Mahkamah dalam pemilu sebelumnya. Dalam konteks ini, maka kewenangan Mahkamah secara limitatif ditentukan berdasarkan Pasal 157 ayat (3) yang bunyinya, “Perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilihan diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai dibentuknya badan peradilan khusus.” Oleh karenanya Kewenangan Mahkamah dalam konteks ini adalah hanya bersifat temporer, insidental, dan kemudian dengan sendirinya akan berakhir ketika kemudian ... ketika badan peradilan khusus terbentuk dan kewenangannya murni terkait dengan perhitungan ... perselisihan hasil perhitungan perolehan suara.

Sementara Permohonan Pemohon tidak satu pun yang mempersoalkan mengenai adanya selisih perhitungan suara itu.

Oleh karenanya, dengan demikian, maka Mahkamah tidak memiliki kewenangan untuk memeriksa perkara ini.

Yang kedua. B. Terkait dengan Legal Standing. Dalam pandangan kami, Pemohon tidak memiliki legal standing dalam mengajukan permohonan in litis.

Pertama. Bahwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya Pasal 158 ayat (2) huruf f ... huruf a Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 dan Pasal 7 ayat (2) huruf a dan ayat (3) PMK Nomor 1 Tahun 2016, sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 1 Tahun 2017.

Bahwa Pasal 158 ayat (2) menentukan dan seterusnya, kabupaten dengan jumlah penduduk sampai dengan 250.000 jiwa, pengajuan perselisihan perolehan suara jika terdapat (suara tidak terdengar jelas)

paling banyak sebesar 2% dari total suara sah hasil penghitungan suara tahap akhir yang ditetapkan oleh KPU kabupaten/kota.

Pasal 7 ayat (2). Pemohon sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) huruf b dan c mengajukan permohonan kepada Mahkamah dengan ketentuan.

a. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sampai dengan 250.000 jiwa, Pengajuan Permohonan dilakukan jika terdapat perbedaan perolehan suara paling banyak sebesar 2% dari total suara sah hasil penghitungan suara tahap akhir yang ditetapkan oleh Termohon.

Pasal 2 PMK Nomor 1 Tahun 2017 menentukan para pihak dalam perkara perselisihan hasil pemilihan adalah:

1. Pemohon, 2. Termohon, dan 3. Pihak Terkait.

Pasal 3 ayat (1) PMK Nomor 1 Tahun 2016 menentukan ayat pertama ... ayat (1). Pemohon sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 2 huruf a adalah pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, pasangan calon bupati dan wakil bupati, pasangan calon walikota dan wakil walikota.

Bahwa berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia dan seterusnya, jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Tengah adalah sebanyak 48.000 jiwa ... 48.227 jiwa.

Bahwa sehubungan dengan jumlah penduduk tersebut, maka ketentuan Pasal 158 ayat (2) huruf a berlaku atasnya, yaitu batas ... ambang batas untuk bisa mengajukan permohonan ke Mahkamah Konstitusi adalah 2%.

Bahwa berdasarkan Keputusan KPU Halmahera Nomor 8/Kpts dan seterusnya, tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara juncto Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara di Tingkat Kabupaten dan seterusnya, perolehan suara pasangan calon adalah:

a. Bupati dan Wakil Bupati Nomor Urut 1, Muttiara T. Yasin dan Kabir Kahar dengan perolehan suara sebanyak 14.004 suara.

b. Perolehan suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Nomor Urut 2, Edi Langkara dan Abdul Rahim Odeyani dengan perolehan suara sebanyak 15.132 suara. Sehingga jumlah suara sah yang dihasilkan adalah sebanyak 29.138 suara.

Bahwa berdasarkan hal tersebut, selisih suara antara Pemohon dan Termohon adalah 1.128 suara. Bahwa untuk mendapatkan jumlah selisih suara yang diperkenankan untuk dapat mengajukan Permohonan ke Mahkamah, maka cara penghitungannya adalah sebagai berikut. Yakni, 2%x29.136 suara sah atau sama dengan 582,72 suara atau kami bulatkan atau dibulatkan menjadi 582 … mohon maaf, saya ulang, 583 suara.

Bahwa dari hasil penghitungan ini berarti bahwa 583 suara merupakan syarat ambang batas maksimal selisih perolehan suara antara Pemohon dengan Pihak Terkait. Dengan kata lain, apabila selisih perolehan suara antara Pemohon dan Pihak Terkait lebih dari 583 suara, maka Pemohon tidak dapat mengajukan Permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Halmahera Tengah ke Mahkamah Konstitusi.

Bahwa selanjutnya setelah dilakukan penghitungan selisih suara antara Pemohon dan Pihak Terkait, maka didapatkan selisih suara antara Pihak Terkait dan Pemohon adalah sebesar 1.128 suara atau ekuivalen dengan 3,87%. Berdasarkan hal tersebut, maka dengan demikian Permohonan Pemohon tidak memenuhi syarat, oleh karenanya Pemohon tidak memiliki Legal Standing untuk mengajukan Permohonan ke Mahkamah Konstitusi dalam perkara ini.

c. Pemohon … Permohonan Kabur atau Obscuur Libel. Bahwa sesuai dengan Ketentuan Mahkamah Konstitusi, yaitu PMK Nomor 1 2016 sebagaimana diatur Pasal 8 ayat (1) huruf b, Poin 4, mengenai Permohonan harus memuat penjelasan mengenai kesalahan hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon dan hasil penghitungan suara yang benar menurut Pemohon.

Bahwa ketentuan selanjutnya, sebagaimana diatur Pasal 8 ayat (1) huruf b, Poin 5, menjelaskan Petitum harus memuat permintaan untuk membatalkan hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon dan menetapkan hasil penghitungan suara yang benar menurut Termohon.

Bahwa penghitungan suara, sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (1) huruf b, Poin 4 dan Poin 5 yang termuat dalam PMK tersebut adalah bilangan-bilangan angka penghitungan pada masing-masing tingkatan persen mulai dari TPS, PPK, hingga KPU kabupaten.

Selanjutnya bahwa dari uraian Permohonan Pemohon, ternyata tidak satu pun uraiannya yang menyebutkan adanya selisih perhitungan suara. Seluruh hal yang dipersoalkan, yaitu sejumlah delapan TPS di kabupaten … di Kecamatan Patani Utara sepenuhnya, bukanlah mengenai perselisihan hasil perolehan suara. Bahkan yang lebih tragis lagi terdapat ketidaksesuaian antara Posita dan Petitum dalam Permohonan Pemohon.

Bahwa Pemohon dalam Posita Permohonan mempersoalkan sebanyak delapan TPS di Kecamatan Patani Utara, yakni TPS 1 Desa Gemai … mohon maaf, saya ulang. TPS 1 Desa Gemia, TPS 2 Desa Gemia, TPS 1 Desa Tepeleo, TPS 2 Desa Tepeleo, TPS 1 Desa Maliforo … saya koreksi, bukan Malioforo. TPS 1 Desa Bilifitu, TPS 1 Desa Pantura Jaya, TPS 2 Desa Tepeleo Batu Dua.

Bahwa berdasarkan form Model DA-KWK Kecamatan Patani Utara, bukti PT-24, jumlah keseluruhan TPS di Kecamatan Patani Utara adalah sebanyak sembilan TPS, yakni TPS 1 Desa Gemia, TPS 2 Desa Gemia,

TPS 3 Desa Tepeleo, TPS 2 Desa Tepeleo, TPS 3 … mohon maaf, TPS 1 Desa Maliforo, TPS 1 Desa Bilifitu, TPS 1 Desa Pantura Jaya, TPS 1 Desa Tepeleo Batu Dua, dan TPS 2 Desa Tepeleo Batu Dua.

Bahwa Permohonan dalam Posita Permohonan sama sekali tidak mempersoalkan TPS 1 Desa Tepeleo Batu Dua. Akan tetapi, dalam Petitum Permohonannya, Pemohon meminta pembatalan Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Halmahera Tengah Tahun 2017 di Kecamatan Patani Utara untuk seluruhnya.

Hal ini dengan tegas tertuang di dalam Petitum Permohonan Pemohon, Poin 2, yang menyatakan sebagai berikut.

Membatalkan Keputusan KPU Kabupaten Halmahera Tengah Nomor 08, dan seterusnya tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil, dan seterusnya, sepanjang untuk penetapan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2017 di Kecamatan Patani Utara, tanpa mengecualikan satu TPS yang tidak diperselisihkan atau yang tidak dipersoalkan.

Bahwa jika pun Pemohon menuntut pembatalan penetapan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara pada keseluruhan TPS di Kecamatan Patani Utara, jelas tidak berdasar. Karena Pemohon dalam Posita Permohonan, sekali lagi, tidak menguraikan dalil-dalil mengenai terjadinya persoalan di TPS 1 Desa Tepeleo Batu Dua.

Bahwa lebih tidak jelas lagi dalam tuntutan Pemohon sebagaimana tertuang dalam Petitum Pemohon, Poin 4, yang pada pokoknya menyatakan meminta pelaksanaan pemungutan suara di seluruh atau delapan TPS dalam lingkup Kecamatan Patani Utara. Dalam hal ini, Pihak Terkait mempertanyakan apakah Pemohon bermaksud untuk menghanguskan perolehan suara di TPS 1 Tepeleo Batu Dua, Kecamatan Patani Utara, yang tidak dimintakan ... yang tidak dianggap ada persoalan tersebut.

Bahwa berdasarkan hal-hal sebagaimana yang kami sampaikan, maka mohon Mahkamah menyatakan Permohonan Pemohon kabur dan oleh karenanya Permohonan dinyatakan ditolak, atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima. Selanjutnya, akan … mengenai Pokok Perkara akan dilanjutkan rekan kami.

121. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 8/PHP.BUP-XV/2017: TAUFIK BASARI

Terima kasih, Yang Mulia. Kami akan lanjutkan khusus untuk Pokok Permohonan dan kami fokus pada delapan TPS yang didalilkan oleh Pemohon. Yang pertama adalah di TPS 1 Desa Gemia, kami membantah dengan tegas dalil Permohonan Pemohon bahwa sama sekali tidak pernah ada peristiwa manipulasi penghitungan suara dengan

pengondisian hasil penghitungan suara yang dipaksakan, sehingga partisipasi pemilih sangat tinggi.

Bahwa tingkat partisipasi pemilih tinggi ini semata-mata didasari oleh tingginya kesadaran masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Halmahera Tengah Tahun 2017.

Selanjutnya, perihal dalil Pemohon tentang diizinkannya pemilih yang tidak berhak untuk memilih dengan cara mempergunakan form C-6 milik orang lain, dengan cara mempergunakan nama-nama orang yang sudah pindah domisili, tidak bertempat tinggal, meninggal dunia, dan sebagainya, menurut kami adalah dalil yang asumtif dan tidak sesuai dengan peristiwa yang terjadi di lapangan. Lagi pula, Pemohon dalam permohonannya tidak memastikan berapa jumlah pemilih yang menggunakan form C-6 tersebut bahwa pada TPS 1 Desa Gemia.

Terhadap dalil Pemohon yang mendalilkan terdapat diketemukannya pemilih lebih dari satu kali yang mana dikatakan dilakukan oleh Abdul Rahman Padang. Setelah kami telusuri, kami memperoleh fakta bahwa memang benar Saudara Abdul Rahman Padang tercatat dalam DPT TPS 2 Desa Gemia, tetapi tidak terdaftar dalam DPT TPS 1 Desa Gemia sehingga sangat tidak mungkin bagi Abdul Rahman Padang untuk melakukan pencoblosan sebanyak dua kali di TPS yang berbeda. Lagi pula, faktanya, tidak ada pemilih yang merasa form C-6 miliknya digunakan oleh orang lain, dan juga faktanya, tidak ada pemilih yang melakukan pencoblosan lebih dari sekali, baik dari TPS 1 maupun di TPS 2 Desa Gemia.

Kami lanjut ke halaman 21. Terhadap dalil Pemohon yang mendalilkan terdapat tindakan intimidatif terhadap Saksi Pasangan Calon Nomor Urut 1 yang dilakukan oleh KPPS dan seterusnya. Sepanjang yang kami ketahui dan disaksikan oleh para saksi di TPS tersebut, tidak ada kejadian tindakan intimidatif sebagaimana yang dilakukan oleh Pemohon. Bahwa pelaksanaan penghitungan suara di TPS 1 Desa Gemia melibatkan berbagai pihak yang hadir di TPS, antara lain ada PPL, ada pihak kepolisian, dan lain-lain. Dan bahkan, saksi Pemohon di TPS 1 Desa Gemia juga menandatangani form Model C-KWK, Model C1-KWK, Lampiran C1-KWK di TPS 1 Desa Gemia, dan tidak ada keberatan yang diajukan di TPS tersebut.

Selanjutnya, peristiwa kedua di TPS 2 Gemia bahwa Pemohon mendalilkan terdapat manipulasi penghitungan suara dan pengkondisian hasil penghitungan suara yang dipaksakan, dan seterusnya, tapi dalam dalil tuduhannya, Pemohon tidak memastikan berapa jumlah pemilih yang menggunakan form C-6 milik orang lain di TPS tersebut di atas, dan tidak menyebutkan secara rinci nama-nama lengkap form C yang digunakan oleh pemilih lain. Dan dalil-dalil lainnya di dalam persoalan tersebut, merupakan dalil-dalil yang diulang-ulang, sehingga kami juga

terpaksa harus menjawab dengan mengulang-ulang lagi di dalam keterangan Pihak Terkait kami.

Yang berikutnya. Pemohon juga mendalilkan bahwa ada tindakan intimidatif terhadap Saksi Pasangan Calon Nomor Urut 1, maka kami juga menyatakan tidak ada kejadian tersebut, Saksi Pemohon di TPS 2 Gemia telah menandatangani form Model C-KWK, dan juga tidak ada keberatan di TPS tersebut.

Untuk peristiwa ketiga, di TPS Desa Tepeleo. Sekarang kami memasuki halaman 26, Yang Mulia. Sama juga untuk di Desa Tepeleo, kembali Pemohon mengulang-ulang lagi dalilnya dan kami juga mengulang lagi tanggapan kami. Beberapa (suara tidak terdengar jelas) yang bisa kami berikan adalah terhadap dalil Pemohon tentang adanya enam orang pemilih yang di TPS 1 Desa Tepeleo, atas nama Supriadi, Nazamudin, dan kawan-kawan yang dikatakan menggunakan C-6 milik orang lain. Kami juga melihat bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar karena tidak menyebutkan secara rinci dan lengkap bagaimana enam orang tersebut menggunakan form C-6, kemudian form C-6 milik siapa atau atas nama siapa. Namun sepanjang yang Pihak Terkait ketahui dan saksikan, tidak ada peristiwa atau kejadian pelanggaran sebagaimana yang dilakukan oleh Pemohon tersebut.

Terhadap dalil-dalilnya yang lain, kami anggap dibacakan karena berulang dengan dalil-dalil sebelumnya.

Yang berikutnya adalah peristiwa keempat, di TPS 2 Tepeleo, sama juga, ada pengulangan juga. Pada intinya, hampir sama dengan Keterangan kami yang sudah kami sampaikan.

Lalu di peristiwa kelima, di TPS 1 Desa Maliforo. Kami berikan catatan khusus bahwa tidak benar tuduhan Pemohon bahwa partisipasi pemilih berjumlah 100,4%, karena sesuai dengan Model C1-KWK di TPS, Desa Maliforo menerangkan bahwa pemilih yang menggunakan hak pilih berdasarkan DPT adalah sebesar 330 pemilih dengan pemilih tambahan=2, dengan pemilih suket=1, jadi perhitungan Pihak Terkait atas partisipasi pemilih adalah sebenarnya 99,4. Jadi, kami menilai ada kesalahan penghitungan yang dilakukan Pemohon yang dituangkan dalam Permohonannya. Yang lainnya juga sama, ada pengulangan.

Kami langsung ke peristiwa keenam, di TPS 1 Desa Bilifitu. Sama juga seperti yang kami sampaikan, catatan kami adalah di desa ... di TPS 1 Desa Bilifitu tersebut tidak ada ... sama juga di seluruh TPS yang lain, tidak keberatan oleh para saksi dan C-1 nya juga ditandatangani.

Peristiwa ketujuh, di TPS ... di TPS 1 Desa Pantura Jaya ... terima kasih. Sama juga model dalilnya, sehingga kami anggap sudah dibacakan.

Peristiwa kedelapan, di TPS 2 Desa Tapaleo Batu Dua, juga sama dengan peristiwa-peristiwa lainnya.

Sebagai penutup, terhadap keterangan Pihak Terkait ini, kami mencoba untuk mensimulasikan, menghitung persoalan-persoalan yang

dilalilkan oleh Pemohon di delapan TPS tersebut. Maka, ternyata, hanya terdapat 36 suara yang oleh Pemohon dianggap bermasalah dari hasil suatu proses pelanggaran. Dan kami coba simulasikan dari 36 suara yang dianggap bermasalah tersebut terhadap pengaruhnya atau pengaruhnya terhadap kemenangan pasangan calon sehingga kita bisa melihat apakah secara signifikan mempengaruhi perolehan suara.

Pasangan Calon Nomor Urut 1 ... begini. Bahwa perolehan suara Pemohon dan Pihak Terkait selisihnya adalah 1.128. Andaikan saja 36 suara yang didalilkan oleh Pemohon diakumulasikan ke dalam bentuk perolehan suara Pemohon, maka komposisi suaranya menjadi 14.004 suara ditambah 36 suara, sama dengan 14.040 suara. Sementara untuk Pihak Terkait, kalau kita kurangkan 36 suara, dari 15.132 suara, dikurang 36 suara, menjadi 15.096 suara. Selisih suara menjadi 1.056 suara. Sehingga masih tetap Pihak Terkait memperoleh suara yang lebih tinggi. Dan juga tetap tidak memenuhi syarat selisih sebagaimana yang didalilkan oleh Pihak Pemohon bahwa jika dilakukan PSU, itu memasuki syarat selisih. Ternyata pun jika kita lihat, jika kita konfersikan ke jumlah suara, juga tidak seperti yang didalilkan oleh Pemohon.

Terakhir, Yang Mulia. Petitum, berdasarkan hal-hal yang telah kami kemukakan di atas, mohon kepada Mahkamah berkenan untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan dalam Eksepsi. Menerima dan mengabulkan Eksepsi Pihak Terkait. Menyatakan Permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

Dalam Pokok Permohonan, menolak Permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Atau apabila Mahkamah bependapat lain, mohon memberikan putusan yang adil menurut hukum, ex aequo et bono. Terima kasih, Yang Mulia. Wassalamualaikum wr. wb.

Dalam dokumen MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA (Halaman 37-43)

Dokumen terkait