• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. (Rukiyah, 2010)

Bayi baru lahir adalah bayi umur 0 sampai dengan 28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir selama satu jam kelahiran (Saifuddin, 2002)

Bayi baru lahir normal adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 dengan masa kehamilan 37-42 minggu. Dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.

b. Ciri – Ciri

Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2010).

c. Klasifikasi

Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi menurut Marmi (2015) , yaitu :

1) Neonatus menurut masa gestasinya :

a) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu) b) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu) c) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau

lebih) 2) Neonatus menurut berat badan lahir :

a) Berat lahir rendah : < 2500 gram b) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram c) Berat lahir lebih : > 4000 gram

3) Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :

a) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB) b) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK) d. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal

Asuhan bayi baru lahir meliputi : 1) Pencegahan Infeksi (PI)

2) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi. Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan :

a) Apakah kehamilan cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap? c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?

Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

3) Pencegahan Kehilangan Panas

Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,5°C) (Permenkes No 53, 2014).

a) Mekanisme Kehilangan Panas

(1) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak.

(2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.

(3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.

(4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung) (Permenkes No 53, 2014). 4) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Pada tahun 1992 WHO/UNICEF mengeluarkan protokol tentang IMD sebagai salah satu dari Evidence for the ten steps to succesful breastfeeding yang harus diketahui oleh setiap tenaga kesehatan.

Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting ibunya. Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2014). 5) Pengikatan dan Pemotongan Tali Pusat

Penanganan tali pusat di kamar bersalin harus dilakukan secara asepsis untuk mencegah infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum. Cuci tangan dengan sabundan air bersih sebelum mengikat dan memotong tali pusat. Tali pusat diikat pada jarak 2-3 cm dari kulit bayi, dengan menggunakan klem yang terbuat dari plastik, atau menggunakan tali yang bersih (lebih baik bila steril) yang panjangnya cukup untuk membuat ikatan yang cukup kuat (± 15 cm). Kemudian tali pusat di potong pada 1cm di distal tempat tali pusat diikat, menggunakan instrumen yang steril dan tajam (Prawirohardjo, 2014).

6) Pencegahan Infeksi Mata

Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1

jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1% (Permenkes No 53, 2014).

7) Pencegahan Perdarahan

Bayi Berat Lahir diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri. Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin K1 yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali (Permenkes No 53, 2014).

8) Pemberian Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin (Permenkes No 53, 2014).

e. Standar Kunjungan Neonatus

Menurut Depkes RI 2009 waktu pelaksanaan kunjungan neonatus adalah sebagai berikut :

1) Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1) a) Memperhatikan suhu tubuh bayi b) Pemeriksaan fisik bayi

c) Dilakukan pemeriksaan fisik

d) Gunakan tempat yang hangat dan bersih

e) Cuci tangan sebelum dan sesudah dilakukan pemeriksaan f) Pemberian imunisasi HB 0

2) Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)

a) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering b) Menjaga kebersihan bayi

c) Pemeriksaan tanda bahaya seperti : kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

d) Memberikan ASI bayi minimal 10-15 kali dalam 24 jam selama 2 minggu pasca persalinan.

e) Menjaga keamanan bayi f) Menjaga suhu tubuh bayi

g) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI esklusif, mencegah hipotermi dan melaksanakan perwatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.

3) Pada usia 8-28 minggu (kunjungan neonatal 3) a) Pemeriksaan fisik

b) Menjaga kebersihan bayi

c) Memberitahu ibu tanda bahaya bayi baru lahir

d) Memberikan ASI bayi minimal 10-15 kali dalam 24 jam selama 2 minggu pasca persalinan

e) Menjaga keamanan bayi f) Menjaga suhu tubuh bayi

g) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI esklusif, mencegah hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA. h) Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG

i) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan f. Refleks Pada Bayi Normal

Menurut Sondakh (2013) bayi lahir normal mempunyai berbagai macam reflek antara lain :

1) Reflek menggenggam dilakukan dengan cara medekatkan jari pemeriksa ketelapak tangan bayi apakah bayi berusaha menggenggam atau tidak

2) Reflek rooting dilakukan apabila kita memberikan sentuhan ke pipi bayi apakah bayi akan mencari setuhan atau tidak

3) Reflek moro/terkejut merupakan gerak terkejut bayi yang dilakukan dengan cara memberikan sentuhan dengan jari maupun tangan secara tiba-tiba.

4) Reflek suckin/menghisap untuk mengetahui apakah bayi berusaha menghisap dengan cara memasukkan puting/ dot kedalam mulut bayi

5) Reflek slowing untuk mengetahui apakah bayi bisa menelan ASI yang diberikan atau tidak

6) Reflek glabella merupakan kedipan maa dan pengerutan pada kering bayi pada saat bayi disentuh pada daerah os glabella dengan jari tangan pemeriksa

7) Reflek gland merupakan upaya mengangkat kedua paha bayi jika lipatan paha kanan dan kiri disentuh oleh pemeriksa.

8) Tonick neck untuk mengetahui usaha bayi mengangkat kepalanya jika bayi digendong.

g. Komplikasi

1) Asfiksia Neonatorum

Adalah keadaaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan dan persalinan. Asfiksia dalam kehamillan disebabkan oleh penyakit infeksi atau kronis, keracunan obat bius, uremia dan toksemia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan, atau trauma. Sedaangkan asfiksia dalam persalinan disebabkan oleh kekurangan O2 dan paralisis pusat pernafasan, akibat trauma dari luar seperti karena tindakan forceps, atau trauma dari dalam seperti akibat obat bius (Mochtar, 2012).

2) Penyakit dan Trauma pada Bayi Baru Lahir a) Respiratory Distress Syndrome (RDS) b) Gangguan Retina

c) Caput Suksedaneum

Terjadinya edema di bawah kulit di antara periosteum dan kulit kepala bayi sebagai akibat pengeluaran cairan serum dari pembuluh darah. Sering dijumpai pada partus lama, partus obstruksi, dan pada pertolongan dengan ekstraksi vakum (kaput buatan). Biasanya menghilang 2-5 hari post partum.

d) Cephalhematoma

Suatu perdarahan subperiostal yaitu perdarahan antara periosteum dan tulang tengkorak berbatas tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melewati sutura. Tulang yang paling sering terkena adalah os temporal atau parietal.

3) Kelainan Kongenital

4) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Dokumen terkait