• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian KB

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi adalah cara, alat-alat atau obat-obatan untuk mencegah terjadinya konsepsi (Mochtar, 2012; h. 195)

Menurut (Varney, 2007; 414) keluarga berencana yaitu pertimbangan tambahan terhadap faktor fisik, sosial, psikologis, ekonomi dan keagamaan yang mengatur sikap keluarga sekaligus mempengaruhi keputusan keluarga dalam menetapkan ukuran keluarga, jarak antar anak, dan pemilihan serta penggunaan metode pengendalian kehamilan.

b. Penapisan Klien Pelayanan KB

Penapisan klien merupakan upaya untuk melakukan tela’ah dan kajian tentang kondisi kesehatan klien dengan kesesuaian penggunaan metode kontrasepsi yang diinginkan. Tujuan utama penapisan klien untuk menentukan keadaan yang membutuhkan perhatian khusus dan masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut..

Tujuan penapisan klien adalah untuk menentukan:

1) Apakah ada masalah medik, kondisi biologik sebagai penyulit teknis, tidak terpenuhinya syarat teknis-medik yang dapat menghalangi penggunaan metode KB tertentu.

2) Apakah perlu dilakukan penilaian/pengelolaan lanjut terhadap masalah medik yang ditemukan agar penggunaan kontrasepsi memungkinkan.

3) Perencanaan Keluarga Dan Penapisan Klien

4) Seorang perempuan telah dapat melahirkan, segera setelah ia mendapat haid yang pertama (menarche).

5) Keseburan seoramg perempuan akan terus berlangsung sampai berhentinya haid (menopuse).

6) Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya resiko rendah untuk ibu dan anak adalah antara 20-35 tahun.

7) Persalinan pertama dan kedua paling rendah resikonya

8) Jarak antara 2 kelahiran sebaiknya 2-4 tahun (Meilani, N. dkk., 2010).

Menurut Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi (2006) tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu mmetode kontrasepsi adalah untuk menentukan adakah :

1) Kehamilan

2) Keadaan yan gmembutuhkan perhatian khusus

3) Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.

Tabel 2.4 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Non Operatif

Metode Hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntikan

dan susuk) YA TIDAK

Apakah hari peratam haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan

Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata

Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (edama)

Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik)

Apakah ada massa atau benjolan pada payudara

Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsis)

AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin) Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu

Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik

Metode Hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntikan

dan susuk) YA TIDAK

Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1-2 pembalut tiap 4 jam)

Apakah pernah mengalami haid lama

Apakah pernah mengalami dismenore berat yang membutuhkan analgetika dan/atau istirahat baring

Apakah pernah mengalami perdarahan /perdarahan bercak anatara haid ata setelah senggama

Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvutar atau kongenital

Sumber : Saifuddin, 2006

Tabel 2.5 Daftar Litik Penapisan Klien Metode Operasi

Keadaan klien Dapat dilakukan pada

fasiliatas rawat jalan Dilakukan di fasilitas rujukan Keadaan umum

(anamnesa dama pemeriksaan fisik)

Keadaan umum baik, tidak ada tanda-tanda penyakit jantung, paru, atau ginjal

Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda-tanda penyakit jantung, paru atau ginjal

Keadaan emosional

Tenang Cemas, takut

Tekanan darah < 160/100 mmHg > 160/100 mmHg Berat badan 35-85 kg >85 kg ; <35 kg Riwayat operasi abdomen/ panggul Bekas sc (tanpa pelekatan)

Operasi abdomen lainnya, perlekatan atau terdapat kelainan pada pemeriksaan panggul Riwayat radang panggul, hami ektopik, apendisitis Pemeriksaan dalam normal

Pemeriksaan dalam ada kelainan

Anemia Hb > 8 g% Hb < 8 g%

Sumber : Saifuddin, 2006 c. Jenis - Jenis Kontrasepsi

1) Metode Sederhana a) Senggama Terputus

Konsep “senggama terputus” adalah mengeluarkan kemaluan menjelang terjadinya ejakulasi. Senggama terputus merupakan metode tertua di dunia, karena telah tertulis pada kitab tua dan diajarkan kepada masyarakat. Di Perancis abad ke-17, metode senggama terputus merupakan metode utama untuk menghindari kehamilan. Kekurangan metode ini adalah

mengganggu kepuasan keduabelah pihak, kegagalan hamil sekitar 30 sampai 35 % karena semen keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan, terlambat mengeluarkan kemaluan, semen yang tertumpah di luar sebagian dapat masuk ke genetalia, dan dapat menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah pihak (Manuaba, 2010).

b) Kondom

Kondom untuk pria merupakan bahan karet (lateks), polyuretan (plastik), atau bahan sejenis yang kuat, tipis, dan elastis. Benda tersebut ditarik menutupi penis yang sedang ereksi untuk menangkap semen selama ejakulasi dan mencegah sperma masuk kedalam vagina (Varney, 2008). Keuntungan kontrasepsi kondom adalah murah, mudah didapatkan, tidak perlu pengawasan medis, berfungsi ganda, dan dipakai oleh orang yang berpendidikan. Sedangkan kerugiannya adalah kenikmatan terganggu, alergi terhadap karet atau jellinya yang mengandung spermisid, dan sulit dipasarkan kepada masyarakat dengan pendidikan rendah (Manuaba, 2010).

c) Pantang Berkala

Syarat metode pantang berkala adalah patrun menstruasi teratur dan kerja sama dengan pasangan harus baik. Patrun menstruasi teratur merupakan syarat penting karena menstruasi teratur dapat memberikan petunjuk masa subur. Pantang berkala dengan sistem Kalender. Sistem ini dikenal

dengan nama sistem Ogino-Knaus, nama orang yang meneliti terjadinya ovulasi sekitar 12 sampai 16 hari sebelum menstruasi. Kelemahan sistem ini sulit menilai menstruasi yang akan datang. Masa subur wanita dapat dihitung dengan melakukan perhitungan minggu subur sebagai berikut:

(1) Menstruasi teratur antara 26 sampai 30 hari

(2) Masa subur dapat diperhitungkan, yaitu menstruasi hari pertama ditambah 12 merupakan hari pertama minggu subur dan akhir minggu subur adalah hari pertama menstruasi ditambah 19.

(3) Puncak minggu subur adalah hari pertama menstruasi ditambah 14 (Manuaba, 2010).

Pantang berkala dengan sistem suhu basal. Telah diketahui bahwa penurunan suhu basal sebanyak 0,5 sampai 1 derajat Celcius pada hari ke 12 sampai ke 13 menstruasi, ketika ovulasi terjadi pada hari ke 14. Setelah menstruasi suhu akan naik lebih dari suhu basal sehingga siklus menstruasi yang disertai ovulasi terdapat temperatur bifasik. Pantang berkala dengan sistem pengukuran suhu basal memerlukan pengetahuan dan metode pengukuran yang akurat,sehingga dapat bermanfaat. Kegagalan sistem suhu basal sekitar 10% sampai 20%. Kelemahan sistem pantang berkala adalah pengukuran suhu basal merepotkan dan tidak akurat, hanya

dapat digunakan oleh mereka yang terdidik dan hanya berguna pada siklus menstruasi 20 sampai 30 hari (Manuaba, 2010).

2) Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal terdiri atas kombinasi estrogen dan progestin atau hanya berisi progestin.

a) Pil

Pil ada dua macam yaitu pil kombinasi dan pil hanya berisi progestin. Mekanisme pil kombinasi merupakan kombinasi kerja esterogen dan progestin saat ini tersedia tiga variasi pil kombinasi.

(1) Monofasik : Jumlah dan tipe estrogen dan progestin yang dimakan sama setiap hari selama 20 atau 21 hari, diikuti dengan tidak meminum obat hormonal selama tujuh hari.

(2) Bifasik : Dosis dan jenis estrogen yang digunakan tetap konstan dan jenis progestin tetap sama, tetapi kadar progestin berubah antara minggu pertama dan kedua pada siklus pil 21 hari, yang diikuti dengan tidak meminum obat hormonal selama tujuh hari (Varney, 2008).

(3) Trifasik : Jenis estrogen tetap sama, tetapi kadarnya tetap konstan atau dapat berubah sesuai kadar progestin, jenis progestin tetap sama, tetapi memiliki

tiga kadar yang berbeda selama siklus pil 21 hari, yang diikuti dengan tidak meminum obat hormonal selama tujuh hari.

Keuntungan dan kerugian menggunakan pil

Keuntungannya adalah bila meminum pil sesuai aturan dijamin berhasil 100%. Dapat dipakai untuk pengobatan terhadap beberapa masalah seperti, ketegangan menjelang menstruasi, perdarahan menstruasi yang tidak teratur, Nyeri saat menstruasi dan pengobatan pasangan mandul. Pengobatan penyakit endometriosis. Dapat meningkatkan libido. Sedangkan Kerugiannya adalah harus meminum pil secara teratur. Dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium. Penyulit ringan (berat badan brtambah, rambut rontok, tumbuh jerawat, mual sampai muntah). Mempengaruhi funsi hati dan ginjal (Manuaba, 2010).

Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi (1) Usia Reproduksi

(2) Telah memiliki anak atau belum memiliki anak (3) Gemuk atau kurus

(4) Pascakeguguran

(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

(6) Setelah melahiran 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut

(7) Anemia karena haid berlebihan (8) Siklus haid tidak teratur

(9) Riwayat kehamilan ektopik

(10) Kelainan payudara jinak (Saifuddin, 2006). b) Suntik

Saat ini terdapat dua macam kontrasepsi suntikan. Pertama, golongan progestin seperti depoprovera, depogeston, depoprogestin, dan noristerat. Kedua, golongan progestin dengan campuran estrogen propionat, seperti cycloprovera. Obat ini bekerja dengan jalan menekan pembentukan hormon dari otak sehingga mencegah terjadinya ovulasi. Mekanisme kerja komponen progesteron atau derivat testosteron adalah menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovarium. Mengentalkan lendir serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa. Mengganggu peristaltik tuba fallopi, sehingga konsepsi dihambat. Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk inplantasi hasil kosepsi. Obat suntikan ini sangat cocok diberikan pada ibu-ibu yang sedang menyusui karena cara kerjanya tidak mengganggu laktasi. Keuntungan: Dapat digunakan oleh ibu yang menyusui. Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum melakukan hubungan seksual. Darah menstruasi menjadi lebih sedikit dan membantu mengatasi kram saat

menstruasi. Kekurangan : Dapat mempengaruhi siklus mentruasi. Kekurangan suntik kontrasepsi /kb suntik dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa wanita. Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual. Harus mengunjungi dokter/klinik setiap 3 bulan sekali untuk mendapatkan suntikan berikutnya (Manuaba, 2010). c) Susuk atau Implan

Sistem Norplant berisi enam kapsul berselubung yang dibuat dari dimetiloksida/metilvinisilloksan kopolimer (silastik), yang masing masing mengandung 36 mg levonorgestrel (progestin sintesis) berbentuk kristal. Levenogesterl kemudian mengalami difusi dengan laju awal 85 mcg per hari. Kecepatan difusi tersebut menurun hingga kurang lebih 30 mcg per hari dalam sekitar 9 bulan dan tetap berada pada kadar ini. Levenogesterl di dalam tubuh dapat mencapai kadar kontrasepsi dalam waktu 24 sampai 48 jam setelah implan dipasang. Implan lenevogestrel memiliki dua mekanisme kerja utama yaitu membuat lendir serviks tidak kondusif bagi spermadan menghambat ovulasi pada sedikitnya 50% siklus wanita (Varney, 2008).

Keuntungan dan Kerugian KB Implan. Keuntungannya adalah dipasang dalam jangka waktu 5 tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di daerah

pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi dan biaya murah. Sedangkan kerugiannya adalah Menimbulkan gangguan menstruasi, berat badan bertambah, menimbulkan jerawat, ketegangan payudara, dan liang senggama terasa kering (Manuaba, 2010).

Yang dapat menggunakan Implant (1) Usia Reproduksi

(2) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi ddan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.

(3) Menyusui dan membutuhkan koontrasepsi (4) Pasca persalinan dan tidak menyusui

(5) Riwayat kehamilan ektopik (Saifuddin, 2006). Yang tidak dapat menggunakan Implant

(1) Hamil atau diduga hamil

(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya (3) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker

payudara

(4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi (5) Miom uterus dan kanker payudara (Saifuddin, 2006). d) IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam rahim.

Menurut Arum (2011) jenis-jenis Intra Uterine Device (IUD) adalah sebagai berikut:

(1) IUD CuT-380 A Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).

(2) IUD lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering) .

Menurut Hartanto (2008) IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah Cu-T 380 A, Multiload 375 dan Nova-T.

(1) Lippes Loop IUD Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio opaque pada pemeriksaan dengan sinar-X.

(2) Cu T 380 A IUD Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut tembaga sebanyak 176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya masingmasing mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2. Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan diameter 3 mm. pada bagian ujung bawah

dikaitkan benang monofilamen polietilen sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan IUD (Proverawati, 2010).

(3) Multiload 375 IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus tembaga yang membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian lengannya didesain sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan terjadinya ekspulsi (Proverawati, 2010). (4) Nova – T IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada jaringan setempat pada saat dipasang (Proverawati, 2010).

(5) Cooper-7 IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T (Proverawati, 2010).

Keuntungan dan Kerugian AKDR

Keuntungan menggunakan IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati, 2010)

(1) Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggi

(2) Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

(3) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

(4) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti)

(5) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat Kerugian penggunaan alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati dkk, 2010)

(1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)

(2) Haid lebih lama dan banyak

(3) Perdarahan (spotting antar menstruasi)

(4) Saat haid lebih sedikit

Yang dapat menggunakan AKDR (1) Usia reproduktif

(2) Keadaan nulipara

(3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

(4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

(5) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi (Saifuddin, 2006).

Yang tidak dapat menggunakan AKDR

(1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

(2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)

(3) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

(4) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri (5) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Saifuddin,

2006). 3) Kontrasepsi Mantap

a) Tubektomi : Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan. Mekanisme kerja tubektomi adalah dengan mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Kelebihan tubektomi adalah sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan). Tidak mempengaruhi proses menyusui

(breastfeeding). Tidak bergantung pada faktor senggama. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium). Kekurangan tubektomi adalah tidak dapat dialihkan kecuali dengan operasi rekanalisasi. Klien dapat menyesal dikemudian hari. Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan. Dilakukan oleh dokter terlatih. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.

b) Vasektomi, menurut Bkkbn (2014) adalah kontrasepsi untuk laki-laki yang tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah seseorang klien sesuai untuk menggunakan vasektomi.

B. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN

Berdasarkan KEPMENKES RI nomor : 938/Menkes/SK/VII/2007 1. STANDAR I : Pengkajian

a. Pernyataan standar

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

b. Kriteria pengkajian

1) Data tepat, akurat dan lengkap

2) Terdiri dari subyektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan utama, riwayat obstetrik, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)

3) Data obyektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologi dan pemeriksaan penunjang)

2. STANDAR II : Perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan a. Pernyataan standar

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

Kriteria perumusan diagnose dan atau masalah 1) Diagnose sesuai dengan nomenklatur kebidanan 2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan scara mandiri, kolaborasi, dan rujukan

3. STANDAR III : Perencanaan a. Pernyataan standar

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan masalah yang ditegakkan.

b. Kriteria perencanaan

1) Perencanaan tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan antisipasi, dan asuhan seara komprehensif 2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga

3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial dan budaya klien/keluarga

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang sesuai

5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta fasilitas yang ada

4. STANDAR IV : Implementasi a. Pernyataan standar

Bidan melakukan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventiv, kuratif, dan rehabilitativ. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. b. Kriteria

1) Memperhatikan klien sebagai makhluk hidup psiko-spiritual-kultural

2) Setiap tindakan asuhan kebidanan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau keluarganya (inform consent)

3) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan berdasarkan evidence based

4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan 5) Menjaga privacy klien/pasien

7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan 8) Menggunakan sumber daya, dan fasilitas yang ada dan sesuai 9) Melakukan tindakan sesuai standar

10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan 5. STANDAR V : Evaluasi

a. Pernyataan standar

b. Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai ddengan perubahan perkembangan kondisi klien

c. Kriteria evaluasi

1) Menilai dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien

2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan keluarga

3) Evaluasi dilakukan dengan standar

4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien 6. STANDAR VI : Pencatatan asuhan kebidanan

a. Pernyataan standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

b. Kriteria pencatatn asuhan kebidanan

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melakukan asuhan pada formulir yang tersedia (rekam medis/KM/status pasien/buku KIA) 2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

3) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa 4) O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan

5) A adalah hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah kedidanan 6) P adalah penatalaksanaan, mencatat asuhan perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan secara

komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan rujukan

C. ASPEK HUKUM

1. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

Berdasarkan PERMENKES RI nomor 144/MENKES/PER/XI/2010 tentang penyelenggaraan praktik bidan pada :

Pasal 9 dijelaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 10 menjelaskan bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu meliputi konseling pada masa pra kehamilan, kehamilan normal, persalinan normal, ibu nifas normal, ibu menyusui dan konseling pada masa antara kedua kehamilan.

Pasal 11 dijelaskan bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan anak, bidan berwenang untuk memberikan asuhan bayi baru lahir normal, dan dalam memberikan penyuluhan.

Pasal 12 konseling tentang kesehatan reproduksi perempuan dan KB tercantum.

2. Wewenang bidan berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 yang berisi tentang izin dan penyelenggara prakti bidan. Pada pasal 9 disebutkan bahwa bidan dalam menyelenggarakan praktik, berwenang unyuk memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa prahamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara kedua kehamilan. Kemudian pelayanan kesehatan anak yang diberikan pada bayi baru lahir, kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana dengan memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Bidan dalam melakukan tugasnya wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kemudian ditunjukan ke puskesmas wilayah tempat praktek, dikecualikan untuk bidan yang bekerja difasilitas pelayanan kesehatan.

3. Kompetensi Bidan

Diatur dalam Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 369/MENKES/SK/III/2007

Kompetensi 1 : Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

Kompetensi 2 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.

Kompetensi 3 : Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

Kompetensi 4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.

Kompetensi 5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

Kompetensi 6 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat, sampai dengan satu bulan.

Kompetensi 7 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).

Kompetensi 8 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

Kompetensi 9 : Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi (KEPMENKES RI, 2010).

Dokumen terkait