• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Definisi

Masa nifas (puerpurium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2012).

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara sampai 4-6 minggu (Cunningham, 2013).

Periode pascapartum adalah massa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2008).

Masa nifas (pascapartum) merupakan masa setelah wanita melahirkan yaitu dimulai jam setelah wanita melahirkan dan dalam masa nifas terjadi proses perubahan pemulihan kembali alat-alat reproduksi wanita.

b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 1) Uterus

Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah Lochea. Uterus, segera setelah pelahiran bayi, plasenta, dan selaput janin, beratnya sekitar 1000gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram pada akhir minggu pertama postpartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil, yaitu 70 gram pada minggu kedelapan postpartum (Varney, 2008).

2) Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam macam Lochea adalah :

a) Lochea Rubra (cruenta), berisi darah segar dan sisa - sisa selaput ketuban, sel – sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama dua hari pascapersalinan.

b) Lochea Sanguinolenta, bewarna merah kuning,berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pascapersalinan.

c) Lochea Serosa, bewarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

d) Lochea Alba, cairan putih, setelah 2 minggu.

e) Lochea Purulenta, terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah berbau busuk (Mochtar, 2012).

3) Saluran Kemih

Kandung kemih mengalami peningkatan kapasitas dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan intravesika. Jadi overdistensi, pengosongan yang tidak sempurna, dan residu urin yang berlebihan biasa terjadi. Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali ke keadaan sebelum hamil dalam 2 sampai 8 minggu setelah pelahiran (Cunningham, 2013).

4) Vagina dan Perineum

Segera setelah perlahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada introitus. Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi odema. Sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya,dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga pascapartum (Varney, 2008).

5) Payudara

Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat melahirkan. Apakah wanita memilih menyusui atau tidak, ia dapat megalami kongestil payudara selama beberapa hari pertama pascapartum karena tubuhnya mempersiapkan untuk memberikan nutrisi kepada bayi. Wanita yang menyusui berespons terhadap menstimulus bayi yang disusui akan terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang memproduksi susu (Varney, 2008).

6) Peritoneum dan Dinding Abdomen

Ligamentum latum dan rontundum memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih dari perenggangan dan pelonggaran yang terjadi selama kehamilan. Sebagai akibat dari ruptur serat elastik pada kulit dan distensi lama karena uterus hamil, maka dinding abdomen tetap lunak dan flaksid. Beberapa minggu dibutuhkan oleh struktur-struktur tersebut untuk kembali menjadi normal. Pemulihan dibantu oleh latihan. Kecuali untuk striae putih,dinding abdomen biasanya kembali ke penampilan sebelum hamil. Akan tetapi tetapi otot tetap atonik, dinding abdomen juga tetap melemas. Pemisahan yang jelas otot – otot rektus diastesis recti

dapat terjadi (Cunningham, 2013). c. Perawatan Pasca Persalinan

1) Mobilisasi

Ibu turun dari tempat tidur dalam beberapa jam setelah pelahiran. Pendamping pasien harus ada selama paling kurang dalam dua jam

pertama, mungkin saja ibu mengalami sinkop. Keuntungan ambulasi awal yang terbukti mencakup komplikasi kandung kemih yang jarang terjadi dan yang lebih jarang lagi, konstipasi. Ambulasi awal telah menurunkan frekuensi trombosis vena purperal dan embolisme paru (Cunningham, 2013).

2) Diet

Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya banyak makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah buahan (Mochtar, 2012).

3) Miksi

Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang, wanita mengalami kesulitan berkemih karena spingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme akibat iritasi spingter ani selama persalinan, juga karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan (Mochtar, 2012).

4) Perawatan Perineal

Ibu diberitahu untuk membersihkan vulva dari anterior ke posterior atau dari vulva ke anus. Aplikasi kantung es ke perineum dapat membantu mengurangi edema atau ketidaknyamanan selama beberapa jam pertam jika terdapat laserasi atau episiotomi. Sebagian besar wanita juga reda nyerinya dengan pemberian semprotan anestetik lokal. Perasaan yang sangat tidak nyaman biasanya menandakan suatu masalah, seperti hematoma dalam hari pertama atau lebih, dan infeksi setelah hari ketiga atau keempat (Cunningham, 2013).

d. Asuhan Pada Masa Nifas

Asuhan masa nifas adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan bidan pada masa nifas sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Tujuan asuhan masa nifas untuk: Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi. Pencegahan, diagnosis dini dan pengobatan komplikasi pada ibu. Merujuk ibu ke tenaga ahli bilamana perlu. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga. Imunisasi ibu terhadap tetanus. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak (Islami, 2009).

e. Kunjungan Masa Nifas

Menurut Saleha dan Saifuddin, (2010) Kunjungan masa nifas minimal 4 kali yaitu:

1) Kunjungan pertama : 6-8 jam Persalinan. Dengan tujuan sebagai berikut :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan Mendeteksi dan merawat penyebab lain, perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

d) Pemberian ASI awal

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahi

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

2) Kedua : 6 hari setelah persalinan. Dengan tujuan sebagai berikut: a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari

3) Ketiga : 2 minggu setelah persalinan. Dengan tujuan sebagai berikut:

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari

4) Keempat : 6 minggu setelah persalinan. Dengan tujuan sebagai berikut:

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya

b) Memberikan konseling Keluarga berencana secara dini

c) Menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi.

f. Komplikasi Masa Nifas 1) Subinvolusi Uteri

Segera setelah persalinan, berat rahim sekitar 1000 gram dan selanjutnya mengalami masa proteolitik, sehinnga otot rahim menjadi kecil ke bentuknya semula. Pada beberapa keadaan, terjadinya proses involusi uterus tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya terlambat. Keadaan demikian disebut subinvolusi uteri. Penyebab involusi uteri adalah infeksi endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau mioma uteri (Manuaba, 2010).

2) Perdarahan Kala Nifas Sekunder

Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan kala nifas sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban (pada grandemultipara dan kelainan bentuk implantasi plasenta), infeksi pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri (Manuaba, 2010).

3) Flegmasia Alba Dolens

Flegmasia alba dolens merupakan salah satu bentuk infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis. Vena femoralis yang terinfeksi dan disertai pembentukan trombosis dapat menimbulkan gejala klinis sebagai berikut :

a) Terjadi pembengkakan pada tungkai b) Vena tampak bewarna putih

c) Terasa sangat nyeri

d) Tampak bendungan pembuluh darah

e) Suhu tubuh dapat meningkat (Manuaba, 2010). 4) Bendungan ASI

Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang muncul adalah mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat. Penanganannya dengan mengosongkan ASI dengan

masase atau pompa, memberikan estradiol sementara menghentikan pembuatan ASI, dan pengobatan simtomatis sehingga keluhan berkurang (Manuaba, 2010).

5) Mastitis dan Abses Payudara

Pada kondisi ini terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi payudara. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi payudara adalah stafilokokus aureus yang masuk melalui luka puting susu. Infeksi menimbulkan demam, nyeri lokal pada payudara, terjadi pemadatan payudara, dan terjadi perubahan warna kulit payudara.

Mastitis dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteria warna kulit menjadi merah, terdapat rasa nyeri, dan pada pemeriksaan terdapat pembengkakan, di bawah kulit teraba cairan. Dalam keadaan abses payudara perlu dilakukan insisi agar pus dapat dikeluarkan untuk mempercepat kesembuhan (Manuaba, 2010).

Dokumen terkait